Professional Documents
Culture Documents
Makalah Sutrian Konsep Kep Menurut Gordon
Makalah Sutrian Konsep Kep Menurut Gordon
Dosen Pengampu:
Ns. Syam’ani, S.Kep., M.Kep
NIP 19790225 200112 1 001
Puji syuur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan “Makalah Askep Keperawatan Jiwa
Penyakit Kronik Diabetes Melitus” ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah keperawatan jiwa Ns.
Syam’ani, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing kelompok kami serta teman-teman dan
semua pihak yang terkait dalam penyelesaian dan penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini kedepanya.
Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya, serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan mahasiswa
dan para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diabetes Melitus
B. Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)
C. Etiologi Diabetes Melitus (DM)
D. Patofisiologi Diabetes Melitus (DM)
E. Tanda dan Gejala
F. Menifestasi Diabetes Melitus (DM)
G. Komplikasi Diabetes Melitus (DM)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun
lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan
penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes merupakan
serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup
insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin baik absolut maupun relatif,
akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah.
(masih perlu dilanjutkan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Pada DM tipe 2
Menurut Gale (2014) DM Tipe 2 adalah kondisi heterogen yang dihasilkan dari
kombinasi sekresi insulin yang berkurang dan peningkatan kebutuhan insulin.
Glukagon adalah hormon pasangan insulin yang mengatur pelepasan glukosa hati,
dan peningkatan pelepasan glukagon memainkan peran penting dalam
patofisiologi DM Tipe 2. Kapasitas untuk regenerasi sel beta berkurang atau
hilang pada orang dewasa, dan penurunan massa sel beta terlihat dengan
bertambahnya usia secara paralel dengan meningkatnya risiko DM. Penurunan ini
mungkin dipengaruhi oleh gen terkait DM yang memainkan peran dalam
pemeliharaan dan fungsi sel beta.
Penyebab langsung hiperglikemia adalah kelebihan produksi glukosa oleh hati dan
mengurangi ambilan glukosa dalam jaringan perifer karena resistensi insulin.
Dalam pelepasan sitokin terjadi inflamasi dimana inflamasi ini terjadi sebagai
konsekuensi dari obesitas, yang dapat juga menyebabkan peradangan jaringan.
Juga terdapat distribusi lemak tubuh dan penumpukan lemak intramuskular yang
juga berkaitan dengan tingkat resistensi insulin dimana individu akan rentan
mengakumulasi trigliserida (Gale, 2014).
Patofisiologi Diabetes Melitus tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang
berperan yaitu (Fatimah, 2015):
1. Resistensi insulin
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
secara normal (resistensi insulin). Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari
obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.
2. Disfungsi sel β pankreas
Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa
hepatik yang berlebihan. Fase pertama sel β menunjukan gangguan pada
sekresi insulin, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi akibat resistensi
insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, akan terjadi kerusakan sel-sel β
pankreas secara progresif.
Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan diabetes mellitus
mencakup:
1. Penyakit Makrovaskular (pembuluh darah besar): mempengaruhi sirkulasi
koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak. Misalnya
makroangiopati pada pembuluh darah perifer sehingga bila luka sukar sembuh,
hipertensi akibat peningkatan viskositas dan penurunan elastisitas pembuluh
darah.
Penyakit Arteri Koroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan
peningkatan insidensi infark miokard pada penderita Diabetes Mellitus.
Penyakit Serebrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau
pembentukan embolus ditempat lain dalam sistem pembuluh darah yang
kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah
serebral dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas (TIA = Transient
Ischemic Attack).
Penyakit Vaskuler Perifer
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah merupakan penyebab utama
meningkatnya insiden gangren dan amputasi pada pasien-pasien Diabetes
Mellitus. Hal ini disebabkan karena pada penderita Diabetes Mellitus
sirkulasi buruk, terutama pada area yang jauh dari jantung, turut
menyebabkan lamanya penyembuhan jika terjadi luka.
2. Penyakit mikrovaskular ( pembuluh darah kecil) : mempengaruhi mata,
(retinopati), dan ginjal ( nefropati, kontrol kadar gula darah untuk menunda atau
mencegah awita komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
Retinopati Diabetik
Retinopati Diabetik merupakan kelainan retina yang ditemukan pada
penderita diabetes mellitus dimana retinopati akibat diabetes melitus yang
lama yang dapat berupa melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak
(Ilyas, 2006). Pada retinopati diabetik secara perlahan terjadi kerusakan
pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata sehingga mengalami
kebocoran sehingga terjadi penumpukan cairan (eksudat) yang
mengandung lemak serta pendarahan pada retina yang lambat laun dapat
menyebabkan penglihatan buram, bahkan kebutaan. Bila kerusakan retina
sangat berat, seorang penderita diabetes dapat menjadi buta permanen
sekalipun dilakukan usaha pengobatan (Admin, 2008)
Nefropati
Segera sesudah terjadi diabetes, khususnya bila kadar glukosa darah
meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya,
tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan
tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi
D. Implementasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4283/3/BAB%20II.pdf
http://repository.um-surabaya.ac.id/4292/3/BAB_2_pdf.pdf
https://repository.unair.ac.id/93539/5/5.%20BAB%202%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf