You are on page 1of 7

Nomor: 070/JPN/III/2022 Jakarta, 9 Maret 2022

Kepada Yth:
Bapak. Iman Supriyadi, S.H., M.H
Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Surabaya
Perkara Nomor: 21/Pdt.Sus.PKPU/2020/PN Niaga Sby.
Jalan Raya Arjuno No. 16-18, Kota Surabaya
Jawa Timur,
60251

Perihal: Permohonan Pergantian Kurator atas Keberatan Terhadap


Tindakan Kurator Yang Telah Lalai Dalam Mengurus dan
Membereskan Harta Pailit PT. Lelewatu Sumba Archipelago
(Dalam Pailit).

Dengan Hormat,

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, Caesarea Sembiring, S.Kom., S.H., I
Putu Edwin Wibisana Kartika, S.H., Nugraha Harpal Novten, S.H., M.H.
Jhanzen Marganda, S.H., M.H., Kevin Simanjuntak, S.H. Para advokat yang
berkantor pada JPN Law firm yang berlamat di Jalan Banjar Wijaya B39/35
Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Provinsi Banten, dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama TOKO GUNUNG SELATAN MAKMUR (“Klien”) selaku
Kreditor PT. Lelewatu Sumba Archipelago (Dalam Pailit) yang selanjutnya
disebut (“PT LSA”) dengan registrasi perkara Nomor:
21/Pdt.Sus.PKPU/2020/PN Niaga Sby berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 8
Maret 2022 (terlampir) dengan ini hendak menyampaikan keberatan-keberatan
kami yang akan kami sampaikan sebagai berikut:

1. Bahwa senyatanya Toko Gunung Selatan Makmur telah ditetapkan sebagai


Kreditor atas PT LSA berdasarkan Putusan Kasasi Nomor 1470K/Pdt.Sus-
Pailit/2021 jo 21/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN.Niaga.Sby (terlampir).
Berdasarkan putusan pengadilan tersebut maka telah terbukti Klien
mempunyai tagihan terhadap PT LSA dan dengan ini kami memohon agar
piutang Klien kami dimasukkan/dicatatkan dalam daftar piutang tetap (DPT)
PT LSA.

2. Bahwa terlebih dahulu kami sampaikan, sejak dinyatakan PT LSA pailit


oleh Pengadilan Niaga Surabaya pada Pengadilan Negeri Surabaya, Klien
kami senyatanya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai status
dan perkembangan harta pailit PT LSA selaku Debitor Pailit dari
Kurator yang berwenang untuk mengurus dan membereskan harta
pailit PT LSA.

3. Bahwa tindakan kurator yang tidak memberikan keterangan ataupun


informasi mengenai status dan perkembangan harta pailit debitor kepada
Para Kreditor, maka tindakan tersebut senyatanya telah bertentangan
dengan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (yang
selanjutnya disebut UU 37/2004) yang menyatakan sebagai berikut:

(Pasal 74 ayat 1 UU 37/2004)


“Kurator harus menyampaikan laporan kepada Hakim Pengawas
mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap
tiga bulan.”

(Pasal 74 ayat 2 UU 37/2004)


“Laporan sebagaimana yang dimaksud bersifat terbuka untuk
umum dan dapat dilihat oleh setiap orang dengan cuma-cuma. ”

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka telah jelas membuktikan


Kurator telah lalai dalam melakukan tugasnya, yang mana Kurator
wajib memberitahukan status dan perkembangan harta pailit
Debitor kepada Hakim Pengawas dan Para Kreditor dengan
menyampaikan laporannya setiap tiga bulan.

4. Bahwa pada faktanya, Klien kami mengetahui informasi yang menyatakan


resort milik PT LSA yang saat ini dalam keadaan Pailit masih
melakukan kegiatan operasional tanpa persetujuan Para Kreditor dan
setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, Klien kami senyatanya
mengetahui bahwa tindakan kelangsungan usaha (going concern) yang
dilakukan oleh PT LSA tidak dijalankan oleh Kurator tetapi masih
dijalankan sendiri oleh PT LSA selaku Debitor Pailit (Bukti terlampir).
Hal ini membuktian tindakan Kurator tersebut telah bertentangan dengan
Pasal 26 Ayat 1 UU 37/2004 yang menyatakan sebagai berikut:

(Pasal 26 ayat 1)
“Tuntutan mengenai hak-hak atau kewajiban yang menyangkut
harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator.”

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka telah jelas Kurator


senyatanya telah lalai dalam melakukan tugasnya yang telah
membiarkan PT LSA selaku debitor pailit masih melakukan kegiatan
kelangsungan usaha (going concern) tanpa adanya penetapan
going concern, yang mana kewenangan membereskan dan
mengurus harta pailit PT LSA tersebut adalah Kurator dan bukan
kepada Debitor Pailit.

5. Bahwa tindakan Kurator tersebut juga merupakan suatu pelanggaran


terhadap ketentuan Pasal 179 ayat 1 dan Pasal 180 Ayat 1 UU 37/2004
yang menyatakan sebagai berikut:

(Pasal 179 ayat 1)


“Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana
perdamaian atau jika rencana perdamaian yang ditawarkan tidak
diterima, Kurator atau Kreditor yang hadir dalam rapat dapat
mengusulkan supaya perusahaan Debitor Pailit dilanjutkan”

(Pasal 180 ayat 1)


“Usul untuk melanjutkan perusahaan yang dimaksud pada Pasal
179 Ayat 1 UU 37/2004 wajib diterima apabila usul tersebut
disetujui oleh kreditor yang mewakili lebih dari (satu per dua) dari
semua piutang yang tidak dijamin dengan hak gadai, jaminan
fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan.”
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka telah jelas tindakan Kurator
yang tidak dapat mengamankan harta pailit merupakan suatu
kelalaian, yang mana debitur pailit (PT LSA) yang ingin melakukan
kelangsungan usaha (going concern) tersebut dapat diterima hanya
apabila disetujui oleh Kreditor yang mewakili lebih dari setengah
(1/2) dari seluruh piutang yang diakui yang tidak dijamin dengan
hak jaminan kebendaan.

6. Bahwa Tindakan Kurator yang tidak dapat mengamankan Harta Pailit


tersebut juga merupakan suatu pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 98
UU 37/2004 menyatakan:

(Pasal 98 UU 37/2004)
“Sejak mulai pengangkatannya, Kurator harus melaksanakan semua
upaya untuk mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat,
dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya dengan
memberikan tanda terima”

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka telah jelas Kurator wajib


bertanggungjawab untuk melakukan tindakan pengamanan terhadap
harta pailit, namun pada faktanya tindakan Kurator PT LSA yang
membiarkan PT LSA selaku Debitor Pailit untuk melakukan kegiatan
kelangsungan usahanya sendiri tanpa adanya penetapan going
concern membuktikan bahwa Kurator gagal dalam melaksanakan
tanggungjawabnya untuk mengamankan harta pailit dikarenakan
Debitor masih menguasai harta pailit tersebut.

7. Bahwa melihat tindakan Kurator yang telah lalai dalam mengurus dan
membereskan harta pailit PT LSA maka dengan ini Klien kami memohon
untuk melakukan penggantian Kurator sebagaimana yang dimaksud pada
Pasal 71 UU 37/2004 yang menyatakan:
(Pasal 71 ayat 1 UU 37/2004)
“Pengadilan setiap waktu dapat mengabulkan usul penggantian Kurator
setelah memanggil dan mendengar Kurator dan mengangkat Kurator lain
dan/atau mengangkat Kurator tambahan atas:
a. Permohonan Kurator sendiri;
b. Permohonan Kurator lainnya, jika ada;
c. Usul Hakim Pengawas; atau
d. Permintaan Debitor Pailit

(Pasal 71 ayat 2 UU 37/2004)


“Pengadilan harus memberhentikan atau mengangkat Kurator atas
permohonan atau atas usul Kreditor Konkuren berdasarkan putusan
rapat Kreditor yang diselenggarakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
90 dengan persyaratan putusan tersebut diambil berdasarkan suara setuju
lebih dari ½ jumlah Kreditor Konkuren atau kuasanya yang hadir dalam
rapat dan yang mewakili lebih dari ½ jumlah piutang Kreditor Konkuren
atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut”

(Pasal 72 UU 37/2004)
“Kurator bertanggungjawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam
melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan yang
menyebabkan kerugian terhadap harta pailit”

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka telah terbukti Klien


kami selaku Kreditor Konkuren dapat memberikan usulan kepada
Hakim Pengawas untuk melakukan penggantian Kurator atas tindakan
Kurator yang telah lalai dalam mengurus harta pailit PT LSA selaku
Debitor.

8. Bahwa berdasarkan uraian-uraian diatas, maka telah jelas tindakan


Kurator yang tidak memberikan keterangan/informasi mengenai
perkembangan harta pailit debitor dan tindakan Kurator dalam membiarkan
operasional perusahaan dijalankan sendiri oleh Debitor Pailit tanpa adanya
penetapan going concern terlebih dahulu merupakan bentuk kelalaian
Kurator dalam mengurus harta pailit PT LSA. Berdasarkan hal tersebut,
maka dengan ini Klien kami selaku kreditor terhadap PT LSA memohon
kepada Hakim Pengawas yang terhormat agar dapat melakukan
penggantian Kurator yang bernama Albert Riyadi Suwono, S.H., M.Kn.
dengan SK menkemhuham **** serta memohon kepada Hakim Pengawas
agar usul penggantian Kurator dan Keberatan kami tersebut dapat dibahas
dalam Agenda Rapat Kreditor.

Demikian surat keberatan ini kami sampaikan atas perhatian dan kebijaksanaan
hakim pengawas saya ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,
Kuasa Hukum TOKO GUNUNG SELATAN MAKMUR

I Putu Edwin Wibisana Kartika, S.H

Caesarea Sembiring, S.Kom., S.H

Nugraha Harpal Novten, S.H., M.H.

Jhanzen Marganda, S.H., M.H


Kevin Simanjuntak, S.H

You might also like