You are on page 1of 7

JUDUL KARYA : TARI KIPAS

PELUKIS : BARLI SASMITAWINATA

UKURAN : 74 x 64 cm. (29.1 x 25.2 in.)

A. BIOGRAFI

Barli Sasmitawinata (lahir di Bandoeng, 18 Maret 1921 –


meninggal di Bandung, 8 Februari 2007 pada umur 85 tahun) adalah
seorang pelukis realis asal Indonesia.
Ia mulai menekuni dunia seni lukis sekitar tahun 1930-an dan
merupakan bagian dari "Kelompok Lima" yang juga
beranggotakan Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi. Awalnya
ia menjadi pelukis atas permintaan kakak iparnya pada tahun 1935 agar ia
memulai belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, pelukis
asal Belgia yang tinggal di Bandung. Di sana ia banyak belajar melukis
alam benda. Setelah berguru pada pelukis Italia Luigi Nobili (juga di
Bandung), pada tahun 1950-an ia lalu melanjutkan pendidikan seni rupa di
Eropa. Latar belakang pendidikan tingginya
di Belanda dan Perancis (Académie de la Grande
Chaumière, Paris, 1950 dan Rijksakademie van beeldende
kunsten, Amsterdam, 1956) terwakili dalam karya-karyanya yang
menunjukkan penguasaan teknik menggambar anatomi tubuh secara rinci.
Sasmitawinata dikenal sebagai orang menekankan pentingnya
pendidikan seni rupa. Tahun 1948 ia mendirikan studio Jiwa Mukti
bersama Karnedi dan Sartono. Setelah menyelesaikan pendidikan di luar
negeri, ia mendirikan Sanggar Rangga Gempol di kawasan Dago,
Bandung pada tahun 1958. Ia pernah mengajar seni lukis di Institut
Teknologi Bandung (ITB) dan adalah salah seorang perintis jurusan seni
rupa di Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung (kini
bernama Universitas Pendidikan Indonesia) pada tahun 1961. Barli lalu
kemudian lebih banyak mengajar murid secara informal di sanggar.
Tahun 1992 ia mendirikan Museum Barli Bandung.
Antara murid-murid yang pernah dididiknya adalah Popo
Iskandar, Srihadi Soedarsono, Yusuf Affendi, AD Pirous, Anton Huang, R
Rudiyat Martadiraja, Chusin Setiadikara, Sam Bimbo, Rudi Pranajaya.
Karya-karyanya pernah dipamerkan baik di dalam maupun luar
negeri. Koleksinya juga dipamerkan di Museum Barli Bandung. Pada
tahun 2000, ia menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari
presiden.
Ia meninggalkan 2 anak kandung, 3 anak tiri, 15 cucu, dan 9 buyut.
Setelah istri pertamanya, Atikah Basari (menikah 1946) meninggal tahun
1991, ia menikah lagi dengan Nakisbandiyah tahun 1992.

B. DESKRIPSI

Lukisan ini berukuran 74 × 64 cm , dengan bahan cat minyak yang


dilukis di atas kanvas. Lukisan ini beraliran realisme dengan teknik plakat.
Teknik plakat adalah teknik yang dilakukan dengan cara memberi goresan
tebal dan padat pada lukisan. Teknik plakat biasa digunakan untuk lukisan
dengan bahan cat minyak.
Dalam lukisan ini menggambarkan kecantikan seorang penari
kipas yang menari dengan lemah gemulai. Tdak lupa dengan kipas
ditangannya serta selendang dibahunya. Sanggul dirambutnya menambah
kecantikan sang penari.

C. ANALISIS

Lukisan adalah salah satu karya 2 dimensi yang memiliki beberapa


unsur seni rupa antara lain, warna , bentuk, garis, gelap terang dll. Pada
lukisan yang berjudul Penari Kipas ini mengandung unsur seni yaitu
bentuk, warna, garis dan gelap terang. Sebenarnya juga mengandung
unssur titik, tetapi unsur titik tersebut seakan – akan tidak terlihat karena
sudah tergabung menjadi sebuah garis.
Pada bagian analisis ini, unsur – unsur yang terkandung dalam
lukisan akan dianalisis satu persatu. Unsur bentuk bisa dilihat secara
langsung pada lukisan, ada bentuk kipas, penari, selendang dll.
Selanjutnya ada unsur warna. Unsur warnanya memang tidak terlihat
begitu jelas, karena lebih banyak menggunakan warna campuran. Tetapi
jika diamati lebih dekat akan terlihat warna jingga pada kipasnya, warna
hitam pada rambut penari, warna baju penari yang kemerah – merahan dst.
Unsur garis juga terlihat jelas, pada lukisan tersebut ada garis – garisnya.
Unsur gelap terang juga tidak terlihat begitu jelas, tetapi jika diamati
lukisan tersebut sedikit gelap pada bagian tepi dan terang bagian tengah.

D. INTERPRETASI

Lukisan ini memiliki bertema tarian tradisional. Bisa dilihat dari


judul lukisannya. Judul lukisannya adalah penari kipas. Tari kipas
merupakan salah satu tarian dari Gowa, Sulawesi Selatan. Sebenarnya
lukisan ini memotivasi kita untuk mencintai dan melestarikan tarian
tradisional dari manapun asalnya.

Lukisan ini juga menjelaskan makna dari tarian kipas itu sendiri.
Lukisan ini bermakna bahwa tarian kipas itu menggambarkan ekspresi
kelembutan, kesantunan, kesucian dan penuh kasih dari para wanita, hal
tersebut bisa dilihat dari gerakan para penari yang lemah lembut.

E. PENILAIAN

Lukisan ini sangat bagus apalagi dilukis oleh pelukis terkenal.


Kelebihan dari lukisan ini adalah lukisan ini memiliki keunikan tersendiri.
Pewarnaan pada lukisan ini juga terlihat indah, apalagi dengan
pencampuran warnanya. Perpaduan warnanya sangat cocok. Temanayapun
sangat menarik, bisa memadukan antara seni rupa dan seni tari.
Kekurangannya menurut saya hnya terletak pada bentuk kepala
penari. Penari yang cantik itu terlihat seperti memiliki kepala yang kecil,
sedangkan bentuk rambutnya terlihat lebih besar. Untuk yang lain menurut
saya sudah bagus semua dan sangat menarik.
F. LAMPIRAN

Foto Barli Sasmitawinata


KRITIK SENI RUPA

LUKISAN 2 DIMENSI

NAMA : Franky Bayu Aji Wibowo

NO. ABS : 11

KELAS : XI IPS 4
SMA NEGERI 1 TAYU

TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

You might also like