You are on page 1of 116

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i


BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
BAB 2. TARGET LUARAN ................................................................................. 3
BAB 3. METODE RISET ...................................................................................... 3
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI ......................................................................... 4
4.1. Proses Galeh Baparuh ................................................................................. 4
4.2. Galeh Baparuh Menciptakan Entrepreneur Baru ....................................... 6
4.3. Modal Sosial dalam Galeh Baparuh ........................................................... 7
4.2. Model Konsinyasi Berbasis Modal Sosial ................................................... 8
BAB 5. POTENSI HASIL ..................................................................................... 9
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

LAMPIRAN ......................................................................................................... 11
Lampiran 1. Penggunaan Dana ........................................................................... 11
Lampiran 2. Dokumentasi Bimbingan Tim PKM dengan Dosen Pendamping ... 34
Lampiran 3. Pengumpulan dan Seleksi Literatur ................................................. 36
Lampiran 4. Daftar Informan ............................................................................... 64
Lampiran 5. Dokumentasi Wawancara dengan Informan .................................... 65
Lampiran 6. Pedoman Observasi dan Wawancara ............................................... 69
Lampiran 7. Transkrip Wawancara ...................................................................... 76
Lampiran 8. Reduksi, Verifikasi dan Penyimpulan Data ..................................... 98
Lampiran 9. Artikel Ilmiah ................................................................................ 104
Lampiran 10. Bukti Accepted Artikel Ilmiah di Jurnal ...................................... 115

i
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Medan dihuni oleh berbagai kelompok etnik. Penduduk kota ini
berjumlah 2.435.252 orang pada 2020 (Badan Pusat Statistik, 2021), yang terdiri
dari orang Melayu dan Karo sebagai populasi tuan rumah, kemudian orang
Tionghoa, India, Mandailing, Toba, Simalungun, Aceh, Jawa dan Minangkabau
sebagai etnik pendatang. Orang Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat
bermigrasi ke Medan pada akhir abad ke-19, ketika para pengusaha Eropa
membuka lahan untuk perkebunan-perkebunan tembakau (Pelly, 2013). Pada
1930, orang Minangkabau di Medan berjumlah 5.590 orang (Milone, 1964).
Jumlah itu terus meningkat setelah kemerdekaan Indonesia. Antara tahun 1980
dan 2000, jumlah orang Minangkabau di Medan meningkat dari 141.507 orang
menjadi 165.680 orang (Badan Pusat Statistik, 2001; Pelly, 2013).
Orang Minangkabau di Medan jarang sekali bekerja sebagai buruh kasar.
Mereka yang berpendidikan tinggi memasuki bidang pekerjaan profesional,
seperti guru, dokter, pengacara dan pegawai negeri. Namun, kebanyakan orang
Minangkabau lebih memilih untuk mencari dan mengisi lapangan kerja yang
sedapat mungkin membuat mereka “merdeka” atau menjadi “tuan” atas diri
sendiri. Sektor perdagangan adalah bidang pekerjaan yang paling diminati oleh
orang Minangkabau (Pelly, 2013). Para pedagang Minangkabau mendominasi
beberapa pasar di kota Medan, di antaranya adalah Pasar Ikan Lama, Pasar Sentral
dan Pasar Sukaramai (Syafitri dan Sudarwati, 2015). Kebanyakan dari mereka
berjualan tekstil, pakaian, sepatu dan makanan (Pelly, 2013).
Pelly (2013) mengemukakan bahwa banyak pedagang Minangkabau di
Medan menerapkan sistem galeh baparuh (dagang berparuh), yaitu penitipan
barang dagangan dari induak samang (tauke) kepada pedagang baru untuk
dijualkan dengan pembayaran kemudian. Sistem penjualan ini mendorong
terciptanya wirausahawan baru pada masyarakat Minangkabau (Kahn, 2007).
Seorang Minangkabau yang hendak berdagang, tetapi tidak memiliki modal, bisa
mulai sebagai galeh amanah (pedagang titipan) dengan cara meminjam barang
dagangan dari seorang pedagang Minangkabau yang mapan atau induak samang.
Galeh amanah mengambil komisi dari setiap barang yang terjual. Apabila induak
samang merasa puas atas kecakapan dan kejujuran galeh amanah, maka galeh
amanah dapat mengambil barang lebih banyak lagi. Dengan cara ini, galeh
amanah menumpuk inventaris dagangannya dan bisa menjadi induak samang
baru bagi orang Minangkabau yang hendak mulai berdagang (Pelly, 2013).
Orang Minangkabau memanfaatkan modal sosial dalam menjalankan
sistem galeh baparuh. Modal sosial adalah bagian dari organisasi sosial, seperti
kepercayaan, jaringan dan norma yang memudahkan koordinasi dan kerjasama
antaranggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama (Putnam, 2000).
Kepercayaan, jaringan dan norma adalah unsur-unsur pokok dalam modal sosial
2

(Santoso, 2020). Ketiga unsur itu merupakan modal sosial yang digunakan orang
Minangkabau untuk menjalin kerjasama ekonomi dalam bentuk galeh baparuh.
Sistem galeh baparuh disebut konsinyasi (titip-jual) dalam ilmu ekonomi
(Widayat dan Wibowo, 1993). Induk semang dalam konsinyasi disebut consignor,
sedangkan galeh amanah disebut consignee (Fikri, 2019). Pihak consignor dan
consignee, masing-masing mendapatkan keuntungan. Keuntungan consignor
adalah: (1) memperluas area pemasaran; dan (2) mengurangi biaya penyimpanan
barang. Keuntungan consignee adalah: (1) modal usaha tidak besar; (2) tidak
dibebani resiko kerugian apabila barang rusak, gagal terjual, dan terjadi fluktuasli
harga; (3) mendapat komisi dari hasil penjualan (Jalaluddin dan Ulfiyani, 2020).
Galeh baparuh sebagai sistem konsinyasi orang Minangkabau sangat
memungkinkan untuk menurunkan tingkat pengangguran di Medan, karena sistem
tersebut dapat menciptakan entrepreneur baru. Pada 2020, tingkat pengangguran
di Medan mencapai 10,74% dari total angkatan kerja (Badan Pusat Statistik,
2021). Tingkat pengangguran itu didominasi lulusan oleh perguruan tinggi. Oleh
karenanya, sistem konsinyasi berbasis modal sosial seperti galeh baparuh sangat
dibutuhkan oleh generasi muda, bukan hanya bagi etnik Minangkabau, tetapi juga
kelompok etnik lain untuk membuka usaha. Dengan sistem tersebut, modal
finansial tidak lagi menjadi kendala bagi generasi muda untuk memulai usaha.
Berdasarkan pemikiran tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: (1) bagaimana proses galeh baparuh yang diterapkan para pedagang
Minangkabau di kota Medan? (2) Bagaimana pengaruh sistem galeh baparuh
terhadap munculnya entrepreneur baru pada masyarakat Minangkabau? (3) Modal
sosial apakah yang digunakan dalam sistem galeh baparuh? (4) Bagaimana
mengembangkan sistem galeh baparuh menjadi model konsinyasi berbasis modal
sosial yang dapat diterapkan pada kelompok etnik lain di Medan?
Kajian komprehensif tentang sistem galeh baparuh belum dilakukan.
Galeh baparuh sebagai sistem konsinyasi orang Minangkabau hanya sedikit
diulas dalam kajian Pelly (2013) dan Kahn (2007). Kedua sarjana itu tidak
mengungkap mekanisme dan signifikansi sistem galeh baparuh bagi munculnya
entrepreneur baru pada orang Minangkabau. Kajian-kajian tentang aktivitas
ekonomi orang Minangkabau cenderung berfokus pada pengaruh budaya dalam
keputusan berwirausaha (Eliza, Hariani dan Pratama, 2019), pemanfaatan modal
sosial dalam perdagangan (Syafitri dan Sudarwati, 2015), karakteristik pengusaha
Minangkabau (Hastuti et al., 2015), dan jaringan kekeluargaan dalam bisnis
(Manik, Indarti, dan Lukito-Budi, 2021). Penelitian ini hendak melengkapi kajian
tentang ekonomi orang Minangkabau, dengan fokus pada sistem galeh baparuh
dan mengembangkannya menjadi model konsinyasi berbasis modal sosial.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) mengeksplorasi proses galeh
baparuh yang diterapkan para pedagang Minangkabau di kota Medan; (2)
menganalisis pengaruh sistem galeh baparuh terhadap munculnya entrepreneur
3

baru pada masyarakat Minangkabau; (3) menggali modal sosial yang digunakan
dalam sistem galeh baparuh; dan (4) mengembangkan sistem galeh baparuh
menjadi model konsinyasi berbasis modal sosial yang dapat diterapkan kepada
kelompok etnik lain agar tercipta entrepreneur baru di Medan.
BAB 2. TARGET LUARAN
Target luaran wajib penelitian ini adalah: (1) publikasi artikel ilmiah di
jurnal nasional terakreditasi, (2) laporan kemajuan, dan (3) laporan akhir. Adapun
target luaran tambahan adalah: (1) publikasi hasil penelitian di media massa, dan
(2) Hak Cipta laporan akhir dan artikel ilmiah.
BAB 3. METODE RISET
Fokus penelitian ini adalah mengembangkan model konsinyasi berbasis
modal sosial berdasarkan sistem galeh baparuh orang Minangkabau. Berdasarkan
fokus penelitian tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode
Research and Development (R&D) yang diadaptasi dari Sugiono (2019).
Prosedur riset dan pengembangan dalam kajian ini terdiri dari sembilan langkah,
seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Desain Alur Penelitian


1. Pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
pustaka, observasi dan wawancara. Studi pustaka bertujuan untuk memperoleh
jurnal dan buku yang terkait dengan tema penelitian. Jurnal dan buku diperoleh
dari Digital Library Unimed, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial Unimed,
website Z-Libary (https://z-lib.org), dan website Garuda (https://garuda.
Kemdikbud.go.id). Sementara itu, observasi dan wawancara dilakukan di tiga
pasar besar di Medan, yaitu Pasar Sukaramai, Pasar Ikan Lama dan Pasar
Sentral. Informan penelitian berjumlah 13 orang pedagang Minangkabau, yang
terdiri dari 4 induak samang dan 9 galeh amanah. Para informan adalah
pedagang tekstil, pakaian dan jilbab. Penentuan pedagang tekstil, pakaian dan
jilbab sebagai informan dikarenakan hanya jenis perdagangan itu yang masih
menerapkan sistem galeh baparuh. Observasi dan wawancara dilakukan secara
langsung pada 23 Juni sampai 4 Juli 2022.
4

2. Analisis data. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif yang
diadaptasi dari Miles dan Huberman (1992). Proses analisis data terdiri dari
tiga tahapan. Pertama, reduksi data. Aktivitas reduksi data meliputi meringkas
data, pengkodean, menelusur tema, membuat keterhubungan antardata, dan
membuat partisi. Kedua, penyajian data. Aktivitas penyajian data dilakukan
dengan menyusun informasi secara sistematis. Ketiga, penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Verifikasi data memakai teknik trigulasi, yaitu membandingkan
informasi sejenis dari sumber berbeda untuk mendapatkan keabsahan data.
3. Menyusun deskripsi proses galeh baparuh, pengaruh galeh baparuh terhadap
munculnya wirausahawan baru pada orang Minangkabau, dan modal sosial
yang digunakan dalam galeh baparuh.
4. Pengembangan desian model konsinyasi berbasis modal sosial. Desain model
konsinyasi berbasis modal disusun berdasarkan sistem galeh baparuh yang
diterapkan oleh para pedagang Minangkabau.
5. Validasi desain model konsinyasi melalui Focus Group Discussion (FGD).
FGD diselenggarakan secara online pada 5 Agustus 2022. Peserta FGD
berjumlah 15 orang yang berasal dari kalangan akademisi dan para pedagang
Minangkabau, Jawa, Karo, dan Toba. FGD menghasilkan masukan penting
untuk memperbaiki desian model konsinyasi.
6. Revisi model konsinyasi berdasarkan masukan dari para peserta FGD.
7. Validasi model konsinyasi oleh pakar. Adapun pakar yang memvalidasi model
konsinyasi adalah Dr. Erond Litno Damnik, seorang pakar dalam bidang
antropologi ekonomi dan dosen di Jurusan Antropologi Unimed. Validasi pakar
memberikan masukan penting untuk memperbaiki desain model konsinyasi.
8. Revisi model konsinyasi berdasarkan masukan pakar.
9. Publikasi produk model konsinyasi berbasis modal sosial dalam artikel ilmiah,
laporan kemajuan dan laporan akhir PKM.
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI
4.1 Proses Galeh Baparuh
Galeh baparuh sebagai sistem konsinyasi sudah lama diterapkan oleh
orang Minangkabau dalam perdagangan tekstil dan pakaian di kota Medan (Pelly,
2013). Sistem itu juga digunakan dalam perdagangan pakaian dan peralatan besi
di Sumatera Barat (Kahn, 2007). Namun, sebagian pedagang Minangkabau di
Medan mengenal sistem galeh baparuh dengan istilah “perdangan bagi hasil”.
Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem galeh baparuh adalah induak
samang dan galeh amanah (Pelly, 2013). Induak samang adalah seorang
pedagang Minangkabau yang memiliki toko besar di pasar. Dari wawancara
tanggal 27 Juni 2022, Sofyan menjelaskan bahwa toko milik induak samang
bertindak sebagai grosir yang menjual tekstil, pakaian dan jilbab lebih murah
daripada pedagang kecil. Induak samang mendapat barang dagangan dari
pedagang besar di Padang dan Jakarta. Sementara itu, galeh amanah adalah
pedagang kecil atau seseorang yang baru mulai berdagang. Galeh amanah juga
5

disebut anak samang oleh orang Minangkabau. Galeh amanah terdiri dari: (1)
pemilik kios kecil di pasar, (2) pemilik lapak di kaki lima pasar, dan (3) pedagang
keliling. Mereka memperoleh barang dagangan dari induk samang.
Sistem galeh baparuh dapat berjalan karena adanya hubungan keluarga,
ikatan kekerabatan, kesamaan etnik dan daerah asal di antara induak samang dan
galeh amanah. Dari wawancara tanggal 30 Juni 2022, Guzdizamil menjelaskan
bahwa faktor hubungan keluarga lebih mempermudah proses penitipan barang
dagangan dari induak samang kepada galeh amanah, dibandingkan dengan faktor
kesamaan klan, etnik dan daerah asal. Galeh amanah yang tidak memiliki
hubungan keluarga dengan induak semang harus lebih dahulu menjalin hubungan
baik dengan induak samang. Jika induak samang sudah mengenal galeh amanah
dan percaya kepadanya, barulah galeh amanah dapat mengambil barang dari
induak samang. Proses galeh baparuh dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Proses Galeh Baparuh


Tahap pertama proses galeh baparuh adalah penitipan barang dagangan
dari induak samang kepada galeh amanah. Ketika mengambil barang, galeh
amanah dan induak samang membuat perjanjian, tertulis atau tidak tertulis,
tentang waktu pembayaran dan pengembalian barang kalau tidak terjual. Menurut
penuturan informan A Azis, induak samang tidak meminta uang muka kepada
galeh amanah yang memiliki hubungan keluarga, sudah dikenal dan dipercaya.
Namun, induak samang akan meminta panjar sebesar 50-60 persen kalau belum
mempercayai galeh amanah. Induak samang membuat faktur yang berisi jenis,
jumlah dan harga barang yang diambil oleh galeh amanah. Faktur itu diserahkan
kepada galeh amanah (A Azis, 2022, wawancara, 14 Juli).
Tahap kedua, galeh amanah menjual barang dagangan kepada konsumen.
Dari wawancara tanggal 4 Juli 2022, I Koto menjelaskan bahwa galeh amanah
dapat mengambil keuntungan sebesar 30-40 persen dari setiap barang yang dijual
ke konsumen. Jika harga pakaian dari induak semang adalah Rp. 50.000, maka
galeh amanah menjualnya seharga Rp. 70.000 atau Rp. 80.000 kepada konsumen.
Tahap ketiga, galeh amanah membayar tagihan kepada induak samang.
Waktu pembayaran tagihan sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara galeh
amanah dan induak samang, bisa setiap minggu atau per bulan. Menurut
penuturan informan D Koto, mekanisme pembayaran terdiri dari tiga jenis: (1)
galeh amanah membayar untuk semua barang yang terjual setiap minggu kepada
induak samang. Galeh amanah dapat mengambil barang baru kalau barang lama
6

sudah banyak yang terjual; (2) Galeh amanah membayar setiap bulan sebesar 50
persen dari barang yang diambilnya. Pada bulan berikutnya, galeh amanah
membayar 50 persen sisanya dan dapat mengambil barang lebih banyak lagi; (3)
Galeh amanah melunasi sisa uang muka sebesar 40-50 persen dari barang yang
diambilnya, dan dapat mengambil barang baru dengan panjar 50-60 persen. Jika
induak samang merasa puas atas kejujuran galeh amanah, maka galeh amanah
dapat mengambil barang baru tanpa panjar (D Koto, 2022, wawancara, 4 Juli).
Sistem galeh baparuh sangat membantu galeh amanah untuk memulai
usaha dan menumpuk inventaris dagangannya. Apabila induak samang merasa
puas atas kecakapan dan kejujuran galeh amanah, maka induak samang akan
membantu galeh amanah untuk membuka kios di pasar. Bahkan induak samang
dapat memperkenalkan galeh amanah kepada para pedagang besar dari luar
Medan untuk mendapatkan barang dan kredit dari mereka. Dengan cara ini, galeh
amanah dapat membuka toko di pasar dan menjadi induak samang baru bagi
orang Minangkabau yang hendak mulai berdagang (Pelly, 2013).
Berdasarkan wawancara tanggal 27 Juni 2022, Pak Sofyan menjelaskan
bahwa sistem galeh baparuh telah mengalami perubahan selama pandemi Covid-
19. Induk semang tidak lagi menerapkan pengambilan barang tanpa uang muka.
Mereka meminta galeh amanah untuk membayar panjar sebesar 60-70 persen atau
membayar lunas untuk barang yang diambil. Perubahan ini terjadi karena induak
samang takut mengalami kerugian kalau galeh amanah tidak bisa membayar
akibat menurunnya aktivitas perdagangan selama pandemi Covid-19.
4.2 Galeh Baparuh Menciptakan Entrepreneur Baru
Sistem galeh baparuh membuka peluang terciptanya entrepreneur baru di
kalangan orang Minangkabau karena tidak dibutuhkan modal finansial yang besar
untuk memulai usaha. Entrepreneur diartikan sebagai individu yang memiliki
kemampuan melihat dan menilai kesempatan usaha, memolisasi sumber daya
yang dibutuhkan untuk meraup keuntungan, dan mengambil tindakan yang tepat
agar dapat memastikan kesuksesan (Meredith, Nelsin, dan Neck, 1984).
Berdasarkan wawancara tanggal 4 Juli 2022, Y Tanjung menjelaskan
bahwa seorang induak samang bisa memiliki puluhan galeh amanah. Informan Y
Tanjung adalah seorang induak samang yang memiliki 35 galeh amanah. Ia
memulai usahanya sebagai galeh amanah yang menjajakan tekstil dan pakaian di
kaki lima Pusat Pasar. Barang dagangan itu diperolehnya dari seorang induak
samang yang masih ada hubungan keluarga dengannya. Hanya dalam setahun, Y
Tanjung dapat membuka kios di pasar dengan bantuan induak samang-nya.
Setelah memiliki kios, dia menjadi induak samang untuk beberapa orang
Minangkabau yang baru mulai berdagang. Karena usahanya lancar, dia
diperkenalkan oleh induak samang-nya dengan pengusaha tekstil dan pakaian dari
Padang dan Jakarta. Akhirnya, ia bisa mengambil langsung tekstil dari Padang
dan Jakarta. Setelah itu, ia membuka toko besar di Pusat Pasar dan membantu
banyak orang Minangkabau untuk membuka usaha.
7

Pengaruh sistem galeh baparuh dalam membuka peluang usaha juga


dijelaskan oleh informan H Syaf, seorang galeh amanah. Ia dapat mulai berjualan
pakaian karena dibantu oleh seorang induak samang yang berasal dari klan dan
kampung asal yang sama. Galeh baparuh bagi H Syaf merupakan “penjualan bagi
hasil” yang menguntungkan, karena banyak orang Minangkabau dapat memulai
usaha tanpa mengeluarkan modal yang besar (H Syaf, 2022, wawancara, 8 Juli).
4.3 Modal Sosial dalam Galeh Baparuh
Konsep modal sosial dalam kajian ini dirujuk dari Putnam (2000), yaitu
hubungan antaranggota masyarakat yang dibangun melalui jaringan, norma-norma
dan kepercayaan sehingga memungkinkan untuk bertindak secara kolektif guna
mencapai tujuan bersama. Inti modal sosial yang dikemukakan Putnam adalah
kepercayaan, jaringan dan norma. Kepercayaan adalah harapan yang muncul
dalam suatu masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya perilaku jujur, teratur
dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dianut bersama (Fukuyama, 1995).
Jaringan adalah hubungan antarindividu atau kelompok yang dibangun atas dasar
kepercayaan dan norma sosial. Jaringan sosial dapat terbentuk berdasarkan
hubungan geneologis, tempat tinggal, etnis, agama, dan lain-lain. Norma adalah
sekumpulan aturan yang diharapkan dapat dipatuhi dan diikuti oleh anggota
kelompok (Santoso, 2020).
Kepercayaan adalah modal sosial berharga yang menentukan berjalannya
sistem galeh baparuh. Hubungan antara induak samang dan galeh amanah dapat
dimulai dan terus berlangsung apabila dilandasi dengan adanya kepercayaan.
Berdasarkan wawancara tanggal 4 Juli 2022, Y Tanjung menjelaskan bahwa
munculnya kepercayaan induak samang terhadap galeh amanah didasarkan atas
sifat jujur, terbuka dan toleran. Tiga aspek itulah yang memudahkan galeh
amanah untuk mendapat barang dagangan dari induak samang. Hubungan
kekeluargaan memang dapat memunculkan rasa percaya induak samang kepada
galeh amanah, namun kerjasama di antara keduanya tidak akan berlangsung lama
kalau galeh amanah tidak memiliki perilaku jujur, terbuka dan toleran. Seorang
Induak samang mudah menaruh kepercayaan kepada galeh amanah yang tidak
memiliki hubungan kekeluargaan apabila galeh amanah menunjukkan kesan baik
dalam bersikap dan bertindak. Perilaku dan sikap menjadi modal penting
mencapai kesepakatan kerjasama dalam sistem galeh baparuh.
Jaringan sosial yang dibangun dalam sistem galeh baparuh didasarkan
pada hubungan keluarga, ikatan kekerabatan, kesamaan etnik dan daerah asal.
Hubungan kerjasama antaranggota dalam jaringan tersebut dapat terjalin dengan
adanya kepercayaan dan norma. Norma menjadi rambu agar rasa saling percaya
dalam suatu jaringan dapat terus terjalin. Norma yang dipegang oleh induak
samang dan galeh amanah bersifat resiprositas, berupa hak dan kewajiban untuk
saling membantu dan menjamin keuntungan yang akan diperoleh.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur modal sosial
yang paling berpengaruh dalam sistem galeh baparuh adalah kepercayaan.
8

Kepercayaan dapat dibangun atas dasar hubungan keluarga, ikatan kekerabatan,


kesamaan etnik dan daerah asal, yang berlandaskan kejujuran, keterbukaan,
toleransi dan norma resiprositas.
4.4 Model Konsinyasi Berbasis Modal Sosial
Berdasarkan uraian proses galeh baparuh, pengaruh galeh baparuh
terhadap munculnya entrepreneur baru pada orang Minangkabau, dan modal
sosial yang digunakan dalam galeh baparuh, maka peneliti merancang model
konsinyasi berbasis modal sosial yang dapat diaplikasikan kepada kelompok-
kelompok etnik lain. Model konsinyasi berbasis modal sosial dapat dilihat pada
gambar 3 di bawah.

Gambar 3. Model Konsinyasi Berbasis Modal Sosial


Model konsinyasi berbasis modal sosial yang dikembangkan melibatkan
dua bentuk jaringan sosial, (1) bonding network, dan (2) bridging network. Pada
jaringan pertama, sistem konsinyasi dijalankan oleh consignor dan consignee
yang memiliki hubungan keluarga, ikatan kekerabatan, kesamaan etnik dan daerah
asal. Dengan bonding network, seorang pengusaha atau pedagang besar dapat
membantu keluarganya, kelompok kekerabatannya atau sesama etniknya untuk
memulai usaha dengan sistem konsinyasi. Pada jaringan yang kedua, sistem
konsinyasi dijalankan oleh consignor dan consignee dari etnik yang berbeda.
Bridging network sebenarnya tercermin dari lembaga-lembaga pengusaha dan
pedagang yang beranggotan lintas etnik, seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia
Cabang Medan, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Cabang Medan, dan
Ikatan Pedagang Pasar Medan. Para pengusaha dan pedagang besar yang terlibat
dalam ketiga lembaga itu dapat menjadi consignor yang memfasilitasi para
generasi muda lintas etnik untuk membuka usaha baru.
Sistem konsinyasi dalam bonding network dan bridging network
didasarkan atas kepercayaan dan norma. Kepercayaan antara consignor dan
consignee dibangun melalui kejujuran, keterbukaan dan tolorensi. Norma sebagai
aturan dalam berperilaku dan bertindak dapat memperkuat rasa saling percaya
sehingga tercipta kerjasama konsinyasi yang saling menguntungkan.
9

BAB 5. POTENSI HASIL


Adapun potensi hasil penelitian ini disajikan pada tabel 1 di bawah.
Tabel 1. Capaian Luaran penelitian
No Jenis Luaran Capaian Keterangan
1 Artikel ilmiah 100% Artikel dipublikasikan di Anthropos: Jurnal
Antropologi Sosial dan Budaya yang
terakreditasi Sinta 3. Artikel sudah diterima dan
dipublikasi pada Volume 9, Nomor 1, Tahun
2023.
2 Laporan 100% Laporan kemajuan sudah diunggah di website
kemajuan Simbelmawa.
3 Laporan akhir 60% Laporan akhir yang sudah dikerjakan adalah
bagian pendahuluan, target luaran, metode riset
dan hasil yang dicapai.
4 Publikasi media 50% Press release masih dalam bentuk draf, belum
massa diedit dan dikirimkan ke pengelola media massa
online Unimed.
5 Hak Cipta 0% Luaran yang didaftarkan Hak Cipta adalah
laporan akhir dan artikel ilmiah.

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: (1) memberikan sumbangan


perspektif modal sosial dalam sistem konsinyasi, (2) memberi konstribusi inovasi
model konsinyasi yang dikembangkan dari sistem galeh baparuh etnik
Minangkabau, (3) menjadi pijakan dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan sistem konsinyasi. Sementara itu, manfaat praktis adalah: (1)
model konsinyasi berbasis modal sosial diharapkan dapat diterapkan kepada
beragam kelompok etnik agar tercipta banyak entrepreneur baru dan menurunkan
tingkat pengangguran di Medan, (2) model konsinyasi berbasis modal sosial dapat
menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk merumuskan kebijakan dalam
bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sehingga kebijakan yang
dikeluarkan tidak hanya terfokus pada bantuan modal finansian.
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Capaian kegiatan PKM-RSH ini sudah mencapai 90%. Kegiatan
berikutnya adalah mempublikasikan hasil penelitian di media online Universitas
Negeri Medan, mendesain PowerPoint untuk dipresentasikan pada PKP2,
melengkapi laporan akhir, dan mendaftar Hak Cipta. Seluruh kegiatan tersebut
akan dikerjakan oleh tim PKM pada minggu ketiga bulan September 2022.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2001. Kota Medan dalam Angka 2000. Badan Pusat
Statistik Kota Medan. Medan. Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2021. Kota Medan dalam Angka 2020. Badan Pusat
Statistik Kota Medan. Medan. Indonesia.
Eliza, Hariani, D. and Pratama, D. 2019. Cultural Effects of Economic Activity
Minangkabau Society. Proceedings of the 1st Workshop on Environmental
10

Science, Society, and Technology. December 8th, 2018, Medan, Indonesia.


EAI. doi: 10.4108/eai.8-12-2018.2283853.
Fikri, M.K. 2019. Perspektif Etika Bisnis Islam Pada Sistem Konsinyasi dalam
Strategi Reseller. BISNIS: Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam. 7(2): 161–
172. doi: 10.21043/bisnis.v7i2.5731.
Fukuyama, F. 1995. Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity. The
Free Press. NewYork. USA.
Hastuti, P.C. Thoyib, A., Troena, E.A. and Setiawan, M. 2015. The Minang
Entrepreneur Characteristic. Procedia-Social and Behavioral Sciences. 211:
819–826. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.11.108.
Jalaluddin dan Ulfiyani, N. 2020. Penjualan Konsinyasi Pada Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah di Kota Lhokseumawe Menurut Perspektif Ekonomi Islam.
Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam. 6(2): 190–211. doi: 10.24815/jped.
v6i2.17293.
Kahn, J.S. 2007. Minangkabau Social Formations: Indonesian Peasants and the
World Economy. Cambridge University Press. Cambridge. USA.
Manik, H.F.G.G., Indarti, N. and Lukito-Budi, A.S. 2021. Examining Network
Characteristic Dynamics of Kinship-Based Families on Performance within
Indonesian SMEs. Journal of Enterprising Communities: People and Places
in the Global Economy. 15(1): 1–26. doi: 10.1108/JEC-03-2020-0021.
Meredith, G.G., Nelsin, R.E. dan Neck, P. 1984. Kewirausahaan: Teori dan
Praktek. Pustaka Binaan Pressindo. Jakarta. Indonesia.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. UI–Press. Jakarta. Indonesia.
Milone, P.D. 1964. Contemporary Urbanization in Indonesia. Asian Survey, 4(8):
1000–1012. doi: 10.2307/2642637.
Oktaviana, R. dan Dewi, H.P. 2019. Analisis Pengaruh Pendapatan Penjualan
Konsinyasi dan Biaya Penjualan untuk Akuntabilitas Laporan Keuangan PT
Bumi Aksara Group. Jurnal Akutansi dan Bisnis Krisnadyadwipayana. 6(3):
8–12. doi: 10.35137/jabk.v6i3.321.
Pelly, U. 2013. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau
dan Mandailing di Perkotaan. Unimed Press. Medan. Indonesia.
Putnam, R.D. 2000. Bowling Alone: The Collapse and Revival of American
Community. Simon and Schuster Paperbacks. NewYork. USA.
Santoso, T. 2020. Memahami Modal Sosial. Pustaka Saga. Surabaya. Indonesia.
Sugiono. 2019. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and
Development) untuk Bidang Pendidikan, Manajemen, Sosial, Teknik.
Alfabeta. Bandung. Indonesia.
Syafitri, A. dan Sudarwati, L. 2015. Pemanfaatan Modal Sosial dalam Sektor
Perdagangan (Studi pada Etnis Tionghoa, Batak dan Minangkabau di Kota
Medan). Perspektif Sosiologi. 3(1): 1–17.
Widayat, U. dan Wibowo, S. 1993. Akuntansi: Angsuran, Konsinyasi dan
Cabang. Lembaga Penerbitan FE-UI. Jakarta. Indonesia.
11

Lampiran 1. Penggunaan Dana


1.1 Rekapitulasi Penggunaan Dana
Harga
Total
No Jenis Pengeluaran Volume Satuan
(Rp)
(Rp)
1 Belanja Bahan
Fotocopy 1.580 Lbr 250 395.000
Bolpoin merk Standard 5 Kotak 40.000 200.000
Note book merk Cat In House 15 Buah 30.000 450.000
Kertas HVS merk SIDU 70 gr 6 Rim 60.000 360.000
Map plastik 30 Buah 5.000 150.000
Tinta orinter EPSON 001 2 Botol 87.500 700.000
Cutter merk Kenko 8 Buah 10.000 80.000
Penggaris besi merk Kenko 8 Buah 12.500 100.000
SUB TOTAL 2.435.000
Harga
Total
No Jenis Pengeluaran Volume Satuan
(Rp)
(Rp)
2 Sewa dan Jasa
Biaya publikasi jurnal 1 unit 750.000 750.000
SUB TOTAL 750.000
Harga
Total
No Jenis Pengeluaran Volume Satuan
(Rp)
(Rp)
3 Perjalanan Lokal
Transport PP Universitas Negeri
Medan – Pusat Pasar - Pasar Ikan 5 OH 50.000 250.000
Lama.
Transport PP Universitas Negeri
Medan – Tempat Penelitian Medan 5 OH 50.000 250.000
Tembung.
Transport PP Universitas Negeri
Medan – Tempat Penelitian Medan 5 OH 42.000 210.000
Tembung.
Transport PP Universitas Negeri
5 OH 50.000 250.000
Medan – Pusat Pasar.
Transport PP Universitas Negeri
5 OH 50.000 250.000
Medan – Pusat Pasar.
Transport PP Universitas Negeri
5 OH 50.000 250.000
Medan – Pasar Ikan Lama.
Transport PP Universitas Negeri
5 OH 50.000 250.000
Medan – Pasar Ikan Lama.
SUB TOTAL 1.710.000
Harga
Total
No Jenis Pengeluaran Volume Satuan
(Rp)
(Rp)
12

4 Lain-lain
Masker merk Duckbill 4 Kotak 50.000 200.000
Hand sanitizer merk Dettol 200 Ml 10 Botol 20.500 205.000
5 org×4
Biaya paket data 20.000 400.000
bln
SUB TOTAL 805.000
TOTAL KESELURUHAN Rp 5.700.000
13

1.2 Bukti Penggunaan Dana


1.2.1 Pembelian ATK
14
15

1.2.2 Foto Copy Literatur


16

1.2.3 Biaya Publikasi Artikel Ilmiah di Jurnal

1.2.4 Biaya Transportasi


17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

1.2.5 Pembelian Paket Data, Masker dan Hand Sanitizer


32
33
34

Lampiran 2. Dokumentasi Bimbingan Tim PKM dengn Dosen Pendamping

Foto 1
Tim PKM Berdiskusi dengan Dosen
Pendamping untuk Merancang
Kegiatan PKM, 31 Mei 2022

Foto 2
Tim PKM Berdiskusi dengan Dosen
Pendamping Membahas Tata Cara
Seleksi Literatur, 9 Juni 2022

Foto 3
Tim PKM Berdiskusi dengan Dosen
Pendamping Membahas Kemajuan
Kegiatan PKM, Timeline Kegiatan,
Pedoman Wawancara dan Pedoman
Observasi, 16 Juni 2022
35

Foto 4
Tim PKM Berdiskusi dengan Dosen
Pendamping Membahas
Perkembangan Hasil Wawancara
dengan Informan, 6 Juli 2022

Foto 5
Tim PKM Berdiskusi dengan Dosen
Pendamping Membahas Prosedur
Reduksi Data, Display Data,
Penarikan Kesimpulan dan
Verifikasi Data, 20 Juli 2022

Foto 6
Tim PKM Berdiskusi dengan Dosen
Pendamping Membahas
Pengembangan Sistem Galeh
Baparuh Menjadi Model
Konsinyasi Berbasis Modal Sosial,
25 Juli 2022
36

Lampiran 3. Pengumpulan dan Seleksi Literatur


3.1 Pengumpulan dan Seleksi Buku
Proses Pengumpulan Buku : Pencarian dan pengumpulan buku dilakukan di Digital Library Universitas Negeri Medan, Ruang
Baca Fakultas Ilmu Sosial, dan Pusat Studi Humaniora Universitas Negeri Medan. Buku untuk
referensi penelitian juga dikumpulkan dari website https://z-lib.org/, https://libgen.li/,
https://www.pdfdrive.com/, http://repositori.kemdikbud.go.id/ dan https://core.ac.uk/ dengan kata
kunci “Minangkabau di Medan”, “pedagang Minangkabau”, “modal sosial pedagang Minangkabau”
dan “metode penelitian kualitatif”.
Proses Seleksi Buku : Seleksi buku dilakukan dengan membuat ringkasan isi buku, kemudian ringkasan tersebut ditelaah
dan dibandingkan dengan tema dan permasalahan penelitian kamai untuk menemukan kesesuaian.
Jika ringkasan isi buku sesuai dengan tema dan permasalahan penelitian kami, maka buku tersebut
dapat digunakan sebagai referensi. Kalau ringkasan isi buku tidak sesuai dengan tema dan penelitian
kami, maka buku tersebut tidak bisa dijadikan sebagai referensi.
Keterangan : Buku bisa menjadi referensi
Buku tidak bisa menjadi referensi

Tahun
No Judul Penulis Penerbit Ringkasan Isi Keterangan
Terbit
1 Urbanisasi dan Adaptasi: Usman Pelly Unimed Press 2013 Buku ini membahas tentang misi budaya kelompok etnik Minangkabau dan Buku karya Usman Pelly ini bisa
Peranan Misi Budaya Mandailing serta pengaruh-pengaruhnya pada praktik-praktik rantau, dijadikan referensi karena buku
Minangkabau dan adaptasi dan hubungan-hubungan mereka dengan daerah asal. Misi budaya tersebut tidak hanya membahas
Mandailing didefinisikan sebagai seperangkat tujuan yang diharapkan dicapai oleh pengaruh misi budaya terhadap
anggota-anggota suatu masyarakat tertentu, yang didasarkan pada nilai-nilai peraktik-praktik rantau orang
dominan dari pandangan dunia masyarakat tersebut. Misi budaya orang Minangkabau di kota Medan,
Minangkabau adalah memfungsikan alam rantau untuk memperkaya dan melainkan juga mendeskripsikan
menguatkan alam Minangkabau. Keputusan orang Minangkabau untuk jenis-jenis pekerjaan yang
merantau ke Medan atau kembali dari perantauan dipengaruhi oleh misi digeluti orang Minangkabau, dan
budaya ini, dan keberhasilan atau kegagalan seorang perantau diukur dengan terdapat juga deskripsi singkat
keberhasilan misi budaya tersebut. Lebih lanjut, buku ini juga membahas tentang proses galeh baparuh
pola pemukiman orang Minangkabau, asosiasi-asosiasi sukarela, pilihan dan yang diterapkan pedagang-
apliasi politik, serta jenis-jenis pekerjaan dan sistem galeh berparuh dalam pedagang Minangkabau di
perdagangan mereka. Medan.
2 Budaya Pasar: Masyarakat Robert W. LP3ES 1999 Kapitalisme Belanda dan Inggris memberikan peluang ekonomi baru bagi Buku ini dapat menjadi referensi
dan Moralitas dalam Hefner masyarakat Minangkabau, di mana wilayah Minangkabau yang penuh karena di dalam buku terdapat
Kapitalisme Asia Baru dengan emas, batu besi, dan sumber daya alam lainnya. Belanda dan Inggris pembahasan mengenai latar
bergantian menguasai Minangkabau dengan sistem ekonomi yang berbeda. belakang jiwa wirausaha orang
Orang Minang yang cinta akan kedamaian dan tidak suka berkonflik Minangkabau. Pembahasan
37

mengikuti segala sistem tersebut dan dari sana dimulai jiwa berwirausaha tersebut dinilai sesuai dengan
orang Minangkabau. Tidak hanya itu saja, perubahan tradisi dan kebiasaan tema PKM-RSH kami, yakni
dari ratusan tahun yang lalu hingga sekarang juga memengaruhi munculnya membantu untuk memahami
tradisi merantau. Pada ratusan tahun yang lalu, dikarenakan Minangkabau mengapa orang Minangkabau
menganut sistem matrilineal, maka para istri yang bekerja dan memenuhi memiliki jiwa berwirausaha.
kebutuhan rumah tangga, sedangkan peran suami adalah mengurusi anak- Pembahasan tentang faktor yang
anak dari saudara perempuannya. Perubahan besar terjadi di mana peran mendorong orang Minangkabau
keduanya harus seimbang, suami juga harus turut memenuhi kebutuhan istri merantau dalam buku ini dapat
dan anak-anaknya meskipun sistemnya adalah matrilineal. Ditambah lagi dijadikan sebagai pembanding
dengan anggapan suami tidak boleh berlama-lama di dalam rumah bagi buku Usman Pelly yang juga
dikarenakan rumah itu adalah milik istri, maka para suami Minangkabau membahas alasan-alasan orang
merantau untuk mencari pekerjaan hingga mapan lalu membawa istri dan Minangkabau merantau ke
anak-anak ke kota perantauan. Medan.
3 Minangkabau Social Joel S. Kahn Cambridge 2007 Orang Minangkabau banyak berperan sebagai migran atau melakukan Buku karya Joel S. Kahn ini bisa
Formations: Indonesian University perantauan ke kota-kota besar, kebanyakan yang merantau adalah anak-anak menjadi referensi untuk PKM-
Peasents and the World Press muda dan ketika mereka berusia tua maka mereka kembali ke kampung RSH kami, karena buku tersebut
Economy halaman untuk berhenti kerja/pensiun. Kebanyakan pendatang Minangkabau tidak hanya membahas formasi
dalam mempertahankan hidupnya bekerja sebagai pedagang kecil-kecilan, sosial orang Minangkabau di
atau membuka warung nasi khas makanan Minangkabau yang disajikan pedesaan Sumatera Barat, tetapi
panas dan pedas. Sesama orang Minangkabau biasanya sangat kuat dalam juga mengulas bagaimana
mempertahankan tali persaudaraan, sekedar untuk mempertahankan identitas praktek-praktek konsinyasi yang
sosial atau bahkan dimintai tolong. Terlihat dari pada perantau-perantau diterapkan para pedagang
muda yang menitipkan anak-anak dan istrinya ke kerabat atau orang desa Minangkabau di pedesaan.
terdekat. Uniknya dalam relasi Minangkabau terkenal dengan istilah Pembahasan mengenai praktek
konsinyasi dimana sesama para pedagang yakni pedagang ahli dan pedagang konsinyasi di pedesaan Sumatera
baru, pedagang ahli yang memiliki grosir akan menjual grosirnya ke Barat dapat menjadi informasi
pedagang keliling dengan tawaran setengah harga pasar. Uang bisa diberikan bagi PKM-RSH kami, sekaligus
bahkan apabila seluruh barang sudah habis terjual, kegiatan ini diperlukan sebagai pembanding dengan
kepercayaan antar para pedagang Minangkabau. Hal berbeda degan seorang praktek konsinyasi orang
pedagang besi, dan ahli besi yang mana pedagang besi akan memberitahukan Minangkabau di perkotaan,
secara spesifik mengenai keadaan pasar, dan juga angka peminatan produk terutama di Medan.
untuk dikelola oleh ahli besi. Apabila kondisi pasar stabil, harga stabil, angka
minat tinggi terutama di bulan puasa maka kegiatan produksi juga lancar.
Tetapi apabila hal sebaliknya terjadi, pedagang besi bisa membayar kurang
dari 50% harga pasar kepada produsen, dan juga bisa mengambil proporsi
yang lebih besar; hal ini dikarenakan adanya kegiatan konsinyasi tersebut.
4 Identitas dan Kebanggaan Amin Nurdin Hipius 2020 Buku ini membahas tentang peran perkumpulan Sulit Air Sepakat (SAS) Buku ini tidak bisa dijadikan
menjadi Orang dan Ahmad (Himpunan dalam melestarikan identitas dan kebanggaan pada keminangannya. Buku sebagai referensi, karena
Minangkabau: Rido Peminat ini menyimpulkan bahwa SAS adalah satu di antara organisasi perantau pembahasan di dalam buku tidak
Pengalaman Perantau Ilmu-ilmu masyarakat Minangkabau yang terus berkembang. Tidak hanya di dalam ada yang sesuai dengan tema
Minang Asal Nagari Ushuluddin) negeri, cabang organisasi ini juga sudah di luar negeri, seperti: Malaysia, PKM-RSH kami.
Sulit Air Melbourne, Sydney, dan lainnya. Tentunya, keberadaan SAS dan Ikatan
Pemuda Pelajar Sulit Air (IPPSA), menjadi wadah yang sangat penting
dalam proses pembentukan identitas dan kebanggaan menjadi orang
Minagkabau; menjadi orang Sulit Air. Pada titik ini, buku karya Nurdin dan
Rido menekankan bahwa: (1) SAS dan IPPSA merupakan wadah yang
38

sangat penting dalam keberlanjutan proses pembentukan identitas dan


kebanggaan generasi Sulit Air yang ada di rantau. Kemampuan kedua
organisasi ini memanfaatkan teknologi (Sosial Media) menjadi wadah
pengenalan budaya, bahasa dan pembentuk kecintaan terhadap adat dan
budaya Minangkabau. Akan tetapi, keberadaan keluarga (orang tua) juga
menentukan keterlibatan generasi millennial Sulit Air di rantau untuk
bergabung dan aktif dalam kegiatan SAS atau IPPSA; (2) Aktifitas filantropi
kaum perantau melalui perkumpulan SAS dan IPPSA merupakan wadah
yang cukup penting dalam membentuk rasa bangga menjadi orang Sulit Air.
Ini sangat terlihat dalam aktifitas media sosial perantau Sulit Air dalam
merespon prestasi perantau Sulit Air dalam aktifitas sosial, seperti:
pembangunan masjid, sekolah, bantuan sosial, dan lain sebagainya; (3)
keberhasilan SAS dan IPPSA dalam memelihara identitas dan kebanggaan
menjadi orang Minangkabau tidak terlepas dari kemampuannya membangun
relasi yang kuat dan berkesinambungan dengan kampung halaman, Sulit Air.
Adanya konflik dan pertentangan sebagai dinamika dalam berorganisasi
sama sekali tidak membahayakan eksistensi SAS sebagai organisasi
perantau. Sebaliknya, dalam banyak hal justeru memancing ide dan gagasan
baru untuk berbuat bagi terwujudnya Sulit Air Jaya.
5 Peran Kaum Mudo Muhammad BPNST 2010 Buku membahas tentang peran kaum muda dalam pembaharuan pendidikan Buku ini tidak bisa dijadikan
dalam Pembaharuan Nur, dkk Padang Press Islam di Minangkabau, beserta konflik yang muncul antara kaum muda dan sebagai referensi, karena
Pendidikan Islam kaum tua, hingga campur tangan Belanda dalam menangani konflik tersebut. pembahasan di dalam buku tidak
di Minangkabau, 1803- Lebih lanjut, buku ini membahas tentang tumbuah dan berkembangnya ada yang sesuai dengan tema
1942 pendidikan madrasah modern di Minangkabau. PKM-RSH kami.
6 Mengawal Semangat Eko Yulianto Bank 2017 Buku ini membahas tentang perkembangan ekonomi Sumatera Barat sejak Buku ini tidak bisa dijadikan
Kewirausahaan: Indonesia sebelum kedatangan orang Eropa sampai era reformasi. Buku ini juga sebagai referensi, karena
Peranan Saudagar dalam Institute megulas bagaimana peran saudagar atau usahawan Minangkabau dalam pembahasan di dalam buku tidak
Memajukan perkembangan ekonomi tersebut. Perkembangan Javasche Bank di masa ada yang sesuai dengan tema
Roda Ekonomi Sumatera kolonial yang kemudian menjadi Bank Indonesia di era kemerdekaan turut PKM-RSH kami.
Barat dibahas dalam buku ini. Bagian akhir buku membahas tentang heritage
kantor eks-Javasche Bank Padang.
7 Sengketa Tiada Putus: Jeffrey Freedom 2010 Sengketa tiada putus diwarnai kekerasan politis, tapi bukan sejarah politis Buku ini tidak bisa dijadikan
Matriarkat, Reformisme Hadler Institute linear. Dalam buku ini, penulis mengembangkan naratif yang sudah ada dan sebagai referensi, karena
Agama, dan Kolonialisme bergerak di bawah naratif kolonialisasi dan nasionalisme dengan cara pembahasan di dalam buku tidak
di Minangkabau berfokus pada tema-tema yang bersifat kultural: konseptualisasi yang sedang ada yang sesuai dengan tema
berubah mengenai rumah dan keluarga; gagasan-gagasan modernitas yang PKM-RSH kami.
sifatnya berganti-ganti, bisa Minangkabau, Islam, atau Eropa; serta sistem
kewenangan dan pendidikan yang saling bersaing. Dalam bab pertama, buku
ini menyajikan sejarah ringkas Perang Padri. Penulis menganalisis peran
pemimpin Padri yang kontroversial, Tuanku Imam Bonjol, dan upayanya
untuk menggantikan matriarkat dengan ketaatan ketat terhadap Alquran dan
Hadist yang otoritatif. Setelah perang Padri berakhir dan Tuanku Imam
Bonjol kalah, negara kolonial Belanda memasukkan Sumatera Barat ke
dalam Hindia Timur Belanda. Pada Bab 2-4, buku ini membahas perdebatan
tentang bentuk fisik rumah, konsep keluarga, dan pendidikan anak-anak
39

dalam masyarakat Minangkabau. Abad ke-19 mentransformasi Minangkabau


dari suatu masyarakat kolonial di mana suatu negara patriarkal memberikan
kesempatan-kesempatan lebih kepada laki-laki. Negara kolonial itu
menerapkan otoritas patriarkal pada aspek-aspek masyarakat Minangkabau.
Perempuan Minangkabau berusaha meredefisi tradisi-tradisi yang kini sering
dipakai untuk melawan mereka, mengikat mereka pada rumah gadang
mereka, membatasi akses mereka pada kesempatan-kesempatan baru, dan
membatasi mobilitas mereka. Karena pertanyaan tentang matriarkat sangat
penting bagi perdebatan budaya Minangkabau, mau tak mau peran politis
perempuan dan definisi keluarga menjadi perhatian utama intelektual-
intelektual Sumatera Barat pada abad ke-20. Pada Bab 5, buku ini
menganalisis gagasan akan moralitas dan peran perempuan pada awal abad
ke-20. Inilah zaman pergerakan, masa partisipasi luas dalam politik tapi
hanya sedikit konsensus tentang tujuan aktivitas politik itu. Kampung Koto
Gadang – paling Belanda dan paling progresif – dan konflik-konflik gender
yang terjadi di sana merupakan contoh transformasi sosial cepat Sumatera
Barat pada awal abad ke-20. Pada Bab 6-7, buku ini membahas politisasi
budaya pada 1910-an dan 1920-an. Inilah masa ketika kontroversi publik
antara matriarkat, Islam reformis, dan progresivisme mendominasi
pergerakan dan masyarakat Minangkabau. Garis-garis perpecahannya jelas.
Pada 1921, seorang pengamat kolonial berkomentar bahwa Sumatera Barat
„menyajikan‟ pemandangan sangat menarik akan suatu pergumulan, yang
biasa disebut konflik tiga segi, antara adat istiadat lokal, Islam, dan konsep-
konsep “Modern-Barat”. Inilah puncak pergerakan politik, ketika perempuan
berpartisipasi dalam jurnalisme dan politik dan melawan tradisi dengan
melakukan rantau yang hanya dilakukan laki-laki, meninggalkan rumah-
rumah gadang matrilokal. Kekhawatiran bahwa modernitas merajalela
dikerangkai gempa bumi 1926 yang sangat menghancurkan dan diikuti
pemberontakan komunis yang gagal. Selama abad ke-19 dan sampai
penindasan politik dan sensor yang terjadi setelah pemberontakan itu, peran
perempuan dan laki-laki yang lahir dalam dunia penuh pertentangan inilah
yang menjadi generasi pertama pemimpin-pemimpin politik Indonesia yang
dinamik.
8 Bunga Rampai Sejarah Ajisman, dkk BPNST 2012 Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari empat artikel. Artikel pertama Buku ini tidak bisa dijadikan
Sumatera Barat: Sumatera Padang Press membahas tentang dinamika perkembangan Institut Nasional Syafei (INS) sebagai referensi, karena
Barat dari Zaman Jepang Kayutanam pada tahun 1926-1998. Artikel kedua membahas tentang tenaga pembahasan di dalam buku tidak
hingga Era Reformasi romusha di nagari Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung pada masa ada yang sesuai dengan tema
pendudukan Jepang, 1942-1945. Artikel ketiga membahas mengenai sejarah PKM-RSH kami.
konflik tanah ulayat di nagari Kapa, Kabupaten Pasaman Barat, pada tahun
1981-2005. Artikel keempat membahas tentang dinamika orang Jawa di
nagari Sitiung tahun 1974-2009.
9 Metode Kualitatif Mamik Zifatama 2015 Buku ini membahas tentang langkah-langkah metodologi penelitian Buku ini bisa dijadikan sebagai
Publisher kualitatif, mulai dari penentuan sampel dan populasi, instrumen penelitian, referensi karena tahap
teknik pengumpulan data, analisis data, validitas dan reliabilitas, desain pengumpulan data dan analisis
penelitian hingga vaiabel dan cara pengukurannya. data PKM-RSH kami
menggunakan pendekatan
40

kualitatif. Pendekatan kualitatif


diguanakan untuk
mengeksplorasi proses sistem
galeh baparuh, modal sosial
yang digunakan dan pengaruh
sistem tersebut terhadap
terciptanya entrepreneur baru
pada orang Minangkabau di kota
Medan.
10 Metodologi Penelitian Salim dan Citrapustaka 2012 Buku ini membahas tentang paradigma penelitian kualitatif, konsep dasar Buku ini bisa dijadikan sebagai
Kualitatif: Konsep dan Syahrum Media penelitian kualitatif, dasar teori penelitian kualitatif, strategi pengumpulan referensi karena tahap
Aplikasi dalam Ilmu data, smapling data dan analisis data hingga penyusunan laporan penelitian pengumpulan data dan analisis
Sosial, Keagamaan dan kualitatif. data PKM-RSH kami
Pendidikan menggunakan pendekatan
kualitatif. Buku ini digunakan
untuk menambah referensi
tentang metode kualitatif, dan
pembanding dari buku metode
Kualitatif karya Mamik di atas.
11 Metodologi Penelitian Rr. Suhartini Dakwah 2009 Buku ini mengenai metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan Buku ini bisa dijadikan sebagai
Kualitatif Digital Press phenomenology. Pembahasan dimulai dengan penjelasan penelitian referensi karena tahap
kualitatif, kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi konsep penelitian pengumpulan data dan analisis
kualitatif, pengumpulan data, format data, analisis data dan representasi, data PKM-RSH kami
penulisan dan laporan naratif, dan diakhiri dengan membahas standar menggunakan pendekatan
kualitas serta verifikasi. kualitatif. Buku ini digunakan
untuk menambah referensi
tentang metode kualitatif, dan
sekaligus sebagai pembanding
dari buku Metode Kualitatif
karya Mamik dan buku
Metodologi Penelitian Kualitatif
karya Salim dan Syahrum di atas.
12 Metode Penelitian dan Sugiono Alfabeta 2019 Buku ini mengulas perspektif metode R&D, tahapan dan prosedur penelitian, Buku ini merupakan referensi
Pengembangan (Research tahapan dan prosedur pengembangan, penyusunan proposal dan laporan utama bagi metode PKM-RSH
and Development) untuk penelitian R&D. kami, karena PKM-RSH kami
Bidang Pendidikan, menggunakan metode Research
Manajemen, Sosial, & Development).
Teknik
13 Manajemen Penelitian Budi Suparto Aswaja 2017 Buku ini secara garis besar berisi praperencanaan penelitian, perencanaan Buku ini dapat menjadi referensi,
Pengembangan: Research Pressindo penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan penelitian, serta karena bisa diguanakn untuk
and Development bagi publikasi penelitian. Buku ini juga memberikan panduan, prosedur serta menambah informasi tentang
Penyusun Tesis dan contoh bagi mahasiswa yang sedang menyusun tesis dan disertasi dari metode Research & Development
Desertasi pengalaman yang pernah lakukan oleh penulis buku. dan sekaligus sebaai pembanding
dari buku Metode Penelitian dan
Pengembangan karya Sugiono di
41

atas.
14 Memahami Thomas Saga Buku ini membahas tentang konsep modal sosial dan bagaimana konsep Buku ini dapat diguanakn sebagai
Modal Sosial Santoso Jawadwipa modal sosial ini dapat diaplikasikan dalam upaya percepatan peningkatan referensi karena PKM-RSH kami
keberdayaan masyarakat sebagai salah satu langkah penting untuk mencapai membutuhkan pemahaman
keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi. Prinsip dasar dari modal tentang konsep modal sosial agar
sosial dalam buku ini adalah bahwa hanya kelompok-kelompok masyarakat bisa menjadi alat analisis dalam
yang memiliki seperangkat nilai sosial dan budaya yang menghargai mengulas modal sosial yang
pentingnya kerjasama yang dapat maju dan berkembang dengan kekuatan digunakan pedagang
sendiri. Minangkabau dalam sistem galeh
baparuh.
42

3.2 Pengumpulan dan Seleksi Artikel Jurnal


Proses Pengumpulan Artikel : Artikel jurnal dicari dan dikumpulkan dari website https://garuda.kemdikbud.go.id/;
https://www. neliti.com/id/, https://z-lib.org/, https://www.academia.edu/, dan
https://www.researchgate.net/. Pencarian artikel jurnal menggunakan kata kunci “Galeh
Baparuh”, “Minangkabau di Medan”, “pedagang Minangkabau”, “perdagangan orang
Minangkabau”, “modal sosial etnis Minangkabau”, “sistem konsinyasi”, “Minangkabau
trader”, “Minangkabau in Medan”, dan “consignment system”.
Proses Seleksi Artikel : Seleksi artikel jurnal dilakukan dengan menelaah dan mencari kesesuaian intisari artikel dengan
tema dan permasalahan penelitian kami. Jika intisari artikel sesuai dengan tema dan permasalahan
penelitian kami, maka artikel tersebut dapat digunakan sebagai referensi. Kalau intisari artikel
tidak sesuai dengan tema dan penelitian kami, maka artikel tersebut tidak bisa dijadikan sebagai
referensi.
Keterangan : Artikel bisa menjadi referensi
Artikel tidak bisa menjadi referensi

Volume, Edisi dan Keterangan


No Judul Artikel Penulis Nama Jurnal Intisari
Tahun Terbit Sekelsi Artikel
1 Pemanfaatan Modal Sosial Anita Syafitri Perspektif Vol. 3, No. 1 (2015) Artikel ini bertujuan mengidentifikasi bentuk-bentuk modal Artikel ini dinilai bisa menjadi
dalam Sektor Perdagangan dan Lina Sosiologi sosial di kalangan pedagang etnis Tionghoa, Batak dan referensi karena membahas
(Studi pada Etnis Sudarwati Minangkabau di Kota Medan. Selain itu, juga untuk tentang modal sosial yan
Tionghoa, Batak dan mengetahui dan menginterpretasi pemanfaatan modal sosial digunakan orang Minangkabau di
Minangkabau di Kota sehingga ketiga etnis tersebut dapat menunjukkan eksistensi Medan dalam berdagang.
Medan) perdagangan di Kota Medan. Metode yang dipakai adalah Mengungkap modal sosial yang
metode penelitian kualitatif. Artikel ini mengemukakan bahwa digunakan pedagang
etnis Tionghoa, Batak, dan Minangkabau benar-benar Minangkabau di Medan
memanfaatkan modal sosial dengan baik sehingga mampu merupakan salah satu tujuan yang
mempertahankan eksistensi perdagangan di Kota Medan. ingin dicapai dalam PKM-RSH
Hanya saja modal sosial yang digunakan berbeda antara etnis kami
yang satu dengan etnis yang lainnya. Hal itulah yang membuat
etnis Tionghoa mendominasi di Pasar Petisah, Etnis Batak di
Pasar Simalingkar, dan etnis Minangkabau di Pasar Pusat
Pasar.
2 Gambaran Resiliensi Mutia Psikologia: Vol. 8, No. 1 (2013) Artikel ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran resiliensi Artikel ini dapat menjadi
Perantau Minangkabau Maulidya dan Jurnal perantau dari suku Minangkabau yang berwirausaha di Kota referensi untuk menambah
yang Berwirausaha di Rika Eliana Pemikiran dan Medan. Suku Minangkabau sebagai salah satu suku di informasi tentang resiliensi para
Medan Penelitian Indonesia memiliki budaya merantau. Sebagian besar pedagang Minangkabau di
Psikologia dilakukan saat merantau ialah berwirausaha. Saat merantau Medan. Resiliensi pedagang
43

dan berwirausaha akan menghadapi beberapa kesulitan. Dalam Minangkabau penting diketahui
berwirausaha dan merantau butuh adanya kemampuan karena PKM-RSH kami hendak
resiliensi. Penelitian ini melibatkan 296 wirausahawan mengeksplorasi galeh baparuh,
perantau Minangkabau yang bertempat tinggal di Medan. suatu sistem perdagangan orang
Skala yang digunakan dalam penelitian ialah adaptasi dari Minangkabau. Jadi artikel ini dan
Resiliency Quotient Test (RQ test). Hasil penelitian PKM-RSH kami saling berkaitan.
menunjukkan mayoritas perantau Minangkabau yang
berwirausaha memiliki resiliensi yang tergolong tinggi. Tidak
ada perantau Minangkabau yang berwirausaha memiliki
resiliensi yang tergolong rendah.
3 Sistem Pewarisan dalam Ulfa Sundari Premise Law Vol. 1, No. 1 (2018) Artikel ini mengkaji tentang sistem pewarisan dalam Artikel ini tidak bisa menjadi
Perkawinan Antara Suku Jurnal perkawinan antara orang Batak dan orang Minangkabau. referensi karena pembahasannya
Batak dan Suku Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. berbeda dengan tujuan PKM-
Minangkabau (Studi di Artikel ini menunjukkan bahwa peruntukan harta warisan dari RSH kami.
Kota Medan) orang tua kepada anaknya akan berubah. Peruntukan harta
warisan dalam masyarakat yang menganut sistem patrilineal
telah berubah di mana pembagian harta warisan dalam
perkawinan campuran masyarakat patrilineal biasanya
menggunakan sistem pewarisan perorangan menurut hukum
adat, walaupun ada juga yang menggunakan sistem pewarisan
berdasarkan hukum islam. Pembagian harta warisan dalam
masyarakat yang menganut sistem matrilineal, meskipun
pihak-pihak yang bersangkutan berasal dari sistem
kekerabatan matrilineal, ketika terjadi perkawinan silang,
sistem kekerabatan tidak digunakan. Pembagian harta warisan
dilakukan menurut kesepakatan para ahli waris sebagaimana
yang dipraktikkan dalam sistem patrilineal. Sistem ini juga
mengalami perubahan dalam sistem pembagian warisan yang
dilakukan baik menurut kesepakatan bersama maupun
menurut syariat Islam.
4 Islam dan Modal Sosial Jufri Naldo Jurnal Vol. 13, No. 2 Islam memiliki landasan yang kuat terhadap kontrak sosial dan Artikel ini tidak bisa menjadi
Orang Minangkabau di Penelitian (2019) norma yang telah disepakati umatnya. Orang Minangkabau di referensi karena pembahasannya
Perantauan perantauan berusaha mengoptimalkan wujud nyata dari ajaran berbeda dengan tujuan PKM-
Islam tersebut. Sehingga Islam sangat berpengaruh dan RSH kami.
mewarnai modal sosial mereka. Hal ini terlihat ketika
organisasi-organisasi kelompok etnis Minangkabau yang
terbentuk di perantauan tidak hanya menafsirkan ajaran Islam
hanya sebatas pada ibadah rutinitas biasa, akan tetapi Islam
telah ikut serta dalam dialektika kapital sosial organisasi yang
pada gilirannya mengarahkan kegiatan komunitas etnis itu
kepada gerakan-gerakan sosial yang produktif dan positif
untuk membangun kehidupan masyarakat yang ideal. Dalam
pandangan orang Minangkabau, Islam tidak hanya sebagai
referensi perilaku sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Islam juga merupakan salah satu identitas etnis. Dalam
perspektif antropologis, antara Islam dengan orang
44

Minangkabau merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat


dipisahkan. Kedua unsur tersebut saling menentukan dan
keanggotaan seseorang dalam komunitas sangat ditentukan
oleh kelekatan identitas tersebut.
5 The Impact of Core Arif Adrian Jurnal Ilmiah Vol. 12, No. 1 Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting dalam Artikel ini dapat menjadi
Values, Character and dan Poli Bisnis (2020) keberhasilan wirausahawan, saat ini kita dapat menemukan referensi karena pembahasannya
Entrepreneur Leadership in Yolandafitri banyak pemimpin bisnis yang sukses, tetapi masih banyak menjadi informasi mengenai
Successful of Zulvia wirausahawan yang jatuh karena mereka tidak mempersiapkan kepemimpinan orang
Minangkabau Leaders and diri sejak dini untuk mengetahui nilai inti dan karakter mereka. Minangkabau dalam
Javanese Leaders Masalah-masalah tersebut berdampak pada berkurangnya berwirausaha. Kepemimpinan
kapasitas mereka untuk menjadi pengusaha sukses. Penelitian orang Minangkabau dalam
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nilai inti, berwirausaha digambarkan
karakter dan kepemimpinan wirausaha dengan pemimpin yang sebagai induk semang dalam
sukses. Hal ini memberikan kontribusi bagi dunia bisnis yaitu PKM-RSH kami. Oleh karena itu,
entrepreneuer untuk mempersiapkan seorang pemimpin bisnis informasi dalam artikel dapat
dimulai dari usia dini untuk menjadi seorang wirausahawan dijadikan pembanding bagi
yang sukses. Berdasarkan literatur ini, wirausahawan dapat faktor-faktor yang memengaruhi
mengevaluasi nilai-nilai inti dan karakter, karena dari teori ada kesuksesan induk semang dalam
dampak pada wirausahawan yang sukses. Sebanyak 170 perdagangan orang Minangkabau
pengusaha dengan 85 orang Minangkabau dan 85 orang Jawa di Medan.
menjadi responden dalam penelitian ini. Untuk menjawab
pertanyaan penelitian, penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dan statistik dengan regresi berganda. Penelitian ini
menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari nilai-
nilai inti, karakter dan kepemimpinan wirausaha pada
pemimpin yang sukses. Kontribusi teori penelitian ini adalah
pendekatan wirausaha dan kepemimpinan, serta menguji
pengaruh nilai inti, karakter dan kepemimpinan wirausaha
pada pemimpin yang sukses.
6 Eksistensi Silek Shafwan Gondang: Vol. 1, No. 2 (2017) Artikel ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan, proses Artikel ini tidak bisa menjadi
Galombang pada Upacara Mahmudin Jurnal Seni dan pelaksanaan pada upacara perkawinan, perubahan yang terjadi referensi karena pembahasannya
Perkawinan Etnis dan Trisni Budaya dan upaya pelestarian Silek Galombang pada etnis berbeda dengan tujuan PKM-
Minangkabau di Medan Andayani Minangkabau di kelurahan Kota Matsum II, kota Medan. RSH kami.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang
menjelaskan mengenai data dan berdasarkan fakta yang terjadi
di lapangan. Artikel ini menekankan bahwa Silek Galombang
pada upacara perkawinan masih diakui keberadaannya yaitu
dengan adanya Group Seni Budaya Minang Keluarga Bayur.
Proses pelaksanaan Silek Galombang, yaitu gerakan
pertunjukan mengggunakan bungo-bungo silek rampak
simultan sebagai ilustrasi untuk memperindah gerakan Silek
Galombang dan barisan pemain Silek Galombang
menggunakan pola berbaris satu arah yang dinamakan dengan
Silek Manyongsong. Perubahan yang terjadi pada Silek
Galombang saat ini, yaitu adanya variasi fungsi kegunaannya
yaitu pertunjukannya berperan penting dalam penyambutan
45

kedatangan tamu kehormatan tokoh adat. Peran dari Tokoh


adat Minangkabau di Kelurahan Kota Matsum II sangat
penting terhadap upaya pelestarian seni pertunjukan
tradisional.
7 Tipologi Kelompok Rinel Jurnal Pelangi Vol. 5, No. 1 (2012) Fokus penelitian ini untuk mengetahui keterlibatan perempuan Meskipun artikel ini berfokus
Enterpreneurship Fitlayeni di desa dalam aktivitas perdagangan pasar dalam kepada para pedagang perempuan
Minangkabau (Kasus perekonomian. Alasan perempuan terlibat dalam kegiatan di Minangkabau, tapi kajian
Perempuan Pedagang di dalam kegiatan ekonomi pasar. Keterlibatan perempuan di tersebut dapat menjadi referensi
Pasar Nagari) pasar desa berarti membangun kembali ekonomi lokal karena dan sekaligus sebagai
cikal bakal kewirausahaan. Keterlibatan perempuan pedagang pembanding untuk mengungkap
memberikan corak tersendiri bagi tipologi kelompok bagaimana peran perempuan
wirausaha di Minangkabau. Metode penelitian yang digunakan Minangkabau dalam perdagangan
adalah penelitian kualitatif dengan metode hermaneutik di kota Medan.
interpretatif, sosiologi dan kajian sejarah. Ada tiga kategori:
modal kuat, pedagang tanpa modal dan grosir. Tipologi kedua
adalah family enterprise, berupa unit usaha komersial atau
firma. Tipologi ketiga usaha kecil, yang membedakan usaha
keluarga. Grup ini mulai memperluas jaringan bisnis tidak
hanya ke pedagang tetapi juga mengekspor ke perdagangan
lain di luar daerah.
8 Pembagian Harta Warisan Irlia Rozalin Premise Law Vol. 12 (2016) Artikel ini mengkaji tentang pembagian harta warisan pada Artikel ini tidak bisa menjadi
dalam Masyarakat Jurnal masyarakat Minangkabau perantauan. Pembagian harta referensi karena pembahasannya
Minangkabau di warisan pada masyarakat Minangkabau di Kelurahan Tegal berbeda dengan tujuan PKM-
Kecamatan Medan Area, Sari III Kecamatan Medan Area Kota Medan berdasarkan RSH kami.
Kelurahan Tegal Sari III, syariat Islam. Faktor kepatuhan dan ketakwaan akan
Kota Medan menyebabkan hukum adat dihindari. Perubahan hukum waris
juga dapat terjadi karena faktor kebutuhan hidup.
9 Faktor Determinan Jiwa Hendra Cipta Society Vol. 7, No. 2 (2019) Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor dominan Artikel ini bisa menjadi referensi
Wirausaha Pedagang pendatang Minangkabau, terutama yang bergerak di bidang untuk menambah informasi
Minangkabau Perantauan perdagangan. Orang Minangkabau memegang teguh adat dan tentang faktor-faktor yang
tradisi mereka yang didasarkan pada hukum Islam seperti yang mempengaruhi jiwa wirausaha
dijelaskan dalam pepatah adat basandi syara’; syara’ basandi para perantau Minangkabau.
kitabullah (tradisi yang didirikan di atas hukum Islam, hukum
Islam yang didirikan di atas Al-Qur'an). Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Ipuh, Provinsi Bengkulu, Indonesia
dengan sampel sebanyak 150 responden pedagang
Minangkabau. Untuk menjawab pertanyaan penelitian,
variabel yang digunakan adalah independen dan dependen.
Variabel bebasnya adalah jiwa wirausaha, sedangkan variabel
terikatnya adalah faktor ekonomi, adat (dalam hal ini istilah
yang digunakan adalah tradisi), keturunan, pendidikan, dan
kemandirian. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian
menemukan bahwa variabel budaya mempengaruhi jiwa
wirausaha pedagang pendatang Minangkabau karena mereka
46

menjunjung tinggi tradisi dimanapun mereka berada. Pengaruh


pendidikan, faktor ekonomi, keturunan, dan kemandirian tidak
signifikan. Kesimpulannya, tradisi matrilineal telah
mempengaruhi jiwa wirausaha pedagang Minang dan tradisi
matrilineal dapat meningkatkan wirausaha di kalangan
perempuan.
10 Interferensi Sintaksis Syamsul BAHAS No. 69, TH. XXXV Artikel ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi maupun Artikel ini tidak bisa menjadi
Bahasa Minangkabau Bahri (2008) gambaran yang lengkap mengenai interferensi sintaksis bahasa referensi karena pembahasannya
dalam Bahasa Indonesia minangkabau dalam bahasa Indonesia pada masyarakat berbeda dengan tujuan PKM-
pada Masyarakat Minang Minangkabau perantau di Medan, dan juga untuk mengetahui RSH kami.
Perantau di Medan struktur bahasa Minangkabau yang paling dominan ditemukan
pada interferensi sintaksis bahasa Minangkabau dalam bahasa
Indonesia. Penelitian dilakukan melalui proses observasi
partisipasi dan perekaman langsung. Setelah data dikumpulkan
dan dikelompokkan, kemudian dilakukan pengidentifikasian
dan analisis data. Artikel ini menunjukkan bahwa interferensi
sintaksis bahasa Minangkabau dalam bahasa Indonesia pada
bentuk pergi + KKB (Kata Kerja Berimbuhan) merupakan
bentuk yang paling dominan ditemui sampai 29,63%.
11 Local Wisdom on the Use Syamsul SALTeL Vol. 3, No. 1 (2020) Artikel ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam gambaran Artikel ini tidak bisa menjadi
of Minangkabau Proverbs Bahri Journal lengkap tentang Kearifan Lokal pada Penggunaan Sindiran referensi karena pembahasannya
Meaning Satire by the (Southeast Asia Makna Peribahasa Minangkabau oleh Masyarakat berbeda dengan tujuan PKM-
Minangkabau Community Language Minangkabau di Medan. Metode yang digunakan adalah RSH kami.
in Medan Teaching and deskriptif kualitatif yang dapat diartikan sebagai suatu
Learning) prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan cara
menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya. Artikel ini menunjukkan bahwa penggunaan
Peribahasa Minangkabau yang mengandung sindiran
bermakna oleh Masyarakat Minangkabau di Medan lebih
dominan dalam konteks Sosial Budaya. Hal ini menekankan
bahwa Masyarakat Minangkabau dalam interaksi sosial satu
sama lain selalu menggunakan kalimat yang berhiaskan,
terutama penggunaan peribahasa Minangkabau artinya
sindiran yang bertujuan untuk memberikan masukan, kritik
dan nasehat sesuai dengan aspek agama, adat dan tradisi yang
dianut. tegas oleh masyarakat Minangkabau.
12 Peranan Enterpreneurship Dasrizal Jurnal Pelangi Vol. 4, No. 1 (2011) Gerakan otonomi daerah memahami keinginan untuk kembali Artikel ini dapat menjadi
dalam Pemberdayaan ke sistem pemerintahan desa yang dianggap publik kecil. referensi dan sekaligus sebagai
Ekonomi Daerah Sumatera Euforia tinggi bahwa ada persoalan yang harus diselesaikan pembanding bagi kajian Rinel
Barat (Kasus Perempuan antara lain: membangun kembali perekonomian daerah Fitlayeni di atas yang sama-sama
Pedagang di Pasar Nagari melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Salah membahas peran pedagang
Minangkabau) satunya melalui pasar desa yang merupakan inkubator lahirnya perempuan di Minangkabau.
komunitas wirausaha desa karena terdapat pedagang khusus Artikel Dasrizal dan Rinel
wanita di. Kelompok wirausahawan ini tentunya memberikan Fitlayeni dapat menambah
47

kontribusi terhadap PDRB Sumbar. Metodologi yang informasi dalam menelaah peran
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. perempuan Minangkabau dalam
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kehadiran perempuan perdagangan di kota Medan.
pedagang di desa merupakan lahirnya jiwa inkubator
kewirausahaan bagi generasi penerus. Keterlibatan perempuan
pedagang di pasar nagari terlepas dari masalah ekonomi dan
sosial. Pelibatan perempuan pedagang untuk
memperdagangkan tanaman tua yang merupakan salah satu
sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.
Selain sub-perkebunan lainnya seperti kelapa sawit, karet,
gambir dan lain sebagainya. Kondisi ini secara tidak langsung
memberikan nilai pajak tidak langsung terhadap peningkatan
PDRB Sumbar.
13 The Use of Minangkabau Meisuri dan Budapest Vol. 2, No. 4 (2019) Artikel ini bertujuan untuk mengetahui gambaran utuh Artikel ini tidak bisa menjadi
Proverbs of Contrast Syamsul International kearifan lokal tentang penggunaan peribahasa Minangkabau referensi karena pembahasannya
Meanings by Minangkabau Bahri Research and yang memiliki makna kontras oleh masyarakat Minangkabau berbeda dengan tujuan PKM-
Society in Medan Critics in di Medan Sumatera Utara, Indonesia. Metode yang digunakan RSH kami.
Linguistics and adalah metode deskriptif kualitatif, dengan melakukan
Education wawancara serta penyebaran kuesioner tentang peribahasa
Journal (Birle yang diberikan kepada total 60 responden dari berbagai
Journal) wilayah masyarakat Minangkabau, yaitu Kota Matsum I, II, III
dan IV. Artikel ini menunjukkan bahwa meskipun ada bukti
kuat tentang filosofi nilai-nilai budaya dan keterbukaan
terhadap modernisasi, orang-orang ini secara konsisten
menggunakan peribahasa makna yang kontras dalam konteks
percakapan mereka yang hampir berbeda. Hal ini juga
menekankan bahwa penggunaan bahasa Minangkabau sebagai
bahasa daerah, telah memberikan kontribusi dalam bidang
studi bahasa dan sastra, khususnya di bidang peribahasa etnis
yang dapat memperkaya khasanah bahasa Indonesia, sebagai
bahasa nasional.
14 Strategi Komunikasi E. Arif Jurnal Vol. 10, No. 1 Artikel ini bertujuan untuk: (1) menganalisis perbedaan Artikel ini dapat menjadi
Pedagang Kaki Lima Komunikasi (2012) strategi komunikasi pedagang eceran suku Minangkabau referensi dan sekaligus
Perantau Minangkabau dan Pembangunan dengan penduduk asli di pasar Jatibarang, (2) menganalisis pembanding untuk mengungkap
Penduduk Asli hubungan strategi komunikasi pedagang eceran suku asli bagaimana strategi komunikasi
Minangkabau dengan persepsi pembeli mengenai pemahaman, pedagang Minangkabau di kota
motivasi dan daya tarik membeli, (3) merumuskan strategi Medan.
komunikasi yang efektif bagi pedagang eceran yang berasal
dari pasar Jatibarang. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif data dan analisis korelasi dengan program
SPSS versi 12.00. Uji statistik menggunakan Rank Spearman
untuk melihat hubungan antara uji dan variabel. T-Test
digunakan untuk melihat perbedaan antara dua merchant.
Jumlah responden sebanyak 60 orang pembeli. Hasil
penelitian menunjukkan: (1) strategi komunikasi pedagang
eceran yang berasal dari etnis Minangkabau menggunakan
48

verbal dan non verbal, begitu juga dengan penduduk asli; (2)
secara lisan, tidak ada perbedaan antara pedagang eceran yang
berasal dari etnis Minang dan pribumi. Namun secara non
verbal terdapat perbedaan; (3) Pembeli memiliki persepsi yang
rendah dalam pemahaman terhadap pedagang eceran yang
berasal dari etnis minang, daya tarik yang tinggi serta motivasi
untuk membeli yang tinggi. Sedangkan pedagang pribumi,
pembeli juga rendah pemahamannya, rata-rata dalam daya
tarik dan motivasi belinya tinggi; (4) Strategi komunikasi
verbal pada pedagang eceran yang berasal dari etnis Minang
memiliki hubungan dengan pemahaman, motivasi dan daya
tarik untuk membeli. Secara non verbal hanya berkaitan
dengan pemahaman. Sedangkan pada pedagang eceran yang
berasal dari pribumi, secara verbal berhubungan dengan
pengertian dan secara non verbal dengan daya tarik dan
pengertian; (5) Strategi komunikasi yang efektif untuk
pedagang eceran yang berasal dari pasar Jatibarang adalah
dengan alamat verbal dan lewat, sedangkan dengan senyum
non verbal, posisi tubuh dan tampilan produk.
15 Pelaksanaan Pembagian Huma Sarah, JUNCTO: Vol. 3, No. 1 (2021) Indonesia memiliki adat yang beragam, salah satunya adalah Artikel ini tidak bisa menjadi
Harta Warisan Berdasarkan Zaini Jurnal Ilmiah suku Minangkabau. Banyak masyarakat suku minang pergi referensi karena pembahasannya
Hukum Adat Pada Munawir dan Hukum merantau ke kota-kota besar yang bertujuan untuk merubah berbeda dengan tujuan PKM-
Masyarakat Suku Sri Hidayani nasib. Adat Masyarakat suku Minangkabau diatur menurut RSH kami.
Minangkabau di Kota tertib hukum ibu (matrilineal). Seiring berjalannya waktu adat
Matsum II Medan tersebut mengalami pergeseran terutama dalam hal pembagian
harta warisan khususnya masyarakat Bukit Tinggi, Sumatera
Barat yang merantau atau meninggalkan kampung halamannya
ke Kota Matsum II yang mana masyarakatnya memiliki
penduduk 80% dihuni oleh masyarakat suku Minang. Hal ini
menimbulkan ketertarikan penulis untuk mengetahui apa yang
menjadi penyebab adanya pergeseran adat tersebut terjadi.
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan cara datang
langsung kelapangan dan melakukan wawancara dengan
mengambil sempel berjumlah 10 orang, sampel tersebut
dipilih secara acak dengan kriteria masyarakat yang bersuku
Minangkabau. Berdasarkan hasil penelitian penulis yang
dilakukan di Kelurahan Kota Matsum II, Kecamatan Medan
Area sejatinya 90% tidak lagi menggunakan sistem waris adat
dalam pembagian harta warisan. Adapun faktor penyebab
terjadinya perubahan sistem pembagian harta warisan tersebut
adalah dikarenakan perpindahan masyarakat suku
Minangkabau yang memiliki harta berdasarkan hasil
pencaharian bersama suami dan istri selama di perantauan
sehingga masyarakat suku minangkabau lebih memilih
pembagian harta warisan berdasarkan ketentuan hukum Islam.
49

16 Kearifan Lokal Sosial Erni Hastuti, Proceeding Vol. 5, (2013) Pengidentifikasian kearifan lokal masyarakat Minang dapat Artikel ini tidak bisa menjadi
Budaya Masyarakat Defi Julianti, PESAT dijadikan sebagai contoh untuk mempertahankan berbagai referensi karena pembahasannya
Minang Pedagang Rantau Donny (Psikologi, karakteristikdari masyarakat perantau khususnya bermata berbeda dengan tujuan PKM-
di Jakarta Erlangga, dan Ekonomi, pencarian berdagang. Kearifan lokal masyarakat Minang harus RSH kami.
Teddy Oswari Sastra, diperkuat guna penyelesaian permasalahan dalam sistem
Arsitektur & kemasyarakatan dalam menghadapi isu global dan sekaligus
Teknik Sipil) mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan
masyarakat lokal. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji
dimensi sosial budaya dari kearifan lokal masyarakat Minang
pedagang rantau di DKI Jakarta, mengetahui jenis-jenis
kearifan lokal sosial budaya yang dapat dipertahankan
masyarakat minang pedagang rantau di DKI Jakarta dan
faktor-faktor apa saja yang mungkin menggeser atau
meningkatkan kearifan lokal social budaya masyarakat minang
pedagang rantau dari kebiasaan normatif menjadi formal.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif, dengan melakukan survey dan Focussed Group
Discussion (FGD) guna mendokumen-tasikan, merekam,
memvisualisasikan dan menyebarluaskan secara digital
dengan menghasilkan produk teknologi informasi e-book bagi
masyarakat Minang pedagang rantau pada khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya.
17 Language Attitude and Deliana, Bahasa dan Vol. 45, No. 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengamati sikap dan pemilihan Artikel ini tidak bisa menjadi
Choice by Minangkabau Rohani Ganie Seni: Jurnal (2017) bahasa masyarakat Minangkabau yang berdomisili di kota referensi karena pembahasannya
Community: A dan Nilzamy Bahasa, Sastra, Medan. Sikap bahasa mengarah pada sikap positif dan sikap berbeda dengan tujuan PKM-
Sociolinguistic Study in Raswiy Seni, dan negatif. Pemilihan bahasa mengarah pada bahasa Indonesia, RSH kami.
Medan Pengajarannya bahasa Minangkabau, dan bahasa lainnya. Penelitian ini
dilaksanakan di dua kecamatan yang meliputi empat kelurahan
di kota Medan. Data penelitian ini adalah 400 lembar
kuesioner yang berisikan 11 pertanyaan mengarah pada sikap
bahasa dan 18 pertanyaan mengarah pada pemilihan bahasa.
Data yang terkumpul dianalisis dengan Likert Scale untuk
sikap bahasa dan analisis ranah untuk pemilihan bahasa. Hasil
dari sikap bahasa adalah positif tetapi untuk pemilihan bahasa,
responden cenderung menggunakan bahasa Indonesia pada
ranah rumah, teman, tempat, dan media.
18 Eksistensi Pedagang Etnis Nofia Noor Jurnal Online Vol. 7, No. 2 (2020) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Meskipun artikel ini mengkaji
Minangkabau di Husanah dan Mahasiswa upaya pengembangan yang dilakukan pedagang sate etnis pedagang sate dari etnik
Perantauan (Studi pada Achmad (JOM) Bidang Minangkabau di Pekanbaru dan untuk mengetahui hambatan Minangkabau di Pekanbaru,
Pedagang Sate Padang di Hidir Ilmu Sosial dan dan faktor pendorong yang dilakukan pedagang sate tersebut tetapi artikel tersebut dapat
Jalan Delima Kota Ilmu Politik untuk mempertahankan eksistensinya. Teori yang digunakan menambah informasi dan
Pekanbaru) yaitu teori strategi dari Pierre Bourdieu. Hasil dari penelitian sekaligus sebagai pembanding
yang dilakukan ini yaitu informan melakukan upaya untuk mengungkap strategi
pengembangan usahanya dengan menggunakan beberapa pedagang Minangkabau di kota
strategi seperti melakukan penghematan dengan cara Medan.
menyisihkan sebagian uangnya dengan menabung,
50

berinvestasi, mampu menerima dan mempelajari segala ilmu


dagang dari orang terdekat dan mewariskan dagangannya
kepada keturunan, mempertahankan modal ekonomi dan
modal sosial guna untuk memperoleh penghasilan dan
melanggengkan usahanya, selain itu juga berupaya
melestarikan dan meningkatkan pengakuan social dengan cara
mempunyai suatu ke khasan tersendiri. Dalam melakukan
strategi tersebut, ada faktor pendorong informan melakukan
stratetgi tersebut yang berguna untuk melanggengkan usaha.
Selain itu, tentu saja ada faktor penghambat yang didapatkan
oleh informan yaitu dalam mempertahankan ciri khas, menarik
hati pelanggan dll. Ada juga beberapa pedagang sate ini yang
tidak memiliki hambatan seperti tidak adanya hambatan dalam
menarik hati pelanggan karna usaha miliknya sudah memili
nama. Pada dasarnya setiap pedagang memiliki permasalahan
yang berbeda-beda dalam menjalankan usaha mereka.
19 Kedudukan Hukum Anak Fredy Premise Law Vol. 4 (2019) Perkawinan menimbulkan hubungan hukum antara suami istri Artikel ini tidak bisa menjadi
Laki-Laki dan Perempuan Kiswanto Jurnal yang melahirkan anak dan antara orang tua dengan anak- referensi karena pembahasannya
Terhadap Pewarisan dalam anaknya. Itu juga dapat berdampak pada harta bersama berbeda dengan tujuan PKM-
Perkawinan Batak- mereka. Perkawinan campuran biasanya terjadi di masyarakat RSH kami.
Minangkabau di Kel. Tegal kita; misalnya perkawinan antara orang Batak yang menganut
Sari III, Kec. Medan Area, kekerabatan patrilineal dengan orang Minangkabau yang
Kota Medan menganut kekerabatan matrilineal. Warisan untuk anak laki-
laki akan berbeda dengan anak perempuan karena orang tua
mereka mengikuti berbagai jenis kekerabatan: ayah adalah
orang Batak dan ibu adalah orang Minangkabau, dan
sebaliknya. Hal ini akan menimbulkan perselisihan dalam
pembagian harta warisan. Masalah penelitian ini adalah
hukum adat waris yang digunakan dalam perkawinan
campuran antara orang Batak dengan orang Minangkabau dan
bagaimana pembagian warisan bagi anak laki-laki dan
perempuan dalam perkawinan campuran orang Batak dan
orang Minangkabau di Kelurahan Tegal Sari III Kecamatan
Medan Area.
20 Kehidupan Pedagang Muhammad Jurnal Online Vol. 8, No. 1 (2021) Peningkatan sarana transportasi, komunikasi dan kemajuan Artikel ini kurang sesuai untuk
Sayuran Komuter Etnis Irham dan Mahasiswa teknologi prasarana berpengaruh pada volume dan arah dijadikan referensi karena
Minangkabau (Studi Kasus Syafrizal (JOM) Bidang migrasi penduduk yang membuat jarak antar daerah relatif pembahasannya berbeda dengan
Migran Pedagang Sayur di Ilmu Sosial dan makin pendek dan lancar, maka akan semakin besar pula arus tujuan PKM-RSH kami.
Pasar Simpang Baru Ilmu Politik migrasinya. Migrasi memicu kepadatan penduduk dan
Kecamatan Tampan Kota menyebabkan kemiskinan dan banyaknya pengangguran di
Pekanbaru) wilayah perkotaan. Pada umumnya para migran ini bekerja di
sektor informal pasar, yaitu sebagai pedagang di pasar
tersebut. Para pedagang etnis Minangkabau memilih
berdagang dan bermigrasi karena alasan tempat tinggal
mereka dan keluarga yang tinggal di kota-kota Sumatera
Barat, sehingga mereka pulang balik dari Sumatera Barat ke
51

Kota Pekanbaru. Kebanyakan para pedagang yang bermigrasi


adalah pedagang sayuran Etnis Minangkabau. Mereka
melakukan migrasi komuter karena faktor ekonomi, sehingga
membuat peneliti ingin mengetahui mengapa pedagang
Minangkabau melakukan migrasi hanya untuk berdagang dan
mencari tahu lebih rinci lagi tentang sosial ekonomi pedagang
sayuran yang bermigrasi penglaju di Pasar Simpang Baru,
Pekanbaru. Menggunakan metode kualitatif dikskriptif studi
dengan melakukan observasi dan wawancara yang mendalam
kepada 1 key informan dan 4 informan. Adapun hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pedagang Minangkabau
melakukan migrasi berdasarkan jawaban informan karena
harga sayuran yang murah dikampung halaman mereka,
sedangkan faktor penariknya karena kondisi Pasar Simpang
Baru Kota Pekanbaru yang strategis dan ramai. Sedangkan
sosial ekonomi pedagang di Pasar Simpang Baru terjalin baik
ditandai dengan saling sapa, tegur, dan saling menukar barang
dagangan. Ekonomi pedagang sayuran Minangkabau di Pasar
Simpang Baru terlihat pada keuntungan yang didapatkan
lumayan karena sayuran mereka selalu habis terjual.
21 Nilai-Nilai Sosial Budaya Rizki SOSIETAS: Vol. 6, No. 1 (2016) Budaya merupakan sebuah hal terpenting yang ada pada Artikel ini dapat menjadi
Masyarakat Rantau Etnis Ramadhan, Jurnal struktur masyarakat. Budaya berkontribusi dalam bagaimana referensi untuk mengungkap
Minangkabau Sebagai Bunyamin pendidikan manusia hidup, bagaimana mereka berperilaku, serta di nilai-nilai sosial dan budaya etnik
Pedagang di Pasar Al- Maftuh dan Sosiologi samping itu juga berpengaruh terhadap bagaimana mereka Minangkabau yang menunjang
Wathoniyah, Cakung, Siti Komariah memandang diri mereka sendiri. Penelitian ini dibuat untuk kegiatan berdagang.
Jakarta Timur menemukan jawaban mengapa banyak sekali masyarakat
Minangkabau yang merantau dan berdagang. Tujuan dalam
penelitian ini yaitu mengetahui nilai-nilai sosial budaya etnis
Minangkabau yang menunjang kegiatan berdagang dan
menerapkannya di kehidupan. Berdagang dan merantau
menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh para leluhurnya
dahulu dan hal itu menghasilkan sebuah nilai-nilai yang
dipakai oleh masyarakat Minangkabau sebagai pedoman bagi
mereka. Alasan yang membuat mereka melakukan kegiatan
berdagang ada yang bersifat alasan umum, dan ada juga alasan
yang didasari atas aspek-aspek budaya mereka. namun dalam
hal ini, merantau memiliki potensi memudarkan nilai-nilai
sosial budaya yang ada pada masyarakat Minangkabau.
Namun hal tersebut nampaknya dapat teratasi oleh sifat
inklusifitas masyarakat Minangkabau di tanah rantau.
22 Pengaruh Nilai Budaya Novidya JABE (Journal Vol. 2, No. 1 (2015) Penelitian ini berawal dari semakin meningkatnya jumlah Artikel ini dapat menjadi
Bisnis Pada Masyarakat Yulanda of Applied usaha perdagangan besar, kecil, rumah makan dan hotel yang referensi karena menambah
Minangkabau Terhadap Business and menciptakan banyaknya wirausaha. Dengan adanya informasi tentang pengaruh nilai
Perilaku Kewirausahaan Economic) pandangan bahwa kunci sukses seorang entrepreneur sangat budaya bisnis pada masyarakat
Pedagang Perantau di tergantung dari sikap dan perilaku mereka, maka budaya Minangkabau terhadap perilaku
Tanah Abang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaannya.
52

kewirausahaan dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu


yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam
diri seorang wirausaha. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai budaya bisnis pada
masyarakat Minangkabau terhadap perilaku
kewirausahaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survey explanatory dan unit analisis yang
digunakan adalah pedagang perantau bersuku Minangkabau di
Pasar Tanah Abang. Alat analisis dalam penelitian ini adalah
uji validitas, reliabilitas dan regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, budaya Uncertainty
Avoidance, Masculinity-Femininity dan Long and Short Time
Orientation berpengaruh signifikan terhadap perilaku
kewirausahaan. Sedangkan Power Distance berpengaruh
berlawanan terhadap minat berwirausaha dan Individualism-
collectivism tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku
kewirausahaan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa masih
ada faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku
kewirausahaan.
23 Tindak Tutur Deklarasi Wahyu Pendidikan Vol. 1, No. 2 (2013) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Artikel ini tidak bisa menjadi
Bahasa Minangkabau Erlian, Amril Bahasa dan tindak tutur dan mendeskripsikan strategi tindak tutur yang referensi karena pembahasannya
Pedagang Kakilima di Amir, dan Sastra Indonesia digunakan oleh penjual pavament dalam bertransaksi di Pasar berbeda dengan tujuan PKM-
Pasaraya Padang Ena Noveria Raya Padang. Data penelitian ini adalah tindak tutur yang RSH kami.
digunakan oleh penjual aspal. Dalam penelitian ini penulis
memilih data lisan sebagai sumber utama, dengan tuturan
langsung oleh informan sebagai penutur asli. Penulis
mengumpulkan data dengan metode simak libat cakap dan
teknik rekam. Dalam penelitian ini, penulis menemukan
beberapa masalah. Pertama penulis menemukan empat jenis
tindak tutur deklarasi yang digunakan oleh penjual dalam
bertransaksi; (a) tindak tutur keputusan, (b) tindak tutur batal,
(c) tindak tutur melarang, (d) tindak tutur izin. Kedua, ada tiga
strategi yang digunakan penjual; (a) strategi tindak tutur
langsung tanpa kesantunan, (b) strategi tindak tutur langsung
dengan kesantunan positif, (c) strategi tindak tutur direch
dengan kesantunan negatif.
24 Ikatan Kekerabatan Etnis Rahman Jurnal Analisa Vol. 5, No. 2 (2016) Penelitian ini bertujuan untuk membahas ikatan kekerabatan Artikel ini tidak bisa menjadi
Minangkabau dalam Malik Sosiologi etnis Minngkabau di dalam melestarikan dan mewujudkan referensi karena pembahasannya
Melestarikan Nilai Budaya nilai-nilai budaya mereka di perantauan sebagai wujud warga berbeda dengan tujuan PKM-
Minangkabau di NKRI. Penelitian menggunakan jenis pendekatan kualitatif RSH kami.
Perantauan sebagai Wujud dengan varian studi kasus. Hasil penelitian ini menujukkan
Warga NKRI bahwa nilai-nilai budaya etnis Minangkabau yang ditanamkan
dari leluhur mereka (etnis Minangkabau Surakarta) sejak
dahulu atau sejak mereka belum merantau ke kota Surakarta
masih tertanam baik dan dipegang dengan teguh nilai-nilai
kesakralannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil temuan
53

penelitian yang dilakukan yang menujukkan rasa ikatan


kekerabatan etnis Minangkabau di perantauan seperti di Kota
Surakarta tak sedikitpun luntur. Hal ini dapat ditunjukkan
melalui agenda-agenda yang mereka lakukan seperti arisan
bulan, rapat bulanan membahas prospek usaha rumah makan
untuk kedepannya, serta agenda-agenda perkumpulan lainnya
yang masih bersifat kedaerahan dan menjunjung tinggi nilai-
nilai budaya etnis Minangkabau yang mereka pegang. Selain
itu, penggunaan bahasa Minang yang masih mereka lakukan
sebagai alat komunikasi mereka antar sesama etnis
Minangkabau di perantauan ini menunjukkan betapa eratnya
hubungan ikatan kekerabatan etnis Minangkabau di Surakarta.
Tentunya hal ini dapat menunjukkan bahwa modal budaya
yang mereka praktikkan di perantauan seperti di Kota
Surakarta ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya
Minangkabau yang mereka junjung.
25 Usaha perantau Puji Jurnal Civics: Vol. 15, No. 1 Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan latar belakang Artikel ini tidak bisa menjadi
Minangkabau di Kota Wulandari, Media Kajian (2018) masyarakat Minangkabau yang terhubung dengan kerabat asal referensi karena pembahasannya
Yogyakarta dalam Setiati Kewarganegara mereka. Bagi lelaki Minangkabau, bermigrasi berarti suatu berbeda dengan tujuan PKM-
Membina Hubungan Widihastuti an keharusan, perjalanan awal untuk menjadi orang dewasa, RSH kami.
dengan Kerabat Asal dan Iffah mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. Beberapa alasan
Nurhayati untuk bermigrasi adalah (a) untuk kehidupan yang lebih baik;
(b) untuk belajar; (c) perlawanan sistem matrilineal. Faktanya
bahwa walaupun mereka merantau, mereka masih terhubung
dengan kerabat aslinya dalam beberapa bentuk, seperti
bantuan keuangan untuk sepupu mereka, menjaga warisan
leluhur, dan penggalangan dana untuk mengembangkan tanah
leluhurnya. Selain itu, jejaring sosial baru didirikan untuk
memahami tantangan baru dan untuk mengatasi kejutan
budaya baru di tanah rantau.
26 Examining Network Hardo Journal of 2021 Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh moderasi usia Artikel ini dapat menjadi
Characteristic Dynamics of Firmana Enterprising dan ukuran perusahaan terhadap hubungan antara karakteristik referensi karena menyajikan
Kinship-Based Families on Given Grace Communities: jaringan (sentralisasi jaringan, kepadatan jaringan dan informasi tentang hubungan
Performance within Manik, Nurul People and kekuatan ikatan) dan kinerja perusahaan. Penelitian ini juga karakteristik jaringan dengan
Indonesian SMEs Indarti dan Places in the bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh karakteristik kinerja berwirausaha pada etnik
Andy Susilo Global jaringan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan etnis Minangkabau.
Lukito-Budi Economy Jawa dan Minang. Desain penelitian eksplanatori diadopsi,
yang melibatkan survei dalam bentuk kuesioner terstruktur
dari pemilik dan manajer target dari 34 perusahaan etnis Jawa
di Sumatera Utara, Indonesia dan 100 perusahaan etnis
Minang di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jakarta dan Bogor,
Indonesia. Temuan penelitian ini mengkonfirmasi
ketergantungan sumber daya dan teori modal sosial.
Sentralitas jaringan, kepadatan jaringan dan kekuatan ikatan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkan dukungan
54

untuk peran moderasi usia perusahaan pada hubungan antara


karakteristik jaringan dan kinerja perusahaan. Peran moderasi
ukuran perusahaan tidak didukung. Uji komparatif pengaruh
ketiga karakteristik jaringan terhadap kinerja perusahaan etnis
menegaskan bahwa perusahaan etnis Jawa memiliki jaringan
berbasis identitas, sedangkan perusahaan etnis Minang
menggunakan jaringan berbasis kalkulatif. Orisinalitas
penelitian ini terletak pada penyelidikan peran keluarga dan
mitra eksternal dalam menjalankan perusahaan etnis di start-
up dan selama fase pertumbuhan. Pengertian “keluarga”
didasarkan pada perspektif kekerabatan karena kekhasan
budaya Asia, khususnya di Indonesia. Dari ratusan suku yang
ada di Indonesia, suku Jawa dan Minang dipilih karena sama-
sama dikenal sebagai suku yang berjiwa wirausaha, memiliki
nilai budaya yang unik dan memiliki peran aktif merantau ke
provinsi lain.
27 Makna Kewirausahaan Okki Sutanto Jurnal Psikologi Vol. 5, No. 1 (2019) Pentingnya kaitan budaya dalam kewirausahaan belum banyak Artikel ini dapat menjadi
pada Etnis Jawa, Minang, dan Nani Ulayat digali oleh penelitian psikologi di bidang kewirausahaan. Studi referensi karena menyajikan
dan Tionghoa; Sebuah Nurrachman ini mengeksplorasi pemaknaan kewirausahaan pada tiga etnis informasi tentang makna
Studi Representasi Sosial di Indonesia yakni Jawa, Minang, dan Tionghoa, dengan kewirausahaan bagi etnik
menggunakan perspektif representasi sosial, khususnya Minangkabau.
pendekatan struktural. Desain penelitian mixed-method
digunakan dalam studi ini. Pada pendekatan kuantitatif dengan
teknik Hierarchized Ecovation pada 122 responden berhasil
memetakan atribut dan struktur representasi sosial tentang
kewirausahaan. Pendekatan kualitatif melalui wawancara pada
11 responden menemukan perbedaan pemaknaan
kewirausahaan termanifestasi dalam tiga hal yakni alasan
berwirausaha, nilai dan hal yang dianggap penting dalam
berwirausaha, dan proses pelestarian nilai-nilai
kewirausahaan. Ditemukan bahwa central core pada etnis Jawa
adalah kemandirian dan kerja keras, sedang pada etnis Minang
adalah berdagang, produk, modal, dan kemandirian, dan pada
etnis Tionghoa adalah strategi dan manajemen serta kerja
keras. Sejumlah atribut yang menjadi kekhasan masing-
masing etnis yakni kejujuran dan nrimo pada etnis Jawa,
kesalehan pada agama dan kecintaan pada kampung halaman
pada etnis Minang, serta kreativitas dan kesabaran pada etnis
Tionghoa.
28 Psychological Capital and Nofri Andri, International Vol. 12, No. 2 Modal psikologis (Psycap) adalah kondisi psikologi positif Artikel ini dapat menjadi
Business Success Puji Tania Research (2019) (harapan, kemanjuran, ketahanan, dan optimisme), yang referensi karena menyajikan
of Chinese, Minangnese, Ronauli, dan Journal of memfasilitasi wirausahawan untuk bertahan dalam informasi tentang gambaran
and Javanese Benedicta P. Business menjalankan dan mencapai kesuksesan dalam bisnisnya. kejiwaan dan kesuksesan bisnis
Entrepreneurs Dwi Riyanti Studies Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran para pengusaha Minangkabau.
tentang kejiwaan dan kesuksesan bisnis para pengusaha
Tionghoa, Minang, dan Jawa. Total ada 207 pengusaha yang
55

terlibat sebagai responden. Instrumen yang digunakan dalam


penelitian ini ada dua yaitu Psychological Capital Scale dan
Balanced Scorecard. Metode analisis data yang digunakan
untuk mengukur modal psikologis adalah statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha Jawa
memiliki tingkat modal psikologis yang sangat tinggi,
sedangkan pengusaha Tionghoa dan Minang memiliki tingkat
modal psikologis yang sama. Sementara itu, analisis data
mengenai keberhasilan usaha menunjukkan bahwa sebagian
besar pengusaha Jawa mencapai tingkat keberhasilan tinggi,
pengusaha Cina rata-rata, dan pengusaha Minang rendah.
29 Cultural Effects of Eliza Eliza1, Proceedings of Republik Indonesia merupakan negara dengan banyak pulau Artikel ini dapat menjadi
Economic Activity Danarti 1st Workshop yang masing-masing memiliki karakteristik budaya dan sosial referensi karena menyajikan
Minangkabau Society Hariani, dan on yang berbeda. Ciri-ciri sosial budaya masing-masing pulau informasi tentang hubungan
D. Pratama Environmental memberikan sumbangsih yang beragam dalam mewarnai budaya lokal dengan aktivitas
Science, kehidupan negara kesatuan Republik Indonesia. Salah satu ekonomi masyarakat
Society, and kontribusi tersebut dapat dilihat dari aspek ekonomi. Ekonomi Minangkabau.
Technology, dan budaya diyakini memiliki hubungan yang erat. Tulisan ini
WESTECH mencoba melihat hubungan budaya lokal dengan aktivitas
2018, December ekonomi masyarakat, dengan objek penelitian suku Minang di
8th, 2018, Sumatera Barat.
Medan,
Indonesia
30 Ethnicity, Migration, and Erwin Journal of Vol. 9, No. 1 (2021) Studi yang ada menunjukkan peran penting dari kelompok Artikel ini dapat menjadi
Entrepreneurship in Cahyono, Indonesian etnis dan budaya yang mempengaruhi niat individu dan referensi karena menyajikan
Indonesia Wildan Applied keputusan untuk menjadi seorang pengusaha. Sementara itu, informasi tentang peran budaya
Syafitri dan Economics dalam keputusan berwirausaha, masing-masing suku memiliki dan kelompok etnik Minangkabau
Agus Susilo preferensi yang berbeda mengenai di mana menjalankannya, dalam memengaruhi
di daerah asal atau di luar negeri. Studi ini mengkaji peran kemungkinan individu memilih
kelompok etnis dan budaya dalam mempengaruhi berwirausaha sebagai mata
kemungkinan individu memilih berwirausaha sebagai pencaharian.
pekerjaan mereka menggunakan data gabungan dari Survei
Kehidupan Keluarga Indonesia (IFLS) dan Laporan Sensus
Penduduk. Temuan kami mendukung bahwa kelompok etnis
dan budaya secara signifikan mempengaruhi kemungkinan
keputusan kewirausahaan. Selanjutnya, dengan menggunakan
bahasa Jawa sebagai referensi, kami menemukan orang Bali,
Batak, Tionghoa, Sumatera Selatan, dan Minangkabau
cenderung berwirausaha. Bedanya, orang Bali, Batak,
Tionghoa, dan Sumatera Selatan cenderung menjalankan
bisnisnya di sekitar tempat tinggalnya, sedangkan orang
Minangkabau di luar negeri.
31 Psycho-Cultural Hafiz Udayana Vol. 03, No. 1, Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan membahas Artikel ini dapat menjadi
Perspective on the Rahman, Sri Journal of Law (2019) bagaimana budaya kewirausahaan terbentuk dari nilai-nilai referensi karena menyajikan
Formation of Oktavia dan and Culture yang dipersepsikan, dimensi budaya, sistem kekerabatan dan informasi tentang budaya
56

Entrepreneurial Culture of Eri Besra pembelajaran kewirausahaan berbasis budaya informal suatu berwirausaha orang Minangkabau
Minangkabau masyarakat. Sebagai konteks penelitian, penelitian ini terbentuk dari nilai-nilai yang
Tribe in West Sumatra menggunakan suku Minangkabau yang menikmati dukungan dipersepsikan, dimensi budaya
Indonesia sosial yang mendukung dan di mana budaya berwirausaha dan sistem kekerabatan.
secara alami diterima oleh sebagian besar anggota suku
sebagai bagian dari cara hidup mereka. Makalah ini
mempertimbangkan dan berpendapat bahwa nilai yang
dirasakan, dimensi budaya, sistem kekerabatan dan 'merantau'
– pembelajaran kewirausahaan berbasis budaya informal suku
telah membawa dampak positif langsung dan/atau tidak
langsung terhadap penciptaan budaya kewirausahaan di dalam
suku. Sebagai landasan, pendekatan dan analisis kualitatif
dalam bentuk deskriptif-reflektif observatorium digunakan
untuk menganalisis topik, yang selanjutnya disajikan secara
naratif dan deskriptif. Hasil makalah telah menunjukkan
kemungkinan model bagaimana persepsi nilai, dimensi
budaya, sistem kekerabatan dan pembelajaran kewirausahaan
berbasis budaya informal dapat melakukan budaya
kewirausahaan suatu masyarakat, yang dianggap sebagai
kontribusi signifikan dalam penelitian terkait dengan budaya
dan kewiraswastaan.
32 The Minang Entrepreneur Primajati Procedia - Vol. 211 (2015) Budaya Minang berbeda dengan budaya lain, di mana budaya Artikel ini dapat menjadi
Characteristic Candra Social and ini memiliki unsur migrasi yang menjadi ciri khasnya. referensi karena menyajikan
Hastuti, Behavioral Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif informasi tentang peran karakter
Armanu Sciences untuk mengungkap peran karakter pengusaha Minang dalam pengusaha Minangkabau dalam
Thoyib, Eka mengelola usahanya di bidang rumah makan Padang. Budaya mengelola usaha mereka.
Afnan Troena Minang dengan banyak kata bijak mampu memberikan warna
dan Margono dalam ciri wirausaha Minang. Berdasarkan penelitian, mereka
Setiawan diidentifikasi memiliki karakteristik percaya diri, pekerja
keras, perhitungan cermat/ekonomis, kemandirian, ketekunan,
kontribusi pada keluarga, konsistensi, kecerdikan, fleksibilitas,
keberanian menghadapi tantangan bisnis. Karakteristik ini
berkontribusi pada keberhasilan kewirausahaan etnis Minang
di lokasi migrasi yang ditargetkan.
33 Analisis dan Perancangan Pujianto Jurnal Vol. 12, No. 2 Pada sebuah bisnis terdapat 3 (tiga) metode pembelian dan Artikel ini tidak bisa menjadi
Sistem Informasi Informatika (2012) penjualan yaitu sistem pembelian/penjualan tunai, kridit dan referensi karena pembahasannya
Penjualan Buku dengan konsinyasi. Pada sistem penjualan buku umumnya masih berbeda dengan tujuan PKM-
Konsinyasi Berbasis menggunakan sistem pembelian/penjualan tunai dan kridit. RSH kami.
Client/Server Hal ini akan menjadi kendala bisnis bila saat suplier
ingin menitipkan buku pada toko tersebut untuk dijual.
Metode titip jual atau sering disebut dengan konsinyasi
menjadi salah satu tren model pembelian atau penjualan. Hal
ini memerlukan solusi agar tidak terjadi permasalahan yang
berulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode modified waterfall yang dikembangkan oleh Winston
Royce. Pada metode ini peneliti melakukan studi dan
57

pendalaman pustaka, melakukan analisis kebutuhan sistem,


perancangan sistem, desain antarmuka, pembuatan sistem
dan pengujian. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem
informasi penjualan buku berbasis client/server. Sistem
informasi penjualan ini menggunakan model penjualan tunai,
kridit dan konsinyasi. Penjualan dengan sistem konsinyasi ini
ditujukan untuk memudahkan pengelola toko buku dalam
memonitor buku-buku yang dijual secara konsinyasi.
34 Perjanjian Konsinyasi Gherys Apria Diponegoro Vol. 5, No. 2 (2016) Tanggung jawab dari pelaku usaha “Districtsides Shop” Artikel ini tidak bisa menjadi
Antara Distribution Outlet Permata, Law Review sebagai distribution outlet serta supplier terhadap konsumen referensi karena pembahasannya
Districtsides dengan Suradi dan yang membeli barang dan/atau jasanya diatur dalam Undang- berbeda dengan tujuan PKM-
Supplier Herni Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen RSH kami.
Widanarti dan perjanjian yang telah diatur dalam sebuah MoU
(Memorandum of Understanding). Permasalahan yang
sering terjadi antara pelaku usaha dengan konsumen adalah
konsumen sering kali membeli barang yang ternyata cacat
sehingga merasa dirugikan. Selain itu, terdapat
permasalahan yang terjadi antara distro “Districtsides”
dengan supplier sebagai pelaku usaha dalam pelaksanaan
perjanjian konsinyasi ini. Permasalahan yang dikaji dalam
penulisan hukum ini yaitu, mengenai tanggung jawab para
pihak bila terjadi cacat barang terhadap barang yang
dititipkan kepada pihak distro serta hak dan kewajiban
para pihak apabila terjadi sengketa dalam pelaksanaan
perjanjian konsinyasi tersebut. Metode pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, pendekatan yuridis
empiris yaitu suatu prosedur yang dipergunakan untuk
memecahkan masalah penelitian dengan mengadakan
penelitian terhadap data primer di lapangan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pelaksanaan tanggungjawab para pihak
apabila terdapat barang yang cacat yaitu dengan mengganti
rugi barang tersebut. selain itu, apabila terjadi sengketa dalam
pelaksanaan perjanjian maka hak dan kewajiban para pihak
akan tetap dijalankan apabila memungkinkan. Apabila tidak,
maka dilakukan pembatalan perjanjian. Oleh karena itu,
agar masing-masing pihak dapat melaksanan hak dan
kewajibannya, maka masing-masing pihak hendaknya
memiliki sikap integritas dan memahami secara rinci isi
perjanjian yang telah disepakati.
35 Konsinyasi dalam Nurul INTEKNA Vol. 13, No. 1 Berbaga cara untuk memasarkan produk telah dilakukan oleh Artikel ini dapat menjadi
Perspektif Hukum Mukhlisah (2013) perusahaan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah referensi karena menyajikan
Perjanjian Syariah tersebut dapat ditempuh dengan melakukan penjualan informasi tentang pengertian
konsinyasi, yaitu merupakan suatu jenis penjualan yang konsinyasi, keuntungan dan
dilakukan dengan cara menitip-kan sejumlah barang kepada kerungian sistem konsinyasi,
pihak lain dengan memberikan komisi kepada pihak yang serta hak dan kewajiban
menjualkan. Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana sistem konsinyor dan konsinyi.
58

penjualan konsinyasi dalam perspektif hukum perjanjian


syariah berdasarkan hadist Nabi, khazanah fiqh klasik dan
kemudian mengkonfirmasikan dengan pandangan fukaha
kontemporer.Hasilnya bahwa sistem penjualan konsinyasi
walaupun merupakan sebuah sistem baru di era ekonomi
modern ternyata dalam hukum perjanjian syariah memiliki
kesamaan ben-tuk dengan akad wakalah.Berdasarkan pada
prosedur-prosedur yang ada dalam perjanjian konsinyasi maka
jual beli ini diperbolehkan menurut hukum perjanjian syariah.
36 Perjanjian Konsinyasi Kadek Kertha Semaya Vol. 02, No. 05, Latar belakang dalam penulisan ini adalah perkembangan Artikel ini tidak bisa menjadi
Antara Distro dengan Ngurah (2014) bisnis di Indonesia bergerak sangat pesat, seiring dengan referensi karena pembahasannya
Supplier dalam Praktek di Wardiyana, kemajuan teknologi dan adanya internet membuat bisnis berbeda dengan tujuan PKM-
Kota Denpasar Ni Ketut bergerak tanpa batas terutama di kota Denpasar, ditandai RSH kami.
Supasti dengan perjanjian perkembangan konsinyasi atau kesepakatan
Darmawan, antara dua perusahaan yang mana perusahaan pemasok atau
dan A. A. supplier akan mengirim barang ke outlet penyalur atau
Sagung distributor untuk dijual. Kesepakatan ini merupakan
Wiratni perkembangan perjanjian yang baru dan terjadi karena
Darmadi masyarakat dan pelaku usaha diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan bisnis. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui
bentuk perjanjian konsinyasi antara distro dengan supplier dan
untuk mengetahui bagaimana upaya hukum bagi supplier
dalam hal distro wanprestasi, dan dalam penulisan ini
menggunakan penelitian yang bersifat empiris yaitu
mengenai penerapan buku ke tiga Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) yang membahas masalah
perjanjian atau kontrak, yang menjadi simpulan dalam
masalah ini adalah bentuk perjanjian konsinyasi antara distro
dengan supplier adalah kontrak kerjasama konsinyasi atau
perjanjian titip jual dan upaya hukum yang dilakukan oleh
supplier karena distro melakukan wanprestasi dijatuhkan
sanksi berupa membayar kerugian yang dialami supplier.
37 Pelaksanaan Ketentuan Anak Agung Kertha Semaya ol. 02, No. 03, Pihak Distribution outlet (distro) di dalam menjalakan Artikel ini tidak bisa menjadi
Hukum Tentang Perjanjian Ngurah (2014) usahanya umumnya melakukan kerjasama dengan pihak referensi karena pembahasannya
Konsinyasi Antara Dharma Jaya, supplier dalam bentuk perjanjian konsinyasi. Namun berbeda dengan tujuan PKM-
Distribution Outlet dengan Ni Ketut perjanjian ini tidak selalu dilakukan dalam bentuk tertulis. RSH kami.
Supplier di Denpasar Supasti Dalam tulisan ini terdapat permasalahan pertama yang
Selatan Dharmawan, membahas tentang pelaksanaan ketentuan hukum di dalam
dan Anak perjanjian konsinyasi antara pihak distro dengan pihak
Agung supplier di wilayah Denpasar Selatan. Serta permasalahan
Sagung kedua membahas pada upaya hukum yang dilakukan oleh
Wiratni pihak supplier terhadap pihak distro yang melakukan
Darmadi wanprestasi. Adapun tujuan dari tulisan ini untuk memahami
pelaksanaan ketentuan hukum serta upaya hukum berkaitan
dengan perjanjian konsinyasi antara pihak distro dengan pihak
supplier di Denpasar Selatan. Penulisan ini menggunakan jenis
59

penelitian hukum empiris dengan pendekatan fakta yang


mengambil beberapa contoh distro dan supplier di Denpasar
Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
perjanjian konsinyasi belumlah sepenuhnya berjalan efektif
karena terdapat klausala berupa pembagian hasil serta
penyimpanan terhadap barang belumlah berjalan secara
maksimal. Secara umum pada penyelesaian masalahnya
menggunakan alternatif penyelesaian masalah diluar
pengadilan.
38 Analisis Pengakuan Hayuningtyas Jurnal Vol. 6, No. 3 (2019) Penelitian ini membahas tentang akuntansi penjualan Artikel ini dapat menjadi
Pendapatan Penjualan Pramesti Akuntansi dan konsinyasi dan biaya penjualan pada PT Bumi Aksara Group. referensi karena menyajikan
Konsinyasi dan Biaya Dewi dan Riri Bisnis Data diperoleh dari PT Bumi Aksara Group tahun 2017. informasi tentang pengertian
Penjualan untuk Oktaviani Krisnadwipayan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data konsinyasi, keuntungan dan
Akuntabilitas Laporan a dianalisis dengan membandingkan standar akuntansi yang kerungian sistem konsinyasi.
Keuangan Pada PT Bumi berlaku pada penjualan konsinyasi dan biaya penjualan dengan
Aksara Group kenyataan yang terjadi di perusahaan. Hasil dari penelitian ini
adalah perusahaan belum memisahkan penjualan reguler dan
konsinyasi, ss untuk pembebanan biaya penjualan seperti
biaya promosi, biaya komisi dan ekspedisi tidak diakui dalam
kelompok biaya yang sesuai. sehingga pelaporan keuangan
tidak akuntabel.
39 Pelaksanaan Perjanjian Muhammad Jurnal Ilmiah Vol. 3, No. 1 (2019) Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pelaksanaan tanggung Artikel ini dapat menjadi
Konsinyasi Antara Iqbal dan Mahasiswa jawab pemilik ternak yang menyebabkan kerugian terhadap referensi karena menyajikan
Produsen Pakaian dengan Ilyas Yunus Bidang Hukum pemilik lahan pertanian, kemudian faktor-faktor yang informasi tentang defenisi
Pedagang Pakaian di Kota Keperdataan menyebabkan pemilik ternak tidak melaksanakan tanggung konsinyasi, keuntungan dan
Banda Aceh jawab, serta upaya penyelesaian yang dilakukan para pihak kerungian sistem konsinyasi.
atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemilik
ternak. Untuk memperoleh data dalam penulisan artikel ini
maka metode yang dilakukan menggunakan metode yuridis
empiris atau penelitian kepustakaan dan lapangan. Penelitian
kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku teks,
peraturan perundang-undangan. Sedangkan penelitian
lapangan dilakukan dengan cara mewawancarai responden dan
informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua
pemilik ternak melaksanakan tanggung jawab atas perbuatan
yang dilakukan oleh ternaknya. Tanggung jawab yang
dilakukan oleh pemilik ternak yaitu mengganti kerugian dalam
bentuk uang atau dalam bentuk banyaknya bibit tanaman yang
dimakan oleh ternak. Faktor yang menyebabkan petani tidak
melaksanakan tanggungjawabnya yaitu tidak mengakui
ternaknya, merasa dirugikan dan lemahnya ekonomi.
Penyelesaian masalah dalam masyarakat lebih dilakukan
dengan cara musyawarah. Disarankan kepada pemerintah
Kabupaten Pidie agar lebih tegas dalam menerapkan Qanun
Nomor 7 Tahun 2012 dan untuk pemilik hewan ternak agar
melaksanakan tanggung jawabnya serta mengurung atau
60

mengikat ternaknya dan tidak melepaskan ternaknya secara


bebas tanpa adanya pengawasan, dan apabila dilepaskan maka
harus tidak mengganggu lahan pertanian orang lain.
40 Pelaksanaan Perjanjian Windi Arista Jurnal Hukum Vol. 6, No. 1 (2020) Konsinyasi merupakan salah satu bentuk strategi produsen Artikel ini tidak bisa menjadi
Konsinyasi Ditinjau dari Tri Pantang dalam pendistribusian produknya kepada konsumen. Secara referensi karena pembahasannya
Pasal 1338 KUH Perdata garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan berbeda dengan tujuan PKM-
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah RSH kami.
penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan
(jenis, jumlah, harga, tempat dan saat diperlukan). Mekanisme
dalam pelaksanaan konsinyasi yaitu produsen yang dalam hal
ini diwakili oleh Supplier menitipkan produknya kepada pihak
lain (Pasar Swalayan) untuk dijual kembali kepada konsumen
dengan diikat dalam suatu perjanjian.( Dwina, Op.cit ) Dalam
proses ini Supplier dan pihak yang menjualkan produk (Pasar
Swalayan) merupakan perantara produsen ke konsumen dalam
aliran barang. Konsinyasi selain memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak, dimana bagi Supplier penitipan barang
dapat dijadikan sarana mempromosikan produk-produknya,
terutama untuk produk-produk baru, sedangkan bagi Pasar
Swalayan cara seperti ini mengurangi risiko kerugian karena
apabila barang yang dititipkan itu tidak habis terjual, maka
dapat dikembalikan kepada Supplier.
41 Sistem Monitoring Fernanda Jurnal Vol. 1, No. 2 (2021) Angkringan atau merupakan sebuah istilah yang berasal dari Artikel ini dapat menjadi
Angkringan untuk Hendra Dialektika Bahasa jawa yaitu angkring, angkring berarti alat dan tempat referensi karena menyajikan
Konsinyasi Barang Priyono, Informatika jualan makanan keliling yang dipikul serta terbentuk informasi tentang defenisi
Berbasis Android Muhammad (Detika) melengkung ke atas, yang biasa diliat di berabagai jalan di konsinyasi.
Malik Hakim, Indonesia Sebuah usaha kecil yang biasa dijalankan oleh
dan Arief masyarakat setempat untuk mendapatkan nafkah. Pada masa
Susanto pandemic dimana banyak sekali perusahaan atau umkm yang
tutup karena dampak covid-19. Maka dari itu munculah ide
untuk membuat sebuah sistem penitipan barang ke sebuah
tempat dimana usaha tersebut tidak membutuhkan banyak
biaya. Pelaku usaha pada era sekarang ingin mempermudah
penggunaan teknologi semaksimal mungkin, dimana pelaku
usaha bisa mengatur atau memenejemen data angkringan, data
barang, data penitipan, data penarikan lalu terdapat detail
laporan. sistem ini dibangun menggunakan aplikasi Android
Studio dengan menggunakan metode waterfall dan
mendukung LBS (Location Based Service) sebagai titik
pemetaan tempat angkringan yang ingin dituju dan GPS
(Global Positioning System).
42 Pola Interaksi Pedagang Romi Mesra, JISIP: Jurnal Vol. 5, No. 3 (2021) Penulis yang terlibat langsung dalam proses perdagangan Artikel ini dapat menjadi
Konsinyasi Dengan Yummy Ilmu Sosial dan konsinyasi ini melihat begitu banyak fenomena yang terjadi, referensi karena menyajikan
Pemilik Warung di Jumiati Pendidikan baik itu berkaitan dengan pedagang konsinyasinya, pemilik informasi tentang pengertian
61

Kecamatan Tondano Marsa, dan warung, emosional antara keduanya, hubungan bisnis, watak, konsinyasi, dan hubungan antara
Selatan, Provinsi Sulawesi Mardiati nilai budaya, dan lain sebagainya.Pendekatan penelitian yang konsinyor dengan konsinyi.
Utara Etika Putri digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Jenis
data dalam penelitian ini yaitu: Data primer dan Data
Sekunder. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis data Miles dan Hubermen,
meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display) serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing/verification). Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya 7 pola interaksi antara pedagang konsinyasi dengan
pemilik warung, yaitu: membuat kesepakatan bisnis yang
saling menguntungkan, kerjasama atas dasar saling percaya,
saling memahami watak masing-masing, menghargai budaya
yang berbeda, perselisihan karena melanggar kesepakatan,
tidak adanya keterbukaan, dan konflik kepentingan.
43 Penjualan Konsinyasi Pada Jalaluddin Jurnal Vol. 6, No. 2 (2020) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penjualan Artikel ini dapat menjadi
Usaha Mikro, Kecil dan Perspektif konsinyasi sesuai perspektif Ekonomi Islam pada Usaha referensi karena menyajikan
Menengah di Kota Ekonomi Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Lhokseumawe-Aceh. informasi tentang pengertian
Lhokseumawe Menurut Darussalam Adapun jenis penelitian ini menggunakan penelitian studi konsinyasi, keuntungan dan
Perspektif Ekonomi Islam lapangan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik kerungian sistem konsinyasi,
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, serta hak dan kewajiban
wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian konsinyor dan konsinyi.
diperoleh kesimpulan bahwa penjualan konsinyasi pada
UMKM Lhokseumawe-Aceh merupakan bentuk penerapan
dari akad wakālah bil ujrah. Akan tetapi dalam pelaksanaan
penjualan tersebut belum sepenuhnya sempurna sesuai dengan
syariat Islam. Di mana dalam praktik pelaksanaannya terdapat
tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak komisioner
kepada pihak penitip berupa penundaan pembayaran hasil
penjualan dari waktu yang telah disepakati dalam akad.
44 Modal Sosial Pedagang Dini Gusana Jurnal Vol. 5, No. 2 (2021) Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kebertahanan Artikel ini dapat menjadi
Durian Kelurahan Limau Putri dan Pendidikan pedagang dan petani durian dalam perdagangan. Dalam proses referensi karena menyajikan
Manis Selatan Kecamatan Ikhwan Tmbusai jual beli durian ini melibatkan antara petani durian dengan informasi tentang modal sosial
Pauh Kota Padang pedagang yang biasa disebut sebagai toke yang berjumlah 4 yang digunakan etnik
orang sebagai toke lapangan yang masing-masing petani sudah Minangkabau dalam berdagang.
mempunyai tokenya masing-masing dan tidak diperbolehkan
atau tidak adanya kebebasan petani menjual hasil ladangnya
kepada toke yang berbeda. Teori yang relevan peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah teori modal sosial (social
capital) oleh Robert Putman. Menurut Putman bahwa modal
sosial merupakan serangkaian nilai-nilai atau norma-norma
informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu
kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka, sebagai ciri-ciri organisasi sosial
62

seperti kepercayaan (trust), norma dan jaringan sosial


(network) yang dapat memudahkan koordinasi dan kerjasama
untuk mendapatkan manfaat bersama. Metode penelitian yang
di gunakan adalah metode analisis deskriptif (kualitatif)
dengan tipe penelitian yaitu studi kasus. Analisis data
kualitatif memberikan hasil penelitian untuk memperoleh
gambaran terhadap proses yang diteliti dan juga menganalisis
makna yang ada di balik informasi, data dan proses tersebut.
Hasil penelitian adalah dengan adanya kepercayaan yang
terjalin antar petani durian dan pedagang durian maka dapat
menimbulkan rasa kebersamaan antar sesama melalui sikap
ramah saat bernteraksi dan meningkatkan rasa bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama.
45 Konstruksi Sosial Budaya Damsar dan Jurnal Vol. 18, No. 1 Salah satu suku bangsa yang paling sering ditemukan di pasar Artikel ini dapat menjadi
Minangkabau Atas Pasar Indrayani Antropologi: (2016) sebagai pedagang atau penjual, di seluruh Indonesia dari referensi karena menyajikan
Isu-Isu Sosial Sabang sampau Merauke, adalah orang Minangkabau. Mereka informasi tentang struktur sosial
Budaya terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau dan budaya Minangkabau dalam
perdagangan barang dan jasa yang diperlukan. Mereka dikenal membentuk pasar, serta perilaku
dengan dalam usaha kuliner, khususnya restoran Padang. ekonomi orang Minangkabau
Pertanyaan menarik terkait fenomena di atas adalah dalam hubungannya dengan
bagaimana orang Minangkabau bisa hadir pada hampir semua pasar.
pasar yang terdapat di Nusantara ini? Bagaimana struktur
sosial dan budaya Minangkabau membentuk pasar? Dan
bagaimana perilaku ekonomi orang Minangkabau dalam
hubungannya dengan pasar? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut dilakukan penelitian lapangan dengan pendekatan
kualitatif. Data dikumpulkan dari berbagai sumber seperti
wawancara mendalam terhadap berbagai aktor pasar dan ahli
adat Minangkabau, pengamatan lapangan, dan kepustakaan
tentang struktur sosial budaya Minangkabau. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terhadap hubungan kualitatif antara
struktur sosial budaya Minangkabau, merantau dan pasar.
Pasar, secara budaya, tidak terpisah dari ruang kehidupan
orang Minangkabau; karena ia menjadi persyaratan bagi
keberadaan suatu nagari. Sedangkan merantau merupakan
suatu mekanisme sosial budaya Minangkabau untuk suatu
pengakuan diri dan sosial dalam nagari melalui menjadi orang
berguna. Salah satu jalan untuk menjadi orang berguna adalah
menjadi entrepreneur, di mana pasar sebagai tempat yang
cocok untuk meraihnya.
46 Nagari Minangkabau: the Welhendri Jurnal Bina Vol. 10, No. 2 Nagari sebagai lembaga pemerintahan dan adat di Sumatera Artikel ini tidak bisa menjadi
study of indigenous Azwar, Praja (2018) Barat terbelah antara kepentingan sistem pemerintahan dan referensi karena pembahasannya
institutions in West Yulizal pentingnya menjaga nilai-nilai fundamental dalam masyarakat. berbeda dengan tujuan PKM-
Sumatra, Indonesia Yunus, Berbagai peraturan pemerintah tentang desa atau nagari RSH kami.
Muliono, dan menimbulkan pertanyaan baru, hilangnya identitas masyarakat
Yuli dan kearifan lokal nagari sebagai masyarakat yang otonom dan
63

Permatasari mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan


mendeskripsikan sistem pemerintahan nagari, sebagai sistem
sosial masyarakat adat Minangkabau yang memadukan sistem
pemerintahan negara dengan sistem adat lembaga adat
setempat. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif,
dengan menggunakan wawancara mendalam dengan tokoh
masyarakat serta beberapa observasi terkait dinamika sosial
masyarakatnya selain studi pustaka. Kajian ini menemukan
bahwa Nagari sebagai kesatuan sosial masyarakat
Minangkabau memiliki kearifan lokal yang sakral dari
pemikiran masyarakat yang komprehensif, dan kondisi alam.
Dengan sejarahnya, Nagari tumbuh sebagai daerah otonom
dimana masyarakat mengelola potensi sosial dan sumber daya
alam secara mandiri. Sistem kelembagaan nagari merupakan
perpaduan antara negara, adat, dan agama yang berpadu dalam
kerangka tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin, pemerintah,
niniek mamak, dan ulama. Sistem sosial yang muncul dari
kearifan alam “membaca”, sebagai kekuatan masyarakat
Minangkabau, membuat Nagari menjadi salah satu daerah di
Indonesia yang disebut oleh Belanda sebagai “Republik
Kecil”.
47 Modal Sosial: Konsep dan Rusydi Jurnal Vol. 5, No. 1 (2003) Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan teori Artikel ini dapat menjadi
Aplikasi Syahra Masyarakat dan modal sosial dan kontribusinya dalam mengatasi masalah referensi karena menyajikan
Budaya sosial. Meskipun diperkenalkan pertama kali pada awal abad informasi tentang perkembangan
ke-20 oleh Lyda Judson Hanifan, istilah modal sosial menjadi teori modal sosial dan
terkenal dalam ilmu sosial hanya sejak diperkenalkan kembali pengapliasiannya untuk
oleh James Coleman pada tahun 1988 dan melalui karya mengatasi permasalahan sosial..
Robert Putnam selanjutnya. Modal sosial yang didefinisikan
oleh Putnam sebagai ciri-ciri organisasi sosial seperti jaringan,
kepercayaan dan norma timbal balik yang memfasilitasi
kerjasama untuk saling menguntungkan, telah menginspirasi
banyak ilmuwan sosial untuk melakukan studi tentang kondisi
modal sosial di berbagai komunitas di banyak negara.
Menariknya, beberapa penelitian telah berkontribusi pada
pengayaan teori modal sosial dengan memperkenalkan konsep
dan metode pengukuran baru yang terkait. Di sisi praktis,
modal sosial telah mendapatkan pengakuan yang lebih luas
oleh lembaga bantuan internasional, terutama Bank Dunia, dan
telah digunakan sebagai konsep yang kuat untuk pengentasan
kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat di banyak
negara berkembang, termasuk Indonesia.
64

Lampiran 4. Daftar Informan

No Nama Usia Bidang Usaha Alamat


1 Syofyan 50 tahun Pedagang Jl. Terusan, Kecamatan
tekstil dan Percut Sei Tuan,
pakaian Medan
2 Ermalina 45 tahun Pedagang Jl. Terusan, Kecamatan
tekstil dan Percut Sei Tuan,
pakaian Medan
3 Guzdizamil 60 tahun Pedagang Pusat Pasar Medan
Pakaian
4 Nanda 32 tahun Pedagang Pusat Pasar Medan
Pakaian
5 Yusrizal Tanjung 48 tahun Pedagang Pusat Pasar Medan
tekstil, pakaian
dan jilbab
6 Dona Koto 44 tahun Pedagang Pusat Pasar Medan
pakaian
7 Iwan Koto 61 tahun Pedagang Pusat Pasar Medan
pakaian
8 Zulkarnaen Koto 57 tahun Pedagang Pasar Ikan Lama
pakaian dan Medan
kerupuk
9 Novriadi 32 tahun Pedagang Pusat Pasar Medan
Sikumbang pakaian
10 Ulfaran 64 tahun Pedagang Pasar Ikan Lama
pakaian Medan
11 H. Syaf (Delfi) 46 tahun Pedagang Pasar Ikan Lama
pakaian Medan
12 Hendrizal 34 tahun Pedagang Pusat Pasar Medan
pakaian dan
jilbab
13 Abdul Aziz 37 tahun Pedagang Pusat Pasar Medan
pakaian
65

Lampiran 5. Dokumentasi Wawancara dengan Informan

Foto 1
Wawancara dengan Informan
Sofyan, 23 Juni 2022

Foto 2
Wawancara dengan Informan
Ermalina, 27 Juni 2022

Foto 3
Wawancara dengan Informan
Guzdizamil, 30 Juni 2022
66

Foto 4
Wawancara dengan Informan
Nanda, 30 Juni 2022

Foto 5
Wawancara dengan Informan
Novriadi Sikumbang, 4 Juli 2022

Foto 6
Wawancara dengan Informan Iwan
Koto, 4 Juli 2022

Foto 7
Wawancara dengan Informan
Zulkarnaen Koto, 4 Juli 2022
67

Foto 8
Wawancara dengan Informan
Dona Koto, 4 Juli 2022

Foto 9
Wawancara dengan Informan
Yusrizal Tanjung, 4 Juli 2022

Foto 10
Wawancara dengan Informan H.
Syaf, 8 Juli 2022

Foto 11
Wawancara dengan Informan
Ulfaran, 8 Juli 2022
68

Foto 12
Wawancara dengan Informan
Hendrizal, 14 Juli 2022

Foto 13
Wawancara dengan Informan
Abdul Aziz, 14 Juli 2022
69

Lampiran 6. Pedoman Observasi dan Wawancara


6.1 Pedoman Observasi
A. Identitas Observasi
1. Lokasi observasi :
2. Hari dan tanggal :
3. Waktu :
4. Observer :

B. Aspek-Aspek yang Diamati


1. Tempat berdagang
2. Barang dagangan
3. Proses jual beli

C. Catatan Observasi
1. Tempat berdagang

2. Barang dagangan

3. Proses jual beli


70

6.2 Pedoman Wawancara


A. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
No Variabel Subvariabel/Aspek Indikator
1 Proses galeh 1. Peran Induk semang 1. Peran induk semang
baparuh (tauke) 2. Jumlah galeh amanahnya
yang diterapkan 3. Bantuan pada galeh
para pedagang amanah
Minangkabau di 1. Peran galeh amanah
2. Peran Galeh amanah
Medan 2. Jumlah induk semangnya
(pedagang titipan)
3. Bantuan dari induk
atau anak semang
semang
1. Jenis barang dagangan
2. Pembagian keuntungan
4. Barang dagangan 3. Waktu membayar
4. Pengembalian barang
dagangan
1. Bentuk perjanjian
5. Perjanjian dagang
2. Poin-poin kesepakatan
2 Pengaruh galeh 1. Pengaruh Galeh 1. Besaran wirausaha baru
baparuh Baparuh akibat galeh baparuh
terhadap 1. Dorongan keluarga
munculnya 2. Pengaruh komunitas
entrepreneur etnik
2. Motivasi
baru pada 3. Pengaruh budaya
berwirausaha
masyarakat 4. Kiat-kiat berwirausha
Minangkabau di
Medan
3 Modal sosial 1. Hubungan keluarga
1. Hubungan
yang digunakan 2. Hubungan marga
kekerabatan
para pedagang 3. Hubungan satu kampung
Minangkabau 1. Faktor kedekatan
dalam proses 4. Kepercayaan 2. Konsistensi
galeh baparuh
71

PEDOMAN WAWANCARA

A. Jadwal Wawancara
1. Hari dan tanggal :
2. Waktu mulai dan selesai :
3. Lokasi wawancara :

B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan terakhir :
6. Alamat :

C. Instrumen Wawancara untuk Induk Semang (Tauke)


No Aspek Pertanyaan Penelitian
1 Peran Induk 1. Apa galeh baparuh itu menurut Bapak/Ibu?
Semang 2. Apakah Bapak/Ibu berperan sebagai induk
semang atau galeh amanah (pedagang titipan)
dalam perdagangan galeh baparuh?
3. Sebelum menjadi induk semang, apakah
Bapak/Ibu pernah menjadi galeh amanah
(pedagang titipan)?
4. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu lalui dari
seorang galeh amanah (pedagang titipan) hingga
menjadi induk semang?
5. Ada berapa galeh amanah (pedagang titipan)
yang menjual barang dagangan Bapak/Ibu?
6. Apakah Bapak/Ibu yang mencari galeh amanah
(pedagang titipan) atau galeh amanah yang
mencari Bapak/Ibu agar dapat menjual barang
dagangan milik Bapak/Ibu?
7. Ketika galeh amanah (pedagang titipan) hendak
membuka toko atau lapak di pasar, apakah
Bapak/Ibu ikut membantu mencarikan lokasi
dan membiayai pembukaan toko atau lapaknya?
2 Barang dagangan 1. Barang dagangan apa saja yang Bapak/Ibu
titipkan ke galeh amanah (pedagang titipan)?
2. Apakah Bapak/Ibu membeli barang dagangan
langsung dari pabrik atau melalui distributor?
3. Apakah Bapak/Ibu memperoleh barang
dagangan dari sesama pedagang Minang atau
pedagang dari etnik lain?
4. Apakah Bapak/Ibu langsung membayar barang
dagangan yang dibeli atau baru dibayar setelah
barang dagangan laku terjual?
72

5. Berapa persen kira-kira Bapak/Ibu mendapat


keuntungan dari barang dagangan yang
dititipkan ke galeh amanah (pedagang titipan)?
6. Berapa persen kira-kira galeh amanah
(pedagang titipan) mengambil keuntungan dari
barang dagangan Bapak/Ibu?
7. Apakah galeh amanah (pedagang titipan)
membayar barang dagangan Bapak/Ibu setiap
hari, per minggu atau per bulan?
8. Jika barang dagangan belum dibayar oleh galeh
amanah (pedagang titipan), apakah galeh
amanah bisa meminta lagi barang dagangan
kepada Bapak/Ibu?
9. Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah
barang dagangan itu dikembalikan oleh galeh
amanah (pedagang titipan) kepada Bapak/Ibu?
10. Apakah Bapak/Ibu membuat buku catatan setiap
menitipkan barang ke galeh amanah (pedagang
titipan)?
3 Perjanjian dagang 1. Bentuk perjanjian seperti apa yang Bapak/Ibu
buat dengan galeh amanah (pedagang titipan)
ketika menitipkan barang dagangan?
2. Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau
tertulis?
3. Poin-poin apa saja yang biasanya dibuat dalam
perjanjian?
4 Pengaruh Galeh 1. Apakah galeh baparuh membantu orang
Baparuh Minangkabau untuk mulai berdagang?
menciptakan 2. Apakah di keluarga Bapak/Ibu ada yang baru
entrepreneur baru bisa mulai berdagang karena galeh baparuh?
3. Sepengetahuan Bapak/Ibu, seberapa banyak
orang Minangkabau di lingkungan tempat
tinggal Bapak/Ibu yang berdagang karena
adanya galeg baparuh?
5 Motivasi 1. Apakah keinginan Bapak/Ibu untuk berdagang
berwirausaha terinspirasi dari orang tua, keluarga dekat atau
teman?
2. Bagaimana kiat atau cara Bapak/Ibu hingga bisa
sukses dalam berdagang?
3. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap
“rumor” yang menyatakan bahwa orang Minang
itu pintar berdagang?
4. Apakah keinginan Bapak/Ibu untuk berdagang
dipengaruhi karena banyak orang Minang yang
berprofesi sebagai pedagang?
5. Apakah berdagang dalam orang Minang
dipengaruhi oleh budaya?
6. Motivasi apakah yang sering Bapak/Ibu berikan
73

kepada anak-anak dan keluarga dekat agar mau


ikut berdagang dan menjadi usahawan sukses?
6 Hubungan 1. Apakah galeh amanah (pedagang titipan) yang
kekerabatan menjual barang dagangan Bapak/Ibu masih
memiliki hubungan keluarga dengan Bapak/Ibu?
2. Apakah keluarga dari kampung asal atau
keluarga yang ada di Medan?
3. Apakah teman satu kampung Bapak/Ibu juga
menjadi galeh amanah (pedagang titipan) yang
menjual barang dagangan Bapak/Ibu?
4. Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau dan
tidak memiliki hubungan kerabat dengan
Bapak/Ibu bisa menjadi galeh amanah
(pedagang titipan) yang menjual barang
dagangan Bapak/Ibu?
7 Kepercayaan 1. Mengapa Bapak/Ibu mempercayai galeh
amanah untuk menjual barang dagangan
Bapak/Ibu?
2. Bagaimana cara Bapak/Ibu memutuskan bahwa
seorang galeh amanah bisa dipercaya atau
tidak?
3. Apakah kepercayaan Bapak/Ibu terhadap galeh
amanah dipengaruhi oleh hubungan keluarga,
pertemanan, atau karena satu kampung?

D. Instrumen Wawancara untuk Galeh Amanah (Pedagang Titipan)


No Aspek Pertanyaan Penelitian
1 Peran galeh 1. Apa galeh baparuh itu menurut Bapak/Ibu?
amanah 2. Apakah Bapak/Ibu berperan sebagai induk
semang atau galeh amanah (pedagang titipan)
dalam perdagangan galeh baparuh?
3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi galeh
amanah (pedagang titipan)?
4. Ada berapa induk semang Bapak/Ibu?
5. Apakah Bapak/Ibu yang mencari induk semang
(pedagang titipan) atau induk semang yang
mencari Bapak/Ibu agar dapat menjual barang
dagangan milik Bapak/Ibu?
6. Ketika Bapak/Ibu hendak membuka toko atau
lapak di pasar, apakah induk semang ikut
membantu mencarikan lokasi dan membiayai
pembukaan toko atau lapaknya?
2 Barang dagangan 1. Barang dagangan apa saja yang Bapak/Ibu jual?
2. Apakah semua barang dagangan Bapak/Ibu
diperoleh dari induk semang?
3. Apakah Bapak/Ibu memperoleh barang
dagangan dari sesama pedagang Minang atau
74

pedagang dari etnik lain?


4. Apakah Bapak/Ibu langsung membayar barang
dagangan atau baru dibayar setelah barang
dagangan laku terjual?
5. Apakah Bapak/Ibu membayar barang dagangan
itu per hari, per minggu atau per bulan kepada
induk semang?
6. Berapa persen kira-kira Bapak/Ibu mendapat
keuntungan dari barang dagangan yang
dititipkan oleh induk semang?
7. Berapa persen kira-kira induk semang
mengambil keuntungan dari barang dagangan
yang Bapak/Ibu jual?
8. Jika Bapak/Ibu belum membayar barang
dagangan kepada induk semang, apakah induk
semang memperbolehkan Bapak/Ibu untuk
mengambil lagi barang dagangan?
9. Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah
barang dagangan itu bisa Bapak/Ibu kembalikan
kepada induk semang?
10. Apakah Bapak/Ibu membuat buku catatan setiap
memperoleh barang dagangan dari induk
semang?
3 Perjanjian dagang 1. Bentuk perjanjian seperti apa yang Bapak/Ibu
buat dengan induk semang ketika menitipkan
barang dagangan?
2. Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau
tertulis?
3. Poin-poin apa saja yang biasanya dibuat dalam
perjanjian?
4 Pengaruh Galeh 1. Apakah galeh baparuh membantu orang
Baparuh Minangkabau untuk mulai berdagang?
menciptakan 2. Apakah di keluarga Bapak/Ibu ada yang baru
entrepreneur baru bisa mulai berdagang karena galeh baparuh?
3. Sepengetahuan Bapak/Ibu, seberapa banyak
orang Minangkabau di lingkungan tempat
tinggal Bapak/Ibu yang berdagang karena
adanya galeg baparuh?
5 Motivasi 1. Apakah keinginan Bapak/Ibu untuk berdagang
berwirausaha terinspirasi dari orang tua, keluarga dekat atau
teman?
2. Apakah Bapak/Ibu memiliki keinginan untuk
menjadi induk semang bagi galeh amanah
(pedagang titipan)?
3. Bagaimana kira-kira kiat atau cara Bapak/Ibu
bisa menjadi pedagang sukses?
4. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap
“rumor” yang menyatakan bahwa orang Minang
75

itu pintar berdagang?


5. Apakah keinginan Bapak/Ibu untuk berdagang
dipengaruhi karena banyak orang Minang yang
berprofesi sebagai pedagang?
6. Apakah berdagang dalam orang Minang
dipengaruhi oleh budaya?
7. Motivasi apakah yang sering Bapak/Ibu berikan
kepada anak-anak dan keluarga dekat agar mau
ikut berdagang dan menjadi usahawan sukses?
6 Hubungan 1. Apakah induk semang yang menitipkan barang
kekerabatan dagangan kepada Bapak/Ibu memiliki hubungan
keluarga atau hanya hubungan pertemanan
dengan Bapak/Ibu?
2. Apakah mereka itu keluarga/teman dari
kampung asal atau justru dari Medan?
3. Sepengetahuan Bapak/Ibu, apakah teman satu
kampung dari seorang induk semang bisa
menjadi galeh amanah (pedagang titipan) yang
dititipi barang dagangan?
4. Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau dan
tidak memiliki hubungan kerabat dengan
Bapak/Ibu bisa menjadi galeh amanah
(pedagang titipan) yang menjual barang
dagangan Bapak/Ibu?
7 Kepercayaan 1. Menurut Bapak/Ibu, mengapa induk semang bisa
mempercayai Bapak/Ibu untuk menjual barang
dagangannya?
2. Bagaimana cara Bapak/Ibu memutuskan bahwa
seorang induk semang bisa dipercaya atau tidak?
3. Apakah kepercayaan Bapak/Ibu terhadap induk
semang dipengaruhi oleh hubungan keluarga,
pertemanan, atau karena satu kampung?
76

Lampiran 7. Transkrip Wawancara


7.1 Transkrip Wawancara dengan Bapak Yusrizal Tanjung
Tim : Apa galeh baparuh itu menurut Bapak?
YT : Kalau galeh amanah, itu cuma orang yang lahir di Minang yang tau
istilah itu. Kalau orang Minang di Medan, bilangnya dagang bagi
hasil. Ada juga yang bilang sistem kongsi. Dagang bagi hasil itu,
orang Minang yang mau mulai berjualan bisa ambil barang dagangan
dulu sama induak samang. Kalau sudah laku baru dibayar. Istilahnya,
anak samang ambil barang dari induak samang-nya, tapi dbayar
belakangan.
Tim : Apakah Bapak berperan sebagai induak samang atau anak samang
dalam perdagangan bagi hasil?
YT : Kalau saya induak samang. Biasanya yang jadi induak samang itu, ya
pedagang minang yang punya toko-toko grosir tekstil dan pakaian.
Jadi, anak samang ambil barang dagangan yang murah biar bisa dijual
lebih mahal untuk ambil untung. Kalau anak samang biasanya
jualannya di lapak kaki lima, di kios yang ada di dalam pajak, dan
jualan keliling kampung.
Tim : Sebelum menjadi induak semang, apakah Bapak pernah menjadi galeh
amanah (anak samang)?
YT : Oh jelas. Dulu, saya mulai berdagang ya dari jadi anak samang. Saya
dulu dapat bakal baju dan pakaian untuk dijual dari abang ipar saya.
Abang ipar saya itu induak samang yang punya toko besar di Pajak
Sentral ini. Waktu jadi anak samang, saya jualan bakal baju dan
pakaian di kaki lima Pajak Sentral ini. Di situ, dekat parkiran. Tapi
saya jualan di situ cuma setahun. Beruntung saya, karena dalam
setahun banyak keuntungan yang saya kumpulkan. Akhirnya, saya
bisa buka kios di dalam pajak ini. Untuk mendapat kios, saya dibantu
sama abang ipar saya. Dia bantu carikan kios yang bagus dan strategis.
Dia juga bantu modal untuk membayar kios. Setelah saya punya kios,
saya ambil lebih banyak barang dagangan dari abang ipar saya.
Barang-barang itu saya jual dengan sistem bagi hasil sama orang-
orang Minang yang mau mulai jualan. Jadi, saat itu saya punya sekitar
10 anak samang. Karena usaha saya berjalan lancar, akhirnya saya
bisa buka toko di sini.
Tim : Berapa lama waktu yang Bapak lalui dari seorang anak samang hingga
menjadi induk semang?
YT : Sekitar setahun.
Tim : Ada berapa anak samang yang menjual barang dagangan Bapak
sekarang?
YT : Ada 35 anak samang saya.
Tim : Apakah Bapak yang mencari anak samang atau anak samang yang
mencari Bapak agar dapat menjual barang dagangan milik Bapak?
YT : Merekalah yang mencari saya. Kan mereka yang butuh barang
dagangan.
Tim : Ketika anak semang Bapak hendak membuka toko atau lapak di pasar,
apakah Bapak ikut membantu mencarikan lokasi dan membiayai
pembukaan toko atau kiosnya?
77

YT : Namanya rekan dagang, ya dibantu. Bisa cukup dibantu mencari


tempat yang bagus. Tapi, kalau keluarga, sudah kenal dekat dan bisa
dipercaya, dibantu juga modal untuk membuka kios dan toko. Saya
dulu juga dibantu modal sama abang ipar saya untuk buka kios dan
toko.
Tim : Barang dagangan apa saja yang Bapak titipkan ke anak samang?
YT : Kain, pakaian dan jilbab.
Tim : Apakah Bapak membeli barang dagangan langsung dari pabrik atau
melalui distributor?
YT : Saya beli barang dari Tanah Abang sama dari Padang.
Tim : Apakah Bapak memperoleh barang dagangan dari sesama pedagang
Minang atau pedagang dari etnik lain?
YT : Ya, ada dari pengusaha Minang yang punya. Ada juga dari orang Cina
dan India. Saya kenal mereka semua dari abang ipar saya. Dialah yang
membantu saya biar dapat membeli langsung barang dari pedagang
besarnya di Jakarta dan Padang.
Tim : Apakah Bapak langsung membayar barang dagangan yang dibeli atau
baru dibayar setelah barang dagangan laku terjual?
YT : Saya ambil dulu. Bulan depan saya bayar 50 persen. Sisanya saya
bayar bulan berikutnya.
Tim : Berapa persen kira-kira Bapak mendapat keuntungan dari barang
dagangan yang dititipkan ke anak samang?
YT : Sekitar 20 sampai 50 persen, tergantung jenis barang yang dijual.
Tim : Berapa persen kira-kira anak samang mengambil keuntungan dari
barang dagangan Bapak?
YT : Bisa 30, 40 atau 50 persen.
Tim : Apakah anak samang membayar barang dagangan Bapak setiap hari,
per minggu atau per bulan?
YT : Bisa setiap minggu. Dua minggu sekali, atau per bulan. Tergantung
perjanjian saya dengan anak samang.
Tim : Jika barang dagangan belum dibayar oleh anak samang, apakah dia
bisa meminta lagi barang dagangan kepada Bapak?
YT : Biasanya tidak bisa. Tapi, kalau anak samang itu keluarga dan orang
yang saya percayai, dia bisa mengambil barang dagangan baru
walaupun belum melunasi barang dagangan yang lama.
Tim : Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah barang dagangan itu
dikembalikan oleh anak samang kepada Bapak?
YT : Bisa, kan ada perjanjiannya di awal sewaktu anak samang mengambil
barang dagangan.
Tim : Apakah Bapak membuat buku catatan setiap menitipkan barang ke
anak samang?
YT : Ya dibuatlah. Faktur juga dibuat.
Tim : Bentuk perjanjian seperti apa yang Bapak buat dengan anak samang
ketika menitipkan barang dagangan?
YT : Waktu pembayaran dan pengembalian barang yang tidak laku.
Tim : Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau tertulis?
YT : Ada lisan, ada juga tertulis.
Tim : Apakah galeh baparuh membantu orang Minangkabau untuk mulai
78

berdagang?
YT : Sangat membantu. Saya contohnya dan 35 anak samang saya. Kalau
tidak ada dagang bagi hasil, kami tidak bisa punya usaha.
Tim : Apakah di keluarga Bapak ada yang baru bisa mulai berdagang karena
galeh baparuh?
YT : Abang ipar saya, saya, adik saya, keponakan saya. Ada banyaklah.
Tim : Sepengetahuan Bapak, seberapa banyak orang Minangkabau di
lingkungan tempat tinggal Bapak yang berdagang karena adanya
galeh baparuh?
YT : Pastinya saya tidak tau. Tapi, anak samang saya semuanya orang
Minang dan beberapa tinggal di dekat rumah saya.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang terinspirasi dari orang tua,
keluarga dekat atau teman?
YT : Dari abang ipar saya.
Tim : Bagaimana kiat atau cara Bapak hingga bisa sukses dalam berdagang?
YT : Bekerja keras, jujur dan tidak boros.
Tim : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap “rumor” yang menyatakan
bahwa orang Minang itu pintar berdagang?
YT : Orang Minang itu memang pintar berdagang. Sudah dari dulu.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang dipengaruhi karena banyak
orang Minang yang berprofesi sebagai pedagang?
YT : Ya, benar.
Tim : Apakah berdagang dalam orang Minang dipengaruhi oleh budaya?
YT : Ya, selain jualan pakaian, kami jugakan terkenal dengan pedagang
masakan. Buktinya itu rumah makan Padang ada di mana-mana.
Tim : Motivasi apakah yang sering Bapak berikan kepada anak-anak dan
keluarga dekat agar mau ikut berdagang dan menjadi usahawan
sukses?
YT : Contohlah ayah mu nak, bekerja keras untuk bisa punya toko grosir di
Pajak Sentral.
Tim : Apakah anak samang yang menjual barang dagangan Bapak masih
memiliki hubungan keluarga dengan Bapak?
YT : Ada yang masih keluarga. kalau masih ada ikatan keluarga, sulit untuk
menolaknya menjadi anak samang. Di satu sisi ada rasa empati dan
pingin lihat keluarga kita sukses semuanya. Tapi, kalau beberapa kali
dia ketahuan tidak jujur, tidak terpat waktu menyetor, ya tidak saya
kasi lagi ambil barang dagangan baru.
Tim : Apakah keluarga dari kampung asal atau keluarga yang ada di Medan?
YT : Ada keluarga dari Padang. Ada juga dari Medan.
Tim : Apakah teman satu kampung Bapak juga menjadi anak samang yang
menjual barang dagangan Bapak?
YT : Kalau teman satu kampung, saya lihat dulu, dia bisa dipercaya atau
tidak. Kalau dia jujur, terbuka dan toleran, ya saya kasi.
Tim : Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau bisa menjadi anak samang
yang menjual barang dagangan Bapak?
YT : Bisa, kalau dia langganan tetap, jujur, terbuka dan toleran.
Tim : Mengapa Bapak mempercayai anak samang untuk menjual barang
dagangan Bapak?
79

YT : Yang pertama tadi, karena keluarga. Kemudian dilihat, apakah dia


jujur, bisa dipercaya, terbuka orangnya, dan toleran apa tidak dengan
suku yang berbeda.
Tim : Apakah kepercayaan Bapak terhadap anak samang dipengaruhi oleh
hubungan keluarga, pertemanan, atau karena satu kampung?
YT : Bisa, tapi yang terpenting bisa dipercaya atau tidak.

7.2 Transkrip Wawancara dengan Bapak Syofyan


Tim : Apa galeh baparuh itu menurut Bapak?
S : Galeh itu dagang, baparuh itu berbagi separuh. Jadi, dagang berbagi.
Itu maksudnya. Tapi kami biasa nyebutnya bagi hasil. Kalau galeh
baparuh banyak orang Minang yang tidak tau lagi, karena orang
Minang di Medan ini kan banyak yang lahir di Medan, bukan di
kampung kami, Padang. Tapi, sekarang karena Covid banyak toko-
toko grosir punya induak samang enggak lagi pakai bagi hasil karena
takut rugi. Sekarangkan jualan susah, barang banyak, tapi yang beli
sedikit. Covid buat orang-orang susah. Kalau pakai bagi hasil, nanti
anak samang enggak mampu bayar, karena dia jual barang juga susah.
Sekarang, kalau anak samang mau ambil barang, ya bayar panjar.
Panjarnya 60 atau 70 persen dari total harga pakaian yang dia ambil.
Tapi sebelum Covid, anak samang bisa ambil dulu barang, bayarnya
belakangan.
Tim : Apakah Bapak berperan sebagai induak samang atau galeh amanah
(pedagang titipan) dalam perdagangan galeh baparuh?
S : Kalau galeh amanah itu biasanya disebut anak samang. Kalau saya
sebagai induak samang,taukelah istilahnya. Kalau anak samang itu
yang jualkan barang punya induak samang.
Tim : Sebelum menjadi induak semang, apakah Bapak pernah menjadi galeh
amanah (anak samang)?
S : Ya. Saya pernah jadi anak samang, enggak ujuk-ujuk jadi induak
samang seperti sekarang. Dulu, awalnya saya ambil empat bal pakaian
dari induak samang yang punya toko besar di Pajak Sentral. Pakaian
itu awalnya saya jual keliling rumah-rumah. Enggak berapa lama, saya
buka lapak di kaki lima Pajak Sukaramai. Buka lapak dibantu sama
induak samang, karena dia yang kenal sama preman di pajak itu. Dulu,
ya sama sekarang juga, kalau mau dapat lapak di pajak, ya harus ada
izin dari preman. Orang itu yang kuasai pajak. Kita dikutip Rp. 5.000
sampai Rp. 10.000 tiap hari sama preman. Uang keamanan katanya.
Tapi, pengelola pajak juga kutip uang kebersihan dari kita. Sekitar Rp.
2.000 sehari. Setelah banyak untung dari jualan, saya enggak jualan di
kaki lima lagi. Saya buka kios di dalam pajak. Itupun dibantu juga
sama induak samang. Adalah dia bantu uang untuk buka kios. Setelah
saya buka kios, ada sekitar 15 orang anak samang yang ambil barang
sama saya. Dari situlah, saya kumpul-kumpul uang untuk buka toko
grosir pakaian di Jl. Terusan ini. Sekarang saya jadi induak samang.
Tim : Berapa lama waktu yang Bapak lalui dari seorang anak samang hingga
menjadi induk semang?
S : Sekitar 4-5 tahunlah.
80

Tim : Ada berapa anak samang yang menjual barang dagangan Bapak
sekarang?
S : Ada sekitar 18 orang yang ambil pakaian ke toko saya. Ada yang
ambil setiap minggu. Ada yang dua mingu sekali. Ada juga yang per
bulan. Tergantung merekalah.
Tim : Apakah Bapak yang mencari anak samang atau anak samang yang
mencari Bapak agar dapat menjual barang dagangan milik Bapak?
S : Ya, merekalah yang cari saya. Kan mereka yang butuh barang kalau
mau jualan. Yang jadi anak samang saya, ada yang masih saudara.
Ada juga yang satu marga sama saya, tapi udah kenal dekat. Ada juga
yang satu kampung asal sama saya, tapi udah kenal dekatlah. Kalau
enggak kenal dekat, ya enggak bisa dipercaya kalau mau ambil barang
tanpa uang panjar. Kalau belum kenal dekat, mereka saya minta uang
panjar 50 sampai 60 persen dari total harga barang yang dia ambil.
Baru, kalau sudah laku, dia bayar kekuarannya. Tapi, kalau dia sudah
10 sampai 15 kali ambil barang dan enggak susah bayarnya, biasanya
saya kasi ambil barang tanpa uang panjar.
Tim : Ketika anak semang Bapak hendak membuka toko atau lapak di pasar,
apakah Bapak ikut membantu mencarikan lokasi dan membiayai
pembukaan toko atau lapaknya?
S : Saya bantu lihat-lihat orangnya. Kalau orangnya bisa dipercaya, saya
bantu carikan lokasi kios atau toko yang bagus dan strategis
tempatnya. Kalau bantu uang, ya enggak banyak. Tapi, kita lihat dulu,
orang yang dibantu itu punya uang apa enggak untuk buka kios atau
toko. Kalau dia enggak punya modal, kan enggak mungkin kita bayari
semua modalnya. Ya, lihat-lihat orangnya lah, punya uang apa enggak,
jujur apa enggak, trus bagus apa enggak dia jualannya.
Tim : Barang dagangan apa saja yang Bapak titipkan ke anak samang?
S : Bakal baju, kemeja, kaos, celana, pakaian sekolah, sama pakaian
muslim.
Tim : Apakah Bapak membeli barang dagangan langsung dari pabrik atau
melalui distributor?
S : Saya ambil barang dari pedagang besar di Tanah Abang, Jakarta. Tapi,
ada juga dari Padang.
Tim : Apakah Bapak memperoleh barang dagangan dari sesama pedagang
Minang atau pedagang dari etnik lain?
S : Kalau ambil bakal baju dari orang Cina. Kalau kemeja, kaos, celana,
pakaian sekolah dan pakaian muslim dari orang Minang.
Tim : Apakah Bapak langsung membayar barang dagangan yang dibeli atau
baru dibayar setelah barang dagangan laku terjual?
S : Kalau sama orang Cina, saya bayar panjar. Tapi kalau ambil barang
dari sesama orang Minang, saya bayarnya belakangan, kalau sudah
laku.
Tim : Berapa persen kira-kira Bapak mendapat keuntungan dari barang
dagangan yang dititipkan ke anak samang?
S : Lihat jenis barang yang dia ambil. Kalau bakal baju, saya naikkan
harganya 20 persen dari harga beli. Kalau kemeja, kaos, pakaian
sekolah dan pakaian muslim, saya naikkan harganya 30 sampai 50
81

persen dari harga beli.


Tim : Berapa persen kira-kira anak samang mengambil keuntungan dari
barang dagangan Bapak?
S : Kalau itu tergantung mereka. Bisa mereka naikkan harganya 30 persen
atau 40 persen dari harga yang saya kasi.
Tim : Apakah anak samang membayar barang dagangan Bapak setiap hari,
per minggu atau per bulan?
S : Ada yang setiap minggu. Jadi, dia setor ke saya berapa barang yang
laku dalam seminggu. Minggu depan begitu lagi. Kalau barang
dagangannya sudah mau habis, dia bisa ambil lagi. Ada juga yang
setor per bulan. Kalau yang setor per bulan, dia setor ke saya 50
persen dulu pada bulan ini. Bulan depan, dia lunasi sisanya. Yang
banyar per bulan, dia bisa ambil barang baru lagi kalau barang
persediaannya sudah menipis. Tidak semua bisa bayar per bulan,
karena itu khusus untuk anak samang yang saya percaya saja. Kalau
yang pakai uang panjar, dia setor ke saya sisanya kalau barang
dagangannya sudah laku. Baru dia bisa ambil barang baru lagi.
Tim : Jika barang dagangan belum dibayar oleh anak samang, apakah dia
bisa meminta lagi barang dagangan kepada Bapak?
S : Ya, seperti yang saya bilang tadi. Kalau orang yang saya percaya,
tidak pernah telat menyetor ke saya, jujur dan tidak pernah menipu
saya, dia bisa ambil barang baru lagi kalau barang yang dia ambil
sebelumnya sudah banyak terjual.
Tim : Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah barang dagangan itu
dikembalikan oleh anak samang kepada Bapak?
S : Ya, bisa kembali kalau enggak laku.
Tim : Apakah Bapak membuat buku catatan setiap menitipkan barang ke
anak samang?
S : Dibuatlah. Kalau tidak dibuat, ya saya bisa lupa berapa barang yang
dia ambil, berapa harga semuanya. Biasanya, saya buat faktur setiap
mereka ambil barang baru. Faktur itu mereka pegang, dan saya juga
punya pertinggalnya.
Tim : Bentuk perjanjian seperti apa yang Bapak buat dengan anak samang
ketika menitipkan barang dagangan?
S : Kapan waktu setor sama barang yang tidak laku dijual bisa
dikembalikan.
Tim : Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau tertulis?
S : Kalau untuk keluarga sama orang yang saya percaya, bisa lisan saja.
Tapi kalau orang yang belum kenal dekat atau belum saya percayai, ya
tertulis.
Tim : Apakah galeh baparuh membantu orang Minangkabau untuk mulai
berdagang?
S : Ya, jelas. Kalau enggak ada itu, saya enggak bisa jadi pedagang.
Begitu juga sama anak samang yang ambil barang di sini, kalau tidak
ada dagang bagi hasil atau galeh baparuh, mereka sulit mau mulai
berjualan. Dagang bagi hasil ini tidak butuh banyak modal untuk
mulai dagang. Jadi, cukup membantu.
Tim : Apakah di keluarga Bapak ada yang baru bisa mulai berdagang karena
82

galeh baparuh?
S : Saya sendiri, adik saya sama keponakan-keponakan saya.
Tim : Sepengetahuan Bapak, seberapa banyak orang Minangkabau di
lingkungan tempat tinggal Bapak yang berdagang karena adanya
galeh baparuh?
S : Kalau itu saya enggak tau. Tapi, rata-rata yang enggak punya modal,
ya ambil barang dulu, lalu dijual, setelah itu disetor. Kita tinggal ambil
keuntungan saja dari setiap barang yang terjual.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang terinspirasi dari orang tua,
keluarga dekat atau teman?
S : Ya dari keluarga. Ya, dari teman dekat juga.
Tim : Bagaimana kiat atau cara Bapak hingga bisa sukses dalam berdagang?
S : Yang pertama harus jujur. Kedua, bekerja keras, pantang menyerah.
Ketiga, harus punya perhitungan. Barang ini kalau dijual, laku atau
tidak, bisa dijual banyak atau tidak. Keempat, jangan gunakan modal
untuk keperluan yang lain. Kita cukup ambil keuntungan untuk
kebutuhan sehari-hari. Keuntungan bisa diputar lagi untuk modal, biar
keuntungan berlimpat ganda.
Tim : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap “rumor” yang menyatakan
bahwa orang Minang itu pintar berdagang?
S : Kami punya pepatah, elok jadi kapalo samuik, daripado jadi ikua
gajah. Artinya, lebih baik jadi kepala semut daripada jadi ekor gajah.
Kalau kita berdagang, tidak ada yang ngatur-ngatur kita. Jadi, banyak
orang Minang itu lebih suka berdagang daripada kerja kantoran,
apalagi kerja pabrik.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang dipengaruhi karena banyak
orang Minang yang berprofesi sebagai pedagang?
S : Iya
Tim : Apakah berdagang dalam orang Minang dipengaruhi oleh budaya?
S : Ya, sesuai pepatah yang saya bilang tadi. Itulah budaya kami.
Tim : Motivasi apakah yang sering Bapak berikan kepada anak-anak dan
keluarga dekat agar mau ikut berdagang dan menjadi usahawan
sukses?
S : Yang penting selalu bersikap jujur di manapun dan pekerjaan apapun.
Kemudian bekerja keras dan pantang menyerah. Punya perhitungan
dalam berdagang. Jangan boros.
Tim : Apakah anak samang yang menjual barang dagangan Bapak masih
memiliki hubungan keluarga dengan Bapak?
S : Ada adik saya. Ada keponakan saya. Ada juga teman satu marga dan
teman sekampung saya. Tapi yang saya percayai saja.
Tim : Apakah keluarga dari kampung asal atau keluarga yang ada di Medan?
S : Keluarga saya yang tinggal di Medan, asalnya ya dari Padang. Tapi
sudah lama tinggal di Medan.
Tim : Apakah teman satu kampung Bapak juga menjadi anak samang yang
menjual barang dagangan Bapak?
S : Ada teman sekampung, ada juga teman semarga. Tapi kalau sudah
saya kenal dekat dan saya percaya sama mereka.
Tim : Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau bisa menjadi anak samang
83

yang menjual barang dagangan Bapak?


S : Bisa, tapi da harus jujur dan bisa dipercaya. Dia juga sudah jadi
langganan tetap kita. Dia menghormat kita dan terbuka atau tidak
memandang kita sebelah mata karena berbeda suku.
Tim : Mengapa Bapak mempercayai anak samang untuk menjual barang
dagangan Bapak?
S : Karena dia jujur dan perilakunya baik. Kalau keluarga pun tidak jujur
dan tidak berperilaku baik, ya enggak bisa.
Tim : Bagaimana cara Bapak memutuskan bahwa seorang anak samang bisa
dipercaya atau tidak?
S : Bisa dilhat dari setiap dimenyetor hasil penjualan ke kita. Tepat waktu
tidak dia menyetor ke kita. Setorannya sesuai atau tidak, lancar atau
tidak dan tidak dikurang-kurangi.
Tim : Apakah kepercayaan Bapak terhadap anak samang dipengaruhi oleh
hubungan keluarga, pertemanan, atau karena satu kampung?
S : Kalau keluarga jelas. Kitakan mau juga lihat keluarga kita sukses.
Tapi, kalau dia dikasi kepercayaan tidak dijaganya. Dia tidak bisa
dikasi lagi ambl barang baru. Teman semarga dan sekampung juga
bisa, tapi yang sudah dikenal dekat dan bisa dipercaya.

7.3 Transkrip Wawancara dengan Bapak Guzdizamil


Tim : Apa galeh baparuh itu menurut Bapak?
G : Oh itu, dagang bagi hasil antara induak samang sama anak samang.
Bisa juga disebut sistem kongsi. Tapi masa Covid gini, dagang bagi
untung sulit dilakukan karena kita takut rugi. Digantilah bayar uang
panjar 60 sampai 70 persen. Sisanya bisa dilunasi setela barang terjual.
Tim : Apakah Bapak berperan sebagai induak samang atau anak samang
dalam perdagangan galeh baparuh?
G : Induak samang.
Tim : Sebelum menjadi induak semang, apakah Bapak pernah menjadi galeh
amanah (anak samang)?
G : Anak samang dululah. Pelan-pelan baru jadi induak samang.
Tim : Berapa lama waktu yang Bapak lalui dari seorang anak samang hingga
menjadi induk semang?
G : Sekitar 3 atau 4 tahunlah.
Tim : Ada berapa anak samang yang menjual barang dagangan Bapak
sekarang?
G : Sekarang ada sekitar 15 anak samang.
Tim : Apakah Bapak yang mencari anak samang atau anak samang yang
mencari Bapak agar dapat menjual barang dagangan milik Bapak?
G : Biasanya mereka yang mencari saya.
Tim : Ketika anak semang Bapak hendak membuka toko atau lapak di pasar,
apakah Bapak ikut membantu mencarikan lokasi dan membiayai
pembukaan toko atau lapaknya?
G : Bisa dibantu carikan tempat yang layak. Tapi kalau masalah bantuan
modal, lihat dulu, apakah dia punya hubungan keluarga sama saya atau
tidak. Kalau dia masih keluarga dekat, ya dibantulah.
Tim : Barang dagangan apa saja yang Bapak titipkan ke anak samang?
84

G : Cuma pakaian.
Tim : Apakah Bapak membeli barang dagangan langsung dari pabrik atau
melalui distributor?
G : Dari pedagang di Jakarta dan Padang.
Tim : Apakah Bapak memperoleh barang dagangan dari sesama pedagang
Minang atau pedagang dari etnik lain?
G : Orang Minang sama orang Cina.
Tim : Apakah Bapak langsung membayar barang dagangan yang dibeli atau
baru dibayar setelah barang dagangan laku terjual?
G : Dia kirm dulu barangnya. Kalau sudah ada yang terjual, baru saya
bayar. Tapi ada juga yang minta panjar 50 persen.
Tim : Berapa persen kira-kira Bapak mendapat keuntungan dari barang
dagangan yang dititipkan ke anak samang?
G : Bisa 20 persen, tapi bisa juga sampai 50 persen kalau hari-hari besar.
Tim : Berapa persen kira-kira anak samang mengambil keuntungan dari
barang dagangan Bapak?
G : Tergantung mereka. Kalau barangnya banyak dicari, bisa ambil untuk
40 persen. Tapi, minimal bisa ambil untung 30 persenlah.
Tim : Apakah anak samang membayar barang dagangan Bapak setiap hari,
per minggu atau per bulan?
G : Ada yang per minggu, ada juga yang per bulan.
Tim : Jika barang dagangan belum dibayar oleh anak samang, apakah dia
bisa meminta lagi barang dagangan kepada Bapak?
G : Enggak bisalah. Tapi kalau dia keluarga, susuah juga menolaknya.
Tim : Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah barang dagangan itu
dikembalikan oleh anak samang kepada Bapak?
G : Bisa, kan sudah ada perjanjian sejak awal.
Tim : Apakah Bapak membuat buku catatan setiap menitipkan barang ke
anak samang?
G : Buat supaya tidak lupa berapa barang yang dambil sama haranya.
Tim : Bentuk perjanjian seperti apa yang Bapak buat dengan anak samang
ketika menitipkan barang dagangan?
G : Waktu setoran dan barang kembali kalau tidak laku.
Tim : Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau tertulis?
G : Bisa tertulis, bisa juga lisan.
Tim : Apakah galeh baparuh membantu orang Minangkabau untuk mulai
berdagang?
G : Ya
Tim : Apakah di keluarga Bapak ada yang baru bisa mulai berdagang karena
galeh baparuh?
G : Ada, anak sama adik saya.
Tim : Sepengetahuan Bapak, seberapa banyak orang Minangkabau di
lingkungan tempat tinggal Bapak yang berdagang karena adanya
galeh baparuh?
G : Kalau itu saya kurang tau.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang terinspirasi dari orang tua,
keluarga dekat atau teman?
G : Ya
85

Tim : Bagaimana kiat atau cara Bapak hingga bisa sukses dalam berdagang?
G : Rajin bekerja dan pintar-pintar berdagang supaya untung.
Tim : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap “rumor” yang menyatakan
bahwa orang Minang itu pintar berdagang?
G : Itu bukan rumor, tapi ya memang orang Minang itu pintar berdagang.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang dipengaruhi karena banyak
orang Minang yang berprofesi sebagai pedagang?
G : Ya
Tim : Apakah berdagang dalam orang Minang dipengaruhi oleh budaya?
G : Ya
Tim : Motivasi apakah yang sering Bapak berikan kepada anak-anak dan
keluarga dekat agar mau ikut berdagang dan menjadi usahawan
sukses?
G : Bekerja keras dan pantan menyerah.
Tim : Apakah anak samang yang menjual barang dagangan Bapak masih
memiliki hubungan keluarga dengan Bapak?
G : Ada keluarga saya. Kalau keluarga lebih percaya kita memberikan
barang dagangan untuk dijualnya. Lagian, kasihan kalau keluarga
tidak dibantu.
Tim : Apakah keluarga dari kampung asal atau keluarga yang ada di Medan?
G : Ada yang dari Padang. Ada juga keluarga yang lahir di Medan.
Tim : Apakah teman satu kampung Bapak juga menjadi anak samang yang
menjual barang dagangan Bapak?
G : Kalau teman sekampung, atau semarga, saya harus tau dulu
keperibadiannya. Apakah dia bisa dipercaya dan jujur. Kalau sudah
kenal dekat, dan dia orangnya bisa dipercaya, barulah saya kasi dia
menjadi anak samang.
Tim : Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau bisa menjadi anak samang
yang menjual barang dagangan Bapak?
G : Bisa, tapi harus langganan toko saya. Dan saya harus tau kenal dulu
kepribadiannya. Kalau bisa dipercaya, baru saya kasi.
Tim : Mengapa Bapak mempercayai anak samang untuk menjual barang
dagangan Bapak?
G : Karena keluarga. Dia jujur, amanah, dan bisa dipercaya.
Tim : Bagaimana cara Bapak memutuskan bahwa seorang anak samang bisa
dipercaya atau tidak?
G : Lihat kepribadiannya. Lihat kejujurannya.

7.4 Transkrip Wawancara dengan Bapak H. Syaf


Tim : Apa galeh baparuh itu menurut Bapak?
G : Ya, itu dagang bagi hasil. Pada perdaganan orang Minang ini, ada
yang disebut induak samang dan anak samang. Induak samang
menjadi tauke, tempat anak samang mengambil barang dagangannya.
Barang yang diambil dapat dibayar setelah laku dijual. Dagang bagi
hasil ini saling menguntungkan keduanya.
Tim : Apakah Bapak berperan sebagai induak samang atau anak samang
dalam perdagangan galeh baparuh?
G : Induak samang.
86

Tim : Sebelum menjadi induak semang, apakah Bapak pernah menjadi anak
samang?
G : Sebelum jadi induak samang, saya dulu anak samang. Saya dulu ambil
barang pakaian dari induak samang yang kebetulan satu marga dan
satu kampung sama saya. Jadi, saya dipercaya sama dia untuk
menjualkan barang dagangannya. Setelah jualan saya laku, saya bisa
buka kios. Kemudian, pelan-pelan saya bisa punya toko.
Tim : Berapa lama waktu yang Bapak lalui dari seorang anak samang hingga
menjadi induk semang?
G : Sekitar 2 tahun.
Tim : Ada berapa anak samang yang menjual barang dagangan Bapak
sekarang?
G : Anak samang yang ambil pakaian di toko saya ada 14 orang.
Tim : Apakah Bapak yang mencari anak samang atau anak samang yang
mencari Bapak agar dapat menjual barang dagangan milik Bapak?
G : Tidak, mereka yang mencari saya.
Tim : Ketika anak semang Bapak hendak membuka toko atau lapak di pasar,
apakah Bapak ikut membantu mencarikan lokasi dan membiayai
pembukaan toko atau lapaknya?
G : Tidak
Tim : Barang dagangan apa saja yang Bapak titipkan ke anak samang?
G : Pakaian dan jilbab
Tim : Apakah Bapak membeli barang dagangan langsung dari pabrik atau
melalui distributor?
G : Dari Padang
Tim : Apakah Bapak memperoleh barang dagangan dari sesama pedagang
Minang atau pedagang dari etnik lain?
G : Ya, sesama orang Minang
Tim : Apakah Bapak langsung membayar barang dagangan yang dibeli atau
baru dibayar setelah barang dagangan laku terjual?
G : Tidak, laku dulu baru bayar.
Tim : Berapa persen kira-kira Bapak mendapat keuntungan dari barang
dagangan yang dititipkan ke anak samang?
G : Tergantung, bisa 20 sampai 50 persen.
Tim : Berapa persen kira-kira anak samang mengambil keuntungan dari
barang dagangan Bapak?
G : Kalau itu ya terserah mereka. Ada yang ambil 30 persen. Tap ada juga
yang sampai 50 persen.
Tim : Apakah anak samang membayar barang dagangan Bapak setiap hari,
per minggu atau per bulan?
G : Bisa per mnggu. Bisa juga per bulan.
Tim : Jika barang dagangan belum dibayar oleh anak samang, apakah dia
bisa meminta lagi barang dagangan kepada Bapak?
G : Tidak bisa, kecuali dia pernah menyetor 50 persen dari seluruh barang
yang dia ambil.
Tim : Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah barang dagangan itu
dikembalikan oleh anak samang kepada Bapak?
G : Bisa
87

Tim : Apakah Bapak membuat buku catatan setiap menitipkan barang ke


anak samang?
G : Ya
Tim : Bentuk perjanjian seperti apa yang Bapak buat dengan anak samang
ketika menitipkan barang dagangan?
G : Kapan dia membayar. Barang yang tidak terjual bisa dia kembalikan
ke saya.
Tim : Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau tertulis?
G : Tertulis dan lisan.
Tim : Apakah galeh baparuh membantu orang Minangkabau untuk mulai
berdagang?
G : Ya jelas, contohnya kan saya.
Tim : Apakah di keluarga Bapak ada yang baru bisa mulai berdagang karena
galeh baparuh?
G : Saya sendiri, adik saya sama keponakan-keponakan saya.
Tim : Sepengetahuan Bapak, seberapa banyak orang Minangkabau di
lingkungan tempat tinggal Bapak yang berdagang karena adanya
galeh baparuh?
G : Rata-rata orang Minang di dekat rumah saya, kalau mau mulai
berdagang, ya pakai sistem dagang bagi hasil. Kita enggak perlu
keluar modal banyak kalau mau berdagang karena dibantu sama
induak samang.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang terinspirasi dari orang tua,
keluarga dekat atau teman?
G : Ya
Tim : Bagaimana kiat atau cara Bapak hingga bisa sukses dalam berdagang?
G : Ya kerja keras dan banyak koneksi.
Tim : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap “rumor” yang menyatakan
bahwa orang Minang itu pintar berdagang?
G : Ya itu benar.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang dipengaruhi karena banyak
orang Minang yang berprofesi sebagai pedagang?
G : Ya
Tim : Apakah berdagang dalam orang Minang dipengaruhi oleh budaya?
G : Ya
Tim : Motivasi apakah yang sering Bapak berikan kepada anak-anak dan
keluarga dekat agar mau ikut berdagang dan menjadi usahawan
sukses?
G : Kerja keras dan pintar mengelola keuangan.
Tim : Apakah anak samang yang menjual barang dagangan Bapak masih
memiliki hubungan keluarga dengan Bapak?
G : Ada juga keluarga.
Tim : Apakah keluarga dari kampung asal atau keluarga yang ada di Medan?
G : Medan
Tim : Apakah teman satu kampung Bapak juga menjadi anak samang yang
menjual barang dagangan Bapak?
G : Ya, ada.
Tim : Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau bisa menjadi anak samang
88

yang menjual barang dagangan Bapak?


G : Sedikit susah, karena dagang bagi hasil itukan cuma untuk orang
Minang.
Tim : Mengapa Bapak mempercayai anak samang untuk menjual barang
dagangan Bapak?
G : Karena dia keluarga, jujur dan bisa dipercaya.
Tim : Bagaimana cara Bapak memutuskan bahwa seorang anak samang bisa
dipercaya atau tidak?
G : Lihat kejujurannya
Tim : Apakah kepercayaan Bapak terhadap anak samang dipengaruhi oleh
hubungan keluarga, pertemanan, atau karena satu kampung?
G : Bisa

7.5 Transkrip Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz


Tim : Apa galeh baparuh itu menurut Bapak?
AA : Itu dagang bagi hasil antara induak samang dan anak samang.
Tim : Apakah Bapak berperan sebagai induak samang atau anak samang
dalam perdagangan galeh baparuh?
AA : Anak samang
Tim : Sudah berapa lama Bapak menjadi anak samang?
AA : Sudah 2 tahun
Tim : Ada berapa induak samang Bapak?
AA : Ada dua. Satu penyuplai pakaian dan stu lagi penyuplai jilbab.
Tim : Apakah Bapak yang mencari induak semang atau induak samang yang
mencari Bapak agar dapat menjual barang dagangan?
AA : Saya yang mencari induak samang, karena saya yang butuh barang
dagangan dari mereka.
Tim : Ketika Bapak membuka kios di pasar, apakah induak samang ikut
membantu mencarikan lokasi dan membiayai pembukaan kios Bapak?
AA : Ya, dibantu. Mereka membantu mencarikan saya lokasi yang bagus.
Ada juga sedikit bantuan modal saat saya membuka kios baru.
Tim : Barang dagangan apa saja yang Bapak jual?
AA : Pakaian dan jilbab
Tim : Apakah semua barang dagangan Bapak diperoleh dari induak samang?
AA : Ia
Tim : Apakah Bapak memperoleh barang dagangan dari sesama pedagang
Minang atau pedagang dari etnik lain?
AA : Sesama orang Minang
Tim : Apakah Bapak langsung membayar barang dagangan yang dibeli atau
baru dibayar setelah barang dagangan laku terjual?
AA : Kalau kita memiliki ikatan keluarga dengan induak samang, atau kita
sudah dikenal dekat dan dipercaya walaupun tidak memiliki hubungan
keluarga, induak samang tidak akan meminta uang muka saat kita
mengambil barang darinya. Tapi, kalau kita belum dikenal dan belum
dipercaya, kita diminta untuk membayar uang muka 50 sampai 60
persen. Sisanya, bisa kita bayar setelah barang kita laku terjual.
Tim : Berapa persen kira-kira Bapak mendapat keuntungan dari barang
dagangan yang dititipkan oleh induak samang?
89

AA : Tergantung, kalau hari biasa saya ambil untung 30 persen. Tapi, kalau
hari besar bisa sampai 40 atau 50 persen.
Tim : Berapa persen kira-kira induak samang mengambil keuntungan dari
barang dagangan yang Bapak jual?
AA : Kalau itu saya kurang tau.
Tim : Apakah Bapak membayar barang dagangan itu per hari, per minggu
atau per bulan kepada induak samang?
AA : Kalau saya membayar setiap bulan. Saya bayar 50 persen dulu kepada
induak samang setelah satu bulan saya ambil barang. Sisanya saya
bayar bulan berikutnya.
Tim : Jika Bapak belum membayar barang dagangan kepada induk semang,
apakah induak samang memperbolehkan Bapak untuk mengambil lagi
barang dagangan?
AA : Ketika saya masih punya tunggakan 50 persen pembayaran, saya bisa
mengambil barang baru lagi karena saya sudah dipercaya oleh induak
samang.
Tim : Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah barang dagangan bisa
Bapak kembalikan kepada induak samang?
AA : Bisa, kan ada perjanjian di awal pengambilan barang.
Tim : Apakah Bapak membuat buku catatan setiap memperoleh barang
dagangan dari induak samang?
AA : Biasanya saya dikasi faktur sama induak samang. Faktur itulah yang
jadi dasar setiap bulan saat pembayaran.
Tim : Bentuk perjanjian seperti apa yang Bapak buat dengan induak samang
ketika mengambil barang dagangan?
AA : Kapan saya hars bayar dan saya bisa mengembalikan barang kepada
induak samang kalau barang itu tidak laku dijual.
Tim : Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau tertulis?
AA : Lisan
Tim : Apakah galeh baparuh membantu orang Minangkabau untuk mulai
berdagang?
AA : Ya, sangat membantu. Kalau tidak ada itu, saya tidak bisa berdagang
dan punya kios sekarang.
Tim : Apakah di keluarga Bapak ada yang baru bisa mulai berdagang karena
galeh baparuh?
AA : Ada, adik kandung dan adk ipar saya.
Tim : Sepengetahuan Bapak, seberapa banyak orang Minangkabau di
lingkungan tempat tinggal Bapak yang berdagang karena adanya
galeh baparuh?
AA : Cukup banyak, karena dagang bagi hasil membuat kita tidak butuh
modal banyak untuk berdagang.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang terinspirasi dari orang tua,
keluarga dekat atau teman?
AA : Ya
Tim : Bagaimana kira-kira kiat atau cara Bapak bisa menjadi pedagang
sukses?
AA : Dengan bekerja keras, perbanyak teman dagang, dan hemat.
Tim : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap “rumor” yang menyatakan
90

bahwa orang Minang itu pintar berdagang?


AA : Itu benar sekali, bukan rumor itu.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang dipengaruhi karena banyak
orang Minang yang berprofesi sebagai pedagang?
AA : Tentu saja.
Tim : Apakah berdagang dalam orang Minang dipengaruhi oleh budaya?
AA : Ya
Tim : Motivasi apakah yang sering Bapak berikan kepada anak-anak dan
keluarga dekat agar mau ikut berdagang dan menjadi usahawan
sukses?
AA : Giat bekerja supaya sukses
Tim : Apakah induak samang yang menitipkan barang dagangan kepada
Bapak memiliki hubungan keluarga atau hanya hubungan pertemanan
dengan Bapak?
AA : Induak samang satu marga dengan saya.
Tim : Apakah mereka itu keluarga/teman dari kampung asal atau justru dari
Medan?
AA : Kami sudah kenal cukup lama
Tim : Sepengetahuan Bapak, apakah teman satu kampung dari seorang
induak samang bisa menjadi anak samang yang dititipi barang
dagangan?
AA : Bisa, asal induak samang mempercayainya.
Tim : Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau bisa menjadi anak samang
yang menjual barang dagangan induak samang?
AA : Mungkin saja.
Tim : Menurut Bapak, mengapa induak samang bisa mempercayai Bapak
untuk menjual barang dagangannya?
AA : Karena saya jujur dan tepat waktu ketika membayar.
Tim : Bagaimana cara Bapak memutuskan bahwa seorang induak samang
bisa dipercaya atau tidak?
AA : Dia jujur menuliskan faktur dan menentukan harga.
Tim : Apakah kepercayaan Bapak terhadap induak samang dipengaruhi oleh
hubungan keluarga, pertemanan, atau karena satu kampung?
AA : Iya

7.6 Transkrip Wawancara dengan Bapak Iwan Koto


Tim : Apa galeh baparuh itu menurut Bapak?
IK : Dagang bagi hasil di antara induak samang dan anak samang.
Tim : Apakah Bapak berperan sebagai induak samang atau anak samang
dalam perdagangan galeh baparuh?
IK : Anak samang
Tim : Sudah berapa lama Bapak menjadi anak samang?
IK : Sekitar 3 tahun
Tim : Ada berapa induak samang Bapak?
IK : Satu
Tim : Apakah Bapak yang mencari induak semang atau induak samang yang
mencari Bapak agar dapat menjual barang dagangan?
IK : Saya yang mencari. Saya butuh pakaian yang mau dijual, ya saya yang
91

mencari induak samang yang mau menitipkan barangnya.


Tim : Ketika Bapak membuka kios di pasar, apakah induak samang ikut
membantu mencarikan lokasi dan membiayai pembukaan kios Bapak?
IK : Ya, membantu mencarikan tempat.
Tim : Barang dagangan apa saja yang Bapak jual?
IK : Pakaian dan celana
Tim : Apakah semua barang dagangan Bapak diperoleh dari induak samang?
IK : Iya
Tim : Apakah Bapak memperoleh barang dagangan dari sesama pedagang
Minang atau pedagang dari etnik lain?
IK : Iya
Tim : Apakah Bapak langsung membayar barang dagangan yang dibeli atau
baru dibayar setelah barang dagangan laku terjual?
IK : Saya membayar ke induak samang setiap minggu. Berapa barang yang
laku terjual setiap minggunya, segitulah yang saya setor.
Tim : Berapa persen kira-kira Bapak mendapat keuntungan dari barang
dagangan yang dititipkan oleh induak samang?
IK : Saya ambil keuntungan 30 sampai 40 persen dari harga barang yang
saya ambil di induak samang. Kalau harga barangnya Rp. 50.000,
saya bisa jual Rp. 70.000 sampai Rp. 80.000.
Tim : Berapa persen kira-kira induak samang mengambil keuntungan dari
barang dagangan yang Bapak jual?
IK : Saya tidak tau.
Tim : Jika Bapak belum membayar barang dagangan kepada induk semang,
apakah induak samang memperbolehkan Bapak untuk mengambil lagi
barang dagangan?
IK : Bisa, asalkan saya rutin menyetor setiap minggu ke induak samang.
Tim : Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah barang dagangan bisa
Bapak kembalikan kepada induak samang?
IK : Bisa
Tim : Apakah Bapak membuat buku catatan setiap memperoleh barang
dagangan dari induak samang?
IK : Saya dikasi faktur sama induak samang. Dari faktur itu saya buat
catatan sendiri. Isinya, berapa barang yang saya ambil, berapa yang
sudah saya bayar, dan berapa sisa yang belum saya bayar.
Tim : Bentuk perjanjian seperti apa yang Bapak buat dengan induak samang
ketika mengambil barang dagangan?
IK : Saya wajib menyetor setiap minggu. Bisa memunglankan barang yang
rusak dan tidak laku.
Tim : Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau tertulis?
IK : Kalau saya lisan. Tapi, ada juga yang tertulis
Tim : Apakah galeh baparuh membantu orang Minangkabau untuk mulai
berdagang?
IK : Sangat membantu.
Tim : Apakah di keluarga Bapak ada yang baru bisa mulai berdagang karena
galeh baparuh?
IK : Ya, saya.
Tim : Sepengetahuan Bapak, seberapa banyak orang Minangkabau di
92

lingkungan tempat tinggal Bapak yang berdagang karena adanya


galeh baparuh?
IK : Waduh, kalau itu saya kurang tau berapa banyaknya. Tapi, teman-
teman saya cukup terbantu dengan dagang bagi hasil ini untuk
membuka usaha.
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang terinspirasi dari orang tua,
keluarga dekat atau teman?
IK : Ya
Tim : Bagaimana kira-kira kiat atau cara Bapak bisa menjadi pedagang
sukses?
IK : Cukup kerja keras dan hemat saja.
Tim : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap “rumor” yang menyatakan
bahwa orang Minang itu pintar berdagang?
IK : Mungkin saja
Tim : Apakah keinginan Bapak untuk berdagang dipengaruhi karena banyak
orang Minang yang berprofesi sebagai pedagang?
IK : Iya
Tim : Apakah berdagang dalam orang Minang dipengaruhi oleh budaya?
IK : Mungkin saja
Tim : Motivasi apakah yang sering Bapak berikan kepada anak-anak dan
keluarga dekat agar mau ikut berdagang dan menjadi usahawan
sukses?
IK : Rajin bekerja dan jangan cepat menyerah.
Tim : Apakah induak samang yang menitipkan barang dagangan kepada
Bapak memiliki hubungan keluarga atau hanya hubungan pertemanan
dengan Bapak?
IK : Teman saya
Tim : Apakah mereka itu keluarga/teman dari kampung asal atau justru dari
Medan?
IK : Teman sekampung di Minang
Tim : Sepengetahuan Bapak, apakah teman satu kampung dari seorang
induak samang bisa menjadi anak samang yang dititipi barang
dagangan?
IK : Bisalah, saya kan bisa
Tim : Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau bisa menjadi anak samang
yang menjual barang dagangan induak samang?
IK : Kurang tau. Mungkin saja bisa, kan semua tergantung induak samang.
Tim : Menurut Bapak, mengapa induak samang bisa mempercayai Bapak
untuk menjual barang dagangannya?
IK : Karena saya sudah kenal lama dengan teman saya. Mungkin dia
percaya sama saya karena saya tidak pernah ingkar janji dalam
pembayaran.
Tim : Bagaimana cara Bapak memutuskan bahwa seorang induak samang
bisa dipercaya atau tidak?
IK : Jujur dan tidak melebih-lebihkan jumlah barang yang kita ambil.
Tidak semaunya menaikkan harga.
Tim : Apakah kepercayaan Bapak terhadap induak samang dipengaruhi oleh
hubungan keluarga, pertemanan, atau karena satu kampung?
93

IK : Ya, teman sekampung

7.7 Transkrip Wawancara dengan Ibu Dona Koto


Tim : Apa galeh baparuh itu menurut Ibu?
DK : Jualan bagi hasil. Ada induak samang. Ada anak samang.
Tim : Apakah Ibu berperan sebagai induak samang atau anak samang dalam
perdagangan galeh baparuh?
DK : Kalau saya anak samang
Tim : Sudah berapa lama Ibu menjadi anak samang?
DK : Sudah 5 tahun
Tim : Ada berapa induak samang Ibu?
DK : Ada tiga.
Tim : Apakah Ibu yang mencari induak semang atau induak samang yang
mencari Ibu agar dapat menjual barang dagangan?
DK : Saya yang mencari.
Tim : Ketika Ibu membuka kios di pasar, apakah induak samang ikut
membantu mencarikan lokasi dan membiayai pembukaan kios Ibu?
DK : Cuma dibantu mencari tempat yang kosong.
Tim : Barang dagangan apa saja yang Ibu jual?
DK : Ada pakaian, celanan dan jilbab
Tim : Apakah semua barang dagangan Ibu diperoleh dari induak samang?
DK : Ya
Tim : Apakah Bapak memperoleh barang dagangan dari sesama pedagang
Minang atau pedagang dari etnik lain?
DK : Ya
Tim : Apakah Bapak langsung membayar barang dagangan yang dibeli atau
baru dibayar setelah barang dagangan laku terjual?
DK : Saya punya tiga induak samang. Ada yang minta saya membayar
setiap minggu. Berapa barangnya laku, maka setiap minggu saya
bayar sama dia. Ada juga yang bisa bayar per bulan. Kalau bayar per
bulan, saya bisa bayar 50 persen dulu, sisanya saya bayar bulan
depannya. Tapi ada juga induak samang yang minta saya membayar
uang panjar 50 atau 60 persen baru boleh ambil barang. Sisa
pembayaran, saya lunasi bulan depan atau setelah barangnya laku.
Tim : Berapa persen kira-kira Ibu mendapat keuntungan dari barang
dagangan yang dititipkan oleh induak samang?
DK : Bisa 30 persen. Bisa juga 40 persen. Tergantung jenis barang yang
dijual.
Tim : Berapa persen kira-kira induak samang mengambil keuntungan dari
barang dagangan yang Ibu jual?
DK : Tidak tau.
Tim : Jika Ibu belum membayar barang dagangan kepada induk semang,
apakah induak samang memperbolehkan Ibu untuk mengambil lagi
barang dagangan?
DK : Bisa. Tapi untuk induak samang yang memnta panjar tidak bisa.
Tim : Jika barang dagangan tidak laku dijual, apakah barang dagangan bisa
Ibu kembalikan kepada induak samang?
DK : Bisa
94

Tim : Apakah Ibu membuat buku catatan setiap memperoleh barang


dagangan dari induak samang?
DK : Saya dikasi faktur.
Tim : Bentuk perjanjian seperti apa yang Ibu buat dengan induak samang
ketika mengambil barang dagangan?
DK : Kapan saya harus menyetor ke induak samang. Bisa memunglangkan
barang yang rusak dan tidak laku.
Tim : Apakah perjanjian itu dibuat secara lisan atau tertulis?
DK : Ada yang tertulis. Ada juga yang hanya lisan.
Tim : Apakah galeh baparuh membantu orang Minangkabau untuk mulai
berdagang?
DK : Membantu sekali.
Tim : Apakah di keluarga Ibu ada yang baru bisa mulai berdagang karena
galeh baparuh?
DK : Ada, adik-adik saya
Tim : Sepengetahuan Ibu, seberapa banyak orang Minangkabau di
lingkungan tempat tinggal Bapak yang berdagang karena adanya
galeh baparuh?
DK : Kalau itu saya kurang tau
Tim : Apakah keinginan Ibu untuk berdagang terinspirasi dari orang tua,
keluarga dekat atau teman?
DK : Ya
Tim : Bagaimana kira-kira kiat atau cara Ibu bisa menjadi pedagang sukses?
DK : Pintar-pintar lah
Tim : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap “rumor” yang menyatakan bahwa
orang Minang itu pintar berdagang?
DK : Mungkin saja
Tim : Apakah keinginan Ibu untuk berdagang dipengaruhi karena banyak
orang Minang yang berprofesi sebagai pedagang?
DK : Ya
Tim : Apakah berdagang dalam orang Minang dipengaruhi oleh budaya?
DK : Kurang tau
Tim : Motivasi apakah yang sering Ibu berikan kepada anak-anak dan
keluarga dekat agar mau ikut berdagang dan menjadi usahawan
sukses?
DK : Belajar yang benar dan bantu orang tua jualan biar pintar nanti kalau
sudah besar.
Tim : Apakah induak samang yang menitipkan barang dagangan kepada Ibu
memiliki hubungan keluarga atau hanya hubungan pertemanan dengan
Ibu?
DK : Ada keluarga. Ada teman.
Tim : Apakah mereka itu keluarga/teman dari kampung asal atau justru dari
Medan?
DK : Medan
Tim : Sepengetahuan Ibu, apakah teman satu kampung dari seorang induak
samang bisa menjadi anak samang yang dititipi barang dagangan?
DK : Bisa, tapi biasanya induak samang minta panjar dulu. Kalau sudah
dipercaya, baru tidak pakai panjar.
95

Tim : Bisakah orang dari luar etnik Minangkabau bisa menjadi anak samang
yang menjual barang dagangan induak samang?
DK : Kurang tau saya
Tim : Menurut Ibu, mengapa induak samang bisa mempercayai Ibu untuk
menjual barang dagangannya?
DK : Karena saya jujur dan barang yang saya jual tidak rusak.
Tim : Bagaimana cara Ibu memutuskan bahwa seorang induak samang bisa
dipercaya atau tidak?
DK : Dia jujur. Tidak menaikkan harga sesuka hatinya.
Tim : Apakah kepercayaan Ibu terhadap induak samang dipengaruhi oleh
hubungan keluarga, pertemanan, atau karena satu kampung?
DK : Iya
96

Lampiran 8. Reduksi, Verifikasi dan Penyimpulan Data


8.1 Proses Galeh Baparuh
Informan
Tema Kesimpulan
Syofyan Guzdizamil A. Aziz I. Koto D. Koto
Defenisi galeh Galeh itu dagang, baparuh Oh itu, dagang bagi Dagang bagi hasil di Jualan bagi hasil. Ada Galeh baparuh juga
baparuh itu berbagi separuh. Jadi, hasil antara induak antara induak samang induak samang. Ada disebut dagang bagi
dagang berbagi. Itu samang sama anak dan anak samang. anak samang. hasil antara inudak
maksudnya. Tapi kami samang. Bisa juga samang dan anak
biasa nyebutnya bagi hasil. disebut sistem kongsi. samang.
Kalau galeh baparuh
banyak orang Minang yang
tidak tau lagi, karena orang
Minang di Medan ini kan
banyak yang lahir di
Medan, bukan di kampung
kami, Padang.
Sosok induak Kalau saya sebagai induak Saya yang mencari Induak samang nduak samang adalah
samang samang,taukelah istilahnya. induak samang, menjadi tauke, tempat seorang pedagang
karena saya yang anak samang Minangkabau yang
butuh barang mengambil barang memiliki toko besar di
dagangan dari mereka. dagangannya. Barang pasar.
yang diambil dapat
dibayar setelah laku
dijual.
Asal barang Saya ambil barang dari Dari pedagang di Sesama orang Minang Saya yang mencari. Tiga induak samang. Induak samang
dagangan pedagang besar di Tanah Jakarta dan Padang. (induak samang) Saya butuh pakaian mengambil barang
induak Abang, Jakarta. Tapi, ada Orang Minang sama yang mau dijual, ya dagangan dari Jakarta
samangdan juga dari Padang. Kalau orang Cina. saya yang mencari dan Padang. Bisa
anak samang ambil bakal baju dari orang induak samang yang sama pedagang Cina
Cina. Kalau kemeja, kaos, mau menitipkan maupun pedagang
celana, pakaian sekolah dan barangnya. Minangkabau. Tetapi
pakaian muslim dari orang anak semang
Minang. mengambil barang
dari induak samang,
sesama orang
Minangkabau.
Sosok galeh Kalau anak samang itu yang Anak samang adalah Orang yang baru mau
amanah jualkan barang punya pedagang kecil atau mulai berdagang.
induak samang. seseorang yang baru Pemilik kios kecil di
mulai berdagang. pasar. Pemilik lapak di
97

Anak samang juga kaki lima pasar.


disebut anak samang Pedagang keliling.
oleh orang Mereka memperoleh
Minangkabau. Anak barang dagangan dari
samang terdiri dari: induk samang.
(1) pemilik kios kecil
di pasar, (2) pemilik
lapak di kaki lima
pasar, dan (3)
pedagang keliling.
Mereka memperoleh
barang dagangan dari
induk samang.
Ikatan Yang jadi anak samang Ada keluarga saya. Induak samang satu Induak samang teman Ada keluarga. Ada Hubungan
jaringan saya, ada yang masih Kalau keluarga lebih marga dengan saya. sekampung di Minang teman. Ada juga satu kekeluargaan,
dalam galeh saudara. Ada juga yang satu percaya kita Kami sudah kenal kampung. kesamaan marga dan
baparuh marga sama saya, tapi udah memberikan barang cukup lama kampung asal.
kenal dekat. Ada juga yang dagangan untuk
satu kampung asal sama dijualnya. Lagian,
saya, tapi udah kenal kasihan kalau keluarga
dekatlah. tidak dibantu. Kalau
teman sekampung, atau
semarga, saya harus tau
dulu keperibadiannya.
Apakah dia bisa
dipercaya dan jujur.
Kalau sudah kenal
dekat, dan dia orangnya
bisa dipercaya, barulah
saya kasi dia menjadi
anak samang.
Dampak Kalau enggak kenal dekat, Kalau keluarga lebih Kalau kita memiliki Karena saya sudah Kalau karena satu Faktor hubungan
ikatan ya enggak bisa dipercaya percaya kita ikatan keluarga kenal lama dengan kampung, biasanya keluarga lebih
jaringan kalau mau ambil barang memberikan barang dengan induak teman saya. Mungkin induak samang minta mempermudah proses
tanpa uang panjar. Kalau dagangan untuk samang, atau kita dia percaya sama saya panjar dulu. Kalau penitipan barang
belum kenal dekat, mereka dijualnya. Kalau teman sudah dikenal dekat karena saya tidak sudah dipercaya, baru dagangan dari induak
saya minta uang panjar 50 sekampung, atau dan dipercaya pernah ingkar janji tidak pakai panjar. samang kepada galeh
sampai 60 persen dari total semarga, saya harus tau walaupun tidak dalam pembayaran. amanah, dibandingkan
harga barang yang dia dulu keperibadiannya. memiliki hubungan dengan faktor
ambil. Baru, kalau sudah Apakah dia bisa keluarga, induak kesamaan klan, etnik
98

laku, dia bayar dipercaya dan jujur. samang tidak akan dan daerah asal.
kekuarannya. Tapi, kalau Kalau sudah kenal meminta uang muka
dia sudah 10 sampai 15 kali dekat, dan dia orangnya saat kita mengambil
ambil barang dan enggak bisa dipercaya, barulah barang darinya. Tapi,
susah bayarnya, biasanya saya kasi dia menjadi kalau kita belum
saya kasi ambil barang anak samang dikenal dan belum
tanpa uang panjar. dipercaya, kita
diminta untuk
membayar uang muka
50 sampai 60 persen.
Sisanya, bisa kita
bayar setelah barang
kita laku terjual.
Perjanjian Kapan waktu setor sama Waktu setoran dan Kapan saya harus Saya wajib menyetor Kapan saya harus Waktu pembayaran
barang yang tidak laku barang kembali kalau bayar dan saya bisa setiap minggu. Bisa menyetor ke induak dan pengembalian
dijual bisa dikembalikan. tidak laku. mengembalikan memunglankan barang samang. Bisa barang yang tidak laku
barang kepada induak yang rusak dan tidak memunglangkan terjual.
samang kalau barang laku. barang yang rusak dan
itu tidak laku dijual. tidak laku.
Catatan atau Dibuatlah. Kalau tidak Buat (catatan) supaya Biasanya saya dikasi Saya dikasi faktur Saya dikasi faktur. Induak samang dan
faktur dibuat, ya saya bisa lupa tidak lupa berapa faktur sama induak sama induak samang. anak samang membuat
berapa barang yang dia barang yang dambil samang. Faktur itulah Dari faktur itu saya catatan dan faktur.
ambil, berapa harga sama haranya. yang jadi dasar setiap buat catatan sendiri.
semuanya. Biasanya, saya bulan saat Isinya, berapa barang
buat faktur setiap mereka pembayaran. yang saya ambil,
ambil barang baru. Faktur berapa yang sudah
itu mereka pegang, dan saya saya bayar, dan berapa
juga punya pertinggalnya. sisa yang belum saya
bayar.
Keuntungan Lihat jenis barang yang dia Bisa 20 persen, tapi Keuntungan induak
induak ambil. Kalau bakal baju, bisa juga sampai 50 samang sekitar 20-50
samang saya naikkan harganya 20 persen kalau hari-hari persen dari setiap
persen dari harga beli. besar. barang.
Kalau kemeja, kaos,
pakaian sekolah dan
pakaian muslim, saya
naikkan harganya 30
sampai 50 persen dari harga
beli.
99

Keuntunan Kalau itu tergantung Tergantung mereka. Tergantung, kalau hari Saya ambil Bisa 30 persen. Bisa Keuntungan anak
galeh manah mereka. Bisa mereka Kalau barangnya biasa saya ambil keuntungan 30 sampai juga 40 persen. samang sektar 30-40
naikkan harganya 30 persen banyak dicari, bisa untung 30 persen. 40 persen dari harga Tergantung jenis persen dari setiap
atau 40 persen dari harga ambil untuk 40 persen. Tapi, kalau hari besar barang yang saya barang yang dijual. barang yang dijual.
yang saya kasi. Tapi, minimal bisa bisa sampai 40 atau 50 ambil di induak
ambil untung 30 persen. samang. Kalau harga
persenlah. barangnya Rp. 50.000,
saya bisa jual Rp.
70.000 sampai Rp.
80.000.
Mekanisme Ada yang setiap minggu. Ada yang per minggu, Kalau saya membayar Saya membayar ke Saya punya tiga Pertama, anak samang
pembayaran Jadi, dia setor ke saya ada juga yang per setiap bulan. Saya induak samang setiap induak samang. Ada membayar untuk
berapa barang yang laku bulan. bayar 50 persen dulu minggu. Berapa yang minta saya semua barang yang
dalam seminggu. Minggu kepada induak samang barang yang laku membayar setiap terjual setiap minggu
depan begitu lagi. Kalau setelah satu bulan saya terjual setiap minggu. Berapa kepada induak
barang dagangannya sudah ambil barang. Sisanya minggunya, segitulah barangnya laku, maka samang. Kedua,
mau habis, dia bisa ambil saya bayar bulan yang saya setor. setiap minggu saya membayar setiap
lagi. Ada juga yang setor berikutnya. Ketika bayar sama dia. Ada bulan sebesar 50
per bulan. Kalau yang setor saya masih punya juga yang bisa bayar persen dari barang
per bulan, dia setor ke saya tunggakan 50 persen per bulan. Kalau bayar yang diambilnya. Pada
50 persen dulu pada bulan pembayaran, saya bisa per bulan, saya bisa bulan berikutnya,
ini. Bulan depan, dia lunasi mengambil barang bayar 50 persen dulu, galeh amanah
sisanya. Yang banyar per baru lagi karena saya sisanya saya bayar membayar 50 persen
bulan, dia bisa ambil barang sudah dipercaya oleh bulan depannya. Tapi sisanya. Ketiga, anak
baru lagi kalau barang induak samang. ada juga induak samang melunasi sisa
persediaannya sudah samang yang minta uang muka sebesar
menipis. Tidak semua bisa saya membayar uang 40-50 persen dari
bayar per bulan, karena itu panjar 50 atau 60 barang yang
khusus untuk anak samang persen baru boleh diambilnya, dan dapat
yang saya percaya saja. ambil barang. Sisa mengambil barang
Kalau yang pakai uang pembayaran, saya baru dengan panjar
panjar, dia setor ke saya lunasi bulan depan 50-60 persen.
sisanya kalau barang atau setelah barangnya
dagangannya sudah laku. laku.
Baru dia bisa ambil barang
baru lagi.
Perubahan Tapi, sekarang karena Tapi masa Covid gini, Induak samang tidak
galeh baparuh Covid banyak toko-toko dagang bagi untung lagi menerapkan
masa Covid- grosir punya induak samang sulit dilakukan karena pengambilan barang
19 enggak lagi pakai bagi hasil kita takut rugi. tanpa uang muka
100

karena takut rugi. Digantilah bayar uang


Sekarangkan jualan susah, panjar 60 sampai 70
barang banyak, tapi yang persen. Sisanya bisa
beli sedikit. Covid buat dilunasi setela barang
orang-orang susah. Kalau terjual.
pakai bagi hasil, nanti anak
samang enggak mampu
bayar, karena dia jual
barang juga susah.
Sekarang, kalau anak
samang mau ambil barang,
ya bayar panjar. Panjarnya
60 atau 70 persen dari total
harga pakaian yang dia
ambil. Tapi sebelum Covid,
anak samang bisa ambil
dulu barang, bayarnya
belakangan.

8.2 Pengaruh Galeh Baparuh Menciptakan Entrepreneur Baru


Informan
Tema Kesimpulan
Y. Tanjung Sofyan A. Azis H. Syaf Guzdizamil
Jumlah anak semang Ada 35 anak samang Ada sekitar 18 orang Anak samang yang Sekarang ada sekitar Rata-rata di atas
dari seorang induak saya. yang ambil pakaian ke ambil pakaian di toko 15 anak samang. sepuluh oran anak
samang toko saya. Ada yang saya ada 14 orang. semang yang dimiliki
ambil setiap minggu. oleh induak samang.
Ada yang dua mingu
sekali. Ada juga yang
per bulan. Tergantung
merekalah.
Transformasi dari Dulu, saya mulai Saya pernah jadi anak Sebelum jadi induak (saya) anak samang Induak samang
anak samang ke berdagang ya dari jadi samang, enggak ujuk- samang, saya dulu dululah. Pelan-pelan awalnya berkarir
induak samang anak samang. Saya ujuk jadi induak anak samang. Saya baru jadi induak sebagai anak samang.
dulu dapat bakal baju samang seperti dulu ambil barang samang. Setelah berhasil
dan pakaian untuk sekarang. Dulu, pakaian dari induak usahanya, anak
dijual dari abang ipar awalnya saya ambil samang yang samang itu
saya. Abang ipar saya empat bal pakaian dari kebetulan satu marga bertranformasi
itu induak samang induak samang yang dan satu kampung menjadi nduak
yang punya toko besar punya toko besar di sama saya. Jadi, saya samang.
di Pajak Sentral ini. Pajak Sentral. Pakaian dipercaya sama dia
101

Waktu jadi anak itu awalnya saya jual untuk menjualkan


samang, saya jualan keliling rumah-rumah. barang dagangannya.
bakal baju dan Enggak berapa lama, Setelah jualan saya
pakaian di kaki lima saya buka lapak di laku, saya bisa buka
Pajak Sentral ini. Di kaki lima Pajak kios. Kemudian,
situ, dekat parkiran. Sukaramai. Buka pelan-pelan saya bisa
Tapi saya jualan di lapak dibantu sama punya toko.
situ cuma setahun. induak samang,
Beruntung saya, karena dia yang kenal
karena dalam setahun sama preman di pajak
banyak keuntungan itu. Dulu, ya sama
yang saya kumpulkan. sekarang juga, kalau
Akhirnya, saya bisa mau dapat lapak di
buka kios di dalam pajak, ya harus ada
pajak ini. Untuk izin dari preman.
mendapat kios, saya Orang itu yang kuasai
dibantu sama abang pajak. Kita dikutip Rp.
ipar saya. Dia bantu 5.000 sampai Rp.
carikan kios yang 10.000 tiap hari sama
bagus dan strategis. preman. Uang
Dia juga bantu modal keamanan katanya.
untuk membayar kios. Tapi, pengelola pajak
Setelah saya punya juga kutip uang
kios, saya ambil lebih kebersihan dari kita.
banyak barang Sekitar Rp. 2.000
dagangan dari abang sehari. Setelah banyak
ipar saya. Barang- untung dari jualan,
barang itu saya jual saya enggak jualan di
dengan sistem bagi kaki lima lagi. Saya
hasil sama orang- buka kios di dalam
orang Minang yang pajak. Itupun dibantu
mau mulai jualan. juga sama induak
Jadi, saat itu saya samang. Adalah dia
punya sekitar 10 anak bantu uang untuk buka
samang. Karena usaha kios. Setelah saya
saya berjalan lancar, buka kios, ada sekitar
akhirnya saya bisa 15 orang anak samang
buka toko di sini. yang ambil barang
sama saya. Dari
situlah, saya kumpul-
102

kumpul uang untuk


buka toko grosir
pakaian di Jl. Terusan
ini. Sekarang saya jadi
induak samang.
Pengaruh galeh Sangat membantu. Tapi, rata-rata yang Ya, sangat membantu. Rata-rata orang Galeh baparuh
baparuh untuk Saya contohnya dan enggak punya modal, ya Kalau tidak ada itu, Minang di dekat penjualan bagi hasil
memulai usaha 35 anak samang saya. ambil barang dulu, lalu saya tidak bisa rumah saya, kalau yang menguntungkan,
dijual, setelah itu disetor.
Kalau tidak ada berdagang dan punya mau mulai berdagang, karena banyak orang
Kita tinggal ambil
dagang bagi hasil, keuntungan saja dari kios sekarang. Cukup ya pakai sistem Minangkabau dapat
kami tidak bisa punya setiap barang yang banyak, karena dagang bagi hasil. memulai usaha tanpa
usaha. terjual. dagang bagi hasil Kita enggak perlu mengeluarkan modal
membuat kita tidak keluar modal banyak yang besar.
butuh modal banyak kalau mau berdagang
untuk berdagang. karena dibantu sama
induak samang.

8.3 Modal Sosial dalam Galeh Baparuh


Informan
Tema Kesimpulan
Y. Tanjung Sofyan A. Azis Guzdizamil D. Koto
Hubungan keluarga Kalau masih ada Ada adik saya. Ada Kalau kita memiliki Ada keluarga saya. Ada keluarga. Hubungan keluarga
ikatan keluarga, sulit keponakan saya. ikatan keluarga Kalau keluarga lebih adalah salah satu
untuk menolaknya Keluarga saya yang dengan induak percaya kita jaringan sosial yang
menjadi anak samang. tinggal di Medan, samang, atau kita memberikan barang potensial atau sangat
Di satu sisi ada rasa asalnya ya dari sudah dikenal dekat dagangan untuk memungkinkan
empati dan pingin Padang. Tapi sudah dan dipercaya dijualnya. Lagian, terjadinya proses
lihat keluarga kita lama tinggal di walaupun tidak kasihan kalau keluarga galeh baparuh.
sukses semuanya. Medan. memiliki hubungan tidak dibantu.
Tapi, kalau beberapa keluarga, induak
kali dia ketahuan tidak samang tidak akan
jujur, tidak terpat meminta uang muka
waktu menyetor, ya saat kita mengambil
tidak saya kasi lagi barang darinya. Tapi,
ambil barang kalau kita belum
dagangan baru. dikenal dan belum
dipercaya, kita
diminta untuk
membayar uang muka
50 sampai 60 persen.
Sisanya, bisa kita
103

bayar setelah barang


kita laku terjual.
Satu marga dan Kalau teman satu Ada teman Bisa (satu kampung Kalau teman Bisa, tapi biasanya Kesamaan marga dan
satu kampung kampung atau sekampung, ada juga atau satu marga) asal sekampung, atau induak samang minta kampung asal juga
semarga, saya lihat teman semarga. Tapi induak samang semarga, saya harus panjar dulu. Kalau memungkinkan
dulu, dia bisa kalau sudah saya mempercayainya. tau dulu sudah dipercaya, baru terjalinnya hubungan
dipercaya atau tidak. kenal dekat dan saya keperibadiannya. tidak pakai panjar. ekonomi dalam galeh
Kalau dia jujur, percaya sama mereka. Apakah dia bisa baparuh.
terbuka dan toleran, ya dipercaya dan jujur.
saya kasi. Kalau sudah kenal
dekat, dan dia
orangnya bisa
dipercaya, barulah
saya kasi dia menjadi
anak samang
Kepercayaan Kemudian dilihat, Karena dia jujur dan Karena saya jujur dan Dia jujur, amanah, dan Karena saya jujur dan Kepercayaan tumbuh
apakah dia jujur, bisa perilakunya baik. tepat waktu ketika bisa dipercaya. barang yang saya jual karena perilaku
dipercaya, terbuka Kalau keluarga pun membayar. tidak rusak. kejujuran, terbuka dan
orangnya, dan toleran tidak jujur dan tidak toleransi.
apa tidak dengan suku berperilaku baik, ya
yang berbeda. enggak bisa.
Norma sosial Tapi, kalau beberapa Kalau orang yang saya Karena saya jujur dan Lihat kepribadiannya. Dia jujur. Tidak Timbal balik yang
kali dia ketahuan tidak percaya, tidak pernah tepat waktu ketika Lihat kejujurannya. menaikkan harga saling menguntungkan
jujur, tidak terpat telat menyetor ke membayar. sesuka hatinya.
waktu menyetor, ya saya, jujur dan tidak
tidak saya kasi lagi pernah menipu saya,
ambil barang dia bisa ambil barang
dagangan baru. baru lagi kalau barang
yang dia ambil
sebelumnya sudah
banyak terjual. Bisa
dilhat dari setiap
dimenyetor hasil
penjualan ke kita.
Tepat waktu tidak dia
menyetor ke kita.
Setorannya sesuai atau
tidak, lancar atau tidak
dan tidak dikurang-
kurangi.
1

PENGEMBANGAN MODEL KONSINYASI BERBASIS MODAL SOSIAL

Rizky Wahyudi1), Kartini Kartika1), Serly Putri2), Ardiansyah2),


Dita Aulia Putri2), Muhammad Rivai2)*

1
Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan
2
Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan

*Penulis Korespondensi: muhammadrivai@unimed.ac.id

ABSTRAK
Masyarakat Minangkabau di Medan menerapkan sistem galeh baparuh dalam aktivitas
perdagangan. Galeh baparuh merupakan sistem konsinyasi yang memanfaatkan modal
sosial. Sistem konsinyasi berbasis modal sosial tersebut mampu mendorong munculnya
entrepreneur baru pada masyarakat Minangkabau. Sistem konsinyasi seperti galeh
baparuh jika diterapkan ke berbagai kelompok etnik tentu dapat berperan untuk
mengurangi tingkat pengangguran di Medan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengeksplorasi proses galeh baparuh, pengaruh galeh baparuh terhadap munculnya
entrepreneur baru pada masyarakat Minangkabau, dan modal sosial yang digunakan
dalam galeh baparuh; dan (2). mengembangkan sistem galeh baparuh menjadi model
konsinyasi berbasis modal sosial yang dapat diterapkan kepada kelompok etnik lain agar
tercipta entrepreneur baru di Medan. Kajian ini menggunakan metode Research and
Development yang terdiri dari tiga langkah: (1) prapengembangan model, (2)
pengembangan model, dan (3) validasi model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
galeh baparuh merupakan hubungan ekonomi yang dibangun pedagang Minangkabau
berdasarkan jaringan sosial, kepercayaan dan norma. Melalui tiga unsur modal sosial itu,
galeh baparuh mampu mendorong terciptanya entrepreneur baru pada masyarakat
Minangkabau. Kajian ini menempatkan jaringan sosial, kepercayaan dan norma sebagai
dasar pengembangan model konsinyasi.

Kata kunci: galeh baparuh, Minangkabau, model, konsinyasi.

ABSTRACT
The Minangkabau community in Medan applies the galeh baparuh system in trading
activities. Galeh baparuh is a consignment system that utilizes social capital. The
consignment system based on social capital is able to encourage the emergence of new
entrepreneurs in the Minangkabau community. A consignment system such as galeh
baparuh if applied to various ethnic groups can certainly play a role in reducing the
unemployment rate in Medan. This study aims to: (1) explore the process of galeh
baparuh, the influence of galeh baparuh on the emergence of new entrepreneurs in
Minangkabau society, and the social capital used in galeh baparuh; and (2). developing
the galeh baparuh system into a consignment model based on social capital that can be
applied to other ethnic groups in order to create new entrepreneurs in Medan. This study
uses the Research and Development method which consists of three steps: (1) model pre-
development, (2) model development, and (3) model validation. The results show that
galeh baparuh is an economic relationship built by Minangkabau traders based on social
networks, beliefs and norms. Through these three elements of social capital, galeh
baparuh is able to encourage the creation of new entrepreneurs in the Minangkabau
community. This study places social networks, beliefs and norms as the basis for
developing a consignment model.

Keywords: galeh baparuh, Minangkabau, model, consignment.


2

Pendahuluan
Kota Medan dihuni oleh berbagai kelompok etnik. Penduduk kota ini
berjumlah 2.435.252 orang pada 2020 (Badan Pusat Statistik, 2021), yang terdiri
dari orang Melayu dan Karo sebagai populasi tuan rumah, kemudian orang
Tionghoa, India, Mandailing, Toba, Simalungun, Aceh, Jawa dan Minangkabau
sebagai etnik pendatang. Orang Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat
bermigrasi ke Medan pada akhir abad ke-19, ketika para pengusaha Eropa
membuka lahan untuk perkebunan-perkebunan tembakau (Pelly, 2013). Pada
1930, orang Minangkabau di Medan berjumlah 5.590 orang (Milone, 1964).
Jumlah itu terus meningkat setelah kemerdekaan Indonesia. Antara tahun 1980
dan 2000, jumlah orang Minangkabau di Medan meningkat dari 141.507 orang
menjadi 165.680 orang (Badan Pusat Statistik, 2001; Pelly, 2013).
Orang Minangkabau di Medan jarang sekali bekerja sebagai buruh kasar.
Mereka yang berpendidikan tinggi memasuki bidang pekerjaan profesional,
seperti guru, dokter, pengacara dan pegawai negeri. Namun, kebanyakan orang
Minangkabau lebih memilih untuk mencari dan mengisi lapangan kerja yang
sedapat mungkin membuat mereka “merdeka” atau menjadi “tuan” atas diri
sendiri. Sektor perdagangan adalah bidang pekerjaan yang paling diminati oleh
orang Minangkabau (Pelly, 2013). Para pedagang Minangkabau mendominasi
beberapa pasar di kota Medan, di antaranya adalah Pasar Ikan Lama, Pasar Sentral
dan Pasar Sukaramai (Syafitri dan Sudarwati, 2015). Kebanyakan dari mereka
berjualan tekstil, pakaian, sepatu dan makanan (Pelly, 2013).
Pelly (2013) mengemukakan bahwa banyak pedagang Minangkabau di
Medan menerapkan sistem galeh baparuh (dagang berparuh), yaitu penitipan
barang dagangan dari induak samang (tauke) kepada pedagang baru untuk
dijualkan dengan pembayaran kemudian. Sistem penjualan ini mendorong
terciptanya wirausahawan baru pada masyarakat Minangkabau (Kahn, 2007).
Seorang Minangkabau yang hendak berdagang, tetapi tidak memiliki modal, bisa
mulai sebagai galeh amanah (pedagang titipan) dengan cara meminjam barang
dagangan dari seorang pedagang Minangkabau yang mapan atau induak samang.
Galeh amanah mengambil komisi dari setiap barang yang terjual. Apabila induak
samang merasa puas atas kecakapan dan kejujuran galeh amanah, maka galeh
amanah dapat mengambil barang lebih banyak lagi. Dengan cara ini, galeh
amanah menumpuk inventaris dagangannya dan bisa menjadi induak samang
baru bagi orang Minangkabau yang hendak mulai berdagang (Pelly, 2013).
Orang Minangkabau memanfaatkan modal sosial dalam menjalankan
sistem galeh baparuh. Modal sosial adalah bagian dari organisasi sosial, seperti
kepercayaan, jaringan dan norma yang memudahkan koordinasi dan kerjasama
antaranggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama (Putnam, 2000).
Kepercayaan, jaringan dan norma adalah unsur-unsur pokok dalam modal sosial
(Santoso, 2020). Ketiga unsur itu merupakan modal sosial yang digunakan orang
Minangkabau untuk menjalin kerjasama ekonomi dalam bentuk galeh baparuh.
3

Sistem galeh baparuh disebut konsinyasi (titip-jual) dalam ilmu ekonomi


(Widayat dan Wibowo, 1993). Induk semang dalam konsinyasi disebut consignor,
sedangkan galeh amanah disebut consignee (Fikri, 2019). Pihak consignor dan
consignee, masing-masing mendapatkan keuntungan. Keuntungan consignor
adalah: (1) memperluas area pemasaran; dan (2) mengurangi biaya penyimpanan
barang. Keuntungan consignee adalah: (1) modal usaha tidak besar; (2) tidak
dibebani resiko kerugian apabila barang rusak, gagal terjual, dan terjadi fluktuasli
harga; (3) mendapat komisi dari hasil penjualan (Jalaluddin dan Ulfiyani, 2020).
Galeh baparuh sebagai sistem konsinyasi orang Minangkabau sangat
memungkinkan untuk menurunkan tingkat pengangguran di Medan, karena sistem
tersebut dapat menciptakan entrepreneur baru. Pada 2020, tingkat pengangguran
di Medan mencapai 10,74% dari total angkatan kerja (Badan Pusat Statistik,
2021). Tingkat pengangguran itu didominasi lulusan oleh perguruan tinggi. Oleh
karenanya, sistem konsinyasi berbasis modal sosial seperti galeh baparuh sangat
dibutuhkan oleh generasi muda, bukan hanya bagi etnik Minangkabau, tetapi juga
kelompok etnik lain untuk membuka usaha. Dengan sistem tersebut, modal
finansial tidak lagi menjadi kendala bagi generasi muda untuk memulai usaha.
Berdasarkan pemikiran tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: (1) bagaimana proses galeh baparuh yang diterapkan para pedagang
Minangkabau di kota Medan? (2) Bagaimana pengaruh sistem galeh baparuh
terhadap munculnya entrepreneur baru pada masyarakat Minangkabau? (3) Modal
sosial apakah yang digunakan dalam sistem galeh baparuh? (4) Bagaimana
mengembangkan sistem galeh baparuh menjadi model konsinyasi berbasis modal
sosial yang dapat diterapkan pada kelompok etnik lain di Medan?
Kajian komprehensif tentang sistem galeh baparuh belum dilakukan.
Galeh baparuh sebagai sistem konsinyasi orang Minangkabau hanya sedikit
diulas dalam kajian Pelly (2013) dan Kahn (2007). Kedua sarjana itu tidak
mengungkap mekanisme dan signifikansi sistem galeh baparuh bagi munculnya
entrepreneur baru pada orang Minangkabau. Kajian-kajian tentang aktivitas
ekonomi orang Minangkabau cenderung berfokus pada pengaruh budaya dalam
keputusan berwirausaha (Eliza, Hariani dan Pratama, 2019), pemanfaatan modal
sosial dalam perdagangan (Syafitri dan Sudarwati, 2015), karakteristik pengusaha
Minangkabau (Hastuti et al., 2015), dan jaringan kekeluargaan dalam bisnis
(Manik, Indarti, dan Lukito-Budi, 2021). Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengungkap proses sistem galeh baparuh, pengaruhnya terhadap munculnya
entrepreneur baru pada orang Minangkabau, dan modal sosial yang digunakan
dalam sistem tersebut; (2) mengembangkan sistem galeh baparuh menjadi model
konsinyasi berbasis modal sosial yang dapat diterapkan kepada kelompok etnik
lain agar tercipta entrepreneur baru di Medan.
4

Metode
Fokus penelitian ini adalah mengembangkan model konsinyasi berbasis
modal sosial berdasarkan sistem galeh baparuh orang Minangkabau. Berdasarkan
fokus penelitian tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode
Research and Development (R&D) yang dimodifikasi dari Sugiono (2019).
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan: (1) tahap prapengembangan, berupa
pengumpulan data dan analisis data untuk mengungkap proses galeh baparuh,
modal sosial yang digunakan, dan penaruhnya terhadap munculnya entrepreneur
baru pada masyarakat Minangkabau; (2) tahap pengembangan sistem galeh
baparuh menjadi model konsinyiasi berbasis modal sosial yang dapat
diaplikasikan kepada beragam kelompok etnik; (3) validasi model, uji validasi
dilakukan oleh para pakar yang dihimpun melalui Focus Group Discussion dan
bimbingan langsung.
Subjek penelitian adalah 13 orang pedagang Minangkabau, yang terdiri
dari 4 induak samang dan 9 galeh amanah. Informan merupakan para pedagang
tekstil, pakaian dan jilbab di Pasar Sukaramai, Pasar Ikan Lama dan Pasar Sentral.
Penentuan pedagang tekstil, pakaian dan jilbab sebagai informan dikarenakan
hanya jenis perdagangan itu yang masih menerapkan sistem galeh baparuh.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, observasi
dan wawancara. Studi pustaka bertujuan untuk memperoleh jurnal dan buku yang
terkait dengan tema penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi
toko, kios, dan aktivitas para pedagang Minangkabau. Wawancara difokuskan
pada proses galeh baparuh, modal sosial yang digunakan dalam galeh baparuh,
dan pengaruh galeh barapruh terhadap munculnya entrepreneur baru pada orang
Minangkabau.
Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif yang diadaptasi
dari Miles dan Huberman (1992). Proses analisis data terdiri dari tiga tahapan.
Pertama, reduksi data. Aktivitas reduksi data meliputi meringkas data,
pengkodean, menelusur tema, membuat keterhubungan antardata, dan membuat
partisi. Kedua, penyajian data. Aktivitas penyajian data dilakukan dengan
menyusun informasi secara sistematis. Ketiga, penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Verifikasi data memakai teknik trigulasi, yaitu membandingkan
informasi sejenis dari sumber berbeda untuk mendapatkan keabsahan data.

Hasil dan Pembahasan


1. Proses Galeh Baparuh
Galeh baparuh sebagai sistem konsinyasi sudah lama diterapkan oleh
orang Minangkabau dalam perdagangan tekstil dan pakaian di kota Medan (Pelly,
2013). Sistem itu juga digunakan dalam perdagangan pakaian dan peralatan besi
di Sumatera Barat (Kahn, 2007). Namun, sebagian pedagang Minangkabau di
Medan mengenal sistem galeh baparuh dengan istilah “perdangan bagi hasil”.
5

Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem galeh baparuh adalah induak


samang dan galeh amanah (Pelly, 2013). Induak samang adalah seorang
pedagang Minangkabau yang memiliki toko besar di pasar. Dari wawancara
tanggal 27 Juni 2022, Sofyan menjelaskan bahwa toko milik induak samang
bertindak sebagai grosir yang menjual tekstil, pakaian dan jilbab lebih murah
daripada pedagang kecil. Induak samang mendapat barang dagangan dari
pedagang besar di Padang dan Jakarta. Sementara itu, galeh amanah adalah
pedagang kecil atau seseorang yang baru mulai berdagang. Galeh amanah juga
disebut anak samang oleh orang Minangkabau. Galeh amanah terdiri dari: (1)
pemilik kios kecil di pasar, (2) pemilik lapak di kaki lima pasar, dan (3) pedagang
keliling. Mereka memperoleh barang dagangan dari induk samang.
Sistem galeh baparuh dapat berjalan karena adanya hubungan keluarga,
ikatan kekerabatan, kesamaan etnik dan daerah asal di antara induak samang dan
galeh amanah. Dari wawancara tanggal 30 Juni 2022, Guzdizamil menjelaskan
bahwa faktor hubungan keluarga lebih mempermudah proses penitipan barang
dagangan dari induak samang kepada galeh amanah, dibandingkan dengan faktor
kesamaan klan, etnik dan daerah asal. Galeh amanah yang tidak memiliki
hubungan keluarga dengan induak semang harus lebih dahulu menjalin hubungan
baik dengan induak samang. Jika induak samang sudah mengenal galeh amanah
dan percaya kepadanya, barulah galeh amanah dapat mengambil barang dari
induak samang. Proses galeh baparuh dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 1. Proses Galeh Baparuh


Tahap pertama proses galeh baparuh adalah penitipan barang dagangan
dari induak samang kepada galeh amanah. Ketika mengambil barang, galeh
amanah dan induak samang membuat perjanjian, tertulis atau tidak tertulis,
tentang waktu pembayaran dan pengembalian barang kalau tidak terjual. Menurut
penuturan informan A Azis, induak samang tidak meminta uang muka kepada
galeh amanah yang memiliki hubungan keluarga, sudah dikenal dan dipercaya.
Namun, induak samang akan meminta panjar sebesar 50-60 persen kalau belum
mempercayai galeh amanah. Induak samang membuat faktur yang berisi jenis,
jumlah dan harga barang yang diambil oleh galeh amanah. Faktur itu diserahkan
kepada galeh amanah (A Azis, 2022, wawancara, 14 Juli).
Tahap kedua, galeh amanah menjual barang dagangan kepada konsumen.
Dari wawancara tanggal 4 Juli 2022, I Koto menjelaskan bahwa galeh amanah
dapat mengambil keuntungan sebesar 30-40 persen dari setiap barang yang dijual
6

ke konsumen. Jika harga pakaian dari induak semang adalah Rp. 50.000, maka
galeh amanah menjualnya seharga Rp. 70.000 atau Rp. 80.000 kepada konsumen.
Tahap ketiga, galeh amanah membayar tagihan kepada induak samang.
Waktu pembayaran tagihan sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara galeh
amanah dan induak samang, bisa setiap minggu atau per bulan. Menurut
penuturan informan D Koto, mekanisme pembayaran terdiri dari tiga jenis: (1)
galeh amanah membayar untuk semua barang yang terjual setiap minggu kepada
induak samang. Galeh amanah dapat mengambil barang baru kalau barang lama
sudah banyak yang terjual; (2) Galeh amanah membayar setiap bulan sebesar 50
persen dari barang yang diambilnya. Pada bulan berikutnya, galeh amanah
membayar 50 persen sisanya dan dapat mengambil barang lebih banyak lagi; (3)
Galeh amanah melunasi sisa uang muka sebesar 40-50 persen dari barang yang
diambilnya, dan dapat mengambil barang baru dengan panjar 50-60 persen. Jika
induak samang merasa puas atas kejujuran galeh amanah, maka galeh amanah
dapat mengambil barang baru tanpa panjar (D Koto, 2022, wawancara, 4 Juli).
Sistem galeh baparuh sangat membantu galeh amanah untuk memulai
usaha dan menumpuk inventaris dagangannya. Apabila induak samang merasa
puas atas kecakapan dan kejujuran galeh amanah, maka induak samang akan
membantu galeh amanah untuk membuka kios di pasar. Bahkan induak samang
dapat memperkenalkan galeh amanah kepada para pedagang besar dari luar
Medan untuk mendapatkan barang dan kredit dari mereka. Dengan cara ini, galeh
amanah dapat membuka toko di pasar dan menjadi induak samang baru bagi
orang Minangkabau yang hendak mulai berdagang (Pelly, 2013).
Berdasarkan wawancara tanggal 27 Juni 2022, Pak Sofyan menjelaskan
bahwa sistem galeh baparuh telah mengalami perubahan selama pandemi Covid-
19. Induk semang tidak lagi menerapkan pengambilan barang tanpa uang muka.
Mereka meminta galeh amanah untuk membayar panjar sebesar 60-70 persen atau
membayar lunas untuk barang yang diambil. Perubahan ini terjadi karena induak
samang takut mengalami kerugian kalau galeh amanah tidak bisa membayar
akibat menurunnya aktivitas perdagangan selama pandemi Covid-19.

2. Galeh Baparuh Menciptakan Entrepreneur Baru


Sistem galeh baparuh membuka peluang terciptanya entrepreneur baru di
kalangan orang Minangkabau karena tidak dibutuhkan modal finansial yang besar
untuk memulai usaha. Entrepreneur diartikan sebagai individu yang memiliki
kemampuan melihat dan menilai kesempatan usaha, memolisasi sumber daya
yang dibutuhkan untuk meraup keuntungan, dan mengambil tindakan yang tepat
agar dapat memastikan kesuksesan (Meredith, Nelsin, dan Neck, 1984).
Berdasarkan wawancara tanggal 4 Juli 2022, Y Tanjung menjelaskan
bahwa seorang induak samang bisa memiliki puluhan galeh amanah. Informan Y
Tanjung adalah seorang induak samang yang memiliki 35 galeh amanah. Ia
memulai usahanya sebagai galeh amanah yang menjajakan tekstil dan pakaian di
7

kaki lima Pusat Pasar. Barang dagangan itu diperolehnya dari seorang induak
samang yang masih ada hubungan keluarga dengannya. Hanya dalam setahun, Y
Tanjung dapat membuka kios di pasar dengan bantuan induak samang-nya.
Setelah memiliki kios, dia menjadi induak samang untuk beberapa orang
Minangkabau yang baru mulai berdagang. Karena usahanya lancar, dia
diperkenalkan oleh induak samang-nya dengan pengusaha tekstil dan pakaian dari
Padang dan Jakarta. Akhirnya, ia bisa mengambil langsung tekstil dari Padang
dan Jakarta. Setelah itu, ia membuka toko besar di Pusat Pasar dan membantu
banyak orang Minangkabau untuk membuka usaha.
Pengaruh sistem galeh baparuh dalam membuka peluang usaha juga
dijelaskan oleh informan H Syaf, seorang galeh amanah. Ia dapat mulai berjualan
pakaian karena dibantu oleh seorang induak samang yang berasal dari klan dan
kampung asal yang sama. Galeh baparuh bagi H Syaf merupakan “penjualan bagi
hasil” yang menguntungkan, karena banyak orang Minangkabau dapat memulai
usaha tanpa mengeluarkan modal yang besar (H Syaf, 2022, wawancara, 8 Juli).

3. Modal Sosial dalam Galeh Baparuh


Konsep modal sosial dalam kajian ini dirujuk dari (Putnam, 2000), yaitu
hubungan antaranggota masyarakat yang dibangun melalui jaringan, norma-norma
dan kepercayaan sehingga memungkinkan untuk bertindak secara kolektif guna
mencapai tujuan bersama. Inti modal sosial yang dikemukakan Putnam adalah
kepercayaan, jaringan dan norma. Kepercayaan adalah harapan yang muncul
dalam suatu masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya perilaku jujur, teratur
dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dianut bersama (Fukuyama, 1995).
Jaringan adalah hubungan antarindividu atau kelompok yang dibangun atas dasar
kepercayaan dan norma sosial. Jaringan sosial dapat terbentuk berdasarkan
hubungan geneologis, tempat tinggal, etnis, agama, dan lain-lain. Norma adalah
sekumpulan aturan yang diharapkan dapat dipatuhi dan diikuti oleh anggota
kelompok (Santoso, 2020).
Kepercayaan adalah modal sosial berharga yang menentukan berjalannya
sistem galeh baparuh. Hubungan antara induak samang dan galeh amanah dapat
dimulai dan terus berlangsung apabila dilandasi dengan adanya kepercayaan.
Berdasarkan wawancara tanggal 4 Juli 2022, Y Tanjung menjelaskan bahwa
munculnya kepercayaan induak samang terhadap galeh amanah didasarkan atas
sifat jujur, terbuka dan toleran. Tiga aspek itulah yang memudahkan galeh
amanah untuk mendapat barang dagangan dari induak samang. Hubungan
kekeluargaan memang dapat memunculkan rasa percaya induak samang kepada
galeh amanah, namun kerjasama di antara keduanya tidak akan berlangsung lama
kalau galeh amanah tidak memiliki perilaku jujur, terbuka dan toleran. Seorang
Induak samang mudah menaruh kepercayaan kepada galeh amanah yang tidak
memiliki hubungan kekeluargaan apabila galeh amanah menunjukkan kesan baik
8

dalam bersikap dan bertindak. Perilaku dan sikap menjadi modal penting
mencapai kesepakatan kerjasama dalam sistem galeh baparuh.
Jaringan sosial yang dibangun dalam sistem galeh baparuh didasarkan
pada hubungan keluarga, ikatan kekerabatan, kesamaan etnik dan daerah asal.
Hubungan kerjasama antaranggota dalam jaringan tersebut dapat terjalin dengan
adanya kepercayaan dan norma. Norma menjadi rambu agar rasa saling percaya
dalam suatu jaringan dapat terus terjalin. Norma yang dipegang oleh induak
samang dan galeh amanah bersifat resiprositas, berupa hak dan kewajiban untuk
saling membantu dan menjamin keuntungan yang akan diperoleh.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur modal sosial
yang paling berpengaruh dalam sistem galeh baparuh adalah kepercayaan.
Kepercayaan dapat dibangun atas dasar hubungan keluarga, ikatan kekerabatan,
kesamaan etnik dan daerah asal, yang berlandaskan kejujuran, keterbukaan,
toleransi dan norma resiprositas.

4. Model Konsinyasi Berbasis Modal Sosial


Berdasarkan uraian proses galeh baparuh, pengaruh galeh baparuh
terhadap munculnya entrepreneur baru pada orang Minangkabau, dan modal
sosial yang digunakan dalam galeh baparuh, maka peneliti merancang model
konsinyasi berbasis modal sosial yang dapat diaplikasikan kepada kelompok-
kelompok etnik lain. Model konsinyasi berbasis modal sosial dapat dilihat pada
gambar 3 di bawah.

Gambar 2. Model Konsinyasi Berbasis Modal Sosial


Model konsinyasi berbasis modal sosial yang dikembangkan melibatkan
dua bentuk jaringan sosial, (1) bonding network, dan (2) bridging network. Pada
jaringan pertama, sistem konsinyasi dijalankan oleh consignor dan consignee
yang memiliki hubungan keluarga, ikatan kekerabatan, kesamaan etnik dan daerah
asal. Dengan bonding network, seorang pengusaha atau pedagang besar dapat
membantu keluarganya, kelompok kekerabatannya atau sesama etniknya untuk
memulai usaha dengan sistem konsinyasi. Pada jaringan yang kedua, sistem
9

konsinyasi dijalankan oleh consignor dan consignee dari etnik yang berbeda.
Bridging network sebenarnya tercermin dari lembaga-lembaga pengusaha dan
pedagang yang beranggotan lintas etnik, seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia
Cabang Medan, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Cabang Medan, dan
Ikatan Pedagang Pasar Medan. Para pengusaha dan pedagang besar yang terlibat
dalam ketiga lembaga itu dapat menjadi consignor yang memfasilitasi para
generasi muda dari lintas etnik untuk membuka usaha.
Sistem konsinyasi dalam bonding network dan bridging network
didasarkan atas kepercayaan dan norma. Kepercayaan antara consignor dan
consignee dibangun melalui kejujuran, keterbukaan dan tolorensi. Norma sebagai
aturan dalam berperilaku dan bertindak dapat memperkuat rasa saling percaya
sehingga tercipta kerjasama konsinyasi yang saling menguntungkan.

Kesimpulan
Tahapan proses galeh baparuh terdiri dari: pertama, penitipan barang
dagangan dari: (1) induak samang kepada galeh amanah. Pada tahap ini, galeh
amanah dan induak samang membuat perjanjian tentang waktu pembayaran dan
pengembalian barang kalau tidak terjual. Galeh amanah yang memiliki hubungan
keluarga, sudah dikenal dan dipercaya oleh induak samang dapat mengambil
barang dagangan tanpa uang muka; (2) galeh amanah menjual barang dagangan
kepada konsumen. Galeh amanah mengambil komisi dari setiap barang yang
dijual ke konsumen; (3) galeh amanah membayar tagihan kepada induak samang,
kemudian mengambil barang baru dari induak samang.
Sistem galeh baparuh memiliki pengaruh besar terhadap munculnya
entrepreneur baru pada masyarakat Minangkabau. Mereka tidak membutuhkan
modal finansial yang besar untuk mulai berdagang. Bahkan galeh baparuh dapat
menaikkan posisi tingkat usaha. Seorang galeh amanah yang mulai berdagang di
kaki lima pasar atau berkeliling kampung-kampung, tidak mutuh waktu bertahun-
tahun untuk memiliki kios di pasar. Induak samang membantu galeh amanah-nya
yang dinilai cakap dan dipercaya untuk membuka kios di pasar. Kalau galeh
amanah dapat terus menjalin hubungan baik dengan induak semang-nya, ia akan
dibantu untuk menjadi pedagang besar yang memiliki toko di pasar. Galeh
amanah yang berhasil meningkatkan usahanya, ia akan menjadi induak samang
bagi galeh amanah yang baru mulai berdagang.
Galeh baparuh dapat berjalan karena kepercayaan. Kejujuran, keterbukaan
dan toloransi merupakan elemen-elemen utama terciptanya rasa saling percaya
antara induak samang dengan galeh amanah. Kepercayaan merupakan unsur
modal sosial yang paling berpengaruh dalam sistem galeh baparuh. Namun,
kepercayaan itu dapat dibangun karena adanya jaringan sosial berupa hubungan
keluarga, kesamaan klan, etnik atau daerah asal, dan norma-norma yang dipegang
bersama.
10

Kerjasama yang dibangun orang Minangkabau dalam sistem galeh


baparuh masih berbentuk hubungan yang mengikat (bonding social capital).
Karena itu, lingkup jaringan sosial yang diusulkan dalam model konsinyasi
berbasis modal sosial tidak hanya terbatas pada bonding network, tetapi
melibatkan bridging network agar dapat menjangkau semua etnik. Asosiasi-
asosiasi yang menghimpun pengusaha dan pedagang besar merupakan
perkumpulan lintas etnik yang dapat dimanfaatkan untuk membangun bridging
network. Kerjasama konsinyasi yang saling menguntungkan dalam bridging
network harus dilandasi dengan kepercayaan dan diikat dengan norma-norma.

Ucapan Trimakasih
Terimakasih kepada Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
(Belmawa) yang telah memberikan hibah PKM-RSH sehingga kajian ini dapat
dilakukan. Terimakasih kepada Universitas Negeri Medan yang telah memberikan
tambahan funding sehingga kajian ini dapat berjalan baik.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2001. Kota Medan dalam Angka 2000. Badan Pusat
Statistik Kota Medan. Medan. Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2021. Kota Medan dalam Angka 2020. Badan Pusat
Statistik Kota Medan. Medan. Indonesia.
Eliza, Hariani, D. and Pratama, D. 2019. Cultural Effects of Economic Activity
Minangkabau Society. Proceedings of the 1st Workshop on Environmental
Science, Society, and Technology. December 8th, 2018, Medan, Indonesia.
EAI. doi: 10.4108/eai.8-12-2018.2283853.
Fikri, M.K. 2019. Perspektif Etika Bisnis Islam Pada Sistem Konsinyasi dalam
Strategi Reseller. BISNIS: Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam. 7(2): 161–
172. doi: 10.21043/bisnis.v7i2.5731.
Fukuyama, F. 1995. Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity. The
Free Press. NewYork. USA.
Hastuti, P.C. Thoyib, A., Troena, E.A. and Setiawan, M. 2015. The Minang
Entrepreneur Characteristic. Procedia-Social and Behavioral Sciences. 211:
819–826. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.11.108.
Jalaluddin dan Ulfiyani, N. 2020. Penjualan Konsinyasi Pada Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah di Kota Lhokseumawe Menurut Perspektif Ekonomi Islam.
Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam. 6(2): 190–211. doi: 10.24815/jped.
v6i2.17293.
Kahn, J.S. 2007. Minangkabau Social Formations: Indonesian Peasants and the
World Economy. Cambridge University Press. Cambridge. USA.
Manik, H.F.G.G., Indarti, N. and Lukito-Budi, A.S. 2021. Examining Network
Characteristic Dynamics of Kinship-Based Families on Performance within
Indonesian SMEs. Journal of Enterprising Communities: People and Places
11

in the Global Economy. 15(1): 1–26. doi: 10.1108/JEC-03-2020-0021.


Meredith, G.G., Nelsin, R.E. dan Neck, P. 1984. Kewirausahaan: Teori dan
Praktek. Pustaka Binaan Pressindo. Jakarta. Indonesia.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. UI–Press. Jakarta. Indonesia.
Milone, P.D. 1964. Contemporary Urbanization in Indonesia. Asian Survey, 4(8):
1000–1012. doi: 10.2307/2642637.
Oktaviana, R. dan Dewi, H.P. 2019. Analisis Pengaruh Pendapatan Penjualan
Konsinyasi dan Biaya Penjualan untuk Akuntabilitas Laporan Keuangan PT
Bumi Aksara Group. Jurnal Akutansi dan Bisnis Krisnadyadwipayana. 6(3):
8–12. doi: 10.35137/jabk.v6i3.321.
Pelly, U. 2013. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau
dan Mandailing di Perkotaan. Unimed Press. Medan. Indonesia.
Putnam, R.D. 2000. Bowling Alone: The Collapse and Revival of American
Community. Simon and Schuster Paperbacks. NewYork. USA.
Santoso, T. 2020. Memahami Modal Sosial. Pustaka Saga. Surabaya. Indonesia.
Sugiono. 2019. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and
Development) untuk Bidang Pendidikan, Manajemen, Sosial, Teknik.
Alfabeta. Bandung. Indonesia.
Syafitri, A. dan Sudarwati, L. 2015. Pemanfaatan Modal Sosial dalam Sektor
Perdagangan (Studi pada Etnis Tionghoa, Batak dan Minangkabau di Kota
Medan). Perspektif Sosiologi. 3(1): 1–17.
Widayat, U. dan Wibowo, S. 1993. Akuntansi: Angsuran, Konsinyasi dan
Cabang. Lembaga Penerbitan FE-UI. Jakarta. Indonesia.

You might also like