You are on page 1of 20

TRANSKULTURAN DALAM KEPERAWATAN : PENGKAJIAN BUDAYA

Dosen Pengampu:

Ns. Yureya Nita, M.Kep

Disusun Oleh:Kelompok 3

Adeliana (21301058)

Anggi Dhea Natasha (21301060)

Annisa Fitri (21301061)

Dusi Andriyadi (21301069)

Nunung Sang Putri (21301081)

Risky Febryan (21301089)

Vina Farida (21301095)

PRODI S1,KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas Segala Rahmat-Nya Yang Senantiasa
Tercurah Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan Makalah Ini. Makalah Ini Dibuat Sebagai
Tugas Mata Kuliah Psikososial Yang Berjudul Transkultura Dalam Keperawatan: Pengkajian
Budaya.

Harapan Penulis, Makalah Ini Dapat Memberikan Manfaat Untuk Pembaca Dalam Mempelajari
Tentang Transkultura Dalam Keperawatan: Pengkajian Budaya . Karena Keterbatasan
Pengetahuan Maupun Pengalaman Penulis, Makalah Ini Masih Banyak Kekurangan Dalam
Pembuatan. Oleh Karena Itu, Penulis Mengharapkan Kritik Dan Saran Dari Pembaca.

Pekanbaru, 7 November 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

BAB II Tinjauan Pustaka

1.1 Pengertian Budaya

1.2 Pengkajian Budaya

1.3 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

1.4 Prinsip-prinsip Pengkajian Budaya

1.5 Konsep Pengkajian Budaya

1.6 Instrumen Pengkajian Budaya

1.7 Cara Pengkajian Budaya

BAB III Penutup

2.1 Kesimpulan

2.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan
terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi,
dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya
pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat
dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori
keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle
range theory dan practice theory.

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah
satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa
daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan
berteriak atau menangis.

Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila
berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut
menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau
memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien
lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.

B. Tujuan Penulisan

Mampu memahami bagaimana cara melakukan pengkajian budaya dan aplikasi teori
Transcultural Nursing dalam pembuatan asuhan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Budaya

Pengertian secara umum kata "kebudayaan" berasal dari kata sansekerta buddhayah, yaitu bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal). Dengan demikian kebudayaan berarti hal-hal yang bersang
bersangkutan dengan akal. Pengertian kebudayaan yang sering dipakai di Indonesia adalah
pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002: 180) kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik din manusia belajar".

Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah
kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupannya yang tidak perlu
dibiasakan melalui belajar. Sedangakan A. L. Kroeber dan C Kluckhon. A. L. dalam bukunya
Culture. A Critcal Review of Concepts and devinitions (1952) mengatakan bahwa kebudayaan
adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas luasnya. (Noorkasiani,
2009)

Koentjaraningrat lebih jauh menguraikan kebudayaan dalam tiga wujudnya yaitu:

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya.

2) Wujud kebudayaan sebagi suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat;

3) Wujudkebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Kebudayaan adalah hasil belajar dan bukan warisan biologi. Kebudayaan dikaitkan dengan
norma, nilai, dan tradisi yang diwariskan dari generasi kegenerasi. Ini juga dianggap sama
dengan etnik.ras, kebangsaan, dan bahasa (Kleinman dan Benson, 2006).

1.2 Pengkajian Budaya


Globalisasi dan perkembangan teknologi modern berdampak pada perubahan kebudayaan di
seluruh dunia. Di nergara berkembang seperti Indonesia, perkembangan teknologi kesehatan
modern juga telah membawa perubahan kebudayaan yang sangat luar biasa. Di satu pihak,
kebudayaan berubah sebagai akibat dari proses adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
sedangkan di pihak lainnya terjadi perubahan kebudayaan karena beradaptasi dengan
perkembangan teknologi modern yang merupakan hasil dari perkembangan peradaban manusia.
Menurut Purnell dan Paulanka (2003). pengaruh utama yang membentuk pandangan seseorang
terhadap dunia dan tingkatan mereka mengidentifikasi kelompok budaya asli mereka disebut
dengan karakteristik primer dan sekunder dari kebudayaan. Karakter primer dari kebudayaan
meliputi: kebangsaan, ras, warna kulit. jenis kelamin, usia dan agama.

Sedangkan karakteristik sekunder menurut Purnell dan Paulanka (2003) meliputi status
pendidikan, status sosial ekonomi, pekerjaan, pengalaman dalam kemiliteran, tempat tinggal,
status pernikahn, status parental, status karakteristik fisik,orientasi seksual, status imigrasi, dan
lam tinggal di suatu aerah atau negara yang bukan daerah atau negara asalnya. Karajteristik
primer dan sekunder akan mempengaruhi pandangan budaya seseorang yang ada didalam suatu
masyarakat karena kebudyaan merupakan serangkaian model kognitif yang dimiliki manusia dan
digunakan secara selektif untuk menghadapi lingkungan yang terwujud dalam tingkah laku dan
tindakannya.

Dalam dunia profesi keperawatan, maka wujud kebudayaan dalam bentuk adat-istiadat yang
terdiri dari nilai-nilai budaya, pandangan hidup. cita-cita, norma-norma serta pengetahuan dan
keyakinan serta dalam wujud sistem sosial perlu dikaji secara lebih mendalam. Dalam menelaah
kebudayaan pasien, perawat akan menemukan bahwa pasien dapat memiliki kebudayaan yang
ideal yang secara khusus memiliki nilai-nilai budaya. pandanagan hidup, cita-cita, norma serta
pengetahuan dan keyakinan.

Selain itu, pasien juga memiliki suatu rangkaian aktivitas dan tindakan yang saling berhubungan
atau berinteraksi dengan orang lain dalam melaksanakan segala hal dalam suatu sistem sosial.
Hal ini yang perlu mendpat perhatian dari para perawat agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang kongruen seera secra budaya (Novicastari, 2013).
1.3 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.

Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:

Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka
ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser
(1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan
berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan tujuh komponen yang ada padaSunrise Model yaitu:

a. Faktor teknologi (technological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran


menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )

Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran
diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factor )

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga
dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di
anggap baik atau buruk. Norma norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.

g Faktor pendidikan ( educational factors )

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

1.4 Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

• Jangan menggunakan asumsi.

• Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus.

• Menerima dan memahami metode komunikasi.

• Menghargai perbedaan individual.

• Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.

• Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.


1.5 Konsep Pengkajian Budaya

Konsep dalam transcultural nursing adalah:

a. Budaya

Norma atau aturan tindakan dari kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk
dalam berfikir, bertindak dan menggambil keputusan.

b. Nilai Budaya

Keinginan individu yang diinginkan atau suatu tindakan yangdipertahankan pada waktu tertentu.

c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan

Bentuk optimal dalam pemberian asuhan keperawatan.

d. Etnosentris

Budaya yang dimiliki orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap budayanya
adalah yang terbaik

e. Finis

Yang berkaitan dengan manusia rasa tau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri
dan kebiasaan yang lazim

f. Ras

manusia didasarkan pada perbedaan macam-macam mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis
ras umumnya dikenal kaukasoid, negroid, mongloid.

g. Etnografi Ilmu Budaya

Pendekatan metologi pada penelitian etnologi agar perawat bias mengembangkan pada
pemberdayaan budaya disetiap individu.

h. Care
Fenomena dengan bimbingan bantuan dan dukungan individu maupun keluarga agar
terpenuhinya kebutuhan actual ataupun potensial demi meningkatnya kondisi dan kualitas pada
kehidupan manusia.

i. Caring

Tindakan untuk membimbing dan mendukung individu ataupun kelompok pada kenyataan yang
nyata, dan antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kehidupan manusia.

j. Cultural care

Kemampuan mengetahu niali dan mendukung individu/kelompok untuk mempertahankan


kesehatan dan berkembangnya pertahanan hidup dalam keterbatasan mencapai kematian dengan
damai.

k. Cultural imposition

Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,praktek dan nilai karena


percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.

1.6 Instrumen Pengkajian Budaya

Sejalan berjalannya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh beberapa


ahli, diantaranya:

a. Sunrise model (Leininger)

Yang terdiri dari komponen:

1. Faktor teknbologi (Technological Factors)

• Persepsi sehat-sakit

• Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan

• Alasan mencari bantuan/pertolongan medis

• Alasan memilih pengobatan alternative


• Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan

2. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)

• Agama yang dianut

• Status pernikahan

• Cara pandang terhadap penyebab penyakit

• Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan

3. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)

• Nama lengkap & nama panggilan

• Umur & tempat lahir,jenis kelamin

• Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga

• Pengambilan keputusan dalam keluarga

4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)

• Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas

• Bahasa yang digunakan

• Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan

• Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)

Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi:

• Peraturan dan kebijakan jam berkunjung

• Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu


• Cara pembayaran

6. Faktor ekonomi (Economical Factors)

• Pekerjaan

• Tabungan yang dimiliki oleh keluarga

• Sumber biaya pengobatan

• Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.

• Patungan antar anggota keluarga

7. Faktor Pendidikan (Educational Factors)

• Tingkat pendidikan klien

• Jenis pendidikan

• Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif

• Pengetahuan tentang sehat-sakit

b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar

Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian
keperawatan transkultural model ini meliputi:

1. Komunikasi (Communication)

Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation), penggunaan


bahasa non verbal, penggunaan diam

2. Space (ruang gerak)

Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan
pergerakan tubuh.

3. Orientasi social (social orientastion)


Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan
kegiatan social keagamaan.

4. Waktu (time)

Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan
social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan datang.

5. Kontrol lingkungan (environmental control)

Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.

6. Variasi biologis (Biological variation)

Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetik,
penyakit yang spesifik pada populasi terntentu, kerentanan terhadap penyakit tertentu,
kecenderungan pola makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan social.

c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle

Komponen-komponenya meliputi:

1. Identitas budaya

2 Ethnohistory

3. Nilai-nilai budaya

4. Hubungan kekeluargaan

5. Kepercayaan agama dan spiritual

6. Kode etik dan moral

7 Pendidikan

8. Politik

9. Status ekonomi dan social


10. Kebiasaan dan gaya hidup

11. Faktor/sifat-sifat bawaan

12. Kecenderungan individu

13. Profesi dan organisasi budaya

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien,
Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non
verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan
kesejahteraan klien.

1.7 Cara Pengkajian Budaya

Sebagai perawat professional, melakukan semua pengkajian dengan kompetensi budaya adalah
hal yang penting. Hal ini melibatkan melibatkan pemahaman tentang budaya pasien sehingga
dapat memberikan perawatan yang lebih baik dalam system nilai yang berbeda, dan bertindak
dengan penghormatan dan pemahaman tanpa menghalangi perilaku dan kepercayaan anda
sendiri (Seidel et al., 2003).

Pengkajian tidak dapat dilakukan dengan lengkap dan akurat tanpa mempertimbangkan latar
belakang budaya pasien. Jika terdapat perbedaan budaya antara perawat dan pasien, maka
kenalilah dengan segera. Anda harus yakin bahwa anda telah menangkap apa yang pasien
maksud, serta tau pasti apa yang klien pikirkan mengenai anda dalam kata dan tindakan. Jika
anda tidak yakin pada apa yang dikatakan pasien, bertanyalah untuk memperjelas memperjelas
hal tersebut. Hal ini dapat menghindarkan menghindarkan anda dari kesimpulan diagnosis yang
salah. Jangan membuat asusmsi mengenai nilai budaya dan perilaku tanpa melakukan konfirmasi
pada klien (Seidel et al., 2003).

Teknik komunikasi yang baik merupakan hal yang penting saat anda mengkaji pasien yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan anda. Jika dilihat dari segi perasaan yang
diungkapkan secara verbal maupun nonverbal, maka komunikasi dan budaya saling
berhubungan, berhubungan. Jika anda dapat mempelajari mempelajari bagaimana bagaimana
orang dengan budaya yang berbea saling berkomunikasi, anda akan dapat mengumpulkan
informasi yang lebih akurat dari klien. Sebagai contoh. bangsa spanyol dan perancis
menggunakan kontak mata saat berkomunikasi. Namun, hal ini merupakan sesuatu yang kasar
dan tidak sopan bagi budaya bangsa Asia dan Timur Tengah. Orang Amerika cendrung suka
menggerakan bola matanya (Seidel et al., 2003). Menggunakan pendekatan yang tepat mengenai
kontak mata akan menunjukan penghargaan kepada penghargaan kepada klien anda sehingga
klien anda sehingga klien akan memberikan klien akan memberikan informasi lebih banyak.
informasi lebih banyak. Adalah hal yang mudah untuk mengeksplorasi perbedaan budaya jika
anda menyisihkan sedikit waktu untuk memikirkan dengan cennat jawaban klien dan
memberikan pertanyaan dengan nyaman. (Seidel et al., 2003).

Berikut ini adalah contoh (pada saat membicarakan penyakit klien) :

• Apa yang menurut Anda salah pada diri Anda?

• Orang-orang mengatakan pada saya bahwa ada beberapa penyakit yang tidak diketahui oleh
dokter dan perawat. Apakah Anda pernah dengar hal ini sebelumnya? Penyakit apakah itu?

• Apakah Anda mengenal seseorang yang mengalami penyakit itu?

• Apakah Anda pernah menderita salah satu penyakit tersebut?

• Apakah Anda pikir Anda mengalaminya saat ini?

Saat anda berinteraksi untuk mengkaji klien khusus, ketahuilah budaya anda terlebih dahulu.
Anda harus menghindari bentuk perepsi terhadap klien berdasarkan pengetahuan pengetahuan
anda mengenai mengenai budaya klien. Lebih baik ingat pengetahuan pengetahuan tersebut,
tersebut, kemudian ajukan pertanyaan dengan cara yang membangun agar anda dapat mengenal
klien lebih baik.
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Pengkajian budaya adalah upaya untuk memperoleh informasi yang akurat dari seorang pasien
yang memungkinkan untuk merumuskan rencana perawatan yang saling diterima dan relevan
secara budaya untuk setiap masalah kesehatan pasien. Perawat mebutuhkan keterampilan untuk
melakukan pengkajian budaya yang sistematis terhadap individu, kelompok, dan masyarakat
terkait dengan keyakinan, nilai,dan praktik budaya mereka.

2.2 Saran

Setelah memahami mengenai pengkajian budaya dalam keperawatan, diharapkan mampu


menerapkannya.dengan adanya teori Leininger tersebut mampu memberikan sedikit arahan
kepada para perawat bagaimana cara menyikapi perbedaan budaya yang dimiliki setiap pasien
dan perawat itu sendiri, sehingga perbedaan budaya tidak akan berpengaruh terhadap proses
asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Putri, D.M.P. (2018). Keperawatan Transkultural : Pengetahuan dan praktik berdasarkan


budaya. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS

Prof.Dr. Darwis, S.Pd., M.Kes , Syaipuddin, SKM, S.Kep., Ns ., M.Kes(2022). Psikososial dan Budaya
Keperawatan. Jawa Tengah : wawasan ilmu.

You might also like