Professional Documents
Culture Documents
Henni Setyaningsih - 2402021814004 - Bioteknologi 2018 - Skripsi
Henni Setyaningsih - 2402021814004 - Bioteknologi 2018 - Skripsi
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana
Bioteknologi (S.Biotek) pada Program Studi Bioteknologi Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Semarang
Oleh:
Henni Setyaningsih
24020218140004
NIM : 24020218140004
Tanggal Lulus :
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji
Mengetahui:
Prof. Dr. Sapto Purnomo Putro, MSi Prof. Dr. Hermin Pancasakti Kusumaningrum, S.Si, M.Si
NIP. 196612261994031008 NIP. 197002081994032001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan
Petani Terhadap Pertumbuhan, Hasil Panen dan Kadar IAA Tanaman Kentang
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai
dengan bantuan dari berbagai pihak. Namun tidak lepas dari semua itu, penulis
menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, penulis
memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam Skripsi ini. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan Skripsi ini. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
Semarang, 28 September
2022
Henni Setyaningsih
NIM. 24020218140004
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
Potato (Solanum tuberosum L.) is one of the horticultural crops that is used
as an alternative source of carbohydrates for rice. The demand for potatoes in
Indonesia from year to year tends to increase, but it is not in line with its production.
One of the efforts to increase potato production is fertilization. However, the
intensive application of chemical fertilizers with increasing doses can damage the
quality of the soil, kill microorganisms in the soil, and deteriorate the health of
farmers. Therefore, it is necessary to conduct research to find alternative chemical
fertilizers with the application of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
biological fertilizers. The aim of the study was to examine the application of PGPR
to the growth, yield and IAA levels of potato plants. This research was conducted
in Kaponan Village, Pakis District, Magelang Regency, Central Java Province
1,665 masl for potato cultivation and testing for IAA levels of potato plants was
carried out at the Biotechnology Laboratory, Faculty of Science and Mathematics,
Diponegoro University. Field experiment method using Completely Randomized
Design (CRD) with four treatments and four replications. The treatments consisted
of no application of PGPR (P0), PGPR 40 mL/10 liters of water (P1), PGPR 50
mL/10 liters of water (P2), and PGPR of 60 mL/10 liters of water (P3). The data
were analyzed by ANOVA test and if there was a significant difference, the Duncan
Multiple Range Test (DMRT) was continued at the 5% test level. The results
showed that there was a significantly different effect of PGPR application on
growth and yields and the application of PGPR showed the increase in IAA levels
of potato plants was higher than without PGPR application. The best growth was
obtained by P2 treatment with PGPR application of 50 mL/10 liters of water. The
PGPR application treatment of 60 mL/10 liters of water (P3) resulted in the best
yields and the highest increase in IAA levels.
iv
DAFTAR ISI
v
4.2.2 Bobot Umbi ......................................................................... 30
4.3 Kadar Hormon IAA ....................................................................... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 35
5.2 Saran ............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 36
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... 41
LAMPIRAN ............................................................................................... 43
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
I. PENDAHULUAN
(BPS), tahun 2020 produksi kentang di Indonesia sebanyak 1,28 juta ton. Nilai
tersebut mengalami penurunan produksi sebesar 31,88 ribu ton atau 2,42% dari
tahun sebelumnya. Salah satu usaha dalam meningkatkan produksi kentang ialah
ekosistem biologis tanah, dan tidak memenuhi tujuan pemupukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tanah (Agustin et al., 2014). Petani kini semakin sadar akan
tanaman, sehingga menghasilkan hasil yang lebih tinggi. Pupuk hayati yang dapat
digunakan adalah bakteri tanah atau rhizobacteria yang biasa disebut dengan Plant
1
meningkatkan hasil panen. PGPR berperan memacu pertumbuhan tanaman karena
giberelin), melarutkan fosfat, menambat nitrogen, dan pengambilan unsur hara dan
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mencari alternatif pupuk
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, hasil panen dan kadar IAA tanaman
kentang. Parameter penelitian ini ialah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi
penggunaan pupuk kimia dan mampu memenuhi permintaan kentang yang setiap
tahunnya meningkat.
2
1.2.3 Apakah aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) mampu
tertinggi.
tertinggi.
1.4.2 Sebagai pedoman untuk penelitian yang lebih mendalam dibidang pertanian
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
menguntungkan yang dapat ditemukan di akar (Lehar et al., 2018). Prinsip dari
sebagai agen pengendali hayati, sebagai pelindung tanaman terhadap patogen, dan
giberelin, IAA, dan etilen ; (2) penyuplai unsur hara (biofertilizer) dengan cara
mengikat nitrogen dari udara secara asimbiosis dan memecah unsur hara fosfat
yang terikat tanah ; (3) mengendalikan pathogen dari tanah (bioprotectans) dengan
langsung adalah efek yang ditimbulkan oleh rhizobakteri secara langsung dalam
efek yang ditimbulkan oleh rhizobakteri melalui perantara jaringan tanaman lain
4
dalam berinteraksi dengan tanaman. Efek secara langsung disebut juga sebagai
memroduksi IAA, hormon etilen, giberelin, serta sitokinin. Efek secara tidak
sebagai nutrisi PGPR cukup, sehingga bakteri dalam PGPR dapat bertahan hidup
di lingkungan rizosfer dan menjalankan fungsinya (Lehar et al., 2016). Agen hayati
yang terkandung dalam PGPR mampu meninggikan jumlah tunas, jumlah daun,
dan tinggi tanaman serta dapat menekan patogen (Soesanto et al., 2013 dan Sari et
al., 2012). Bakteri PGPR yang aktif di lingkungan perakaran tanman memiliki
sebagai pupuk hayati mampu memperbaiki sifat fisik tanah menjadi gembur
tanaman, yaitu dengan cara memfiksasi nitrogen bebas di udara, sehingga tanaman
tanaman dalam menghasilkan asam nukleat, asam amino, dan protein. Bakteri
PGPR tidak hanya berperan dalam memfiksasi nitrogen saja tetapi juga berperan
dalam memecah fosfat. Fosfat di dalam tanah umumnya tersedia dalam bentuk
terikat dengan unsur logam. Kehadiran bakteri PGPR mampu memutuskan ikatan
5
antara fosfat dan logam, sehingga menjadikan fosfat tersedia bagi tanaman.
fosfat ialah unsur penting yang dibutuhkan oleh tanaman (Pratika, 2020). Beberapa
digunakan sebagai bahan pangan pokok alternatif karena dalam 100 gr kentang
mengandung proporsi karbohidrat cukup tinggi, yakni 85,6 gram (Adi, 2017).
Kentang dapat dikonsumsi dengan cara dimasak menjadi keripik, kentang goreng,
perkedel, dan resep lainnya. Beberapa manfaat kentang antara lain mencegah
gangguan pencernaan karena kandungan seratnya yang tinggi (Lianto, 2014) dan
Kualitas umbi kentang ditentukan adanya kehadiran unsur hara nitrogen (N),
fosfat (P), kalium (K) serta efisiensi penyerapan tanaman. Nitrogen mendorong
6
menyamping. Kedalaman daya tembus akar dapat mencapai 45 cm (Haryono dan
Kurniati, 2013).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaplantae
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Kentang memiliki banyak varietas. Varietas ini berbeda dalam bentuk, usia
simpan, ukuran, usia panen, warna kulit, dan komposisi kimia. Kentang dibagi
7
menjadi tiga kategori berdasarkan warna kulit, yaitu kuning, merah, dan putih.
Varietas kentang kuning, yaitu Cipanas, Granola, Pattrones, Katella, dan Cosima.
Varietas kentang putih, yaitu Sebago, Donata, dan Radosa. Varietas kentang merah
1. Penyiapan lahan.
lahan meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah, dan penetapan jarak tanam
kentang. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari hal-
hal yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman. Tujuan dari persiapan lahan
ialah agar lahan siap tanam serta bebas dari hambatan fisik dan biologis (gulma dan
sisa tanaman). Lahan harus bebas dari bebatuan, rumput liar, dan semak belukar.
mempersiapkan area tanam untuk ditanami dengan cara mengolah tanah hingga
gembur dan rata serta membuat parit dan garitan. Proses persiapan tanah,
8
4) Garitan dibuat sedalam ± 7-10 cm dan jarak antar garitan sekitar 50-80 cm.
Setelah dilakukan pengolahan tanah, jarak tanam ditentukan. Alat jarak tanam
dapat menggunakan tiang bambu/ roda berputar dengan jarak tanam 30-40 cm
2. Penyiapan benih
Sebelum disemai, benih yang baik harus berasal dari benih berkualitas dan
varietas unggul supaya menghasilkan hasil panen yang jelas varietasnya, seragam,
terbaik untuk menanam di dataran tinggi adalah dalam kondisi cerah. Pemupukan
dasar bertujuan untuk menyediakan nutrisi yang diserap tanaman secara optimal.
Kentang dapat ditanam di bedengan dalam sistem dua baris (double row)
atau dalam satu baris (single row). Budidaya kentang dapat dilaksanakan dengan
sistem monokultur dan tumpang sari. Sistem monokultur dicapai dengan menanam
kentang tidak bersamaan dengan tanaman lain sedangkan dalam sistem tumpang
sari, tanaman kentang ditanam secara selang-seling dengan tanaman yang lain.
Pemupukan harus mengacu 4 tepat, yaitu tepat dosis, tepat waktu, tepat jenis,
dan tepat cara. Saat menabur benih tidak boleh bersentuhan secara langsung dengan
pupuk karena dapat menyebabkan busuk. Proses dasar penanaman dan pemupukan
dalam garitan.
9
2) Pupuk kimia disebar setelah pupuk organik.
menghadap atas serta tidak bersentuhan langsung dengan pupuk yang digunakan
guludan.
4. Pengairan
pengairan hanya diberikan untuk menjaga kelembaban tanah (Diwa dkk, 2015).
proses meninggikan guludan di area pertanaman yang bertujuan agar perakaran dan
dan agar tanaman sehat dengan cara membersihkan area pertanaman dari tanaman
7. Pengendalian Hama
dengan cara kultur teknis, biologi, mekanis, dan kimiawi. Cara kultur teknis
dilakukan dengan cara menggunakan bibit yang sehat pada saat menanam. Cara
10
biologi dilakukan dengan memanfaatkan agen hayati. Cara mekanis dilakukan
dengan cara memotong dan memusnahkan daun tanaman yang terserang hama dan
dkk, 2015)
8. Panen
Kentang dapat dipanen ketika umur 90-160 hari setelah tanam (HST). Untuk
mencapai produksi kentang yang tepat dengan permintaan pasar dan hasil yang
optimal, perlu ditentukan waktu panen yang tepat. Waktu panen serta standar
daun dan batang berubah menjadi layu dan berwarna kuning lebih dari 75 %. Ketika
sudah melihat tanda-tanda visual ini, lalu dilanjutkan dengan memangkas daun dan
membiarkan tanaman beristirahat setidaknya 7 hari, lalu tanah digali secara berhati-
pemeliharaan tanaman.
2015).
Hormon tanaman dapat diproduksi oleh tanaman dan dapat dihasilkan oleh bakteri
11
dalam PGPR yang dapat berpotensi sebagai biostimulan. Salah satu hormon
tanaman yang dihasilkan oleh PGPR, yaitu etilen, auksin, sitokinin, asam absisat,
dan giberelin. Hormon tanaman dapat merangsang pertumbuhan sel akar serta
mampu menghasilkan akar lateral dan rambut akar lebih banyak sehingga mampu
digunakan dalam peningkatan kemampuan akar pada proses penyerapan unsur hara
dan air (Sureshbabu et al., 2016). PGPR terbukti mampu merangsang pertumbuhan
Auksin adalah fitohormon utama dan terpenting dari tanaman karena auksin/
Indole Acetic Acid (IAA) adalah hormon tanaman utama yang mampu mengontrol
pematangan buah, dan respon terhadap cahaya dan gravitasi (tropistic responses).
arsitektur sistem perakaran. PGPR dapat meningkatkan jumlah dan luas akar,
masalah kekurangan air (Etesami et al., 2015; Kaushal dan Wani, 2016).
Pertumbuhan vegetative ialah salah satu proses terpenting pada siklus hidup
dan ukuran organ vegetatif seperti daun, batang, dan akar sejak pembentukan daun
vegetatif tanaman terkait erat dengan 3 proses fisiologis penting: pembelahan sel,
12
peningkatan panjang sel, dan inisiasi sel. Ketiga proses fisiologis ini memerlukan
senyawa alami yang mampu memacu pertumbuhan tanaman (Tahir et al., 2017).
tanaman. Fitohormon secara alami, terbagi menjadi tiga kelompok senyawa utama,
yaitu sitokinin, auksin, dan giberelin. Indole Acetic Acid (IAA) merupakan
kelompok auksin paling aktif secara fisiologis. Hormon tumbuhan dapat diproduksi
dalam tumbuhan dan dapat diproduksi oleh bakteri yang berada di rhizozfer.
Hormon tumbuhan dapat diaktifkan melalui bantuan bakteri tanah yang disebut
2020).
IAA termasuk dalam kelompok fitohormon auksin dan memiliki peran dalam
pembelahan sel dan diferensiasi sel (Redman et al., 2011). IAA dapat dihasilkan
secara endogen oleh tanaman tetapi hasilnya belum optimal, sehingga dibutuhkan
IAA dari luar tanaman (IAA eksogen). IAA eksogen dihasilkan dari bakteri yang
13
hidup di area rizosfer (Ljung, 2013). Bakteri PGPR dapat memroduksi hormon
tumbuh IAA dimana hormon IAA dapat memperluas permukaan akar dan
memperluas jangkauan akar untuk memudahkan akses nutrisi (Riera et al., 2017).
(1996). Metode Unyayar et al., (1996) digunakan untuk ekstraksi dan metode
mengukur konsentrasi hormon tumbuhan. Akar atau daun tanman segar sebanyak
2N). akuades 25mL diberikan. Larutan kloroform dipisahkan dengan corong pisah
dengan membuang fase yang lebih rendah. Fase air yang dihasilkan diberi HCl
supaya pH nya menjadi 2,5. Larutan diekstraksi tiga kali dengan 15 mL etil asetat
dan supernatannya dibuang (atas). Seluruh fase etil asetat yang diperoleh diuapkan
dengan evaporator sampai larutan tersisa sekitar 2 mL. Konsentrasi hormon diukur
reagen Salkowski. Larutan diinkubasi di ruangan gelap selama 1 jam pada suhu
gelombang 510 nm. Konsentrasi hormon IAA didapatkan dari hasil kurva standar
yang telah dibuat menggunakan hormon IAA standar konsentrasi 0-50 ppm
(Wibowo, 2009).
14
III. METODE PENELITIAN
Provinsi Jawa Tengah dengan ketinggian 1.665 meter di atas permukaan laut (dpl),
suhu rata rata 20℃ serta kelembapan udara sekitar 89 %. Pengukuran kadar hormon
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kentang G3 varietas
Granola yang tersertifikasi nasional oleh Balai Penelitian Benih Kentang di Desa
ayam dengan dosis 4.000 kg/ha sebagai pupuk dasar, pupuk NPK Phonska dengan
dosis 50 kg/ha, pupuk hayati PGPR produksi Laboratorium Pengamatan Hama dan
3.3 Alat
Alat yang digunakan adalah sekop, cangkul, alat pengaduk, ember, penggaris,
plastik perak atau mulsa, alat tulis, kamera, timbangan elektronik, log book
pengamatan, sprayer atau alat penyemprot insektisida, label nama, pH meter tanah,
tali, bambu, gunting, timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, evaporator, pipet
15
ukur, corong pemisah, kertas saring, mortar, pH meter air, kuvet, labu ukur, tabung
Persiapan Lahan
Pengaplikasian PGPR
Analisis Data
16
3.5 Cara Kerja
di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu sekitar 20℃ serta kelembapan
pertumbuhan tanaman.
jarak antar bedengan 70 cm sebagai akses aliran air hujan agar bedengan
pupuk kandang ayam dan pupuk NPK Phonska ditaburkan di atas lahan
Dosis pupuk kandang ayam, yaitu 4.000 kg per hektar lahan dan pupuk NPK
dasar, tanah di sebelah kiri dan kanan barisan tanaman diuruk menggunakan
17
c. Penentuan jarak tanam dilakukan dengan cara plastik mulsa
bibit kentang Varietas Granola G-3 ke dalam lubang tanam. Setiap lubang
tanaman dimasukkan satu umbi dan posisi tunas menghadap ke atas, lalu
PGPR cair dan air sesuai dengan dosis yang tertera pada masing-masing
18
ketika berumur 14, 21, dan 28 HST (Hari Setelah Tanam) (Purwantisari,
dkk 2019).
antara tanaman kentang dengan tanaman lain dan untuk menjaga kebersihan
kebun.
supaya stolon dan umbi berkembang dengan baik dan memperbaiki drainase
tanah.
19
3.5.5 Pengamatan dan Pengambilan Data
destruktif.
sebagai berikut:
berikut:
2014).
setelah tanaman dipanen dengan cara menimbang umbi yang telah bersih
20
3.5.6 Pemanenan (Diwa, dkk 2015)
kentang sudah menguning dan layu. Pencabutan umbi kentang harus secara
a. Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan ialah daun segar tanaman kentang, daun dipetik dan
mengukur kadar hormon IAA. Uji kadar hormon IAA secara kuantitatif
dipisahkan dengan corong pisah. Frasa klorofrom dibuang dan frasa air yang
diperoleh diatur pH nya menjadi 2,5 dengan cara diberi HCl 1N atau NaOH
1N. Larutan diekstraksi tiga kali dengan 15 mL etil asetat dan supernatannya
21
ditambahkan 15 mL etil asetat sehingga terbentuk frasa air dan frasa etil
asetat. Frasa etil asetat diambil sedangkan frasa air diekstrak lagi dengan
ditambahkan etil asetat lagi. Pengekstrakan dengan etil asetat dilakukan tiga
kali dengan cara yang sama. Seluruh fase etil asetat yang diperoleh diuapkan
1996).
Kadar IAA diperoleh dari persamaan regresi yang didapatkan dari kurva
larutan stok IAA (200 ppm). Larutan stok disiapkan dengan konsentrasi
gelap selama 1 jam pada suhu ruang. Absorbansi larutan diukur dengan alat
Y = a + bX
= konsentrasi.
22
Larutan diinkubasi di tempat gelap selama 1 jam pada suhu ruang. Larutan
akan berubah warna menjadi merah muda hingga merah, yang menunjukkan
Glick, 2002).
daun, parameter hasil panen meliputi bobot umbi kentang dan jumlah umbi
Ulangan
Perlakuan
1 2 3 4
P0
P1
P2
P3
Keterangan: P0: Tanpa pupuk PGPR (kontrol), P1: PGPR 40 mL/ 10 liter air air,
P2: PGPR 50 mL/ 10 liter air air, dan P3: PGPR 60 mL/ 10 liter air air.
23
3.5.9 Analisis Data
> F tabel) antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf uji 5% (Gomez & Gomez 1984). Analisis
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
diamati pada interval 7 hari sejak 21 Hari Setelah Tanam (HST) hingga 56
HST. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) taraf 5% tinggi tanaman kentang
25
d
Tinggi Tanaman (cm)
20 d d a a ab ac
a ab a ab ac
c
c ac a ab a
15 ab
c a
a ab ac
10
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST
dengan aplikasi PGPR 50mL/10 liter air sedangkan tinggi tanaman paling
rendah didapatkan dari perlakuan P0 tanpa aplikasi PGPR. Hal ini disebabkan
25
karena bakteri pada PGPR mampu meningkatkan unsur hara di dalam tanah
meningkatkan tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot kering akar secara
perbedaan tingkat serapan hara setiap tanaman. Hal ini sependapat dengan
cabai umur 2, 4, 6, dan 8 MST. Penelitian Marom et al., (2017) dan Ollo et al.,
26
yang diberi PGPR lebih cepat pertumbuhan tingginya dibanding dengan
Jumlah daun diamati pada interval 7 hari yang dimulai pada umur 21 HST
hingga 56 HST. Data hasil pengamatan jumlah daun berdasar sidik ragam
aplikasi PGPR terhadap jumlah daun pada semua umur yang diamati. Hasil
25
d
JumLah Daun (helai)
20 d d a a ab ac
a ab a abac
c
c ac a ab a
15 ab
c a
a ab ac
10
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST
dengan kontrol yang tidak diberi PGPR. Jumlah daun terbanyak diperoleh dari
perlakuan P2 dengan aplikasi PGPR 50mL/10 liter air sedangkan jumlah daun
karena PGPR mampu meningkatkan suplai unsur hara bagi tanaman. PGPR
27
mampu mengikat nitrogen bebas di udara, sehingga dapat digunakan
tumbuhan. Selain itu, PGPR juga mampu memecah fosfat. Fosfat dalam tanah
umumnya tersedia dalam bentuk terikat unsur logam. Kehadiran PGPR mampu
memutus ikatan antara fosfat dengan logam tersebut, sehingga unsur fosfat
kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara dan mampu melarutkan hara
fosfat yang terikat di dalam tanah. Antonius dan Dewi (2011) menyatakan
bahwa bakteri dalam PGPR aktif mengkolonisasi akar tanaman dan memiliki
daun. Husnihuda, dkk., (2017) melaporkan bahwa PGPR sebagai pupuk hayati
mampu menjaga kesuburan tanah sehingga unsur hara dalam tanah terpenuhi,
pertumbuhan vegetatif.
Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh Pratika (2020) bahwa
tanaman kailan pada umur 35 HST. Hal tersebut dikarenakan bakteri PGPR
tanaman.
28
4.2 Hasil Panen
Hasil sidik ragam (ANOVA) hasil jumlah umbi kentang pada taraf 5%
hasil panen jumlah umbi kentang. Selanjutnya dilakukan Uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5% untuk mengetahui perlakuan mana yang
umbi lebih banyak daripada perlakuan kontrol tanpa aplikasi PGPR. Perlakuan
P3 dengan aplikasi PGPR 60mL/10 liter air memberikan hasil jumlah umbi
perlakuan P0 (tanpa PGPR) dan P1 (PGPR 40mL/10 liter air) tetapi tidak
perlakuan tanpa aplikasi PGPR (P0) menunjukkan hasil terendah dan berbeda
nyata terhadap perlakuan P2 (PGPR 50mL/10 liter air) dan P3 (PGPR 60mL/10
liter air) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 (PGPR 40mL/10 liter
29
air). Hal ini dikarenakan semakin banyak PGPR yang diberikan maka jumlah
umbi kentang akan semakin banyak karena bakteri pada PGPR memiliki
Bakteri yang terdapat pada PGPR mampu menguraikan unsur hara Fosfat (P)
yang terikat di dalam tanah, sehingga unsur hara fosfat menjadi tersedia dan
dapat diserap oleh tanaman serta mampu memfiksasi nitrogen bebas di udara
dan diserap oleh tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) atau nitrat (NO3).
Menurut Marom, dkk., (2017), bakteri PGPR memiliki fungsi melarutkan dan
kentang. Semakin besar PGPR yang diberikan maka semakin banyak pula
PGPR dapat menghasilkan jumlah umbi per tanaman lebih banyak dengan
bobot umbi kentang. Selanjutnya dilakukan Uji Duncan Multiple Range Test
30
(DMRT) pada taraf 5% untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata.
Tabel 4.2. Menunjukan bahwa hasil rerata bobot umbi tanaman tertinggi
didapatkan oleh perlakuan P3 aplikasi PGPR 60mL/10 liter air dengan hasil
rerata 748,3 gr dan berbeda nyata terhadap perlakuan P0 kontrol tanpa aplikasi
PGPR dan perlakuan P1 dengan aplikasi PGPR 40mL/10 liter air tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan P2 aplikasi PGPR 50mL/10 liter air dengan
rerata sebesar 665,3 gr. Hasil terendah diperoleh perlakuan P0 tanpa aplikasi
kontrol tidak diberi PGPR. Hal ini karena pertumbuhan jumlah umbi sejalan
dengan bobot umbi kentang yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah umbi
kentang yang dihasilkan maka bobot umbi kentang juga semakin bertambah.
PGPR mampu memacu pertambahan bobot umbi kentang karena bakteri PGPR
31
kentang. Bakteri ini mampu memecah unsur hara fosfat (P) yang terikat di
dalam tanah, sehingga unsur hara fosfat menjadi tersedia dan dapat diserap oleh
tanaman serta mampu memfiksasi nitrogen bebas di udara dan dapat diserap
oleh tanaman berupa NH4+ atau NO3- sehingga pertumbuhan umbi kentang
PGPR.
dibandingkan dengan kontrol tanpa aplikasi PGPR. Hasil pengukuran kadar IAA
32
Berdasarkan Tabel 4.3. perlakuan P3 dengan aplikasi PGPR 60mL/10 liter air
yang lain dengan nilai 112,1 ppm. Hal ini disebabkan karena bakteri yang ada pada
hormon IAA yang diproduksi PGPR mampu berperan dalam meninggikan kualitas
dan hasil panen. Penelitian Wibowo (2009) melaporkan bahawa perlakuan dengan
aplikasi PGPR 100% menghasilkan kadar hormon IAA paling tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya.
tanaman, seperti menstimulasi pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal
ini sesuai dengan Mantau (2017) bahwa pengaplikasian PGPR pada tanaman cabai
kesehatan tanaman. Menurut Dewi, dkk (2017) PGPR dapat memroduksi hormon
karena PGPR mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh yang berperan pada
33
pembesaran dan diferensiasi sel. Zat pengatur tumbuh mampu menghasilkan
(2017) menunjukkan jika hormon yang dihasilkan oleh zat pengatur tumbuh pada
PGPR mampu bekerja secara sinergis dengan hormon lain, misalnya hormon
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
tanaman kentang adalah perlakuan P3 dengan aplikasi PGPR 60mL/10 liter air.
kentang lebih tinggi dibandingkan tanpa aplikasi PGPR dengan nilai tertinggi
1.2 Saran
tanaman kentang.
35
DAFTAR PUSTAKA
Adi, I. A., Barunawati, Nunun., dan Wardiyati, Tatik. (2017). Pengaruh Kombinasi
Pupuk NPK Dengan Pupuk Kandang Pada Pertumbuhan Tanaman Kentang
(Solanum tuberosum L.) di Dataran Medium. Jurnal Produksi Tanaman, 5
(4), 531-537.
Agustin DA, Riniarti M, Duryat. (2014). Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji dan
Arang Sekam Sebagai Media Sapih untuk Cempaka Kuning (Michelia
champaca). Jurnal Sylva Lestari, 2 (3): 49-58.
Artati, A., dan Naim, N. (2019). Study Hasil Penetapan Kadar Asam Urat Terhadap
Individu yang Mengkonsumsi Jus Kentang. Media Kesehatan Politeknik
Kesehatan Makassar, 14 (1), 55-59.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Produksi Tanaman Sayuran. Jakarta: Badan
Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura.
Barnawal, D., Singh, R., dan Singh, R. P. (2019). Role of Plant Growth Promoting
Rhizobacteria in Drought Tolerance: Regulating Growth Hormones and
Osmolytes. PGPR Amelioration in Sustainable Agriculture. Woodhead
Publishing, 107-128.
Cahyani, C. N. (2018). Potensi Pemanfaatan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (Pgpr) dan Berbagai Media Tanam Terhadap Populasi
Mikroba Tanah Serta Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang.
Doctoral Dissertation, Universitas Brawijaya.
Diwa, A. T., Dianawati, M., dan Sinaga, A. (2015). Petunjuk Teknis Budidaya
Kentang. Bandung: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa
Barat.
Etesami, H., Alikhani, H., dan Hosseini, H. (2015). Indole-3-acetic acid (IAA)
Production Trait, A Useful Screening to Select Endophytic and Rhizosphere
Competent Bacteria for Rice Growth Promoting Agents. Methods X2, 72-78.
36
Febriyanti, L.E., M. Martosudiro, dan T. Hadiastono. (2015). Pengaruh Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) Terhadap Infeksi Peanut Stripe
Virus (PStV), Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.) Varietas Gajah. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan, 3 (1),
84.
Figueiredo, M. D. V. B., Seldin, L., Araujo, F. F. D., dan Mariano, R. D. L. R.
(2010). Plant Growth Promoting Rhizobacteria: Fundamentals and
Applications. In Plant Growth and Health Promoting Bacteria. Springer,
Berlin, Heidelberg.
Gamalero, E., dan Glick, B. R. (2011). Mechanisms Used by Plant Growth-
Promoting Bacteria, 17-46 dalam Maheshwari, M. K., ed., Bacteria in
Agrobiology: Plant Nutrient Management, Springer-Verlang, Berlin
Heidelberg.
Gnanasekaran, C. G., dan Basalingappa, K. M. (2018). Solanum tuberosum L:
Botanical, Phytochemical, Pharmacological and Nutritional Significance.
International journal of Phytomedicine, 115-124.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. (1995). Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. Diterjemahkan oleh: E. Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah. UI- Press,
Jakarta.
Gupta, G., Parihar, S. S., Ahirwar, N. K., Snehi, S. K., dan Singh, V. (2015). Plant
growth Promoting Rhizobacteria (PGPR): Current and Future Prospects for
Development of Sustainable Agriculture. J Microb Biochem Technol, 7 (2),
096-102.
Haryono, B dan Kurniati. (2013). Seri Tanaman Bahan Baku Industri Kentang.
Jakarta: PT.Tris Adisakti.
Husnihuda, M. I., Sarwitri, R., dan Susilowati, Y. E. (2017). Respon Pertumbuhan
dan Hasil Kubis Bunga (Brassica oleracea var. Botrytis L.) Pada Aplikasi
PGPR Akar Bambu dan Komposisi Media Tanam. VIGOR: Jurnal Ilmu
Pertanian Tropika dan Subtropika, 2 (1), 13-16.
Kementerian Pertanian. (2018). Statistik Pertanian 2018. Jakarta: Kementerian
Pertanian.
Lehar, L. (2012). Pengujian Pupuk Organik Agen Hayati (Trichoderma sp)
Terhadap Pertumbuhan Kentang (Solanum tuberosum L). Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, 12 (2), 115-124.
Lehar, L., Wardiyati, T., Maghfoer, M.D. and Suryanto, A. (2016). Selection of
Potato Varieties (Solanum tuberosum L.) in Midlands and The Effect of Using
Biological Agents. International Journal of Biosciences, 9 (3), 129-138.
Lianto, M. I. (2014). Pembuatan Alat Pemotong Kentang Spiral. Universitas
Lampung.
37
Ljung, K. (2013). Auxin Metabolism and Homoestatis During Plant Development.
Development, 140 (5), 943-950.
Mahmud, D., Bahua, M. I., & Zakaria, F. (2018). Respon Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Pada Aplikasi PGPR (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria). Jurnal Agroteknotropika, 7 (1), 9-14.
Mardianto, R. (2014). Pertumbuhan dan Hasil Cabai (Capsicum annum l.) Dengan
Aplikasi Pupuk Organik Cair Daun Tithonia dan Gamal. Jurnal Gamma, 7
(1), 61-68.
Marom, N., Rizal, M. Bintoro. (2017). Uji Efektivitas Waktu Aplikasi dan
Konsentrasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap
Produksi dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Journal of
Applied Agricultural Sciences, 1(2), 174-184.
Naikofi, Y.M. dan A. Rusae. 2017. Pengaruh Aplikasi PGPR dan Jenis Pestisida
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal
Pertanian Konservasi Lahan Kering 2 (4) 71- 73.
Ollo, L., Siahaan, P., dan Kolondam, S. (2019). Uji Penggunaan PGPR (Plant
Growth- Promoting Rhizobacteria) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Jurnal MIPA Universitas
Ratulangi, 8 (3), 150- 155.
Patten, C.L., dan Glick, B.R. (2002). Role of Pseudomonas putida Indole Acetic
Acid in Development of the Host Plant Root System. Applied and
Environmental Microbiology, 68 (8), 3795- 3801.
Podile, A. R., Vukanti, R. V. N.R., Sravani, A., Kalam, S., Dutta, S., S.,
Durgeshwar, P., Papa Rao, V. (2014). Root Colonization and Quorum
Sensing Are the Driving Forces of Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(PGPR) for Growth Promotion. Proc Indian Natn Sci Acad, 80 (2).
Prasetyo, R. (2014). Pemanfaatan Berbagai Sumber Pupuk Kandang Sebagai
Sumber N Dalam Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Tanah
Berpasir. Planta Tropika Journal of Agro Science, 2 (2), 125-132.
Pratika, E. D., Alfariza., dan Sriwulan. (2020). Pembibitan Kentang Hitam
(Solanum rotundifolius) Dengan Aplikasi PGPR Indigen. Agrovigor,13 (1),
29-32.
Purniawati, D. W., Nizar, A., dan Rahmi, A. (2021). Pengaruh Konsentrasi dan
Interval Pemberian PGPR terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan
(Brassica oleraceae Var. Acephala). Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, 25
(1), 59-64.
38
Purwantisari, S., Parman, S., dan Karnoto, K. (2019). Ketahanan Sistemik Tanaman
Kentang Oleh Aplikasi PGPR. Bioma: Berkala Ilmiah Biologi, 21 (2), 126-
131.
Qalby, F. H., Chaniago, I., Dwipa, I., dan Resti , Z. (2020). Pengaruh Introduksi
Isolat Rhizobacteria Indigenus Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Dinamika Populasi Gulma di Lahan
Panjang, Sumatera Barat. Jurnal Agroteknologi, 11(1), 1-10.
Rahni, N.M. (2012). Efek Fitohormon PGPR Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jagung (Zea mays). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan wilayah, 3 (2), 27-
35.
Redman, R. S., Kim, Y. O., Woodward C. J., Greer, C., Espino, L., Doty, S. L., dan
Rodriguez, R. J. (2011). Increased Fitness of Rice Plants to Abiotic Stress Via
Habitat Adapted Symbiosis: A Strategy for Mitigating Impacts of Climate
Change. PLOS ONE, 6, 1-10.
Riera, Nadia et al. (2017). Characterization of Antimicrobial-Producing Beneficial
Bacteria Isolated from Huanglongbing Escape Citrus Trees. Frontiers in
Microbiology, 8 (Dec), 1-12.
Safriani, S., Fitri, L., dan Ismail, Y. S. (2020). Isolation of Potential Plant Growth
Rhizobacteria (PGPR) From Cassava (Manihot esculenta) Rhizosphere Soil.
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education, 12 (3), 459-468.
Sari N. M., Kawuri, K., dan Khalimi. (2012). Streptomyces sp. Sebagai
Biofungisida Patogen Fusarium oxysporum (Schlecht.) f.sp. lycopersici
(Sacc.) Snyd. Et Hans. Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Tomat
(Solanum lycopersicum L.). Jurnal Agrotrop, 2 (2), 161-169.
Soesanto, L., Mugiastuti, E. A., Manan, dan Wachjadi, W. (2013). Ability Test of
Several Antagonists to Control Potato Bacterial Wilt in the Field. Agrivita,35
(1), 30-35.
Solikin, S. (2013). Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Stachytarpeta jamaicensis
L. Vahl. In Procceding Biology Education Conference: Biology, Scienxe,
Enviromental and Learning, 10 (1).
Sureshbabu, K., Amaresan, N., dan Kumar, K., (2016). Amazing Multiple Function
Properties of Plant Growth Promoting Rhizobacteria in the Rhizosphere Soil.
Int. J. Curr. Microbiol.Appl. Sci, 5 (2), 661- 683.
Sutariati, G. A. K., Rakian, T. C., Sopacua, N., dan HAQ, M. (2014). Kajian Potensi
Rhizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman yang Diisolasi dari Rizosfer
Padi Sehat. Jurnal Agroteknos, 4 (2).
Tahir, H.A.S., Gu, Q., Wu, H., Raza., Hanif, A., Wu, L., Colman, M.V., dan Gao,
X. (2017). Plant Growth Promotion by Volatile Organic Compounds
Produced by Bacillus subtilis SYST2. Front Microbiol, 8, 1-11.
39
Toppo, S. R., dan Tiwari, P. (2015). In Vitro Antagonistic Activity of Pseudomonas
spp. Against Rhizoctonia Solani. African Journal of Microbiology Research,
9 (25), 1622-1628.
Unyayar, S., Topcouglu, S.F., dan Unyanyar, A. (1996). A Modified Method for
Extraction and Identification of Indole-3-Acetic Acid (IAA), Gibberelic Acid
(GA), Abcisic Acid (ABA) and Zeatin Produced by Phanerochaete
chrysosporium ME446. Bulg J Plant Physiol, 22, 105-110.
Utami, C.D., Sitawati, S., dan Nihayati, E. (2017). Aplikasi Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR) Sebagai Sebuah Upaya Pengurangan
Pupuk Anorganik Pada Tanaman Krisan Potong (Chrysanthemum sp.).
Biotropika: Journal of Tropical Biology, 5(3), 68-72.
Wibowo, S. T., dan Wahyudi, A. T. (2009). Kadar IAA, Serapan Hara, Perumbuhan
dan Produksi Jagung dan Kacang Tanah Sebagai Respon Terhadap Aplikasi
Pupuk Hayati. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 14 (3), 177-183.
Wulandari, N., Irfan, M., dan Saragih, R. (2019). Isolasi dan Karakterisasi Plant
Growth Promoting Rhizobacteria dari Rhizosfer Kebun Karet Rakyat.
Dinamika Pertanian, 35 (3), 57-64.
Yulistiana, E., Widowati, H., dan Sutanto, A. (2020). Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) dari Akar Bambu Apus (Gigantochola apus)
Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman. Biolova, 1(1), 1-6.
Zhou, D., Huang, X. F., Chaparro, J. M., Badri, D. V., Manter, D. K., Vivanco, J.
M., dan Guo, J. (2016). Root and Bacterial Secretions Regulate The
Interaction Between Plants and PGPR Leading to Distinct Plant Growth
Promoting Effect. Plant and Soil, 401 (1-2), 259-272.
40
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan rahmat-Nya
Pertumbuhan, Hasil Panen, dan Kadar IAA Tanaman Kentang (Solanum tuberosum
L.)" dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Tentunya dalam menyelesaikan
Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
1. Ibu Dr. Dra. Susiana Purwantisari, M.Si. selaku dosen pembimbing pertama
menyelesaikan Skripsi,
2. Ibu Dr. Rejeki Siti Ferniah, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing kedua
menyelesaikan Skripsi,
3. Ibu Dr. Dra. Arina Tri Lunggani, M.Si. selaku dosen penguji yang telah
Skripsi,
4. Ibu Prof. Dr. Hermin Pancasakti Kusumaningrum, S. Si, M. Si. selaku dosen
wali yang selalu memberikan semangat dan dorongan selama proses menyelesaikan
Skripsi,
41
6. Seluruh Dosen Program Studi Bioteknologi Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro,
9. Rekan- rekan volunteer 11th ASEAN Para Games 2022 yang selalu
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesmpurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,
penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam Skripsi ini. Penulis
berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi para
pembaca.
Penyusun
42
LAMPIRAN
43
c. Tinggi Tanaman 35 HST
44
e. Tinggi Tanaman 49 HST
45
Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun
a. Jumlah Daun 14 HST
46
Keterangan: HST = Hari Setelah Tanam, * = berpengaruh nyata.
47
f. Jumlah Daun 56 HST
48
Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Bobot Umbi
Konsentrasi (ppm) 0 10 20 30 40 50
IAA (mL) 0 5 10 15 20 25
Aquadest (mL) 100 95 90 85 80 75
49
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup
Agama Islam
Jalan Raya Ngemplak Sawahan No 046. RT 004. RW RW
001. Ngemplak, Boyolali. Jawa Tengah.
Alamat Telp/HP: 081294398844/081229990300
Email: hennisetyaningsih18@gmail.com
Nama Orang Tua Iwan Sutantyo Santoso
Jalan Raya Ngemplak Sawahan No 046. RT 004. RW RW
Alamat Orang Tua 001. Ngemplak, Boyolali. Jawa Tengah. 57375.
Telp/HP: 081333333398
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
50
PENGALAMAN ASISTEN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TAHUN
Teknologi Fermentasi 2020/2021
PENGALAMAN RELAWAN
RELAWAN TAHUN
Volunteer 11th ASEAN Para Games 2022 2022
Henni Setyaningsih
51