You are on page 1of 87

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

S DENGAN
PENYAKIT GOUT ARTRITIS DI DESA KABONGAN LOR
KABUPATEN REMBANG

Karya tulis ilmiah

Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh

gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun oleh :

Nama: RIA RACHMASARI

Nim: 40901800084

PROGRAM STUDI DIII ILMU

KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNIVERSITAS SULTAN

ANGUNG SEMARANG 2021/2022


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya
tulis ilmiah ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya
bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Semarang, 28 Mei2021

Penulis

RIA RACHMASARI

NIM.40901800084

i
ii
iii
MOTTO
- Doa Usaha Ikhtiar
Tawakkal
- Allah Memberikan Apa Yang Kita Butuhkan Bukan Apa Yang Kita Inginkan
- Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya
(Al.baqoroh,286)
- Laa Haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil azimi
- Dunia Ini Ibarat Bayangan. Kalau Kamu Berusaha Menangkapnya, ia Akan
Lari. Tapi Kalau Kamu Membelakanginya, ia Tak Punya Pilihan Selain
Mengikutimu. ( Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT, suhingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya Ibu Suhartini dan Bapak Didi Rahardi yang tercinta dan
kakak saya wita wulandari, doni suhadi , djuwandi yang tersayang.
Terimakasih atas doa serta dukungannya yang luar biasa di setiap perjalanan
hidup saya dengan penuh perhatian, kasih sayang, serta pengorbanan dan
keikhlasan yang besar terhadap saya serta telah mendukung saya untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Keluarga besar dari bapak dan ibu, terimakasih atas doa dan dukungan yang
kalian berikan kepada saya .
3. Semua Guru-guru saya, bapak ibu dosen yang saya cintai serta seluruh staf
dan karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung .
4. Dosen pembimbing Ibu Ns.Nutrisia Nu'im Haiya, S.Kep., M.Kep saya yang
selalu sabar dalam membimbing dan senantiasa memberi ilmunya kepada
saya.
5. Bapak Ns. Moch. Aspian, M.Kep,Sp.Kep.Kom. Selaku penguji 1 Karya Tulis
Ilmiah
6. Bapak Iwan Ardian, SKM, M. Kep. Selaku penguji 2 Karya Tulis Ilmiah
7. Dosen wali saya Bapak Ns.Suyanto, M.kep tercinta yang selalu memotivasi
saya untuk menjadi mahasiswa dengan bibit unggul.
8. Keluarga besar BEM FIK Unissula, Organisasi Unissula terimakasih telah
mengisi hari-hari saya selama di unissula dengan penuh warna , menjadikan
mahasiswa kuliah pulang rapat .
9. Sahabat-sahabat saya yang selalu setia menemani saya selama ini dalam susah
dan senang yang selalu baik dengan saya dalam hal apapun.

v
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018 D3 Keperawatan yang selalu
memberikan kenangan terindah di setiap waktu yang sudah kita lalui bersama
selama 3 tahun ini. Terimakasih semuanya untuk do’a, dukungan, keseruan
dan kegilaan kalian, yang selalu memberikan motivasi kepada saya untuk
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, serta canda tawa indah yang
akan kita kenang dan kita rindukan di esok hari.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny.S
dengan Penyakit Gout Arthritis di desa Kabongan lor Kab.Rembang"

Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada baginda Rasullah saw,
beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang telah membawa perkembangan islam
hingga seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berkat
bimbingan, pengarahan dan dukungan moral maupun spiritual dari berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih pada :

1. Drs. H. Bedjo Santoso, Ph D Selaku Rektor Universitas Islam Sultan Agung


Semarang.
2. Iwan Ardian, SKM, M. Kep. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
3. Ns. Muhammad Abdurrouf, M. Kep. Selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang
4. Ns.Nutrisia Nu'im Haiya, S.Kep., M.Kep. Selaku Pembimbing Karya Tulis
Ilmiah
5. Ns. Moch. Aspian, M.Kep,Sp.Kep.Kom. Selaku penguji 1 Karya Tulis Ilmiah
6. Rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang khususnya para perawat yang
telah mengajarkan banyak hal .

vii
7. Segenap Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang yang sudah memberikan ilmu pengetahuan dan
pertolongan dengan sabar dan tulus selama proses study.
8. Kepada keluarga terutama ibu dan bapak saya yaitu Ibu Suhartini dan Bapak
Didi Rahardi GG yang tidak pernah putus asa mencari biaya kuliah agar cita-
cita saya dapat tercapai dan tidak pernah berhenti mendoakan yang terbaik
buat saya. Dan tak lupa kakak saya ayuk Wita wulandari, Mas Doni suhadi,
kakak ipar djuwandi,ayuk enni serta keponakan saya yang selalu memberikan
dukungan serta kasih saying yang tulus,ikhlas sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis sangat bangga dan bersyukur
memiliki orang tua ,kaka,adik seperti beliau.
9. Teman – teman satu bimbingan dan tidak lupa juga teman – teman
seperjuangan seluruh prodi D-III Keperawatan Angkatan 2018 yang saya
cintai dan saya banggakan yang telah berjuang bersama – sama untuk meraih
cita – cita yang di impikan untuk masa depan yang cerah.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya pembaca
yang budiman pada umumnya.

Wassalamu;alaikum wr.wb

Semarang,28 Mei 2021

Penulis

RIA RACHMASARI

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN....................................Error! Bookmark not defined.


PEGESAHAN..............................................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................................v
KATA PENGANTAR.................................................................................................vii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................3
C. TUJUAN PENULIS...........................................................................................3
D. MANFAAT PENULIS.......................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
1. Konsep Dasar Lanjut Usia..................................................................................5
a. Pengertiaan......................................................................................................5
b. Aging Proses...................................................................................................5
c. Penurunan fungsi Lansia.................................................................................6
d. Penyakit yang terjadi pada lansia....................................................................8
e. Konsep Askep pada lansia............................................................................10
f. Konsep Penataleksanaan...............................................................................14
2. Konsep Dasar penyakit.....................................................................................15
a. Pengertian Penyakit Gout Athritis................................................................15
b. Etiologi..........................................................................................................16
c. Patofisiologi..................................................................................................17
d. Manifestasi Klinis.........................................................................................18
e. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................19

x
f. Komplikasi....................................................................................................20
BAB III........................................................................................................................21
RESUM ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................21
A. Riwayat Kesehatan...........................................................................................21
B. Pengkajian Psikososial dan Spiritual................................................................24
C. Pengkajian Fungsional Menggunakan Instrumen Indeks Katz........................25
D. Pengkajian Fungsional dengan Menggunakan Instrumen SPMSQ atau MMS26
E. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan.........................................................29
F. Rencana Keperawatan......................................................................................30
G. Implementasi....................................................................................................31
H. Evaluasi / Catatan Perkembangan....................................................................33
BAB IV........................................................................................................................34
PEMBAHASAN..........................................................................................................34
A. Pengkajian Keperawatan..................................................................................34
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................35
C. Intervensi Keperawatan....................................................................................37
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................39
E. Evaluasi............................................................................................................43
BAB V.........................................................................................................................44
PENUTUP...................................................................................................................44
A. Simpulan...........................................................................................................44
B. Saran.................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................46

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gout Artritis (Asam urat) merupakan penyakit metabolis,yang mengakibatkan
timbulnya hiperurisemia atau peningkatan kadar Gout Artritis dalam darah.
Penderita asam urat pertahun meningkat jumlah yang menderita asam urat
terutama pada usia lanjut di Indonesia maupun dunia. Penyakit Gout Artritis
ialah suatu penyakit metabolis (metabolic syndrome). Berkaitan pada pola
makan diit tinggi kadar purin dan kandungan alcohol dalam minuman.
penumpukan kristal MSU (Monosodium urat) terdapat pada jaringan lunak
dan sendi ialah penyebab utama terjadinya peradangan atau inflamasi pada
Asam urat (Wahyu Widyanto, 2017).

Di Indonesia Prevalensi penyakit sendi mengikuti analisis tenaga kesehatan


yakni 13,3 % dan mengikuti analisis dan gejala yakni 18,9%. Sementara
menurut daerah analisis tenaga kesehatan , teratas Aceh ( 13.3%), dilanjutkan
Bengkulu (13.0%), dan Bali (12,7%). Pada tahun 2018, di Jawa tengah
prevalensi penyakit sendi beradai pada deretan ke 16 di indonesia yakni
sebanyak 7,0 % (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Di Dunia prevalensi
Gout Arthritis sejumlah 35,0 %. Asam urat kerap timbul di Negara liberalisme
semacam amerika,prevalensi asam urat di wilayah amerika sejumlah 26,5 %
dari jumlah warga Negara tersebut. Perkembangan asam urat tidak saja
berlaku di Negara liberalism saja,Akan tetapi perkembangan juga terjadi di
Negara berkembang,seperti bangsa Indonesia (Organization, 2017).

Tindakan pelaksanaan teknik non farmakologi penghilang nyeri menggunakan


kompres hangat dan perpaduan hangat dengan jahe. Khasiat kandungan jahe
sangat konstruktif mengurangi nyeri pada penderita gout arthritis sebab jahe
bersifat aromatic dari olerasin semacam gingerol,shagaol,zingeron,dan pahit,

1
hangat,pedas.analgetik,antioksidan yang kuat,potensi anti inflasmasi yang
dimiliki olerasin .bisa mengurangi radang atau nyeri juga dapat menghambat
sintesis prostaglandin (Yulendasari, Sundoro, Cik Ayu Saadiah Isnainy, &
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati Corresponding Author,
2020).
Pelaksanaan non farmakologi untuk penyakit gout atau asam urat seperti
kompres, bagus dalam kompres dingin maupun kompres hangat, perawatan
mandiri pelaksanaan kompres berupaya penurunan suhu tubuh. Zingiber
officinale var rubrum (jahe merah) umumnya sebagai perpaduan bahan obat .
sebab adanya pengaruh farmakologis jahe merah bisa berkhasiat bahan lainya
dikombinasi dengan ramuan herbal . tumbuhan Zingiber officinale var rubrum
pengobatan gout ialah rizoma atau rimpanya. Berdasarkan penelitian winarsih
dan sani 2013,terdiri dari 2 regu intervensi dari 41 narasumber,regu pertama
melakukan intervensi kompres dingin sementara regu dua melakukan
intervensi kompres hangat . keputusan bahwa mean penurunya nyeri skala
pada kompres dingin ialah 1,06 pada kompres hangat sendiri 1,61. Hasil
menunjukan bahwa ke efektifan kompres hangat sebagai pereda rasa nyeri
pada penderita Gout (Samsudin, Kundre, & Onibala, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara warga desa kabongan lor,kabupaten jawa tengah
pengkajian mahasiswa DIII Keperawatan UNISSULA pada tanggal 23
November 2020 berbasis masyarakat. Pasien mengatakan ia menderita asam
urat. Awalnya klien tidak berkenan melakukan pengecekan di puskesmas
terdekat karena takut,sudah melakukan pengecekan 6 bulan yang lalu hasil
mengalami kadar gout arthritis melebihi rentan normal 6,0 mg/dl. gejala yang
timbul lazimnya sama,semacam nyeri hebat di lutut kaki, lazimnya nyeri
dirasakan pada malam hari hingga pagi hari bahkan bisa seharian penuh,yang
di rasakan bengkak dan menjalar sehingga mengganggu aktifitas pasien. Untuk
melakukan kondisi tersebut pasien mengkonsumsi obat penurun asam urat dari
dokter semacam allopurinol dan obat anti nyeri. Jika obat dari dokter habis

2
pasien mengkonsumsi obat-obatan dari warung. Ny.S mengatakan belum
mengetahui jika kompres hangat jahe bisa menurunkan nyeri gout atau asam
urat. jahe dikenal banyak khasiat bagi tubuh tetapi sebagian warga belum
mengatahui bisa mengobati nyeri sendi .Berdasarkan dari kejadian di atas akan
melakukan penelitian tentang "Asuhan keperawatan pada lansia dengan Gout
arthritis kombonasi kompres hangat jahe sebagai penurun nyeri sendi di Desa
Kabongan Lor Kabupaten Rembang ".

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian ini ialah: Bagaimanakah asuhan keperawatan Lansia dengan Gout
arthritis di Desa Kabongan Lor Kabupaten Rembang

C. TUJUAN PENULIS
a. Tujuan Umum
Tujuan pencapainya dari karya tulis ilmiah ini ialah untuk mengetahui
cara pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit asam
urat di desa kabongan lor kabupaten rembang
b. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dalam penulisan karya ilmiah ini ialah :
1) Mengidentifikasi Pengkajian pasien manula dengan penyakit Gout
Arthritis di Desa Kabongan Lor Kabupaten Rembang .
2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien Gout Arthritis
pada lanjut usia ini di Desa kabongan lor Kabupaten Rembang
3) Mengidentifikasi intervensi (perencanaan) keperawatan pada lanjut
usia Gout Arthritis di Desa Kabongan Lor Kabupaten Rembang.
4) Mengidentifikasi implementasi (pelaksanaan) terkait masalah
keperawatan pada lanjut usia dengan penyakit Gout Arthritis di desa
kabongan lor Kabupaten Rembang.

3
5) Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada lanjut usia dengan
penyakit Gout Athritis di desa kabongan lor Kabupaten Rembang.

D. MANFAAT PENULIS
1. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pengetahuan atau sumber
informasi kalangan mahasiswa khususnya dalam melakukan asuhan
keperawatan Gerontik pada pasien Gout.
2. Profesi Keperawatan
Diharapkan dapat menjadi acuan dan menambah wawasan bagi pelaksana
asuhan keperawatan pada pasien Gout Athritis.
3. Lahan praktik
Menambah wawasan dalam upaya meningatkan pelayanan Asuhan
Keperawatan Gerontik/keluarga.
4. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Gout Athritis serta
penanganan secara maksimal dalam masyarakat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Lanjut Usia

a. Pengertiaan
Lanjut usia adalah sekumpulan umur pada manusia yang telah memasuki
fase akhir di lingkup ke hidupan manusia . sekelompok manusia yang
mengalami tahap ini dengan ciri-ciri penurunan kompetensi fisik, fungsi
perubahan organ tubuh. Menurut (Depkes,2013 ), Klasifikasi lanjut usia
dalam katagori berikut :

1) Seseorang yang memiliki usia antara 45-59 tahun disebut pra lansia
atau usia lanjut dini
2) Seseorang usia 60 tahun atau lebih disebut usia tua
3) Seseorang usia 70 tahun lebih,lansia resiko tinggi atau sangat tua

Kesehatan manula disebut proses menua (Aging proses). Aging proses


diartikan suatu perubahan terhadap masa atau batas hidup,bersifat
detrimental,intrinsic,progresif dan universal. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan potensi beradaptasi lingkungan sekitar dan potensi
pertahanan hidup menurun . Aging proses ini serta perubahan fisikologis
terhadap usia lanjut dapat berakibat terjadi kelemahan dan
kemunduran,bisa terjadi implikasi klinik berupa infeksi dan penyakit
kronik. proses penuaan setiap orangnya dan setiap organ-organ tubuh
berbeda , faktor penyebabnya di pengaruhi dari lingkungan sekitar,
penyakit degenerative dan gaya hidup (Kuniano, 2015).

b. Aging Proses
Proses menua ( Aging proses ) perubahan-perubahan lanjut usia dari segi
fisik, mental dan lingkungan social. Proses menua di lihat dari tanda-tanda

5
perubahan yang terdapat pada usia lanjut dari segi fisiknya, mental,dan
keberadaan lansia di lingkungan social tersebut.

1) Terjadi perubahan fisik lansia


Perubahan pada penampilan,perubahan pada bagian fisik,perubahan
fungsi fisikologis,perubahan panca indra ,perubahan seksual
2) Perubahan motoric pada lansia
Motoric dipengaruhi fisik dan psikologis , berakibatkan merosotnya
tenaga dan kekuatan serta dilihat dari sisi psikologis menimbulkan
perasaan rendah diri , kurangnya motivasi dan sebagainya.
3) Perubahan kemampuan mental lansia
Secara menyeluruh, lansia yang terdapat pengalaman intelektual lebih
tinggi , secara relative menurun dalam efisiensi mental berkurang
berbanding lansia intelektual rendah , ini disebabkan terdapat tingkat
menurunya mental bermacam-macam.
4) Perubahan minat lansia
Perubahan minat individu , berorientasi pada diri pribadi dan egois
tidak peduli orang lain , minat bermacam-macam serta berkreasi yang
melekat pada usia lanjut , berkeinginan social , berkeinginan dalam
keagamaan , dan mempersiapkan kematian (SUPRIADI, S.Ag., 2015).

c. Penurunan fungsi Lansia


Penurunan yang terjadi pada lansia meliputi :

1) Penurunan fungsi pada indra pendengaran misalnya tdak terdengar


jelas suara-suara,kalimat dan kata yang sulit di mengerti.
2) Penurunan fungsi pada indra penglihatan.
3) Terjadi penurunan pada kulit yang mengakibatkan keriput,kering,
kekurangan cairan akan menipis tidak elasti lagi.
4) Penurunan keseimbangan dan kekuatan tubuh

6
5) Berkurangnya kepadatan pada tulang ,persendian rentan terjadinya
gesekan, otot menua , ukuran mengecil,volume otot menyeluruh dari
fungsinya terjadi penyusutan dan menurun.
6) Perubahan fungsi respirasi dan kardiovaskular.
7) Mengalami penurunan indra penciuman dan indra pengecapan,
mengalami hilangnya gigi,rasa lapar berkurang,sering mengalami
diare,kembung dan sembelit.
8) Penurunan fungsi kognitif yaitu pada daya ingat,dalam kapasitas
memahami,kapasitas belajar,kapasitas memecahkan masalah,dan
kapasitas dalam mengambil suatu keputusan (Kusumo, 2020).
Menurut(Kuniano, 2015) Penyebab terjadinya proses penuaan sampai
saat ini secara pasti belum di ketahui. Dari para ahli memperkirakan
terjadi sebab adanya senyawa radikal bebas .menurunya beraktifitas
fisik dan arteosklerosis, proses menua ialah suatu tantangan
ditanggulani sebab artinya dengan kemunduran menurunya kapasitas
fisik dan prestasi kerja seseorang.Berakibat menjadi kelompokan
lansia kurang produktif,sangat rentan dengan penyakit,dan
ketergantungan kepada orang lainya. Melakkan kebugaran jasmani
atau olah raga dan bekerja dengan teratur sehingga dapat
memperlambatnya proses menurunya dan kemunduran daya kapasitas
di atas . pada sistem di atas berkaitan dengan terjadinya otot dan tulang
atau aktifitas sistem musculoskeletal,serta jantung dan paru-paru atau
sistem kardiopulmonal. Terjadinya proses menua berakibatkan
penurunan atau kemunduran fungsi organ- organ di lihat pada
1) Jantung dan pembluh darah ( kardiovaskuler )
a) Penurunya volume sedenyut sehingga menyebabkan sktroke
volume atau menurunya isi sekuncup dan cardiac outr put atau
curang jantung.

7
b) Kelenturan penurunan pembuluh darah penyebab terjadinya
meningkatnya tekanan darah dan periper
c) Penurunan terangsang simpatis sino atrial node , terjadi penyebab
menurunya denyut jantung maximum.
2) Respirasi
a) Penurunan elastisitas paru-paru mengakibatkan harus bekrja lebih
keras pada pernafasan dan masuk keluar oksigen paru tidak
maximum
b) Penurunan kapiler lungs,mengakibatkan penurunan ventilasi
3) Persendian dan otot
a) Penurunan jumlah motor unit.
b) Penurunan jumlah mitokondria,kapasitas respirasi otot
kemungkinan terjadinya penurunan dan mudahnya terjadi
kelelahan,penyebab fungsi mitikondria ialah pembuatan adenosine
triphospat ( ATP).
c) Terjadi peningkatan persendian dan kakunya jaringan otot
berakibatkan mobilitas dan stabilitas menurun.
4) Bone ( tulang)
Terjadinya penurunan mineral dalam tulang berakibatkan peningkatan
resiko patah tulang atau di sebut dengan osteoporosis.
5) Meningkatnya lemak tubuh
Disebabkan pergerakan jadi lambat dan peningkatan resiko
terserangnya penyakit.
6) Kyphosis
Penuranan tinggi badan.

d. Penyakit yang terjadi pada lansia


Menurut (WHO,2018) Faktor yang mempengaruhi manula biasanya
terjadi pada genetic,karakteristik ( etnis,status social,jenis kelamin ),

8
perilaku hidup sehat,dan terjadi pada lingkungan fisik dan social misal
kondisi lingkungan sekitar, rumah , komunitas.

Penyakit yang sering terdapat pada lanjut usia ialah :

1) Tekanan darah tinggi atau hipertensi , terjadinya peningkatan darah


sistolik dan distolik lebih dari 140/90 mmhg .
Apabila tidak terkontrol dapat menyebabkan
a) Stroke
b) Gagal jantung
c) Gaangguan penglihatan
d) Gagal ginjal
2) Diabetes mellitus ialah penyakit di sebabkan tinggi gula darah
melebihi 200 mg/ dl di akibatkan rusaknya sel beta pancreas ( produksi
insulin)
3) Artritis ( penyakit sendi)
Penyakit sendi atau artritis ialah penyakit autonimun berakibatkan
rusaknya persendian dan cacatnya akan melakukan control dan
pengobatan waktu panjang .
4) Stroke
Stroke ialah terjadinya penyakit yang diakibatkan oleh suplai O2 dan
nutrition ke otak terjadi gangguan dalam pembuluh darah yang
tersumbat atau pecah.
5) PPOK ( penyakit paru-paru obstruktif kronis )
Penyakit kronik menahun yang di akibatkan oleh terhambatnya aliran
udara di saluran pernafasan , lama kelamaan akan memburuk dan
susah kembali normal
6) Depresi
Ialah perasaan tertekan , mengalami sedih yang terus-menerus terjadi
dalam waktu kurun lebih 2 mingguan (Kusumo, 2020).

9
e. Konsep Askep pada lansia
Pengkajian ialah proses keperawatan langkah pertama,lalu dalam
pengkajian harus di perhatikan data dasar dari pasien,untuk informasi
yang diinginkan pada pasien (Iqbal Nurul dkk, 2011).

Focus pengkajian asuhan keperawatan pada lanjut usia mengalami gout


atritis :

1) Identitas terdiri nama,usia ,jenis kelamin,alamat ,pekerjaan suku


bangsa agama
2) keluhan utama klien mengeluh nyeri pada sendi,bengkak dan terasa
kaku.
3) Riwayat penyakit sekarang klien merasakan nyeri sendi , bengkak ,
kekakuan sendi
4) Riwayat penyakit dahulu penyakit yang di derita oleh pasien , apakah
keluhan dari asam urat di derita sudah lama , apakah kejadian
sebelumnya mendapatkan pengobatan apakah asam urat di seratai
darah tinggi.
5) Riwayat penyakit keluarga , dalam keluarga kaji apakah memiliki
riwayat asam urat kalangan keluarga.
6) Riwayat psikososial, mengkaji respon emosional pasien dalam
lingkungan , respon yang di hasilkan adanya ansietas perorang dengan
rentan bermacam tingkat ansietas yang beda dengan adanya nyeri ,
hambatan mobilitas fisik responden nyeri dan kurangnya pengetahuan
mengenai pengobatan .
7) Pemeriksaan fisik terdiri dari inspeksi , palpasi , perkusi dan auskultasi
dari uung rambut sampai ujung kaki ( head to toe ). Pemeriksaan fisik
di persendian tindakanya dengan melakukan inspeksi dan palpasi .
inspeksi ialah melihat dan pengamatan bagian lutut pasien misal kulit
daerah persendian bentuk posisi saat pergerakan saat diam dll. Palpasi

1
ialah perabaan bagian nyeri pada kulit dilihat juga apakah ada
benjolan.
8) Pemeriksaan diagnosis
a) Peningkatan asam urat dalam darah dan urin
b) Pada aspirasi cairan persendian terdapat cristal urat
c) Sel darah putih penglajuan pengendapan darah terjadi peningkatan
( selama fase akut)
9) Pemeriksaan radiologi
a) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ialah penilaian klinis tentang tindakan pasien
terjadi pada permasalah kesehatan ataupun proses kehidupan yang
dialami pada pasien baik terjadi aktual atau potensial (PPNI, 2017).
Menurut NANDA (2015) Diagnosa penyakit Asam urat yang telah di
sesuaikan dengan SDKI 2017
1) Nyeri akut
2) Gangguan mobilitas fisik
3) Gangguan rasa nyaman
4) Gangguan integritas jaringan kronik akibat adanya kristal urat
5) Gangguan pola tidur
b) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan ialah segala tindakan yang di kerjakan perawat yang
mendasari pada pengetahuan dan nilai klinis untuk pencapaian atau
outcome yang di inginkan(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
1) Nyeri
akut
Tujuan
Sesudah melakukan tindakan keperawatan 3 x 7 jam diharapkan
berkurangnya nyeri
Kriteria hasil
a) Klien mampu pengontrolan nyeri
1
b) Tingkat nyeri menurun (skala nyeri)
Intervensi
a) Identifiksasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi factor yang memperberat dan peringanan nyeri
c) Berikan teknik nonfarmakologis untuk pereda nyeri (kompres
hangat)

2) gangguan Mobilitas Fisik


Tujuan
Sesudah melakukan tindakan pertemuan 1 x 30 menit dapat
beraktifitas kembali
Kriteria Hasil
Klien mampu melatih pergerakan ekternitas
Intervensi
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainya
b) Identifikasi toleransi fisik melatih pergerakan
c) Ajarkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
d) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

3) Gangguan rasa
nyaman Tujuan
Sesudah melakukan tindakan keperawatan 3 x 7 jam diharapkan
merasa nyaman kembali
Kriteria Hasil
a) Bisa terkontrolnya rasa cemas
b) Merasakan kenyamanan
c) Bisa mengontrol nyeri

1
d) Adekuat kualitas tidur dan
istirahat Intervensi
a) Identifikasi tingkat kecemasan
b) Gunakan pendekatan yang menenangkan
c) Gunakan klien menggunakan keamanan dan ketakutan
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Dorong klien untuk menggungkapkan
perasaan,ketakutan,peresepsi
f) Intruksikan klien menggunakan teknik rileksasi
g) Kalaborasi pemberiana obat kecemasan

4) Gangguan integritas jaringan kronik akibat adanya kristal


urat Tujuan
Setelah dilakukan 3x7 jam diharapkan ketebalan dan tekstur
jaringan normal dengan
Kriteria hasil :
a) Tidak ada tandatanda infeksi
b) Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cidera berulang.
Intervensi
a) Anjurkan klien untuk menggunakan alas kaki yang longgar.
b) Jaga kebersihan kulitagar tetap bersih dan kering.
c) Monitor aktivitas dan mobilisasi klien.
d) Monitor kulit akan adanya kemerahan.
e) Monitor status nutrisi klien.
f) Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka.
g) Ajarkan klien tentang luka dan perawatan luka.

5) Gangguan pola
tidur Tujuan

1
Setelah dilakukan 3x7 jam diharapkan jumlah jam tidur klien
dalam batas normal.

Kriteria hasil :

a) Monitor dan catat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam.
b) Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
c) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
d) Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca).
e) Ciptakan lingkungan yang nyaman.
f) Diskusikan dengan klien tentang teknik tidur klien.

c) Implementasi
Implementasi ialah suatu perencanaan di ambil dalam suatu tindakan
selama melakukan fase,implementasi ialah fase kerja actual dari proses
keperawatan suatu rencana yang telah di buat harus dilakanakan dalam
pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan(Nurarif .A.H. dan Kusuma.
H, 2015).
d) Evaluasi
Evaluasi ialah tahap akhir pelaksanaan proses untuk mengukur
keberhasilan dari rencana keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
pasien,jika masalah tidak bisa di pecahkan atau menimbulkan rencana
baru dari perawat harus bisa mengurangi atau menangani yang terjadi
permasalahan pada pasien yang ada (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H,
2015).

f. Konsep Penataleksanaan
Pemataleksanaan pada lansia dengan penyakit Gout sendiri tujuannya dalam
pengobatan sendri ialah pengurangan akibat rasa nyeri,menegakan peran
persendian dan pengurangan insiden paralisis atau di sebut kelumpuhan.

1
Terapi yang di anjurkan harus pengarahan sesuai terjadinya berat ringan gout
artritis tersebut . Utama penataleksanaan terjadi penderita asam urat sendiri
terdiri dari bimbingan pasien mengenai diet,gaya hidup pasien, medikametosa
atau obat-obatan dalam pengobatan yang terjadi pada kondisi factual
penderita,dan pengobatan komorbiditas. Perawatan gout sendiri tergantung
pada fase dari penyakit di derita . Hiperurisemia asiptomik umumnya tidak
melakukan pengobatan,penyerangan akut gout pengobatanya dengan kolkisi
atau antiinflasma non steroid. Pengobatan ini di anjurkan dalam dosisi tinggi
ataupun dosis terlaksananya untuk pengurangan radang aku persendian
(Wahyu Widyanto, 2017).

Sebagai perawat kita harus menangani pengurangan atau penghilangan akibat


ketidak mampuan keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan
,membangunkan minat lansia dan keluarga mengarahkan perbaikan atau
kesadaran mengenai kesehatan,akibat dari ketidak tahuan dan ketidak
sanggupan perawat memberikan motivasi dengan memberikan kepedulian
atau perhatian mengenai kesulitan yang dirasakan dan diderita (Teli, n.d.).
Pemberian terapi farmakologi ataupun non farmakologi,rehabilitasi,serta
edukasi kepada pasien dan keluarga (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) .

2. Konsep Dasar penyakit

a. Pengertian Penyakit Gout Athritis


Gout artritis atau disebut dengan asam urat yaitu suatu penyakit yang yang
terdapat dan tersebar di dunia. Gout artritis yaitu deposisi Kristal
monosodium urat (MSU) atau akibat supersaturasi asam urat terdapat
dalam cairan ekstraseluler yang merupkan sekelopok penyakit heterogen .
Gout artritis merupakan gangguan metabolic yang di timbulkan tingginya
kadar asam dalam darah (hiperurisemia). Kadar urat pada laki-laki
melebihi 7.0 ml/dl pada wanita 6,0 ml/dl. Gout artritis yaitu suatu penyakit

1
metabolisme yang sering terjadi pada wanita posmenopause dan pria
dewasa . berakibatkan dari hiperurisemia peningkatan kadar asam urat
darah dan terdapat penyebab utama dari gout artritis akut dan gout artritis
kronis (Wahyu Widyanto, 2017).

b. Etiologi
Etiologi dari Gout Artritis terdiri dari, konsumsi purin dan minuman
berakohol ,usia,obesitas,riwayat medikasi,gender. Laki-laki memiliki
peningkatan hiperurisema serum asam urat tinggi dari wanita.
pertambahan gout artritis sebelum memasuki usia 30 tahun lebih terdapat
di laki-laki berbanding wanita. tetapi angka terjadi gout artritis jadi sama
antar dua jenis kelamin sesudah umur 60 tahun . meningkatnya prevalensi
gout artritis pada pria bertambahnya usia punjak pencapaian terjadi umur
75 dan 85 tahun. Pemakai obat diuretic ialah penyebab resiko yang
signifikan dalam perkembangan gout artritis . obat tersebut bisa menyebab
meningkatnya reabsorpsi gout artritis dalam ginjal. hal itu dapat
menyebabkan hiperurisemia. aspirin terdapat dosis rendah,biasanya
diresepkan pada kardioprotektif dan juga peningkatan kadar asam urat
lebih dikit pasien lansia. Pasien yang memakai etamburol,niasin dan
pirazinamid ialah pasien yang terdeteksi hiperirisemia (Wahyu Widyanto,
2017).

Faktor resiko orang terkena penyakit gout artritis yaitu konsumsi minuman
keras atau alcohol,alcohol dapat mengakibatkan eliminasi asam urat
melalui urin atau air kencing berkurang akibat gout artritis tertaham dalam
darah. Peningkatan asam laknat plasma terdapat di alcohol. Penghambatan
pengeluaranya asam urat di tubuh akibat asam laknat. Sebab asam urat
lebih meningkat orang yang mengkonsumsi alcohol berbanding orang
tidak menggunakan alcohol. Masing-masing orang pasti memiliki gout
artritis dalam tubuh. Setiap metabolic normal menghasilkan gout artritis .

1
Demikian dampaknya ialah kudapan dan senyawa lainya terkandung
purin. Tersedia 85% senyawa purin di dalam tubuh dari keperluan tiap
harinya,mengatakan bahwa sekiranya 15 % keperluan purin dalam
makanan (Çelik et al., 2018).

c. Patofisiologi
Patofisiologi dari asam urat berkaitan dengan kadar asam urat tinggi
dalam dara yaitu hiperurisemia. Saat pencapaian cairan tubuh kadar asam
urat meningkat. Berakibatkan pengkristalan tidak larut membentuk
presipita dan dalam jaringan lunak akan terposit pada sekujir tubuh.
sementara proses yang bisa Deposisi monosodium urat ialah :

1) Penurunan suhu tubuh berakibat pengurangan larutan urat


monosodium , tubuh bagian perifer yaitu presipital monosodium urat
2) Glikosaminoglikan atau juga bisa di artikan menurunnya kadar
albumin yang bisa penurunan larutan urat.
3) Perangsangn deposisi urat terjadi modifikasi kadar ion dan menurunya
pH.
4) Perangsangan Kristal urat presipital berhubungan dengan trauma.

Penyebabnya inflamensi sendi akut dan mengalami nyeri terjadi saat


pengkristalan pada cairan synovial, kondisi ini yaitu gout artritis. Cara
menghindari kerusakan jaringan dengan inflamensi ialah reaksi ketahanan
tubuh non spesifik berakibatan agen penyebabnya ialah terjadi di sendi
monosodium urat. proses dan tujuan tersebut ialah menetralkandan
melenyapkan agen penyebab dan percegahan luasnya tempat jaringan
lainya. Metode inflamasi tersebut belum di pastikan tetapi dugaan
berpautan dengan perannya mediator kimia dan jaringan salah satunya
pengaktifan jalur komplemen (Kharisma, 2017).

1
Gout artritis serum bisa menyebabkan pelepasanya crystals mososodium
urat dari lapisanya didalam tofus atau bisa di sebut crystals shedding. klien
yang mengalami asam urat atau dengan hiperurisemia asimptomatik
crystals mulai terbentuk di sendi metatarsophalangeal dan lutut yang
dulunya tidak terjadi terserangnya atau serbuan akut . dengan itu asam urat
terlihat pada kondisi tidak terdapat gejala,akan tetapi asam urat darah tinggi
pengkristalan terbentuknya di sendi ( asimptomatik ). Proses inflamasi
yang terlibat dalam proses yang ikut serta yaitu neutrophil,makrofag yang
akan mendapatkan beragam mediator kimiawi di antaranya yaitu
leukotriene,TNF-<,alarmin,interleukin-8,interleukin-6,interleukin 1(Wahyu
Widyanto, 2017).

d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ada beberapa gout artritis yaiut gout artritis akut,
interkritikal gout,asimptomatik,gout atritis dengan tofus menahun. Normal
Gout serum di pria ialah 5.1± 1.0 mg/dl , dan wanita ialah 4.0± 1.0 mg/dl.
Peningkatan nilainya bisa 9-10 mg/dl yang menderita asam urat. Fase
pertama kadar asam dalam darah atau hiperurisemia sifatnya
asimptomatik. Keadaan ini sering terjadi hanya berapa lama dan gejala
dengan numpuknya kadar asam sifatnya silent dalam jaringan.
Meningkatnya kadar asam urat dalam darah berkaitan pada serangan gout
pada fase kedua.

Peradangan sendi terjadi stadium sangat akut yang muncul lebih cepat
terjadi di singkat waktu. Klien tidur tidak timbul gejala. Saat terbangun
dari tidur di pagi hari merasakan sakit hebat dan juga menimbulkan tidak
sanggup berjalan. Umumnya bersifat monoartikuler atau nyeri pada
sendi,membengkak,merasakan hangat,menggigil demam,memerah terjadi
gejala sistemik,dan sering kelelahan. Terserangnya asam urat akut atau
gout akut ditandai terjadinya nyeri di persendian yang berat umumnya

1
sifatnya monoartikular.penyerangan pertama 50% di podagra atau
metatarsophalangeal 1(MTP-1). Lama-kelamaan penyerangan biasanya
menyerang ankles yang kemungkinan bersifat poliartikular. Penyerangan
akut ini diartikan sebagai sembuh bisa beberapa minggu atau beberapa
hari, jika tidak diobati terjadi serangan singkat dan bisa mengenai
beberapa sendi,rekuren yang multiple.Penyerangan asam urat terjadi
eritema luas di area persendian dapat terjadi jka terkena. Biarpun
penyerangan sifatnya sangat nyeri namun dapat sembuh sendirinya terjadi
beberapa hari saja.

Terdapat interval waktu setelah terjadi serangan bersifat interkritikal atau


disebut juga asimpomatik. Tingkatan asam urat menahun biasanya
terdapat pada klien yang mampu berobat sendiri terdapat waktu lama tidak
berobat pada dokter secara menerus. Asam urat menahun umumnya
disertai tofus nodul atau gumpalan Kristal sangat banyak dan terdapat
poliartikuler.Dalam besarnya nodul atau tofus bisa melakukan ekstirpasi.
Tetapi dapatnya sedikit memuaskan. tempat tofus yang sering terdapat
pada MTI-1,telinga,elecranon ,tendon Achilles,jari di tangan. Pada tingkat
ini terkadang bersamaan bledder calculi (batu saluran kemih) sehingga
terjadi penyakit menahun (Wahyu Widyanto, 2017).

e. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Kharisma, 2017) Pemeriksaan yang dilakukan berupa

1) Tes darah atau periksa darah rutin pada asam urat


2) Kreatin darah
3) Pemeriksaan urin 24 jam
4) Mengetahui kadar kretinin urin 24 jam

Melakukan periksaan enzim atas indikasi dan diagnosis.Penting


dikarenakan mengetahui penyebabnya hiperurisemia undexcretion atau

1
overproduction ialah dengan tes kadar asam urat urin 24 jam. Di bawah
600mg/hari pengecekan kadar gout artritis dlam urin 24 jam ialah pada
orang dewasa bisa dibilang normal selama 3 sampai 5 hari sebelum
pengecekan kadar asam bisa mengonsumsi bebas purin. Tetapi penganjuran
mengkonsumsi bebas purin ini tidaklah practical. Bahwa seseorang yang
makan seringnya tanpa larangan purin kadar gout urin 24 jam nilai atas
1000 mg/hari ialah overproduction atau abnormal,dan borderline kadar 800
mg/hari sampai 1000 mg/hari.

f. Komplikasi
komplikasi asam urat seperti severe degenerative arthritis,batu
ginjal,infeksi sekunder,dan terjadinya fraktur terhadap sendi. Yang terjadi
proses dalam inflamasi akut juga pada proses inlamasi kronis sehingga
terjadinya sinovitis kronis disebut dengan kemokin, protease,sitokin dan
oksidan. Gout artritis sudah lama implikasi dengan meningkatnya
perbentukan resiko batu ginjal. Oleh karena itu urin mengandung pH
sedikit atau rendah yang menyetujui pembentukan gout artritisa tidak bisa
larut. Ada tiga hal pemahaman terjadi kelainan pada air seni atau air
kencing yang tergambarkan di penderita uric acid nephrolithiasis ialah
kadar asam urat meningkat dalam urin (hiperurikosuria),penurunan
pelarutan gout artritis (terjadi rendahnya pH),dan meningkatnya
konsentrasi gout artritis terjadi di urin(Wahyu Widyanto, 2017).

2
BAB III
RESUM ASUHAN KEPERAWATAN
Bab ini menjelaskan resuman keperawatan "Asuhan Keperawatan Gerontik pada
Ny. S dengan penyakit Gout artritis yang meliputi Pengkajian,Diagnosa
Keperawatan,Intervensi,Implementasi dan Evaluasi. Pengkajian awal di lakukan
di rumah klien pada tanggal 23 november 2020 jam 10.00 selama 3 hari .

A. Riwayat Kesehatan
Pasien berinisial Ny.S ,beragama islam dengan usia 57 tahun. Status pasien
janda suami meninggal 5 tahun yang lalu mempunyai anak 3 sudah menikah
2. Pasien bangsa Indonesia bersuku jawa alamat Desa Kabongan Lor,
rembang. Bekerja sebagai pedagang manisan. Riwayat kesehatan yang lalu
pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit,klien tidak pernah
mengalami kecelakaan dan tidak memiliki alergi, tidak memiliki penyakit
keturunan,tidak memiliki riwayat mabuk, tidak riwayat pecandu narkoba.
Riwayat kesehatan sekarang pasien timbul masalah kesehatan yang di alami
saat ini,gangguan mobilitas fisik pada Ny S dan mengatakan sering
mengalami nyeri di lutut sebelah kanan. Ny. S mengatakan ia menderita asam
urat. Awalnya klien tidak berkenan melakukan pengecekan di puskesmas
terdekat karena takut,sudah melakukan pengecekan 6 bulan yang lalu hasil
mengalami kadar gout arthritis pas ditanya mengenai hasil asam uratnya
pasien sudah lupa dan hasilnya lupa dimana,dan anaknya membantu
menjawab mengatakan kalau tidak salah melebihi rentang normal yaitu 6,0
mg/dl. Penyakit gout. Akibatnya Ny. S dan sulit berdiri jika dari posisi duduk.
Riwayat kesehatan keluarga tidak ada pantangan makanan apapun,keluarga
tidak mempunyai penyakit keturunan.

2
Genogram

Keterangan :

= laki-laki = klien

= perempuan = hubungan dengan keluarga

= meninggal

= tinggal satu rumah

Kebiasaan sehari-hari pasien faktor biologis dari pola makan klien mengatakan
makan sehari tidak teratur, menggunakan sayur dan lauk pauk. Pola minum klien
mengatakan sering minum air mineral kurang lebih sehari 1.3 liter. Pola tidur
klien mengatakan sulit tidur ketika asam uratnya kambuh dan sering terbangun.
Pola eliminasi BAK: klien mengatakan BAK4-5x lancar berwarna kuning dan
konsisitensi cair, BAB: klien mengatakan BAB 2x sehari dengan konsistensi
lembek . Aktivitas dan istirahat klien mengatakan menghentikan aktivitasnya
ketika asam uratnya kambuh dan beraktivitas lagi sampai rasa nyerinya hilang.
Rekreasi klien mengatakan jarang punyai waktu luang untuk bertamasya,klien

2
masih mampu bekerja untuk memenuhi sandang pangan. Psikologis pasien
keadaan emosi klien mengatakan merintih kesakitan ketika asam uratnya
kambuh. Hubungan social klien mampu bersosial secara baik dengan orang lain,
dan orang yang baru kenal.Klien memiliki sikap yang baik serta ramah tamah
terhadap orang lain. Klien memiliki hubungan yang cukup dekat dengan
keluarganya. Spiritual/kultur,pelaksanaan ibadah Klien mengatakan masih
melakukan ibadah solat lima waktu .Keyakinan terhadap kesehatan klien
meneima penyakit yang diderita dan menyakini jika penyakit ini datangnya dari
allah swt dan terus berupaya berobat dan meminta kesembuhan terhadapnya.
Pemeriksaan fisik klien .Tingkat kesadaran composmentis tanda vital (TD, N, S,
RR), TD: 120/80 mmHg, N: 86/ menit ,S: 36,5 ℃,RR: 24/menit .Pengukuran BB
dan TB ,BB : 50 kg ,TB:152 cm ,pemeriksaan dan kebersihan perorangan,klien
tampak bersih dan mampu merawat dirinya. Pemeriksaan fisik tinjauan Sistem
(jelaskan system-sistem di bawah ini yang terdapat pada klien).

Keadaan umum Klien, klien tampak baik tetapi kadang merasa nyeri pada lutut
kaki kanan hingga tidak bisa jalan ketika penyakitnya kambuh dan hal tersebut
membuatnya menjadi cemas. Integumen (kulit) Integument pada klien tidak ada
luka/lesi,tidak ada pruritus,klien menglami perubahan pigmentasi semakin
bertabahnya usia. Kepala ,klien mengatakan kadang-kadang sakit kepala,tidak
mempunyai riwayat trauma,terkadang sedikit pusing, kulit kepala sedikit
berketombe,rambut sebagian berwarna putih. Mata ,Penglihatan klien sudah
terganggu,klien mengatakan memakai bantuan kaca mata agar penglihatannya
jelas. Telinga,klien tidak ada mengalami masalah pada telingan,masih berfungsi
dengan baik.Mulut dan tenggorokan, klien tidak mengalami masalah pada
mulut,tenggorokan kondisi gigi tampak kotor dan bauk. Bagian leher Klien tidak
mengalami masalah pada leher,tidak ada nyeri ataupun benjolan. Kardiovaskuler
klien tidak mengalami gangguan pada sistem cardiovaskuler. Gastrointestinal,
Klien tidak mengalami gangguan pada system gastrointestinal. Perkemihan klien

2
tidak mengalami masalah pada system perkemihan,frekuensi berkemih dalam
batas normal 6-7x/hari. Musculoskeletal, klien mengatakan nyeri pada lutut kaki
sebelahkanan,sering merasakan kaku saat berjalan,klien mangatakan susah
berjalan saat penyakitnya kumat. System saraf pusat,pada kepala terkadang
merasakan pusing.System endokrin klien tampak mengalami perubahan pada
kulit dan warna rambut .

Pemeriksaan (psikososial/spiritual,Indeks Katz/Barthel Indeks,Status mental


SPSMQ/MMSE)

B. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


1. Psikososial
Ny, S mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain, dan orang yang
baru kenal. Ny S juga memiliki sikap yang baik serta ramah tamah
terhadap orang lain
2. Identifikasi masalah
emosional Tahap 1
a. Apa klien terjadi kesulitan tidur? Ya
b. Apa klien terjadi mengalami kesulitan tidur? Ya
c. Apa klien sering mengalami gelisah? Ya
d. Apa Klien murung dan menangis sendiri? Tidak
e. Apa klien sering was-was dan kuatir? Tidak
f. Selanjutnya ke pertanyaan-pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau
sama dengan 1 jawaban “ya”
Tahap 2
a. Mengeluh lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
Ya
b. Ada atau banyak pikiran ? tidak
c. Apa sering gangguan/masalah dengan PM lain ? Tidak
d. pengguna obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak

2
e. Cenderung mengurung diri? Tidak
f. Bila lebih dari 1 atau sama 1 jawaban
“ya”. Permasalahan Emosional positif (+)
3. Spiritual
Klien menganut agama islam, klien melalukan kewajiban umat islam yaitu
solat lima waktu dan mengikuti acara-acara keagamaan lainnya seperti
pengajian.

C. Pengkajian Fungsional Menggunakan Instrumen Indeks Katz


1. Dikaji menggunakan instrument Indeks Katz atau Barthel
Indeks
Untuk mengetahui penilaian kemandirian pasien dari bathing
pasien A,dressing A,toileting A,transferring A,continence A. dam
Feeding A dan hasilnya bahwa pasien A semua dikatakan mandiri.

Ciri-ciri Penilaian :

1. Indeks Katz A: Mandiri dalam Bathing,Dressing,Toileting,Continence


dan Feeding.
2. Indeks Katz B : Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas.
3. Indeks Katz C : Mandiri kecuali Bathing dan salah satu fungsi lain.
4. Indeks Katz D : Mandiri,kecuali Bathing,Dressing dan satu fungsi lain.
5. Indeks Katz E :Mandiri kecuali Bathing, Dressing, Toileting dan satu
fungsi yang lain.
6. Indeks Katz F: Mandiri kecuali Bathing, Dressing,Toileting,Transfering
dan satu fungsi yang lain.
7. Indeks Katz G : Tergantung pada orang lain untuk semua aktifitas.

HASIL: Klien masuk dalam kategori A karena apa yang dilakukan


secara mandiri tanpa ada bantuan,pengarahan,atau pengawasan,dari

2
orang lain diantaranya yaitu makan, kontinensia (BAK dan BAB),
memakai pakaian,pergi ke toilet,perpindah dan mandi.
2. Dikaji dengan menggunakan instrument BARTHEL INDEKS
Dari pengkajian selanjutnya menggunakan instrument Brathel indeks dan
untuk kriteria makan pasien dengan nilai mandiri 10 keterangan
Frekuensi: 3x sehari (pagi,siang,malam) Jumlah: satu piring Jenis:
kerupuk,sayur,nasi,lauk pauk. Minum nilai dan keterang mandiri 10
Frekuensi: sering,jumlah: lebih dari 1.3 liter sehari ,jenis: air putih.
Beralih atau pindah-pindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya
dengan hasil 15 di sebut mandiri. Personal toilet (cuci muka, menyisir
rambut, gosok gigi) 5 mandiri. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian,
menyekat tubuh menyiram),nilai 5 frekuensi : sering sehari 2x di katakana
mandiri. Mandi dengan nilai 10 mandiri. Jalan di permukaan datar dengan
nilai 5 mandiri frekuensi: sering setiap hari. Naik turun tangga dengan
nilai 10 mandiri. Mengenakan pakaian nilainya 10 mandiri. Kontrol
bowel (BAB) dengan nilai 10 mandiri frekuensi: sehari 2x konsisten
lunak. Kontrol Blader (BAK) nilai 10 frekuensi: 7-8x sehari, warna:
kuning. Olah raga/latihan nilai 10 frekuensi: seminggu sekali,jenis : jalan
pagi. Rekreasi/pernarmanfaatan waktu nilai 10 frekuensi: setiap ada waktu
senggang , jenis : berziarah.
Keterangan:

120 : Kemandiri
65 – 115 : Ketergantungan sebagian
< 60 : Ketergantungan totalitas
HASIL : 120 (mandiri)

D. Pengkajian Fungsional dengan Menggunakan Instrumen SPMSQ atau


MMS
1. Dikaji dengan menggunakan instrument SPMSQ

2
Kemampuan pasien menjawab pertanyaan Short portable mental
status quesionair.
a. Hari ini tanggal berapa ? 23 November 2020 "jawaban pasien benar"
b. Hari apa sekarang ? Senin "jawaban pasien benar"
c. Tempat ini namanya apa ? Rumah "jawaban pasien benar"
d. Dimana alamat anda ? Kabongan lor rembang "jawaban pasien benar"
e. Berapa umur anda ? 57 tahun"jawaban pasien benar"
f. Kapan anda lahir ? 1965 "jawaban pasien benar"
g. Siapa presiden Indonesia ? Jokowi "jawaban pasien benar"
h. Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?Tidak tau " jawaban salah"
i.Ibu pasien namanya siapa ? Pari"jawaban pasien benar"
j. Kurangi 3 dari 20 dan tetap kurangkan 3 dari setiap angka baru,secara
penurunan ? 17, 14, 11, 8, 4 "jawaban pasien benar"
Hasil : Benar : 9, Salah : 1
Interpretasi :

Salah 0 – 3: Fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5: Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8: Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10: Fungsi intelektual kerusakan berat

HASIL : Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )


menghasilkan 8 benar dan 2 salah bahwah fungsi intelektual Ny.A masih
Utuh.

2. Dikaji dengan menggunakan instrument MMSE


Mini mental status exam (aspek kognitif)
Aspek Kognitif
a. Orientasi,Nilai Maks 5,Nilai Klien 5

2
Kriteria
Menyebutkan dengan benar
1) Hari
2) Bulan
3) Tahun
4) Tanggal
5) Musim
6) Dimana kita saat ini
a) Negara Indonesia
b) Propinsi……
c) Kota………
d) Ruang………
(1) Registrasi, Nilai Maks 3, Nilai Klien
4 Kriteria
Menyebutkan 3 objek (oleh pemeriksa) 1 detik untuk
menyebutkan tiap-tiap objek. selanjutnya menanyakan kepada
kelayan ketiga objek tadi (untuk disebutkan)
(2) Perhatian dan Kalkulasi, Nilai 5 Maks , Nilai klien
3 Kriteria
Minta kelayan agar memulai dari angka 100 selanjutnya
dikurangi 7 sampai 5 kali (63, 56, 49, 32, 25)
(3) Mengingat, Nilai Maks 3, Nilai Klien
3 Kriteria
Minta kelayan untuk ulangi ke-3 objek sebelumnya pada
nomer 3 (registrasi) tadi, jika benar 1 point untuk tiap-tiap
objek.
(4) Bahasa,Nilai Maks 9,Nilai Klien 8
Kriteria

2
(a). Menunjukan kepada kelayan dan tanyakan nama suatu
benda pada kelayen (missal kalung atau hendpone).
(b). Meminta kelayan untuk pengulang kata berikut” tidak ada
jika, atau,tetapi,dan". jika benar, nilai 1 point.
(c). Meminta kelayan untuk ikuti perintah selanjutnya yang
terdiri dari 3 tahap : “mengambil kertas yang kita pegang,
dilipat dua dan letakan di lantai”.
– Mengambil kertas
– Melipat dua
– Letak di lantai
(5) Menugaskan kepada kelayan untuk hal selanjutnya (jika
aktivitas setara perintah nilai 1 point)
– Menutup mata anda Perintahkan
– Salin gambar

Interpretasi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental
baik 18 – 22: Kerusakan aspek fungsi mental
ringan
> 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
HASIL : 28 (Aspek kognitif dan fungsi mental baik)

E. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan pengkajian yang di dapat pada 23 November 2020 jam 10.00 di
dapatkan analisa data yang pertama di dasarkan atas data subjektif dari pasien
mengatkan bahwa klien lutut kanan sering mengalami nyeri. akibat nyeri yang
dialami pasien mengakibatkan dari posisi duduk sulit untuk berdiri. data
objektif di peroleh pasien tampak pada bagian gout adanya tonjolan penilaian
PQRSTnya P: Saat berlebihan menjalani aktifitas ,Q : seperti ditusuk tusuk
jarum R : terasa nyeri disekitar lutut kanan, S : 4 (sedang),T : selama 6 –10
menit. Lutut Ny.S tampak bengkak dan kemerahan. Data subjektif dan
2
objektif tersebut muncul masalah nyeri akut berdasarkan dengan agen
pencedera fisiologi.

Pengkajian pada tanggal 23 november jam 10.30 diperoleh data subjektif


pasien dan keluarga tidak tahu bagaimana cara merawat pasien yang
menderita asam urat.Keluarga mengatakan hanya melarang Ny.S konsumsi
makanan jeroan daging- dagingan. Pasien sering konsumsi seperti daun ubi
jaroan makanan yang mengandung zat purin , ikan teri dsb. data objektif yang
dapat kanan lutut Ny.S terlihat bengkak, bisa berjalan tapi sedikit lemah
mengeluh kalau sendinya terasa nyeri,sering kesemutan terasa kebas hampir 6
bulan. Dari data subjektif dan objektif tersebut muncul masalah gangguan
mobilitas fisik berdasarkan kekakuan sendi .

F. Rencana Keperawatan
Untuk diagnosa yang pertama yaitu Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
(proses inflamasi). Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 7 jam
mengharapkan berkurang nyeri dengan kriteria hasil: Klien mampu mengatasi
nyeri,tingkat nyeri menurun (skala nyeri).Dengan intervensi manajemen nyeri,
Identifiksasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.
Identifikasi factor yang memperberat dan peringanan nyeri. Kasih teknik
nonfarmakologis untuk penurunan nyeri (kompres hangat dengan parutan
jahe).
Untuk diagnosa ke dua yaitu gangguan Mobilitas Fisik b.d Kekakuan sendi.
Selepas melakukan tindakan pertemuan 3 x 7 jam dapat beraktifitas kembali.
Dengan kriteria hasil klien mampu melatih pergerakan ekternitas. Dengan
intervensi pengenalan adanya nyeri atau keluhan fisik lainya. Identifikasi
lakukan pergerakan toleransi fisik, agar bisa peningkatan pergerakan harus
melibatkan keluarga. menjelaskan prosedur dan tujuan mobilisasi.

3
G. Implementasi
Dari rencana keperawatan yang telah ditetapkan sesuai dengan perioritas
diagnosa masalah,implementasi dilakukan pada 23-25 november 2020 . pada
hari senin tanggal 23 novemeber 2020 pukul 10.00 WIB dilakukan
implementasi diagnosa pertama memonitor TTV 130/60,nadi:82x menit, suhu
36,5 derajat celcius,RR:24x/menit Mengidentifikasi letak, karakteristik,waktu ,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. Data subjektif : klien mengatakan nyeri
pada bagian sendi kaki (lutut),saat melakukan aktivitas berlebih klien
merasakan nyeri seperti tertusuk, skala nyeri 4, rasa nyeri hilang timbul. Data
objektif : klien tampak merintih kesakaitan menahan nyeri . Mengidentifikasi
factor yang perberat dan peringan nyeri Data subjektif: klien mengatakan nyeri
berkurang saat melakukan aktivitas berlebih saat klien beristirahat Data
objektif: klien tampak merintih kesakitan menahan nyeri. Setelah itu berikan
teknik nonfarmakologis untuk peredaan nyeri (kompres hangat memakai
parutan jahe merah ). Data subjektif : klien mengatakan bersedia mengikuti
terapi kompres hangat sesuai yang diajarkan. Data objektif: klien tampak
kooperatif dalam melakukan terapi.
Pada pukul 13.00 dentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya. Data
subjektif: klien mengatakan nyeri di lutut menyebabkan kakinya susah
bergerak. Data objektif : klien tampak meringis . dalam peningkatan pergerkan
harus melibatkan keluarga. Data subjektif : keluarga mengatakan bersedia
untuk membantu klien dalam meningkatkan pergerakan. Data objektif : klien
tampak kooperatif.
Pada hari kedua hari selasa 24 november 2020 pukul 10.00 melakukan
implementasi pertama yaitu monitor TTV 120/90 , nadi : 82x/menit,suhu : 36
derajat Celsius , RR : 24x/ menit Mengidentifikasi letak,karakteristik,durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. Data subjektif : klien mengatakan nyeri
pada bagian sendi kaki (lutut),saat melakukan aktivitas berlebih klien
merasakan nyeri seperti tertusuk, skala nyeri 3, rasa nyeri hilang timbul. Data

3
objektif : klien tampak agak meringis dan sudah mendingan dari kemarin .
Setelah itu lakukan teknik nonfarmakologis untuk pereda nyeri (kompres
hangat memakai parutan jahe). Data subjektif : klien mengatakan bersedia
mengikuti terapi kompres hangat sesuai yang diajarkan. Data objektif : klien
tampak kooperatif dalam melakukan terapi.
Pada pukul 13.00 implementasi diagnoas ke dua Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi. Data subjektif: klien mengatakan sudah paham tujuan mobilisasi
Data objektif: klien tampak kooperatif dalam mengikuti pendidikan kesehatan.
Dentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya. Data subjektif : klien
mengatakan nyeri di lutut menyebabkan kakinya susah bergerak. Data
objektif: klien tampak meringis. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan. Data subjektif:klien mengatakan bersedia melakukan latihan
pergerakan Data objektif:klien tampak sudah memahami toleransi fisik. Bantu
pasien dalam peningkatan pergerakan harus libatkan keluarga. data subjektif:
keluarga mengatakan bersedia untuk membantu klien dalam meningkatkan
pergerakan Data objektif: klien tampak kooperatif.
Pada hari ketiga hari Rabu 25 november 2020 pukul 10.00 melakukan
implementasi pertama yaitu monitor TTV 120/90,nadi: 82x/menit,suhu: 36
Derajat Celsius,RR: 24x/ menit Mengidentifikasi tempat,karakteristik,durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. Data subjektif : klien mengatakan nyeri
pada bagian sendi kaki (lutut),saat melakukan aktivitas berlebih klien
merasakan nyeri seperti tertusuk,skala nyeri 3,rasa nyeri hilang timbul. Data
objektif: klien tampak sudah mendigan. Setelah itu berikan teknik
nonfarmakologis untuk pengurangan nyeri (Kompres hangat memakai parutan
jahe ). Data subjektif : klien mengatakan bersedia mengikuti terapi kompres
hangat sesuai yang diajarkan. Data objektif : klien tampak kooperatif dalam
melakukan terapi.

3
H. Evaluasi / Catatan Perkembangan
Evaluasi dilakukan pada hari senin 23 november 2020 pukul 11.00 data
subjektif mengatakan nyeri belum berkurang . data objektif yang didapatkan
pasien tampak merintih kesakitan menahan nyeri. Kriteria,P: Nyeri dirasakan
saat melakukan aktivitas berlebih.Q: nyeri seperti di tusuk jarum ,R : nyeri
pada bagian kaki (lutut),S : skala nyeri 4,T : hilang timbul. Maka penulis
menyimpulkan masalah belum teratasi. masih harus melanjutkan intervensi
yaitu mengulang intervensi yang sudah dilakukan sampai menghasilkan hasil
yang maksimal. Evaluasi diagnosa ke dua di jam 13.00 pada data subjektifnya
pasien mengatakan sulit bergerak akibat nyeri di kakinya,data objektif pasien
klien tampak bingung. maka menyimpulkan masalah belum teratasi,masih
harus melanjutkan intervensi yaitu mengulani intervensi di hari selanjutnya
sampai tuntas.
Evaluasi dilaksanakan di hari selasa,24 november 2020 pukul 10.00 evaluasi
diagnosa pertama Data subjektif pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
skala nyeri 2. Data objekti pasien tampak sedikit tenang . Masalah teratasi
sebagian dan masih menulangi intervensi sampai hasil maksimal.
Lanjut dengan evaluasi diagnosa ke dua data subjektif pasien mengatakan
sudah bisa bergerak dan beraktifitas, data objektif pasien tampak komperatif ,
masalah teratasi dan hentikan intervensi.
Evaluasi dilaksanakan di hari rabu, 25 november 2020 pukul 10.00 Evaluasi
diagnosa pertama data subjektif pasien mengatakan sudah tidak merasakan
nyeri lagi setelah tiga hari melakukan pengobatan kompres hangat disertai
parutan jahe. Data objektif klien tampak tenang. Maka penulis menyimpulkan
jika masalah teratasi dan intervensi yang sudah dilakukan perlu dipertahankan.

3
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Asuhan Keperawatan Gerontik
pada Ny.S dengan penyakit Gout Artritis di desa Kabongan Lor Kab.Rembang
yang dilaksanakan pada tanggal 23-25 November 2020. Adapun isi pembahasan
tersebut meliputi proses keperawatan yang berisi pengkajian,analisa masalah
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan atau intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Dalam menulis karya tulis ilmiah, penulis mempelajari literatur yang berkaitan
dengan kasus ini. Subyek pada kasus karya tulis ilmiah ini adalah Lanjut usia
dengan penyakit Gout Atritis.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian ialah langkah awal yang paling penting dalam proses keperawatan
sebab tanpa adanya pengkajian yang tepat dan akurat maka tidak akan
menghasilkan diagnosa keperawatan yang baik serta dapat menimbulkan
kesalahan dalam melakukan tindakan. pengkajian dapat memberikan
hubungan terapeutik antara perawat dan pasien. Dalam keperawatan Geriontik
pengkajian dilakukan dengan cara wawancara yang dilakukan oleh perawat
pada lansia yang menderita penyakit dan menggali atau mengetahui keadaan
lanjut usia oleh perawat pada lansia. Atau apa saja masalah yang dirasakan
pada lansia tersebut. Tujuannya ialah untuk mengetahui status
kesehatan,ketidakmampuan fungsional, keterbatasan dan sebagainya.

Berdasarkan pengkajian yang di dapat pada 23 November 2020 jam 10.00 di


dapatkan analisa data yang pertama didasarkan atas data subjektif dari pasien
mengatkan bahwa pasien sering mengalami nyeri di kaki(lutut)kanan . akibat
nyeri yang dialami dari posisi duduk pasien sulit untuk berdiri. Data objektif

3
di peroleh pasien tampak terdapat benjolan pada bagian Gout Artritis
penilaian PQRSTnya P: Saat melakukan aktifitas berlebih,Q : seakan tertusuk
jarum, R: Terasa nyeri dibagian kaki (lutut) kanan, S : 4 (nyeri sedang),T :
selama 6 – 10 menit. Lutut Ny.S terlihat bengkak dan kemerahan. Data
subjektif dan objektif tersebut muncul masalah nyeri akut berdasarkan dengan
agen pencedera fisiologi.

Pengkajian pada tanggal 23 november jam 10.30 diperoleh data subjektif


pasien dan keluarga tidak tahu cara melakukan merawat pasien penderita gout
atritis. Keluarga hanya melarang Ny.S konsumsi makanan seperti daun ubi
jeroan. Pasien sering konsumsi makanan yang terkandung zat purin misal
daun ubi jaroan,ikan teri dsb. data objektif yang dapat kanan bagian lutut Ny.S
dapat berjalan tetapi agak lemah merasakan kalau sendinya terasa nyeri
tampak merah, sering kesemutan dan kebas sekitar 6 bulan. Dari data subjektif
dan objektif tersebut muncul masalah gangguan mobilitas fisik berdasarkan
kekakuan sendi .

Pada penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menetapkan dua diagnosa sesuai
dengan data-data pengkajian yang telah diperoleh dan akan dibahas pada bab
ini. Diagnosa yang telah ditegakkan antara lain :

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera


fisikologis. Menurut Standar diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017).
Manajemen nyeri ialah mengidentifikasikan dan mengelolah keahlian sensorik
atau emosional yang menyakut pada rusak jaringan atau fungsional dengan
onset tiba-tiba atau lambat dan berensitas ringan hingga berat dan konstan.
Diangkat menjadi diagnosa utama karena pada saat melakukan pengkajian
pada pasien , yang paling dikeluhkan ialah nyeri pada lutut kanan . Nyeri

3
termasuk dalam masalah actual sehingga perlu penanganan segera, karena
masalah nyeri ini jika tidak segera ditangani langsung akan menghasilkan
masalah-masalah baru diantaranya masalah pada ketidaknyamanan,pola
tidur,nutrisi,dsb.

Untuk itu penulis melakukan beberapa tingkat keperawatan untuk mengatasi


masalah nyeri ini. penulis menyusun rencana tindakan keperawatan terdiri
dari tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan SDKI dan SIKI agar skala nyeri
menurun,tidak mengeluh nyeri,tidak meringis,tidak bersikap protektif, tidak
gelisah. Intervensi yang ditetapkan penulis ialah : monitor ttv , rasional untuk
mengontrol keadaan TTV pasien jika suatu waktu terjadi perubahan yang
signifikan pada pasien. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, rasionalnya agar mengetahui lokasi
dan sejauh mana nyeri yang dirasakan. Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan nyeri, rasionalnya untuk mengetahui
penyebab yang menimbulkan nyeri. berikan teknik nonfarmakologis untuk
pengurangan nyeri (kompres hangat memakai parutan jahe), untuk membantu
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Edukasi penggunaan analgetik secara
tepat. pada masalah nyeri akut ini penulis melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan yang sudah direncanakan dan tidak mengalami kesulitan saat
melakukan tindakan pada pasien karena adanya kerja sama yang baik tengah
pasien dan keluarga pasien.

Prioritas diagnosa keperawatan yang kedua ialah gangguan mobilitas fisik b.d
kekakuan sendi. Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,
2017). Gangguan Mobilitas fisik ialah ketidakmandirian dalam pergerakan
fisik dari satu atau lebih secara mandiri. Diagnosa ini diangkat berdasarkan
data subjektif pasien yang mengatakan kesulitan beraktifitas di akibatkan
nyeri sendi,mengalami nyeri saat bergerak,sendi terlihat kaku. berdasarkan

3
data objektif lutut kanan terlihat bengkak,dapat berjalan tetapi agak lemah,
kebas sering kesemutan. Masalah muncul mungkin juga dikarenakan rasa
nyeri yang berlebihan yang dirasakan pasien sehingga berdampak gangguan
mobilitas fisik. Penulis memberikan beberapa tindakan keperawatan
berdasarkan SIKI yaitu : Identifikasi terdapat nyeri atau keluhan fisik lainya
,rasionalnya untuk mengetahu nyeri dirasakan terhdap keluhan fisik.
Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan, rasionalnya agar pasien bisa
terlihat nyaman saat melatih pergerakan. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam peningkatan pergerakan, rasionalnya agar tindakan
terpenuhi dalam membantu pasien melatih pergerakan. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi,rasionalnya membantu pasien memahami melatih
prosedur mobilitas .

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan ialah segala tindakan yang di lakukan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk pencapaian atau
outcome yang di inginkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

a. Perencanaan dari diagnosa pertama Nyeri Akut b.d agen pencedera


fisiologis (proses inflamasi).

Dalam menyusun perencanaan tindakan masalah nyeri akut sesudah


melaksanakan tindakan keperawatan 3 x 7 jam mengharapkan
berkurangnya nyeri kriteria hasil: Klien mampu pengontrolan
nyeri,Tingkat nyeri menurun (skala nyeri),mampu melakukan teknik non
farmakologis. Tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan oleh penulis
sudah sesuai dengan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Penulisan menyusun rencana pada diagnosa nyeri akut yang dalami lansia
Gout atritis intervensi yang dilakukan pleh penulis: monitor

3
TTV,Identifiksasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas
nyeri,Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri,
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat
perpaduan jahe merah ). Dengan terjadinya kompres hangat pada
penderita gout mengenai penurunanya nyeri yang mengutarakan kompres
hangat bisa menurunkan nyeri pada penderita asam urat. Kompres hangat
meredakan nyeri adanya meringankan spesme otot ,meningkatkan
peraliran darah,menyebabkan vasodalatasi, perangsangnya nyeri. adanya
pemberian kompres hangat,sel-sel pembuluh darah akan meluas dengan
itu memperbaiki sirkulasi darah pada jaringan tersebut. Menggunakan cara
ini pencurahan zat asam dan ramuan makanan ke dalam jaringan atau sel-
sel di perjelas atau di perbesar dan mengeliminasi zat yang dibuang akan
di perbaiki. Peningkatan aktivitas sel rasa nyeri segera berkurang dan
segera membantu proses penyembuhan (Zahroh & Faiza, 2018).

Tindakan pelaksanaan teknik non farmakologi penghilang nyeri


menggunakan kompres hangat dan perpaduan hangat dengan jahe . khasiat
kandungan jahe sangat konstruktif mengurangi nyeri pada penderita gout
arthritis sebab jahe bersifat aromatic dari olerasin semacam gingerol,
shagaol , zingeron, dan pahit, hangat, pedas, analgetik, antioksidan yang
kuat ,potensi anti inflasmasi yang dimiliki olerasin .bisa mengurangi
radang atau nyeri juga dapat menghambat sintesis prostalglandin
(Yulendasari et al., 2020).

b. Intervensi kedua Gangguan mobilitas fisik b.d Kekakuan sendi.

Dalam menyusun perancanaan masalah gangguan mobilitas fisik , penulis


merencanakan tindakan keperawatan tujuan sesudah dilakukan tindakan

3
pertemuan 1 x 30 menit dapat beraktifitas kembali dengan kriteria hasil :
Klien mampu melatih pergerakan ekternitas. Tujuan dan kriteria hasil yang
direncanakan oleh penulis sudah sesuai dengan (PPNI T. P., 2019).
Dengan intervensi Identifikasi terdapat nyeri atau keluhan fisik lainya
,Identifikasi toleransi fisik lakukan gerakan, melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam peningkatkan pergerakan. Menjelasan tujuan dan
prosedur mobilisasi. Intervensi gangguan mobilitas fisik menurut standar
Imtervensi Keperawatan Indonesia (PPNI T. P., 2018).

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi ialah suatu perencanaan di ambil dalam suatu tindakan selama
melakukan fase , implementasi ialah fase kerja actual dari proses keperawatan.
suatu tindakan yang telah di buat harus dilakanakan dalam pelaksanaan
tindakan asuhan keperawatan (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015). Dari
rencana keperawatan yang telah ditetapkan sesuai dengan perioritas diagnosa
masalah , implementasi dilakukan pada 23-25 november 2020 . Dilakukan
implementasi diagnosa pertama memonitor TTV, identifikasi tempat(lokasi),
karakteristik(ciri-ciri),waktu,frekuensi,kualitas dan intensitas nyeri. Data
subjektif: klien mengatakan nyeri pada bagian sendi kaki (lutut),saat
melakukan aktivitas berlebih klien merasakan nyeri seperti tertusuk, skala
nyeri 4,rasa nyeri hilang timbul. Data objektif : klien tampak merintih
kesakaitan menahan nyeri . Mengidentifikasi faktor pemberat dan peringan
nyeri data subjektif: klien mengatakan nyeri terasa saat melakukan aktivitas
berlebih dan berkurangnya nyeri saat klien beristirahat. Data objektif: klien
tampak merintih kesakitan menahan nyeri. Setelah itu berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat memakai parutan
jahe merah ).
Tindakan pelaksanaan teknik non farmakologi penghilang nyeri menggunakan
kompres hangat dan perpaduan hangat dengan jahe. Khasiat kandungan jahe

3
sangat konstruktif mengurangi nyeri pada penderita gout arthritis sebab jahe
bersifat aromatic dari olerasin semacam gingerol, shagaol , zingeron . dan
pahit, hangat, pedas . analgetik , antioksidan yang kuat ,potensi anti inflasmasi
yang dimiliki olerasin .bisa mengurangi radang atau nyeri juga dapat
menghambat sintesis prostalglandin (Yulendasari et al., 2020).
Langkah-langkah di ajarkan pada pasien yang pertama menyediakan air
hangat, kedua di campur dengan parutan jahe, setelah itu sediakan kain atau
alat kompres,terakhir kompreskan atau tempelkan di bagian sendi mengalami
asam urat . Data subjektif: klien mengatakan bersedia mengikuti terapi
kompres hangat sesuai yang diajarkan. Data objektif: klien tampak kooperatif
dalam melakukan terapi.
Implementasi diagnoas ke dua jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi. Data
subjektif: klien mengatakan sudah paham tujuan mobilisasi data objektif :
klien tampak kooperatif dalam mengikuti pendidikan kesehatan. Dentifikasi
adanya nyeri atau keluhan fisik lainya. Data subjektif : klien mengatakan nyeri
di lutut menyebabkan kakinya susah bergerak. Data objektif : klien tampak
meringis .Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan. Data subjektif :
klien mengatakan bersedia melakukan latihan pergerakan Data objektif : klien
tampak sudah memahami toleransi fisik . untuk peningkatan pergerakan harus
melibatkan keluarga dalam pergerakan. data subjektif: keluarga mengatakan
bersedia untuk membantu klien dalam meningkatkan pergerakan, data
objektif: klien tampak kooperatif..
Menurut (Kusumo, 2020) proses melatih pergerakan terdiri dari pemanasan :
agar terhindar dari cedera melakukan pemanasan terlebih dahulu senam lansia
peragangan otot lengan bahu dan pinggang,buka kaki selebar bahu,bersamaan
luruskan dua lengan ke depan telapak tangan tahan,saat perhitungan ke
delapan, tarik dua tangan di depan dada dan telapak tangan arahkan ke bawah.
kondisioning atau inti : gerakan tangan angkat tangan ke bawah atas ,samping
ke belakang,gerakan tangan membuka menyilang,gerakan kaki ,berjalan di

4
tempat,baris, langkah satu,atau dua langkah,melompat satu kaki atau dua kaki
ke samping ke depan, dan kebelakang,mengakat lutut, melakukan pergerakan
tendangan ke depan,ke belakang, dan ke samping , dan pendinginan : kedua
kaki buka selebar bahu,satu tangan melingkar kelehar dan tahan dengan tangan
satunya. Posisi tetap,bertautan kedua tangan gerakkan ke samping dan gerakan
setegah memutar, tahan 8 kali hitungan dan bergantian.
Sengat penting sekali melakukan mobilitas sendi untuk memaksimalkan ruang
gerak persendian, salah satunya mengurangi resiko cedera, peningkatan kerja
otot dengan melakukan latihan fleksibilitas bertujuan mengurangi kaku
persendian.Latihan pergerakan ini di mulai dengan pergerakan otot-otot, sendi,
dan bagian sekitar persendian. Latihan ini dapat dimulai setiap melakukan
pergerakan otot. Dengan menggerakan kaki, berjalan di tempat , berbaris ,
melangkah satu , atau dua langkah, melompat satu kaki atau dua kaki ke
samping ke depan, dan kebelakang,mengakat lutut, melakukan pergerakan
tendangan ke depan , ke belakang, dan ke samping. Sebaiknya dilakukan
seminggu tiga kali. Jika sudah terbiasa, latihan ditingkatkan terus secara
bertahap. Latihan harus melakukan kelompok otot dan tendon utama pada
bagian pergerakan atas dan bawah (Laksmi, Dosen, Pendidikan, Uny, &
Inggris, 2014).
Salah satu penataleksanaan bagi menderita gout arthritis adalah dengan
menjalankan diet rendah purin. Diit asam urat ini merupakan salah satu cara
pengendalian asam urat secara alami (Noviyanti, 2015).
Diit rendah purin terkandung karbohidrat yang lebih banyak, dan sedikitnya
lemak untuk membantu mengeluarkan lebihnya asam urat. Karbohidrat
kompleks seperti nasi singkong,ubi dan makanan beserat sayur-sayuran dan
buah-buahan sangat baik dikonsumsi oleh penderita asam urat karna dapat
peningkatan pengeluaran asam urat dalam urine. Sebeb,konsumsi karbohidrat
kompleks menyarankan tidak kurang dari 100 g. Hindari karbohidrat

4
sederhana seperti sirup atau manis-manisan permen. Frukosa dalam
karbohidrat sederhana dapat meningkat kadar asam urat serum.
Sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein
yang berasal dari susu, keju, dan telur. Lemak dapat menghambat ekskresi
asam urat melalui urin. Kandungan lemak yang tinggi akan menimbulkan
asidosis yang membuat urin menjadi lebih asam sehingga menyulitkan eksresi
asam urat Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan
santan. Ambang batasan lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15% dari total
kalori/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dengan kadar
kolesterol tinggi (>200 mg/dl) ternyata memiliki risiko menderita
hiperurisemia 9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol (<200
mg/dl).Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan kebutuhandan
beberapa diantaranya dapat diberikan lebih tinggi dalam bentuk suplemen
seperti vit C, B, E dan asam folat. Vitamin C dosis tinggi memberikan efek
menigkatkan pembuangan asam urat melalui urin, tetapi perlu di waspadai
vitamin C dosis tinggi memberikan efek samping pada sistem pencernaan.
Vitamin B sangat penting sebagai koenzim. Asam pantotenat membantu
pemecahan asam urat, sedangkan vitamin E membantu menjaga kestabilan
asam urat agar berada dalam keadaan normal (Kusumayanti, G.A.D.,
NK.Wiardani, 2014).
Kelompok 1 kandungan purin tinggi (>1000 mg purin/100 gram bahan
makanan) sebaiknya dihindari contoh bahan makanan :
otak,jantung,hati,ginjal,jaroan,ekstrak daging/kaldu,bouilion, bebek,ikan
sarden,makarel,remis,dan kerang.
Kelompok 2 Kandungan Purin Sedang (500-1000 mg purin/100 gram bahan
makanan) dibatasi. Maksimal 50 – 75 gram (1 – 1 ½ potong) daging, ikan atau
unggas, atau 1 mangkok (100 gram) sayuran sehari. Daging sapi dan ikan
(kecuali yang termasuk kelompok 1), ayam, udang, kacang kering beserta

4
olahannya seperti tahu dan tempe, asparagus, bayam, jamur, kembang kol,
daun singkong, kangkung, daun dan biji melinjo.
Kelompok 3 kandungan Purin Rendah (< 500 mg/100 gram bahan
makanan).Dapat diabaikan atau dapat dimakan setiap hari.
Nasi,ubi,singkong,jagung,roti,mie,bihun,tepungberas,cake,kuekering,pudding,
susu,keju,telur,lemak dan minyak,gula,sayur-sayuran,dan buah-buahan(kecuali
sayur-sayuran di kelompok 2) (Diantari, Ervi, & Candra, 2013).

E. Evaluasi
Evaluasi ialah tahap akhir pelaksanaan proses keperawatan untuk menakar
keberhasilan rencana keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien,jika
masalah tidak bisa di pecahkan atau menimbulkan rencana baru dari perawat
harus bisa mengurangi atau menangani yang terjadi permasalahan pada pasien
yang ada(Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015).
Evaluasi diagnosa utama tersusun menggunakan SOAP sesudah dilakukannya
tindakan keperawatan selama 3 hari diperoleh respon subjektif pasien
mengatakan sudah mulai silang rasa nyeri, data objektif didapatkan pasien
tampak lebih rileks dan didapatkan hasil P: Saat berlebihan melakukan
aktifitas,Q : seperti ditusuk jarum,R : nyeri terasa disekitar kaki(lutut) kanan,S:
4 (sedang) Menjadi 2,T : hilang timbul. Maka penulis menyimpulkan masalah
teratasi karena skala nyeri sudah menurun,tujuan tercapai, tetapi harus tetap
mempertahankan intervensi.
Evaluasi diagnosa kedua tersusun menggunakan SOAP setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 hari diperoleh respon subjektif pasien
mengatakan sudah bisa bergerak aktifitas kembali,pasien tampak
komperatif,masalah teratasi ,tetapi harus tetap mempertahankan intervensi.

4
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Penulis menyimpulkan bahwa saat pengkajian pasien mengalami asam
urat mengeluh nyeri di bagian lutut kanan ,dengan sekala nyeri
4(sedang),nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas atau bergerak yang
berlebihan,nyeri hilang timbul,nyeri seperti ditusuk-tusuk. Ditunjukan
dengan raut wajah pasien yang meringis menahan nyeri.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul ialah Nyeri akut b.d agen pencedera
fisiologi,Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kekakuan sendi.
3. Intervensi keperawatan disusun oleh penulis mengarahkan pada Standar
Luaran Keperawatan (SLKI),Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI),dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Pada
diagnosa pertama dilakukan intervensi yang utama yaitu: menajarkan
tehnik untuk meredakan nyeri ialah dengan cara mengompres air hangat
dengan menggunakan jahe. Untuk diagnosa kedua ialah: Untuk
meningkatkan pergerakan harus melibatkan keluarga membantu melatih
pasien melakukan pergerakan,dan menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi.
4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan tindakan atau
perencanaan yang telah ditegakkan. Implementasi pada Ny.S dengan
penyakit asam urat,mengalami nyeri dibagian lutut kanan,memberi tahu
cara tekhnik meredakan nyeri dengan cara kompres hangat
dikalaborasikan dengan jahe merah. Salah satu penataleksanaan bagi
menderita gout arthritis adalah dengan menjalankan diet rendah purin. Diit
asam urat ini merupakan salah satu cara pengendalian asam urat secara
alami (Noviyanti, 2015).

4
5. Hasil Evaluasi akhir dari masalah keperawatan pada Ny.E dengan gout
atritis ialah Nyeri akut masalah teratasi,diagnosa kedua yaitu Gangguan
Mobilitas Fisik masalah teratasi.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pedoman meningkatkan ilmu pengetahahuan sebagai bahan
masukkan dalam bidang keperawatan. Dan sebagai pembelajaran untuk
menambah informasi tentang asuhan keperawatan.
2. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik
bagi pasien. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan permasalahan
yang dirasakan oleh pasien dan melakukan tindakan keperawatan yang
tersusun dan terstruktur agar masalah pasien dapat teratasi.
3. Bagi Lahan Praktik
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan dapat diharapkan
mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
sehingga dapat meningkatkan hidup sehat kepada masyarakat.
4. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang masalah
kesehatan ataupun penyakit dan mampu merawat pasien dengan baik dan
tepat.
.

4
DAFTAR PUSTAKA
Çelik, A., Yaman, H., Turan, S., Kara, A., Kara, F., Zhu, B., … Dutta, D. (2018).
Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita
Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. Journal of Materials
Processing Technology. Diambil dari
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.pow
tec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://d
oi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.12
7252%0Ahttp://dx.doi.o
Diantari, Ervi, & Candra, A. (2013). Pengaruh Asupan Purin dan Cairan Terhadap
Kadar Asam Urat Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur
Semarang. Journal of nutrition colle.
Iqbal Nurul dkk. (2011). Sosiolinguistik Teori dan Praktik. Surabaya: Limalima Jaya.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018. Laporan Nasional
RIskesdas 2018. Diambil dari
http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/PMK No. 57 Tahun 2013
tentang PTRM.pdf
Kharisma, Y. (2017). Tinjauan umum penyakit hiperuresemia dan gout. Tinjauan
Umum Penyekit Hiperuresemia Dan Gout.
Kuniano, D. (2015). Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Jurnal Olahraga Prestasi.
Kusumayanti, G.A.D., NK.Wiardani, dan P. P. S. S. (2014). Diet Mencegah dan
Mengatasi Gangguan Asam Urat. Jurnal Ilmu Gizi. Diambil dari
http://www.poltekkes-
denpasar.ac.id/wp%0Acontent/uploads/2017/12/kusumayanti-JIG-Vol-5-No-1-
Feb-2014.pdf.%0ADiakses pada 4 Maret 2018
Kusumo, M. P. (2020). Buku Lansia. (November).
https://doi.org/https://www.researchgate.net/publication/346019144
Laksmi, R., Dosen, A., Pendidikan, J., Uny, R. F. I. K., & Inggris, D. (2014). Peran
Latihan Fisik dalam Manajemen Terpadu Osteoartritis Abstrak.
Noviyanti. (2015). Hidup Sehat tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Notebook
(Perpustakaan Nasional RI).
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIc-NOC. Jogjakarta: Mediaction publishing.
Organization, W. H. (2017). Mental disorders fact sheets.World Health Organization.

4
https://doi.org/http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/ - Diakses
Januari 2018
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta selatan: Dewan pengurus pusat.
Samsudin, A., Kundre, R., & Onibala, F. (2016). Pengaruh Pemberian Kompres
Hangat Memakai Parutan Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe Var Rubrum)
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Padapenderitagout Artritis Di Desa Tateli Dua
Kecamatan Mandolang Kabupeten Minahasa. Jurnal Keperawatan UNSRAT.
SUPRIADI, S.Ag., M. P. (2015). Lanjut Usia Dan Permasalahannya. Jurnal PPKn &
Hukum.
Teli, M. (n.d.). Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Usia Lanjut Proses
Keperawatan Lansia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta selatan: Dewan pengurus pusat.
Wahyu Widyanto, F. (2017). Artritis Gout Dan Perkembangannya. Saintika Medika.
https://doi.org/10.22219/sm.v10i2.4182
Yulendasari, R., Sundoro, J., Cik Ayu Saadiah Isnainy, U., & Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Malahayati Corresponding Author, P. (2020).
Kompres hangat jahe pada pasien asam urat: Kegiatan Pengabdian kepada
masyarakat di Endang Rejo Kecamatan Seputih Agung Lampung Tengah.
Indonesia Berdaya. Diambil dari
https://ukinstitute.org/journals/ib/article/view/v1i212
Zahroh, C., & Faiza, K. (2018). Pengaruh Kompres Hangat terhadap Penurunan Nyeri
pada Penderita Penyakit Artritis Gout. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery). https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.art.p182-187

TURNITIN
17%
SIMILARITY INDEX
17%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
3%
STUDENT PAPERS

4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
7
7
7
7
7
7

You might also like