You are on page 1of 2

Ruang Publik

Dalam bukunya Public Space, Stephen Carr menyatakan bahwa ruang publik adalah
fasilitas/wadah tempat berlangsungnya kehidupan komunal kawasan. Ruang-ruang ini dapat
berbentuk jalan, taman, dan alun-alun yang berfungsi sebagai wadah aliran dan pergerakan
manusia. Ruang dinamis ini berfungsi sebagai aliran pergerakan yang mengalir, tempat
orang berinteraksi, bermain, dan aktivitas santai. (Carr, 1992). Untuk menciptakan
lingkungan publik yang responsif terhadap pengguna, ada lima kebutuhan utama yang dicari
orang untuk dipuaskan di ranah publik (Carr, 1992).
1. Kenyamanan merupakan kebutuhan utama yang mendorong seseorang untuk
menggunakan/menginap di ruang publik. Indeks kenyamanan dapat dibaca dari
waktu orang menggunakan tempat tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kenyamanan seseorang pada suatu tempat antara lain faktor lingkungan (cuaca,
angin, sinar matahari), kenyamanan fisik (penyediaan fasilitas yang memadai), dan
kenyamanan psikososial (tenang dan nyaman), suasana aman).
2. Relaksasi adalah pemenuhan kebutuhan dengan kenyamanan psikologis (pikiran).
Untuk memenuhi kebutuhan ini di perkotaan, elemen ekologi seperti pepohonan,
vegetasi, dan fitur air dapat menjadi elemen kontras yang memudahkan seseorang
untuk bersantai.
3. Keterikatan Pasif, yaitu kebutuhan individu untuk menikmati lingkungan tanpa
berinteraksi langsung dengan pengguna lain. Elemen yang membantu menciptakan
keterlibatan pasif datang dalam bentuk pertunjukan, tempat menarik, dan aktivitas
oleh orang-orang di sekitar Anda.
4. Keterlibatan Aktif, adalah kebutuhan individu untuk dapat merasakan tempat dan
orang-orang di sana secara langsung. Bentuk kebutuhan ini merupakan bentuk
interaksi sosial yang melibatkan kontak langsung dengan teman, keluarga, atau
orang asing. Kursi, patung, dan air mancur dapat mempengaruhi penciptaan situasi
yang mendorong interaksi sosial.
5. Penemuan, adalah keinginan untuk mencoba pengalaman baru di suatu tempat.
Kebutuhan tersebut seperti konser, festival, pameran seni, teater, pasar, kegiatan
komunitas, dll dan biasanya bersifat musiman. Dapat dikatakan bahwa ruang publik
berfungsi dengan baik ketika banyak orang yang menggunakannya. Ruang publik
pada dasarnya adalah lingkungan bebas di mana orang dapat memilih untuk
menggunakannya atau pergi ke tempat lain.

Aksesibilitas Pada Ruang Publik


Menurut Salingaros (1999), ruang kota yang baik mudah diakses, dibedakan dari
non-pejalan kaki, dan semua kelompok pengguna (Salingaros dalam Sik, 2016). Faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan ruang perkotaan yang dapat diakses
pejalan kaki yang berkualitas meliputi:
1. Titik Akses Pejalan Kaki Akses pejalan kaki yang baik merupakan faktor penting
dalam fungsi ruang kota (Whyte dalam Sik, 2016). Akses pejalan kaki dapat berupa
akses formal maupun informal. Akses formal terdiri dari akses utama dan akses
langsung dalam suatu area, sedangkan akses informal adalah akses yang
memberikan pilihan kepada pengguna, dan jenis akses ini biasanya terdapat di
jembatan dan kereta bawah tanah. Rencana ini penting karena berkaitan dengan
kinerja individu di lokasi.
2. Akses Universal Akses pejalan kaki harus dapat diakses oleh semua orang tanpa
terkecuali. Pertimbangannya adalah kenyamanan dan keamanan pengguna,
termasuk lansia, anak-anak, ibu hamil, dan penyandang disabilitas.
3. Jenis dan Prevalensi Akses Universal Keragaman akses dapat meningkatkan
keinginan masyarakat untuk berjalan kaki (Levine 2003). Distribusi akses dapat
berupa ramp, level walker, atau tangga.
4. Prioritas Pejalan Kaki Faktor ini menggambarkan prioritas jalur pejalan kaki di atas
jalur kendaraan dengan mempertimbangkan faktor keamanan. Contoh
penerapannya adalah memberikan batasan antara akses pejalan kaki dan
kendaraan.

You might also like