STB : 001109202020 DOSEN PENGAMPU : Ir. Lambang Basri Said, MT, Ph.D, IPM 1. Pertimbangan yang dilakukan yang mendasari dalam pembagian zona yaitu. pada sistem tata guna tanah di mana satu satuan tata guna tanah didapat dengan membagi wilayah kajian menjadi bagian yang lebih kecil (zona) yang dianggap mempunyai keseragaman tata guna tanah atau berada di bawah suatu administrasi pemerintahan tertentu seperti kelurahan, kecamatan, atau wilayah.
2. Prinsip – prinsip kerja dalam menentukan besaranya jumlah bangkitan
pergerakan.transportasi suatu wilayah yaitu - Bangkitan pergerakan adalah fungsi tata guna lahan. Jumlah bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh suatu zona berbanding lurus dengan tipe dan intensitas tata guna lahan di zona tersebut - Sebaran pergerakan Besarnya pergerakan dari zona A ke zona Bmerupakan fungsi dari tipe dan intensitas tata guna lahan di zona A dan zona B, dan besarnya faktor kemudahan pencapaian (aksesibilitas) zona tujuan (B) dari zona asal. - Pemilihan moda transportasi dan rute Pemilihan moda transportasi antara zona A ke zona B didasarkan pada perbandingan antara berbagai karakteristik operasional moda transportasi yang tersedia (misalnya waktu tempuh, tarif, waktu tunggu, dan lain-lain). Begitu juga halnya rute − pemilihan rute didasarkan pada perbandingan karakteristik operasional setiap alternatif rute untuk setiap moda transportasi yang tersedia. 3. Dalam merencanakan rute angkutan umum pada suatu wilayan hubungan antara demand and supply yaitu seperti kebutuhan dan ketersediaan angkutan dan rute transportasinya, dimana hal ini menunjang system layanan angkutan pada suatu wilayah. Apabila suatu wilayah memiliki ketersediaan angkutan umum yang tinggi, dan kebutuhan pengguna transportasi itu juga tinggi maka dapat menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi pribadi atau kendaraan pribadi. 4. A. Rute tetap (fixed route), yaitu lintasan pelayanan yang dilalui rute ini tidak berubah sesuai yang di tetapkan pemerintah. Contohnya rute jenis ini pengemudi bus diwajibkan mengendarai kendaraannya pada rute atau jalur yang telah ditentukan dan mengendarai kendaraannya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. B. Rute dengan batasan koridor, yaitu melayani pergerakan penduduk yang ada di jalan utama, di batasi karena jalan utama yang di layani selalu padat. Contohnya Pengemudi yang menghampiri (untuk menaik turunkan penumpang) di beberapa lokasi perhentian tertentu. C. Rute dengan deviasi penuh, yaitu Rute ini ditetapkan sesuai dengan permintaan perjalanan. Dengan kata lain kendaraan biasanya mengumpulkan penumpang pada tempat yang disepakati sebelumnya. Contohnya pengemudi diberikan kebebasan sepenuhnya untuk mengemudikan kearah yang di inginkannya, sepanjang dia mempunyai rute awal dan rute terakhir yang sama. D. Trunk Routes, yaitu rute dengan beban pelayanan yang paling tinggi, karena tingkat demand yang harus dilayani sangat tinggi, baik pada jam sibuk maupun bukan jam sibuk. Contohnya di jalan dimana kiri- kanannya dipenuhi oleh pusat-pusat kegiatan utama serta pembebanan yang tinggi yang harusmelayani sepanjang hari dari pagi sampai malam hari. E. Double Freeder Routes, yaitu dapat melayani dua trunk rote sekaligus dan juga melayani daerah permukiman diantara kedua ujung trunk route. 5. Konsep aglomerasi diimplementasikan dalam masterplan wilayah perkotaanupaya pemusatan suatu hal dalam sebuah kawasan. Contoh bentuk aglomerasi yang ada di wilayah perkotaan adalah pengelompokan penduduk perkotaan atas dasar tingkat sosial seperti kawasan elit, kawasan menengah, dan kawasan kumuh.