Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum Mektan
Laporan Praktikum Mektan
A. Referensi
- SNI 03-2827-1992
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya dukung maupun daya
lekat setiap kedalaman.
2. Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat.
3. Untuk mendapatkan tegangan ijin tanah.
Kekurangannnya:
1. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang salah
2. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung
3. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja dengan baik, maka hasil yang diperoleh
bisa meragukan.
C. Peralatan
- Mesin Sondir ringan (2.5 ton ) atau mesin sondir berat (10 ton)
- Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batan dalam sesuai dengan kebutuhan dengan
Panjang masing-masing 1 meter
- Manometer masing-masing 2 buah dengan kapasitas .
i. Sondir ringan 0 50 kgcm2 dan 0 – 250 kgcm2
ii. Sondir berat 0 – 50 kgcm2 dan 0 600 kgcm 2
- Konus dan big konus
- Angker dengan perlengkapan (angker daun atau spiral)
- Kunci-kunci pipa, alat pembersian, oli, minyak hidorolik ( Castrol oli = minyak kastroli ,
SEA 10 ) dan lain.
D. Cara Pelaksanaan
1. Mesin sondir kami pasang dan atur secara vertikal di tempat yang akan diperiksa
dengan menggunakan angker yang dimasukkan secara kuat ke dalam tanah, dalam hal
ini digunakan tiga buah angker. 10
2. Lalu Konus dan Big konus kami pasang sesuai pada kebutuhan pipa pertama.
3. Rangkaian pipa pertama kami pasang bersama biconus tersebut (b) pada mesin sondir.
4. Pipa kami tekan untuk memasukkan big konus sampai kedalaman tertentu, umumnya
setiap 20 cm
5. Setelah itu batang kami tekan, pembacaan manometer dilakukan pada penekanan
pertama, catat hasilnya pada daftar sondir.
6. Pipa kami tekan bersama batang sampai kedalaman berikutnya yang akan di atur,
pembacaan dilakukan setiap penekanan pipa sedalam 20 cm.
7. Perhitungan sondir kami hentikan bila waktu tekanan manometer tiga kali berturut –
turut melebihi 150 kg/cm2
\
E. Kesimpulan
1. Semakin besar nilai perlawanan konus dan jumlah perlawanan pada setiap lapisan
tanah maka semakin keras tanah tersebut. Jika Pembacaan manometer saat pengujian
tiba-tiba naik tinggi maka ujung konus bertemu dengan batu.
2. Dari hasil praktikum, penyondiran dilakukan sampai pada kedalaman 5,8 meter. Hal
ini dikarenakan ditemukan bebatuan yang ditandai dengan terangkatnya alat sondir ke
atas, dengan belum didapatkan tanah keras.
2. UJI BOR SAMPEL (HAND AUGER)
A. Referensi
- ASMT D-1452-65
B. Tujuan
1. Untuk mengambil contoh tanah pada kedalaman tertentu sebagai benda uji di
laboratorium.
2. Untuk mendapatkan contoh tanah dari berbagai kedalamansehingga dapat diketahui
jenis lapisan tanah serta kedalaman muka air tanahdari titik yang sedang diselidiki.
Dengan demikian dapat diketahui sifat – sifat lapisan tanah secara langsung (visual)
pada setiap kedalaman dan menjadi contoh tanah baik undisturb (asli) maupun disturb
(tak asli).
C. Peralatan
- Bor tangan: stang bor (rod), mata bor (auger).
- Pipa lurus dan pipa penyambung dengan panjang masing-masing 1 meter.
- Pipa pemutar.
- Tabung tempat tanah asli (undisturbed sample)
- Linggis, pemukul, kunci pipa, plastik dan lilin cair
D. Cara Pelaksanaan
1. Sebelum melakukan pengeboran, maka kita siapkan dulu alat-alat yang akan kita pakai
untuk pengeboran antara lain matabor iwan kecil (auger), stang bor yang massief ,
pemukul, kunci ingrris, tabung shebly, dan sebaginya. Mata bor iwan kecil dihubungkan
dengan stang dimasukan kedalam tanah secara tegak lurus dengan permukaan pada titik
yang telah di tetap akan. Mata bor ditekan masuk kedalaman tanah dengan cara
memutar stang bor tersebut memakai bantuan kunci kunci pipa atau kunci inggris
sampai kedalaman tertentu.
Dalam hal ini ada dua contoh tanah yang harus diambil yaitu:
- Contoh tanah disturbed (tergantung = tidak asli) diambil tiap interaval 0,50 m daari
muka air tanah (0,50; 1,00; 1,50 dan seterusnya sampai kedalaman 5,00).
- Contoh tanah undistrubed (tidak terganggu = asli) diambil setiap 1,00 m dimuka air
tanah (1,00; 2,00; 3,00 dan seterusnya sampai kedalaman 5,00 meter)
2. Demikian seterusnya sampai kedalaman 1 m. Pada kedalaman tersebut mata bor diganti
dengan tabung contoh tanah asli.
3. Kop penahan pukulan dipukul sehingga contoh tanah dapat masuk ke dalam tabung.
4. Setelah terisi penuh, tabung diangkat. Ujung tanah diratakan dan dibersihkan kemudian
diberi lilin/parafin pada ujung – ujungnya sebagai isolator (agar tanah tetap dalam
keadaan undisturbed).
5. Setelah lilin/parafin mengering contoh diberi label dan ditempatkan pada tempat yang
terlindung
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil boring di atas antara lain:
- Pada kedalaman 0 – 0,2 m merupakan lapisan tanah lempung lanau berpasir sedikit
berkerikil ,coklat/aluvial.
- Pada kedalaman 0,2 – 0,4 m merupakan lapisan tanah lempung lanau berpasir
coklat/aluvial.
- Pada kedalaman 0,4 – 0,6 m merupakan lapisan tanah lempung lanau berpasir
sedikit bekerikil coklat/aluvial
- Pada kedalaman 0,6 – 0,8 m merupakan lapisan tanah lanau lempung coklat.
- Pada kedalaman 0,8 – 1 m merupakan lapisan tanah lanau lempung coklat.
- Pada kedalaman 1 – 1,4 m merupakan pengambilan sampel tanah tak terganggu.
3. TES KONSISTENSI TANAH
(ATTEBERG’S LIMIT)
TES BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
A. Referensi
- ASTM D423-66
- SNI 03-1966-1990
B. Tujuan
Untuk mengetahui batas cair (LL) sampel tanah.
C. Peralatan
- Alat Casagranda
- Alat pembarut
- Pisau Spatula
- Cawan
- Oven
- Timbangan (ketelitian minimal 0,1 gram)
- Botol plastik
- Kapi untuk mencampur tanah
D. Cara Pelaksanaan
1. Pertama - tama contoh tanah diletakkan dalam mangkok porselen sebanyak ± 100 gram,
dicampur dengan air sebanyak kira - kira 15 cc - 20 cc. Diaduk, ditekan - tekan, dan
ditusuk - tusuk dengan spatula. Bila perlu bisa ditambahkan air secara betahap, 1 cc - 3 cc,
diaduk (diaduk sampai benar - benar merata), ditekan - tekan, dan ditusuk -tusuk, air
ditambah lagi dan seterusnya.
2. Apabila adukan telah merata dan kebasahannya telah menghasilkan 30 - 40 pukulan pada
percobaan, maka sebagian adukan diletakkan dalam mangkok Cassagranda, spatula dapat
digunakan untuk menyebar dan meratakan adukan sehingga tidak ada udara yang
terperangkap di dalamnya. Tebal tanah pada bagian terdalam dibuat sebesar 1 cm.
3. Alat pembarut digunakan untuk membuat alur lurus pada garis tengah mangkok searah
dengan sumbu alat, sehingga tanah terpisah menjadi dua bagian yang simetris, dan bentuk
alur harus baik tajam dengan ukuran sesuai dengan alat pembarut. Untuk menghindari alur
yang tidak baik atau tergesernya tanah dalam mangkok, maka dibarut dengan gerakan maju
dan mundur beberapa kali dengan setiap gerakan lebih dalam.
4. Pemutar segera digerakkan, sehingga mangkok terangkat dan jatuh pada alasnya dengan
kecepatan 2 putaran tiap detik, sampai kedua belahan tanah bertemu ± 1,27 cm/0,5 inch.
Lalu jumlah pukulan yang diperlukan dicatat.
5. Pada percobaan pertama, jumlah pukulan yang diperlukan harus 30 - 40 kali. Bila lebih
dari 40 pukulan berarti tanah kurang basah. Maka tanah dikembalikan ke mangkok
porselin, dan ditambah air lagi dan diaduk rata.
6. Mangkok Cassagranda dibersihkan kemudian dikeringkan. Pekerjaan a - d diulangi.
7. Contoh tanah yang telah diuji diambil, lalu diperiksa kadar airnya dengan memasukkannya
ke dalam oven selama ± 16 - 24 jam.
8. Sisa tanah dalam mangkok diambil dan dikembalikan ke cawan porselen, setelah itu
ditambahkan lagi air hingga merata. Cassagranda dicuci dan dikeringkan.
9. Pekerjaan b - h diulangi hingga diperoleh 3 sampai 4 data hubungan antara kadar air dan
jumlah pukulan diantara 15 dan 35 pukulan dengan selisih yang hampir sama pada tiap
pukulan.
10. Percobaan ini dilakukan dari tanah keadaan yang kurang cair kemudian ke keadaan
Saringan No : 40 Air
Penampan untuk
Pan mengaduk tanah
Tanah yang lolos ayakan no : 40
Tanah yang lolos saringan No: 40, kemudian
diaduk dengan air hingga merata dan
kelihatan agak lembek dan siap untuk
ditest. Bila terlalu lembek dapat
cair. ditambahkan tanah di atasnya.
( W 2−W 3 )
Wc ( % ) = x 100 %
( W 3−W 1 )
Catatan :
a. Sebaiknya pengujian dimulai dari tanah dengan kadar air paling kering (pada Butir 5,
mulai dengan wc1 %). Setiap kali sesudah diuji pada tanah ditambahkan air sehingga
kadar airnya meningkat (wc2 %). Demikian seterusnya ditambah air lagi menjadi w c3 %
dan Wc4 %. Jadi wc1 < wc2 < wc3 < wc4.
b. Pengujian boleh dilakukan terhadap 3 (tiga) benda uji saja sebagai berikut :
- satu benda uji untuk jumlah ketukan di atas 25, dua benda uji di bawah 25, atau
- dua benda uji untuk jumlah ketukan di atas 25, satu benda uji di bawah 25
A. Referensi
- ASTM D423-66
- SNI 03-1966-1990
B. Tujuan
Untuk menentukan batas plastis sampel tanah, yaitu nilai kadar air terendah dari suatu
contoh tanah tersebut masih dalam keadaan plastis.
C. Peralatan
- Mangkok porselin (untuk mencampur dan mengaduk tanah)
- Cawan
- Spatula
- Pelat Kaca (untuk menggelintir tanah)
- Timbangan (ketelitian minimal 0,1 gram)
D. Cara Pelaksanaan
1. Tanah diletakkan dalam cawan porselen, dicampur dengan sedikit air, kemudian diaduk
sampai merata. Kadar air tanah yang diberikan adalah sampai tanah bersifat cukup plastis
dan dapat dengan mudah dibentuk menjadi bola dan tidak terlalu melekat di jari bila
ditekan.
2. Tanah tersebut diremas dan dibentuk menjadi bola atau bentuk ellips sampai dengan
diameter ± 8 mm. Kemudian benda uji digiling di atas pelat kaca yang terletak pada bidang
datar di bawah jari - jari tangan dengan tekanan secukupnya sehinggga akan terbentuk
batang - batang diameternya rata.
3. Bila pada penggilingan, diameter batang telah menjadi 3 mm (diukur dengan jangka
sorong) dan ternyata batang ini masih licin, maka batang ini diambil dan dipotong-potong
menjadi 6 atau 8 bagian, kemudian diremas - remas seluruhnya sampai homogen,
selanjutnya digiling seperti tadi. Tanah perlu dikeringkan dengan jalan didiamkan/diaduk -
aduk dalam cawan pencampur.
4. Jika batangan tanah belum mencapai diameter 3 mm sudah menunjukkan retak, maka
tanah tersebut terlalu kering dan percobaan harus diulang dengan menambahkan kadar
airnya.
5. Pekerjaan ini diulang seperti tadi sampai tanah retak – retak dan tidak dapat digiling
menjadi batang yang lebih kecil (meskipun belum mencapai diameter 3 mm).
6. Tanah yang retak – retak tersebut dikumpulkan dan diperiksa kadar airnya.
Saringan No : 40 Air
Penampan untuk
Pan mengaduk tanah
Tanah yang lolos ayakan no : 40 Tanah yang lolos saringan No: 40, kemudian
diaduk dengan air hingga merata dan
kelihatan agak lembek dan siap untuk
ditest. Bila terlalu lembek dapat
ditambahkan tanah di atasnya.
Cawan + tanah
dipanaskan dalam oven
( W 2−W 3 )
Jadi kadar air tanah = Wc ( % ) = x 100 % = Plastic-Limit = PL
( W 3−W 1 )
Indeks Plastis - Plasticity Indeks = IP = LL-PL
E. Kesimpulan
1. Batas Cair
- Nilai batas cair tanah (LL) dapat dilihat dari besaran kadar air yang ditentukan dari
pukulan ke 25 pada grafik.
- Dari persamaan pada grafik tersebut disimpulkan bahwa semakin kecil jumlah ketukan
maka semakin banyak kadar air yang ada pada tanah uji, begitu juga sebaliknya.
2. Batas Plastis
Berdasarkan Grafik USCS diatas, nilai Indeks Plastisitas (PI) dan Batas Cair (LL)
dapat dilihat bahwa sampel tanah yag di uji masuk dalam kategori tanah ML or OL
(inorganic and organic silts and silty clays of low plasticity; rock flour; silty or clayey
fine sands)
4. TES PENENTUAN SPECIFIC GRAVITY
(BERAT JENIS)
Definisi : Specific Gravity, Gs, adalah perbandingan antara Berat Jenis Solid, Ƴs (dari butiran
tanah) dengan Berat Jenis Air (= unit weight of water). Jadi: G, = Ƴs/ Ƴw.
A. Referensi
- ASTM D854-58
- SNI 03-1964-1990
B. Tujuan
Untuk menentukan berat jenis tanah.
C. Peralatan
- Bejana volumetri yang mempunyai volume 500 ml
- Termometer
- Timbangan (ketelitian minimal 0,1 gram
- Air suling (tanpa mengandung mineral,garam,dll.)
- Alat vakum (sebaiknya minimal dapat mengvakum s/d -0,75 bar)
- Mangkok porselin dan penumbuk/penggerus porselin
- Pisau spatula
- Botol plastic
- Oven
- Bejana piknometer
D. Cara Pelaksanaan
1. Piknometer dibersihkan luar dalam dan dikeringkan, kemudian ditimbang (= M1).
2. Tanah dimasukkan kedalam piknometer lalu ditimbang (=M2).
3. Setelah itu, air destilasi ditambah 1/2 sampai 2/3 piknometer. Udara yang terperangkap
diantara butiran tanah harus dihilangkan dengan cara merebus piknometer kira-kira selama
10 menit hingga mendidih, kemudian didinginkan kembali.
4. Setelah dingin air destilasi ditambahkan lagi hingga piknometer penuh lalu ditutup. Bagian
luarnya dikeringkan dengan kain kering. Kemudian piknometer, air dan tanah ditimbang (=
M3) dan suhunya diukur
5. Setelah selesai, piknometer dikosongkan dan dibersihkan kemudian diisi penuh dengan air
destilasi bebas udara. Bagian luarnya dikeringkan dengan kain, lalu ditimbang (= M4).
E. Kesimpulan
A. Referensi
- ASSHTOT- 27-24
- ASTM C-130-46
B. Tujuan
1. Untuk menetukan distribusi ukuran butir dari suatu tanah.
2. Untuk tanah yang butir - butirnya lebih besar dari 0,075 mm (tertahan do saringan no.200),
pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan saringan – saringan (Analisa saringan),
sedangkan untuk tanah yang butirannya lebih kecil dari 0,075 mm (lewat di saringan
no.200), pemeriksaan dilakukan dengan cara sedimentasi yang dapat menggunakan cara
hidrometer atau dengan pipet.
C. Peralatan
- Timbangan dan neraca dengan ketelitian minimal 0.2% dari berat benda uji (umumnya
ketelitian 0.1 gram sudah memadai)
- Satu set saringan : 76.2 mm (3"), 37.5 mm (1.5"), 19.1 mm (3/4").
9.5 mm (3/8") [ No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No. 100 dan No. 200] (standar
ASTM), atau boleh set saringan di antara [......] diganti No.4, No. 10, No. 20, No.40, No.
100, dan No. 200.
- Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)ᵒ C.
- Alat pemisah contoh
- Mesin pengguncang saringan
- Talam-talam dari logam
- Kuas, sikat kunigan, sendok dan alat – alat lainnya.
D. Cara Pelaksanaan
a. Tanah dikeringkan dalam oven.
b. Bongkahan – bongkahan tanah dihancurkan.
c. Tanah yang butiran – butirannya sudah terpisah ditaruh pada ayakan yang sudah disusun
dengan nomor kecil diletakkan paling atas.
d. Ayakan di goyang dengan mesin penggoyang ± 10 menit.
e. Setelah selesai, semua tanah yang tertahan di tiap – tiap ayakan ditimbang.
f. Presentasi dari semua butiran yang lolos dari tiap – tiap ayakan ditentukan
Lengser dari
logam
Catatan :
Pekerjaan ini dilakukan apabila contoh tanah yang tertahan pada ayakan No. 100 dan No. 200
cukup banyak. Apabila contoh tanah yang tertahan ayakan No. 100 dan No:200 relatif sedikit,
maka pekerjaan di atas tidak perlu dilakukan. Berat tanah yang tertahan di atas pan dapat
langsung ditimbang dan dipakai dalam perhitungan.
E. Perhitungan
W1
4 4,760 W1 = 0 x 100 %=0 0 W1→100%
W tot
W2
10 2,000 W2 x 100 %=a (0+a)% = α% (100-α)%
W tot
W3
20 0,840 W3 x 100 %=b (0+a+b)% = β% (100- β)%
W tot
W4
30*) 0,590 W4 x 100 %=c (0+a+b+c)% = χ% (100- χ)%
W tot
W5
40 0,420 W5 x 100 %=d (0+a+b+c+d)% = δ% (100- δ)%
W tot
W6
60*) 0,250 W6 x 100 %=e (0+a+b+c+d+e)% = ɛ% (100- ɛ)%
W tot
W7
100 0,149 W7 x 100 %=f (0+a+b+c+d+e+f)% = ɸ% (100- ɸ)%
W tot
W8
140*) 0,105 W8 x 100 %=g (0+a+b+c+d+e+f+g)% = ɣ% (100- ɣ)%
W tot
W9 (0+a+b+c+d+e+f+g+h)% = η
200 0,075 W9 x 100 %=h (100- η)%
W tot %
WP
Pan - - - -
W tot=….
**) W, dihitung = Wtotal – SW, bila jumlah yang tertinggal diatas ayakan No,100 dan 200
cukup besar.
F. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa persentase butir tanah yang lolos saringan No.200 sebesar 70,2
dan tanah yang hilang selama test 0,32% < 2%
6. TES PENENTUAN BERAT VOLUME
(UNIT WEIGHT OF SOIL)
I. BERAT VOLUME TANAH KOHESIF
A. Referensi
- ASTM D2937-71
- SNI 03-3637-1994
B. Tujuan
1. Menetapkan berat volume beberapa contoh tanah
2. Menetapkan berat basah beberapa contoh tanah
C. Peralatan
- Ekstruder ( Alat untuk mengeluarkan contoh tanah asli)
- Gelas kaca dengan diameter 5.50 -6.50 cm dengan ketinggian kira-
- kira 3.0 - 4.0 cm
- Kaca datar yang mempunyai tiga paku
- Air Raksa
- Mangkok peluberan
- Pisau
- Timbangan dengan ketelitian minimal 0.1 gram
D. Cara Pelaksanaan
1. Mengeluarkan contoh tanah dari tabung contoh dengan extruder.
2. Benda uji ditaruh di dalam cawan yang beratnya sudah ditimbang terlebih dahulu =
Wcawan = W.
Cawan + tanah
Ditimbang
timbangan
Menentukan berat contoh tanah :
4. Air raksa yang tumpah pada Gambar (b) dibersihkan dari mangkok peluberan,
kemudian pada cawan yang berisi penuh air raksa dimasukkan tanah yang sudah
ditimbang tadi dan ditekan dengan kaca 3 paku seperti pada Gambar (c), air raksa
meluber lagi karena ada volume tanah yang ditekan kedalam air raksa.
Air raksa yang tumpah ditimbang = W2
Berat jenis air raksa = 13.6 gram/cm3
Jadi Vair raksa yg meluber = cm3
W2
13.6
Sisi 1
Sisi 2
2.
Cincin berbentuk tabung
dengan diameter
tertentu dan volume
tertentu (= V1)
Ditancapkan
Bagian Cincin/tabung
kedalam tanah
B
asli
Sisi 2 Ujung runcing
Cincin/tabung kemudian ditancapkan kedalam tabung Shelby pada sisi 3 seperti pada gambar.
Sisi 3 kemudian ditutup dengan pelat, dan dilakukan lagi pemotongan dengan gergaji besi
pada tabung Shelby hinggga kira-kira pada batas kedalaman cincin
3.
Sisi 2
Pelat penutup
Wt
Berat volume tanah = ; Vt = volume lubang cincin
Vt
E. Kesimpulan
- Berat isi merupakan perbandingan antara berat tanah basah dengan volumenya dalam
gr/cm3.
- Dari percobaan praktikum berat volume tanah yang didapat yaitu sebesar 1,2 gr/cm3.
7. TES PENENTUAN KADAR AIR
(WATER CONTENT)
A. Referensi
- ASTM D2216-71
- SNI 03-1965-1990
B. Tujuan
1. Untuk memeriksa kadar air suatu contoh tanah.
2. Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang dikandung tanah dengan
berat kering tanah yang dinyatakan dalam persen.
C. Peralatan
- Cawan
- Timbangan yang mempunyai ketelitian minimal 0.1 gram
- Oven
D. Cara Pelaksanaan
1. Contoh tanah dalam cawan ditimbang.
Contoh tanah
Cawan
Berat cawan ditimbang terlebih dahulu = W1
E. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat massa tanah kering pada cawan 1 yaitu 22,56
gram dan kadar airnya sebesar 12 %, massa tanah kering pada cawan 2 yaitu 24,9 gram dan
kadar airnya sebesar 16 %. Sedangkan massa tanah kering pada cawan 3 yaitu 29,6 gram dan
kadar airnya sebesar 15 % Dan kadar air rata-rata sebesar 14 %.
8. UJI TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSION TEST)
A. Referensi
- AASHTO T - 208 – 70
- ASTM D – 2166 – 66
B. Tujuan
1. Untuk menentukan nilai kekuatan tanah tersebut dalam keadaan bebas sampai
mencapai keruntuhan. Kuat tekan bebas adalah besarnya tekanan aksial yang
diperlukan untuk menekan suatu silinder tanah sampai pecah.
2. Untuk menentukan besarnya sudut geser dalam sample tanah.
3. Untuk menentukan besarnya kohesi sample tanah.
C. Peralatan
- Mesin tekan bebas (unconfined compressive machine)
- Alat untuk mengeluarkan contoh tanah (extruder)
- Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter
- Pisau tipis dan tajam
- Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
- Alat gergaji pemotong (contoh tanah) ber’’pisau’’ kawat
- Stopwatch
D. Cara Pelaksanaan
1. Contoh tanah yang akan ditest diambil (dikeluarkan) dari tabung dengan alat extruder ,
kemudian dipotong sesuai dengan alat extruder , kemudian dipotong sesuai dengan
kebutuhan. Potongan tanah yang keluar dari tabung tadi di ambil sepanjang kira-kira
3,50 cm dan tingginya kira-kira setinggi 2 atau 3 kali diameter umunya , ada 2 contoh
tanah yang biasa digambarkan untuk unconfined compression : contoh tanah kecil
dengan diameter ± 3,50 cm , dan contoh tanah besar dengan diameter ± 6,7 cm. cara
memotong contoh tanah (memberi bentuk bulat dengan diameter ± 6,7 atau 3,50 cm)
ada dua macam yaitu dengan alat (A) (trimmer) dan dengan alat (B) (tabung penuh).
Setelah contoh tanah terbentuk dengan diameter 3,50 cm , atau dengan diameter 6,7
cm dan kemudian diukur tingginya (LB & LA). setelah diukur tingginya contoh tanah
tersebut ditimbang. Misalkan beratnya = W1.
2. Contoh tanah yang sudah ditimbang tersebut kemudian dipasang pada alat ‘’unconfined
compression’’ seperti gambar dibawah ini.
Contoh besar atau contoh kecil dapat dipasang pada alat unconfined compression tersebut.
Alat trimmer tersebut diatas dapat membentuk contoh besar maupun contoh kecil , Adapun
caranya adalah sebagai berikut :
- Contoh besar (diameter ± 6,7 cm)
Alat gergaji pemotong berpisau kawat digeserkan pada tiang 2 & 3 dari atas kebawah
sambal memutar penggerak (T) supaya contoh tanah yang lebih besar dari 6,7 cm dapat
dipotong dengan alat gergaji contoh.
- Contoh kecil (diameter ± 3,5 cm)
Alat gergaji pemotong berpisau kawat digeserkan pada tiang 1 & 2 dari atas kebawah
sambal memutar penggerak (T) supaya contoh tanah yang lebih besar dari 3,5 cm dapat
dipotong dengan alat gergaji contoh.
Setelah contoh tanah dipasang pada alat unconfined compression , maka dial beban (DB)
dan dial penurunan (DP) diset pada nilai nol. Engkol (E) diputar dengan kecepatan tetap
untuk memberikan tekanan pada contoh tanah , catat dial beban (DB) dan dial penurunan
setiap 30 detik sampai beban mencapai maksimum dan kemudian sampai dua kali
pembacaan pada kondisi regangan ε = ∆ l/L > 20% (∆ l = dari pembacaan DP dan L =
tinggi benda uji) , atau sampai contoh tanah mengalami keruntuhan (bila ∆ l/L < 20% ,
tetapi tanah sudah runtuh).
3. Setelah pembacaan dial beban dan dial penurunan selesai , maka dilakukan
perhitungan-perhitungan mengenai :
- Berat volume ¿) contoh tanah (lihat tes berat volume)
- Kadar air (wc) contoh tanah (lihat tes kadar air)
- Berat jenis butir (Gs) contoh tanah (lihat tes specicific gravity)
- Berat volume kering ( γ d)
- Angka pori ( e ) Dicari dari data-data
- Derajat kejenuhan (SR) yang sudah diketahui
- Menghitung luas contoh :
Ao
A= ; Ao = luas penampang awal contoh tanah
1−ε
1
= π d2
4
Contoh tanah diameter kecil, d = 3.50 cm
Contoh tanah diameter besar, d = 6.70 cm
- Mengkalibrasi beban dari
Bacaan proving ring dengan
Rumus (sesuai dengan type
Alat)
P = { bacaan proving ring
X konstanta beban} kg
- Menghitung besarnya
Tegangan , akibat
Tekanan :
P
σ= kg/cm2
A