You are on page 1of 25

MODUL PELATIHAN

INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS (ILTB) DAN


TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT)

MODUL 9

LOGISTIK TERAPI PENCEGAHAN


TUBERKULOSIS (TPT)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Tujuan Pembelajaran Umum dan Khusus
C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
D. Model pembelajaran

BAB II PENGELOLAAN LOGISTIK


A. Jenis Paduan Obat TPT
B. Jenis Obat TPT

BAB III PENGELOLAAN LOGISTIK TPT


A. Perencanaan
B. Pengadaan
C. Penyimpanan
D. Permintaan dan Distribusi
E. Penggunaan

BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN LOGISTIK DI SITB


A. Permintaan Obat TPT di SITB
B. Pengiriman Obat TPT di SITB
C. Penerimaan Obat TPT di SITB
D. Penggunaan Obat TPT di SITB
E. Stok Obat TPT, Stok Opname, dan Penyesuaian
F. Laporan Manajemen Logistik

BAB V PENUTUP
A. Latihan Soal
B. Referensi

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Agar target eleminasi TB di Tahun 2030 dapat tercapai, maka cakupan TPT
harus sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh program TBC &
ISPA. Hal tersebut hanya dapat terlaksana apabila didukung oleh
ketersediaan logistik TPT yang terjamin bagi seluruh Fasyankes.
Pengelolaan logistik TPT yang baik di setiap tingkat mulai dari fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes), kabupaten/ kota, provinsi, dan pusat
harus dilakukan. Pemahaman pengelolaan logistik TPT perlu ditingkatkan
bukan hanya untuk menjamin ketersediaan obat TPT tapi juga diperlukan
untuk memperkecil kerugian negara yang diakibatkan oleh logistik TPT
yang mengalami kedaluwarsa. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan logistik yaitu perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
distribusi, pencatatan pelaporan, monitoring dan evaluasi penggunaan
logistik TPT. Pengelolaan logistik TPT ini akan berjalan baik apabila ada
dukungan manajemen meliputi sumber daya manusia, organisasi,
pembiayaan, sistem informasi dan jaga mutu yang baik pula.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum


a. Peserta memiliki pemahaman mengenai logistik TPT.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


a. Peserta memiliki pemahaman mengenai Jenis logistik TPT
b. Peserta memiliki pemahaman mengenai pengelolaan logistik TPT
c. Peserta memiliki pemahaman mengenai pencatatan dan pelaporan
logistik TPT di SITB

2
C. Bahasan

1. Pokok Bahasan
Logistik TPT
2. Sub Pokok Bahasan
a. Jenis Logistik TPT
1) Jenis Paduan Obat
2) Jenis Obat
b. Pengelolaan Logistik TPT
1) Perencanaan
2) Pengadaan
3) Penyimpanan
4) Distribusi dan Permintaan
5) Penggunaan
c. Pencatatan dan pelaporan logistik TPT di SITB
1) Permintaan
2) Pengiriman
3) Penerimaan
4) Penggunaan/ Pemakaian
5) Stok Obat TPT, Stok Opname, Penyesuaian

D. Model Pembelajaran

Model pembelajaran modul ini dalam bentuk sistem pemaparan langsung


dimana fasilitator memberikan materi secara interaktif dengan peserta dan
berdiskusi aktif mengenai materi, sebagai berikut:
1. Pemaparan materi dan diskusi
Narasumber:memberikan materi
Peserta :mendengarkan, memahami materi, dan berdiskusi
interaktif dengan fasilitator
2. Praktik Penggunaan SITB
Fasilitator : memandu pengisian SITB
Peserta : melakukan pengenterian data logistik obat TPT

3
BAB II
JENIS LOGISTIK TPT

A. Jenis Paduan Obat TPT

Pilihan paduan pengobatan TPT berdasarkan kelompok sasaran dan usia


adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Jenis Paduan pengobatan TPT
berdasarkan kelompok sasaran dan usia

Plihan Paduan TPT


No Sasaran
3HP 3HR 6H 6Lfx+E

1 Kontak serumah usia < 2 tahun *) √ √

2 Kontak serumah usia 2 – 4 tahun √ √

3 Kontak serumah usia > 5 tahun √ √

4 ODHA usia < 2 tahun *) √ √

5 ODHA usia > 2 tahun **) √ √ √

6 Kelompok risiko lainnya √ √


Kontak serumah semua usia dengan kasus
7 √
indeks TB RO

B. Jenis Obat TPT

Sesuai dengan pilihan pengobatan tersebut diatas, jenis obat TPT yang
disediakan oleh program TBC sebagai berikut:
1. Isoniasid (H) 100 mg dan 300 mg.
2. Rifapentine (Rpt) 150 mg.
3. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) 3HP (Isoniazid 300 mg/ Rifapentine 300
mg).
4. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) 3HR (Isoniazid 50 mg/ Rifampisin 75
mg).
5. Levofloxacin (Lfx) 250 mg dan 100 mg.
6. Etambutol 400 mg dan 100 mg.

4
BAB III
PENGELOLAAN LOGISTIK TPT

Pengelolaan logistik TPT yang dibahas dalam modul ini adalah perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, permintaan dan distribusi, penggunaan atau
pemanfaatan obat TPT. Pengelolaan logistik TPT yang baik memerlukan
Kerjasama yang baik antara pengelola program TBC dan pengelola Farmasi
sesuai dengan kebijakan kebijakan “One Gate Policy” (Kebijakan Satu Pintu).

A. Perencanaan

Perencanaan merupakan langkah pertama dalam mencapai pengelolaan


logistik yang baik, dimulai dari proses pemilihan jenis obat, jumlah obat
yang dibutuhkan, dan evaluasi harga dari setiap jenis obat yang akan
disediakan. Kegiatan perencanaan logistik TPT dilakukan secara
berjenjang dimulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dengan menggunakan
pendekatan perhitungan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
oleh Tim perencanaan obat terpadu yang terdiri dari pengelola program
(Wasor) dan pengelola farmasi. Perencanaan kebutuhan obat TPT harus
mempertimbangkan beberapa hal berikut:

1. Jumlah target pemberian TPT sesuai kelompok sasaran


2. Jumlah pasien TPT yang sedang dalam pengobatan
3. Sisa stok obat TPT yang tersedia
4. Jumlah obat yang sudah dibeli namun belum diterima/ stock in pipeline
5. Masa tunggu (lead time)
6. Periode perhitungan kebutuhan yang diharapkan
7. Dosis setiap jenis obat yang akan diberikan per kg berat badan.

5
Pada dasarnya proses perencanaan perhitungan kebutuhan obat TPT secara
nasional, mengikuti siklus perencanaan logistik OAT dan Non OAT,seperti
pada table dibawah ini :
Gambar 1. Siklus Perencanaan dan Pengadaan Logistik
2022 2023 2024
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Perhitungan Perencanaan
Obat tahun 2022-2023

Periode Perencanaan Obat TB


Penerimaan obat hasil perencanaan tahun 2022
Perhitungan Perencanaan
Obat tahun 2023-2024
Periode Perencanaan Obat TB
Penerimaan obat perencanaan 2024

Perencanaan obat TPT dilakukan pada pada Quartal 1 (Januari – Maret) setiap
tahun, dengan periode perhitungan perencanaan kebutuhan obat selama 2
tahun. Penentuan periode perencanaan obat selam 2 tahun dilakukan karena
obat yang diusulkan tahun ini baru akan tersedia obatnya pada tahun
selanjutnya. Misal, obat yang direncanakan Tahun 2022 baru akan diterima
obatnya pada Tahun 2023.
Tabel 3.1 Proses Perencanaan obat TPT
Tingkat Pelaksana Sumber data Usulan
pelaksana perencanaan kebutuhan
Kabupaten Tim perencanaan 1.Sasaran dan Dikirim ke
obat terpadu target TPT. provinsi
(Pengelola Program 3. Stok obat di
dan Pengelola SITB
Farmasi)
Provinsi Tim perencanaan Hasil rekapitulasi Dikirim ke:
obat terpadu perencanaan 1.Ditjen
obat TPT Pencegahan dan
Kab/Kota Pengendalian
Penyakit
2.Ditjen
Kefarmasian dan
Alkes

Pusat Ditjen Pencegahan Hasil rekapitulasi Dikirim ke Ditjen


dan Pengendalian perencanaan Kefarmasian dan
Penyakit TPT provinsi Alkes

6
Dalam proses perencanaan TPT, dilakukan penghitungan kebutuhan TPT
dari setiap level dengan penghitungan sebagai berikut:

Penghitungan paduan 6H
Tabel 3.2 Perhitungan Paduan 6H
Kelompok Cara Penghitungan Rumus
Anak < 5 tahun 1. Perkiraan jumlah kontak serumah 1. Estimasi insiden TB x 54% x (4-1) orang
den- gan asumsi * Proporsi kasus TB terkonfirma- si bakteriologis (54%),
berat 10 – rata-rata ukuran rumah tangga (4 orang), perkiraan
14 kg sakit TB 1 orang

2. Perkiraan jumlah anak usia dibawah 5 2. Jumlah kontak serumah x 9%


tahun yang layak mendapatkan TPT *Proporsi populasi anak usia dibawah 5 tahun, 9%
6H/eligible (BPS)
3. Perkiraan jumlah INH 100 mg yang 3. Perkiraan jumlah anak <5 tahun yang eligible x 180 hari
dibutuhkan x 1 tablet
*180 hari = Durasi minum obat, 6 bulan (1 bulan = 30
hari)
Anak usia 5- 14 1. Perkiraan jumlah kontak serumah 1. Estimasi insiden TB x 54% x (4-1) orang
tahun dengan asumsi
berat 25 -
2. Perkiraan jumlah anak usia 5 - 14 2. [Jumlah kontak serumah x 9%] x 2
32 kg tahun yang layak *Rasio proporsi populasi anak 5-14 dan <5 tahun =
mendapatkan TPT 6H 2:1 (BPS)

3. Perkiraan jumlah INH 100 mg yang 3. Perkiraan jumlah anak usia 5 - 14 tahun eligible x 180
dibutuhkan hari x 3 tablet
4. Perkiraan jumlah INH 300 mg yang 4. Perkiraan jumlah anak usia 5 - 14 tahun eligible x 180
dibutuhkan hari x 1 tablet
Remaja dan de- 1. Perkiraan jumlah kontak serumah 1.Estimasi insiden TB x 54% x (4-1) orang
wasa usia diatas 15
tahun den- gan
asumsi berat >50 kg 2. Perkiraan jumlah remaja dan 2.Jumlah kontak serumah –jumlah anak usia dibawah 5 tahun
dewasa usia diatas 15 tahun yang yang eligible – jumlah anak usia 5-14 tahun yang eligible
layak mendapatkan TPT 6H
3. Perkiraan jumlah INH 100 mg yang 3.Perkiraan jumlah remaja dan dewasa usia diatas 15 tahun
dibutuhkan yang eligible x 180 hari x 3 tablet
4. Perkiraan jumlah INH 300 mg yang 4. Perkiraan jumlah remaja dan dewasa usia diatas 15 tahun
dibutuhkan yang eligible x 180 hari x 1 tablet
ODHA 1. Perkiraan jumlah ODHA anak usia Jumlah ODHA anak usia < 2 tahun x proporsi ODHA anak usia
< 2 tahun yang layak mendapatkan < 2 tahun x 100% target capaian TPT ODHA anak usia < 2
TPT 6H pada tahun perencanaan
2. Perkiraan jumlah INH 100 mg yang Perkiraan jumlah ODHA anak usia
dibutuhkan < 2 tahun yang eligible x 180 hari x 1 tablet

7
Penghitungan paduan 3(HR)
Tabel 3.3 Penghitungan Paduan 3(HR)
Kelompok Cara Penghitungan Rumus
Anak < 5 tahun 1. Perkiraan jumlah kontak serumah 1) Estimasi insiden TB x 54% x (4-1) orang
dengan asumsi
berat 10 – 14 kg
2. Perkiraan jumlah anak usia < 5 2) Jumlah kontak serumah x 9%
tahun yang layak mendapatkan *Proporsi populasi anak usia dibawah 5 tahun,
TPT 3(HR) 9% (BPS)
(50mg/75mg)/eligible
3. Perkiraan jumlah 3(HR) 3) Perkiraan jumlah anak <5 tahun yang
(50mg/75mg) yang dibu- eligible x 84 hari x 2 tablet
tuhkan *84 hari = Durasi minum obat,3 bulan (1 bulan =
28 hari)
ODHA < 2 1. Perkiraan jumlah ODHA anak 1) Jumlah ODHA anak usia < 2 tahun x pro- porsi
tahun usia <2 tahun yang layak ODHA anak usia < 2 tahun x 100% target
mendapatkan TPT 3(HR) capaian TPT ODHA anak usia < 2 pada tahun
(50mg/75mg) perencanaan
2. Perkiraan jumlah 3(HR) 2) Perkiraan jumlah ODHA anak usia < 2 tahun yang
(50mg/75mg) yang dibu- tuhkan eligible x 84 hari x 2 tablet

Penghitungan paduan 3HP


Tabel 3.4 Penghitungan Paduan 3HP
Kelompok Cara Perhitungan Rumus
Anak usia 2-4 1. Perkiraan jumlah kontak serumah 1) Estimasi insiden TB x 54% x (4-1) orang
tahun dengan
asumsi berat
badan 10-14 kg 2. Perkiraan jumlah anak 2-4 2) Jumlah kontak serumah x 9% x 3/5
tahun yang layak *Proporsi populasi anak usia dibawah 5 tahun, 9%
mendapatkan TPT 3HP/ (BPS); rasio proporsi anak 2-4 tahun dan anak 5
eligible tahun = 3:5
3. Perkiraan jumlah INH 300mg 3) Perkiraan jumlah anak 2-4 tahun yang
yang dibutuhkan eligible x 12 minggu x 1 tablet
*12 minggu = Durasi minum obat,3 bulan (1
bulan = 4 minggu)
4. Perkiraan jumlah P 150mg yang 4) Perkiraan jumlah anak 2-4 tahun yang
dibutuhkan eligible x 12 minggu x 2 tablet
Anak usia 1. Perkiraan jumlah kontak serumah 1) Estimasi insiden TB x 54% x (4-1) orang
5-14 dengan
asumsi berat
badan 25-32 kg
2. Perkiraan jumlah anak 5-14 2) Perkiraan jumlah anak <5 tahun yang
tahun yang layak eligible x 2
mendapatkan TPT 3HP/ *Rasio proporsi populasi anak usia 5-14 tahun
eligible dan <5 tahun = 2:1
3. Perkiraan jumlah INH 100mg 3) Perkiraan jumlah anak 2-4 tahun yang
yang dibutuhkan eligible x 12 minggu x 6 tablet
4. Perkiraan jumlah INH 4) Perkiraan jumlah anak 2-4 tahun yang
300mg eligible x 12 minggu x 2 tablet
5. Perkiraan jumlah P 150mg yang 5) Perkiraan jumlah anak 2-4 tahun yang
dibutuhkan eligible x 12 minggu x 4 tablet

8
Remaja dan 1. Perkiraan jumlah kontak serumah 1) Estimasi insiden TB x 54% x (4-1) orang
dewasa usia
≥15 tahun
dengan asumsi
berat badan >50
kg
2. Perkiraan jumlah remaja 2) Perkiraan total kontak serumah – perkiraan
dan dewasa usia ≥ jumlah anak usia dibawah 5 tahun yang eligible
15 tahun yang layak mendapatkan – perkiraan jumlah anak usia 5-14 tahun yang
TPT 3HP eligible
3. Perkiraan jumlah INH 300 mg yang 3) Perkiraan jumlah remaja dan dewasa usia ≥ 15
dibutuhkan tahun yang eligible x 12 minggu x 3 tablet
4. Perkiraan jumlah P 150mg yang 4) Perkiraan jumlah remaja dan dewasa usia ≥15
dibutuhkan tahun yang eligible x 12 minggu x 6 tablet
ODHA 1. Perkiraan jumlah INH 300mg yang 1) Perkiraan jumlah ODHA usia ≥ 2 tahun yang
dibutuhkan layak mendapatkan TPT 3HP sesuai target
perkiraan ODHA on ART yg memenuhi syarat
utk terapi pencegahan
TPT (ODHA diperiksa TB hasilnya BTA nya negatif)
x 12 minggu x 3 tablet
2. Perkiraan jumlah P 150mg yang 2) Perkiraan jumlah ODHA usia ≥2
dibutuhkan = tahun yang layak mendapatkan TPT 3HP sesuai
target perkiraan ODHA on ART yg memenuhi
syarat utk terapi pencegahan TPT (ODHA
diperiksa TB hasilnya BTA nya negatif) x 12
minggu x 6 tablet

Penghitungan Paduan Pengobatan Pencegahan TB RO (Lfx+E)


Tabel 3.5 Penghitungan Paduan Lfx+E

Obat yang diberikan Dosis Durasi Pengobatan


- Levofloxacin (Lfx) + 1 - Lfx 15-20 mg/kg/ hari
obat sesuai dengan - E 15-25 mg/kg/hari
DST kasus indeks
- Lfx + Etambutol (bila 6 bulan
kasus indeks tidak
resistan Etambutol)
- Lfx saja

B. Pengadaan

Peraturan terkini perihal pengadaan barang dan jasa mengacu kepada


Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Lembaga yang memiliki
kewenangan dalam merumuskan perencanaan dan pengembangan
strategi, penentuan kebijakan serta aturan perundangan pengadaan

9
barang/jasa pemerintah yang sesuai dengan tuntutan perubahan yaitu
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dalam
prakteknya LKPP berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden
RI.

Pengadaan obat TPT dapat dilakukan oleh pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah dengan mematuhi peraturan perundang-undangan
yang berlaku agar efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan
akuntabel. Pengadaan yang baik harus dapat memastikan logistik yang
diadakan sesuai dengan spesifikasi dan jumlah serta tepat waktu sesuai
dengan kontrak/perjanjian kerja dan harga yang kompetitif. Dalam
memenuhi kebutuhan obat TPT yang tidak tersedia didalam negeri dan
obat tersebut belum teregistrasi di Indonesia maka proses pengadaan obat
tersebut dapat melalui pengadaan secara impor.

C. Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan memelihara obat TPT secara fisik dan


administrasi. Penyimpanan logistik yang baik dan benar akan menjaga
mutu obat, mencegah penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
menjaga keberlangsungan persediaan serta memudahkan pencarian dan
pengawasan.

Penyimpanan Obat TPT mempunyai ketentuan penyimpanan sebagi


berikut:
1. Ruang penyimpanan :
• Suhu ruang penyimpanan : <25º C
• Ruangan kering (tingkat kelembaban <40%)
• Ruangan mempunyai ventilasi yang cukup dan dilengkapi dengan
penghalang sinar matahari langsung (kedap cahaya)
• Sirkulasi udara dan penerangan baik
• Mempunyai alat pengukur suhu (termometer) dan kelembaban
(higrometer) serta formulir pencatatan monitoring suhu dan
kelembaban

10
• Mempunyai alat pengatur suhu ruangan (AC, kipas, exhaust fan)
• Mempunyai lemari pendingin.
• Mempunyai lemari dan ruangan khusus
• Mempunyai ruangan administrasi.
• mempunyai ruangan untuk menyimpan logistik yang sudah
kedaluwarsa/rusak.
• Mempunyai alarm pendeteksi kebakaran dan alat pemadam
kebakaran yang dapat digunakan.

2. Penataaan Obat:

• Obat harus ditempatkan diatas palet atau rak


• Obat ditempatkan berdasarkan jenis, bentuk sediaan dan alfabet
• Obat disusun berdasarkan prinsip FEFO/FIFO
• Obat disusun tidak boleh terlalu rapat dan terbalik
• Obat dalam dus tumpukan sesuai dengan ketentuan yang tertera
pada setiap dus
• Kondisi/tempat penyimpanan obat sesuai dengan yang
dipersyaratkan pada kemasan.
• Obat yang rusak dan kedaluwarsa disimpan tempat terpisah
sebelum dimusnahkan.
3. Administrasi Penyimpanan, antara lain tersedia :
• Sistem Informasi TB (software SITB)
• Kartu Stok
• Buku Stok Induk
• Buku Harian Penerimaan dan Pengeluaran Barang.
• Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
• Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
• Daftar Rencana Distribusi
• Sarana administrasi lain seperti: komputer, formulir, printer, ATK

4. Sarana penunjang dan penyimpanan antara lain


• Forklift/Troli
• Genset

11
• Pest control

• Alat pemadam kebakaran

D. Permintaan dan Distribusi

Distribusi adalah pengeluaran dan pengiriman logistik dari satu tempat ke


tempat lainnya dengan memenuhi persyaratan baik administratif maupun
teknis untuk memenuhi ketersediaan jenis dan jumlah logistik agar sampai di
tempat tujuan. Proses distribusi ini harus memperhatikan aspek keamanan,
mutu, dan manfaat. Distribusi dilaksanakan berdasarkan permintaan secara
berjenjang untuk memenuhi kebutuhan logistik di setiap tingkat penyelenggara
program penanggulangan TBC. Alur distribusi, permintaan, dan pelaporan
adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Distribusi, Permintaan, dan Pelaporan Obat TPT

Hal-hal dan tahapan yang harus diperhatikan dalam proses pendistribusian


obat TPT adalah sebagai berikut:
1. Distribusi dari Pusat dilaksanakan atas permintaan dari Dinas Kesehatan
Provinsi.
2. Distribusi dari Provinsi kepada Kabupaten/ Kota atas permintaan
Kabupaten/ Kota.
3. Distribusi dari Kabupaten/Kota berdasarkan permintaan Fasyankes.

12
4. Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Berita Acara Serah Terima
(BAST).
5. Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan logistik maka satuan kerja
penerima menginformasikan ke satuan kerja pengirim untuk dilakukan
relokasi atau penambahan logistik tersebut. Relokasi antar Fasyankes
dalam 1 Kabupaten/ Kota difasilitasi oleh Dinkes Kabupaten/ Kota. Relokasi
antar Fasyankes antar Kabupaten/ Kota difasilitasi oleh Dinkes Provinsi.
Relokasi antar Fasyankes antar Provinsi difasilitasi oleh Kemenkes.
6. Proses distribusi ke tempat tujuan harus memperhatikan
sarana/transportasi pengiriman yang memenuhi syarat sesuai ketentuan
obat atau logistik lainnya yang dikirim.
7. Penerimaan logistik dilaksanakan pada jam kerja.

Tabel 3.6 Jadwal permintaan dan distribusi obat TPT


dilakukan secara berjenjang

Kebutuhan Untuk
Jadwal Permintaan Perkiraan Obat TPT
Triwulan Bulan Dikirim

Fasyankes ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota


Januari s/d Maret Minggu ke-2 bulan Minggu ke-4 bulan
1
November Desember
April s/d Juni Minggu ke-2 bulan Minggu ke-4 bulan Maret
2
Februari
Juli s/d September Minggu ke-2 bulan Mei Minggu ke-4 bulan Juni
3
Oktober s/d Minggu ke-2 bulan Minggu ke-4 bulan
4
Desember Agustus September

Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi


Minggu ke-3 bulan Minggu ke-3 bulan
1 Januari s/d Maret
November Desember
Minggu ke-3 bulan Minggu ke-3 bulan Maret
2 April s/d Juni
Februari
Minggu ke-3 bulan Mei Minggu ke-3 bulan Juni
3 Juli s/d September
Oktober s/d Minggu ke-3 bulan Minggu ke-3 bulan
4
Desember Agustus September
Dinas Kesehatan Provinsi Ke Pusat
(Cq. Substansi TBC dan ISPA)
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan
1 Januari s/d Maret
November Desember

13
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan Maret
2 April s/d Juni
Februari
Minggu ke-4 bulan Mei Minggu ke-2 bulan Juni
3 Juli s/d September
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan
4 Oktober s/d
Agustus September
Desember

E. Penggunaan

Obat TPT yang diberikan kepada pasien harus diberikan sesuai dengan
peruntukannya mengacu kepada standar pengobatan TPT. Selain itu
penggunaan dan pendistribusian obat TPT harus dipertanggungjawabkan
secara administrasi agar prinsip akuntabilitas dapat tercapai. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam prinsip penggunaan obat TPT yaitu :
1. Tepat diagnosis
2. Tepat pemilihan obat
3. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat
4. Tepat lama pemberian obat
5. Waspada terhadap efek samping
6. Harus efektif, aman, bermutu dan berkhasiat
7. Tersedia pada saat yang dibutuhkan
8. Pemberian informasi kepada pasien
9. Tepat tindak lanjut
10. Kepatuhan Pasien

14
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN LOGISTIK TPT DI SITB

Pencatatan dan pelaporan logistik TPT sangat penting dilakukan oleh semua
pemangku kepentingan, mulai dari Fasyankes, Dinas Kesehatan Kab/Kota,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan agar proses
pengelolaan logistik dapat terlaksana dengan baik. Pencatatan semua
transaksi logistik TPT seperti permintaan, pendistribusian,
penerimaan,penyesuaian dan pemakaian stok semuanya harus dicatat
menggunakan software SITB. Pencatatan semua transaksi logistik tersebut
harus dilakukan secara real time setiap saat, untuk memastikan data yang
tercatat di software merupakan data terkini dan valid. Software SITB tersebut
dapat diakses di alamat website SITB di http://sitb.id/sitb/app.

Gambar 4.1 Tampilan Muka Sofware SITB

15
Gambar 4.2 Dashboard (Grafik) Obat TPT

Konsep Pencatatan dan Pelaporan Logistik Obat TPT di SITB adalah


sebagai berikut:

• Pencatatan dilakukan oleh pengelola farmasi di fasyankes, Dinkes


Kabupaten/ Kota, Dinkes Provinsi, dan Substansi TBC dan ISPA sesuai
tupoksi

• Sistem pencatatan berdasarkan transaksi logistik (permintaan,


pengiriman, penerimaan, penggunaan)

• Pencatatan di SITB dilakukan setiap ada transaksi logistik, paling lama


2 hari setelah transaksi terjadi.

• Sistem pencatatan dan pelaporan dapat menggunakan sistem push dan


pull.

• Stok yang dicatat atau dilaporkan hanya yang masih berada di instalasi
farmasi Fasyankes, Dinkes Kabupaten/ Kota, Dinkes Provinsi, dan
Substansi TBC dan ISPA

16
A. Permintaan Obat TPT di SITB

Permintaan logistik TPT dilaksanakan setiap 3 bulan sekali secara


berjenjang menggunakan SITB agar ketersediaan logistik di setiap
tingkatan selalu terpantau. Surat permintaan resmi bisa diupload di SITB.
Di SITB terdapat fungsi Permintaan Masuk dan Permintaan keluar.
Permintaan Masuk adalah notifikasi permintaan logistik dari unit lain ke unit
pemilik akun. Sedangkan permintaan keluar untuk melakukan permintaan
ke unit lain.

Gambar 4.3 Tombol Fungsi Permintaan TPT

Permintaan obat TPT dimulai dari tingkat Fasyankes seperti Puskesmas


dan Rumah Sakit, dan dimintakan ke Dinas Kesehatan Kab Kota
didaerahnya. SITB telah menyediakan secara otomatis fungsi permintaan
dan perhitungan kebutuhan obat TPT, sehingga fasyankes hanya perlu
memasukan data jumlah pasien TPT yang akan diobati saja.

Gambar 4.4 Tombol Fungsi Permintaan TPT Tingkat Fasyankes

17
B. Pengiriman Obat TPT di SITB

Di SITB terdapat fungsi yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan


pengiriman obat TPT. Fungsi pengiriman dibagi menjadi dua yaitu
Pengiriman Masuk dan Pengiriman keluar. Pengiriman Masuk digunakan
untuk melihat notifikasi ada atau tidaknya transaksi pengiriman logistik dari
unit lain ke unit pemilik akun. Sedangkan, pengiriman keluar digunakan
untuk melakukan pengiriman dari unit pemilik akun ke unit lainnya. Jika
terdapat perbedaan antara pengiriman dan penerimaan, pengelola farmasi
dapat melakukan validasi pengiriman.

Gambar 4.5 Tombol Fungsi Pengiriman

18
C. Penerimaan Obat TPT di SITB

Penerimaan obat dapat dilakukan jika ada Pengiriman Masuk ke unit


pemilik akun. Penerimaan Obat Pengadaan Mandiri dapat digunakan jika
ada pengadaan obat secara mandiri di fasyankes, Dinkes Kabupaten/
Kota, dan Dinkes Provinsi. Fungsi ini bisa juga digunakan untuk Fasyankes
yang untuk pertama kalinya menggunakan SITB, dengan tujuan
menyamakan stok yang dimiliki dengan stok yang tercatat di SITB.

Gambar 4.6 Tombol Fungsi Penerimaan.

D. Penggunaan Obat TPT di SITB

Setiap kali ada transaksi pemberian obat TPT kepada pasien maka
pengelola farmasi harus melakukan pengeluaran obat menggunakan
fungsi Pemberian Obat. Pengeluaran stok tersebut untuk
menyeimbangkan stok yang dimiliki di SITB dengan stok real yang tersedia
di Instalasi Farmasi, sehingga jumlah stok selalu update.

19
Gambar 4.7 Tombol Fungsi Pemberian Obat.

E. Stok Obat, Stok Opname dan Penyesuaian

Tombol Fungsi Stok Obat memberikan gambaran situasi stok obat TPT
berdasarkan sumber dana, yang berisi informasi nama obat, tanggal
kedaluwarsa, harga, dan tanggal transaksi terakhir. Stok Opname dapat
digunakan secara rutin setelah mencocokan stok di SITB dengan stok fisik.
Sedangkan Penyesuaian dilakukan jika ada obat TPT yang rusak, hilang,
atau tidak tercatat transaksinya.

Gambar 4.8 Stok obat TPT, Stok Opname, Penyesuaian

20
F. Laporan Manajemen Logistik

Dengan menggunakan software SITB, maka laporan logistik TBC akan


tersedia secara otomatis secara akurat selama semua transaksi logistik
dicatat secara real time. Laporan akan tersedia di sub modul Manajemen
Logistik. Semua hal yang berkaitan dengan laporan dan monitoring logistik
TB baik obat dan obat dapat dilihat pada menu tersebut.

Gambar 4.9 Laporan Manajemen Logistik

21
BAB V
PENUTUP

A. Latihan Soal

Dari data 3 kasus Terapi Pencegahan TBC yang sudah di Input pada sesi
Modul 7 (Pencatatan dan Pelaporan Terapi Pencegahan
Tuberkulosis (TPT)) sebelumnya, lakukanlah permintaan Logistik TPT di
dalam SITB training (http://training.sitb.id/newtraining/app) beserta
dengan Perkiraan jumlah kasus pasien baru yang akan diobati sebagai
berikut:

No. Perkiraan Jumlah Pasien Perkiraan Perkiraan


Baru yang akan diobati Jumlah berat
dalam 1 triwulan Pasien badan
berikutnya pasien
1. Paduan TPT 3HP KDT 3 15kg

2. Paduan TPT 3HP Lepasan 5 13kg

3. Paduan TPT 3HR KDT 2 10kg

4. Paduan TPT 6H 100mg 2 20kg


(INH)

Waktu penginputan data adalah 15 menit.


B. Referensi

• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020. Petunjuk Teknis
Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Panduan Pengelolaan
Logistik Program Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

22
Lampiran.
Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk TBC Sensitif Obat (SO)

TPT 3HP FDC 300 mg TPT 3HR 50/75 mg

Rifapentine 150 mg Isoniazid 100 mg

Isoniazid 300 mg

23
Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk TBC Resisten Obat (RO)

Ethambutol 100 mg Levofloxacin 250 mg

Levofloxacin 100 mg Ethambutol 400 mg

24

You might also like