You are on page 1of 74

SKRIPSI

SYSTEMATIC REVIEW PERSEPSI PENGGUNAAN KOMBINASI


OBAT SINTETIS DAN OBAT TRADISIONAL PADA PASIEN
DIABETES MELITUS
TAHUN 2020

OLEH :

OLEH

NAMA: CHRISTY SAPULETTE


NPM: 12113201160010

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan Yesus Kristus,
karena atas rahmat dan tuntunannya sehingga penyusunan proposal dengan judul

“ SYSTEMATIC REVIEW PERSEPSI PENGGUNAAN KOMBINASI OBAT


SINTETIK DAN OBAT TRADISIONAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS”
penulis membuat proposal ini untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat pada Universitas Kristen Indonesia
Maluku.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini tidak mungkin akan terwujud
apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini ijinkan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Jafet Damarin, M.Th, selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia
Maluku berserta dengan pembantu Rektor I,II, III dan IV
2. Bapak B. Talarima , SKM,.M.K es., selaku Dekan fakultas kesehatan berserta
dengan pembantu Dekan I,II dan III
3. G.V.Souisa, S.si.,M.Kes selaku ketua program studi kesehatan masyarakat
berserta staf dan dosen pada program studi yang telah membantu dalam
memberikan arahan dan bimbingan penulis dalam penyelesaian proposal.
4. Bapak B. Talarima selaku pembimbing I yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam penulisan proposal
5. Ibu W.F.Mamuly.,SKM.,M.KES., selaku pembimbing II yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam penulisan proposal.
6. Seluruh staf dosen program studi kesehatan masyarakat UKIM yang telah
memberikan penulis dengan sejumlah ilmu pengetahuan selama berada dalam
proses perkuliahan dan seluruh karyawan dan karyawati fakultas kesehatan
dan universitas yang telah membantu melayani penulis dalam menyelesaikan
administrasi
7. Bapa dan mama tercinta yang telah memberikan dukungan, baik secara moril
maupun materi selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Kepada kedua adik, Moni dan Dani yang selalu memberikan semangat kepada
penulis selama ini
9. Kepada sahabat–sahabat yang selama ini menopang penulis dalam
perkuliahan sampai penulisan ini, esmeralda, margaretha, inda, sofilia, chaya,
isyel, dan teman –teman minat PK-IP.
10. Kepada teman-teman angkatan 2016 UKIM, fakultas kesehatan dan program
studi kesehatan masyarakat.

Semoga tuhan yesus Maha Esa melimpahkan rahmat-nya dan membalas semua
amal dan kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena keterbatasannya kemampuan dan pengalaman penulis . oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
senang hati

Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberika manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Ambon, oktober , 2020


Penulis

CHRISTY SAPULETTE
LEMBARAN PENGESAHAN

Proposal Penelitian yang disusun oleh Christy Sapulette dengan NPM : 12113201160
010 dinyatakan telah disetujui dan dilanjutkan.

Ambon, oktober 2020

Pembimbing I Pembimbing II

B. Talarima., SKM.,M.Kes W. F. Mamuly., SKM.,M.Kes


NIDN:1207098501 NIDN:1225028801

Menyetujui, Menyetujui,
Dekan fakultas kesehatan Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat

B. Talarima,SKM.,M,Kes G. V. Soisa., S.Si.,M.Kes


NIDN: 1207098501 NIDN: 1201128802
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

DAFTAR TABEL............................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................3

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................4

1. Tujuan Umum..........................................................................4

2. Tujuan Khusus.........................................................................4

D. Manfaat Penelitian.........................................................................4

1. Manfaat Teoritis.......................................................................5

2. Manfaat Praktis........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6

A. Tinjauan Umum.............................................................................6
1. Persepsi....................................................................................6

2. Kombinasi Obat.......................................................................11

3. Diabetes Melitus......................................................................17

B. Tinjauan Umum Variabel Penelitian.............................................19

1. Pengetahuan ............................................................................19

2. Peran Keluarga.........................................................................22

3. Motivasi Diri............................................................................28

C. Kerangka Konsep Penelitian..........................................................31

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................32

A. Jenis Penelitian .............................................................................32

B. Tahapan Systematic Review...........................................................32

C. Populasi, sampel, dan teknik sampling .........................................37

D. Variabel penilitian .........................................................................38

E. Analisis data ..................................................................................39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................40

A. Hasil............................................................................................40

B. Pembahasan .....................................................................................48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................49

A. Kesimpulan .....................................................................................49
B. Saran ................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................50
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Systematic Review Persepsi Penggunaan Kombinasi Obat Sintetik dan

Obat Tradisional Pada Pasien Diabetes Mellitus tahun 2020


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka konsep penelitian.....................................................................26

Gambar 3.1 Diagram PRISMA Tahap systematic review................................45


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan di

dunia dan Indonesia, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia

kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje &

Samodra, 2013). Penyebab kematian tertinggi dari penyakit tidak menular tersebut

adalah stroke disusul hipertensi, dan diabetes melitus (Kemenkes, 2014). Diabetes

Melitus (DM) menurut ADA (America Diabetes Assosiation) adalah suatu

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena adanya kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Raddle, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO, 2016) data penyakit diabetes

melitus adalah masalah kesehatan yang besar, Hal ini di karenakan adanya

peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun. Pada tahun

2015 menyebutkan sekitar 415 juta orang dewasa memiliki diabetes melitus.

Kenaikan empat kali lipat dari 108 juta (WHO, Global Report On Diabetes, 2016).

Indonesia termasuk dalam top 10 negara penderita diabetes melitus terbanyak

yang menempati urutan ke 7 pada tahun 2013 dengan pravalensi sebesar 8,5 juta

dan urutan ke 8, jumlah penduduk di Indonesia saat ini mencapai 240 juta, Di

Indonesia menurut riskesdas 2018 menunjukan prevalensi penyakit diabetes

14
mellitus mengalami kenaikan dari hasil riskesdas tahun 2013, dimana penderita

diabetes mellitus pada tahun 2013 itu 6,9% sedangkan pada tahun 2018 naik

hingga 8,5%. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Prevalensi

diabetes mellitus berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk umur 15 tahun ke

atas 10,9% (RISKESDAS, 2018).

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS), propinsi Maluku

menempati urutan ke 12 dengan prevalensi DM sebesar 1,0 %, (RISKESDAS,

2013). kota Ambon pada 2013 kematian akibat DM tipe 2 sebanyak 6,6 % dan

meningkat pada 2014 menjadi 8,8%. (Sulistiowati, dkk. 2015)

Pengobatan komplementer (alternative medicine) didefenisikan sebagai

metode penyembuhan dengan pendekatan pengobatan filosofis selain pengobatan

konvensional atau obat kimia ( ligita, dkk. 2019)

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan pengobatan komplementer

meningkat hingga disetiap Negara. Tahun 2012 hingga 2017 diamerika serikat,

penggunaan pengobatan komlementer meningkat dari 35,1% menjadi 38,3% (holt,

dkk. 2013)

Menurut keputusan menteri kesehatan repulblik Indonesia

1076/MENKES/SK/VII/2003 tentng penyelenggaraan pengobatan tradisional,

pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perwatan dengan cara, obat, dan

pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun menurun,


atau pendidikan, pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku

dalam masyarakat

WHO mendefenisikan pengobatan tradisional sebagai jumlah total

pengetahuan, ketrampilan, dan praktik- praktik yang berdasarkan pada teori-teori,

keyakinan, dan pengalaman masyarakat mempunyai adat budaya yang berbeda,

baik dijeaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam

pencegahan, diagnose, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga

mental.

Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang dapat mengurangi kualitas

hidup, meningkatkan resiko kematian dan morbilitas, serta tidak ada obatnya untuk

menyembuhkan. Penggunaan obat anti diabetes oral, dan perawatan konvesional

seperti insuin lebih disukai untuk mencegah gejala dan komplikasi karena

cendrung membutuhkan waktu lebih cepat walaupun dengan efek samping yang

banyak merugikan ( Perez, ddk. 2015)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan adalah

bagaimana pengetahuan, dukungan keluarga, dan motivasi diri terhadap persepsi

penggunaan kombinasi obat sintetis dan obat tradisional pada pasien diabetes

mellitus tahun 2020.

14
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi

pengunaan kombinasi obat terhadap pengetahuan, peran keluarga dan

motivasi diri pasien yang menderita penyakit diabetes mellitus.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan pasien terhadap penggunaan kombinasi

obat sintetik dan obat tradisional pada pasien diabetes mellitus.

b. Untuk mengetahui Peran keluarga terhadap penggunaan kombinasi obat

sintetik dan obat tradisional pada pasien diabetes mellitus

c. Untuk mengetahui motivasi diri dalam penggunaan obat sintetik dan obat

tradisional pada pasien diabetes mellitus.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi untuk tenaga medis dan para pimpinan dalam

pengambilan kebijakan untuk penggunaan kombinasi obat sintetik dan obat

tradisional pada pasien diabetes mellitus.


2. Manfaat Praktis:

a. Bagi institusi

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya.

b. Manfaat untuk tempat penelitian

Menambah bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak terkait untuk

penggunaan kombinasi obat sintetik dan obat tradisional.

c. Manfaat untuk masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat

kesehatan terhadap penggunaan kombinasi obat sintetik dan obat tradisional

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Persepsi Kombinasi Obat Diabetes Mellitus.

1. Persepsi.

a. Pengertian Persepsi.

Secara umum, persepsi adalah proses mengamati dunia luar yang

mencakup perhatian, pemahaman dan pengenalan objek-objek atau

peristiwa. Biasanya persepsi diorganisir kedalam bentuk (figure), dasar

(ground), garis bentuk (garis luar dan kontur) dan kejelasan (Piete, 2010). Di

dalam psikologi persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di

dalam otak dengan kata lain pikiran mempresepsi (Fauzi, 2008)

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu

merupakan proses yang berwujud diterima stimulus oleh individu melalui

alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja,

melainkan stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak dan

terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang di lihat,

apa yang ia dengar dan sebagainya individu mengalami persepsi (Fitriyah,

2014).

Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan

mengiterpertasikan kesan-kesan sensorik mereka guna memberikan arti bagi

lingkungan mereka, namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya


biasa berbeda dari realitas objektif. walaupun sebenarnya tidak perlu ada

perbedaan tersebut sering timbul (Robbins, 2008).

b. Proses Terjadinya Persepsi.

Pertama terjadinya persepsi karena adanya objek atau stimulus yang

merangsang untuk ditangkap oleh panca indra (objek tersebut menjadi

perhatian panca indra, Widayatun 2009) kemudian stimulus atau objek

perhatian tadi dibawa keotak, dari otak terjadi adanya “kesan” atau jawaban

(response) adanya stimulus, berupa kesan atau response dibalikan ke indera

kembali berupa “tanggapan” atau persepsi atau hasil kerja indra berupa

pegalaman hasil penglahan otak.

c. Bentuk- Bentuk Persepsi.

Menurut Widyatun (2009) terdapat beberapa bentuk persepsi, yakni:

1. Persepsi bentuk: yang dipersepsi bentuk objek.

2. Persepsi kedalaman: ada mono dan bi atau disebut dengan monocular

cues.

3. Persepsi gerak: persepsi gerak terdiri dari gerak nyata dan gerak maya.

4. Persepsi terhadap diri sendiri.

5. Persepsi dengan berbagai jenis yang berhubungan dengan gerak monitoris

a) Persepsi auditif atau suara.

b) Persepsi vision atau penglihatan

c) Persepsi bau atau penciuman.

d) Persepsi motoris atau gerak

14
e) Persepsi pengecap atau rasa

f) Persepsi peraba atau kulit

6. Persepsi yang dilihat dari konsentansinya

a) Persepsi warna

b) Persepsi bentuk

c) Persepsi besar atau kecil (persepsi ukuran)

d) Persepsi tempat

e) Persepsi jauh atau dekat (objek)

d. Fakor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Notoatmodjo (2010) ada banyak faktor yang akan

menyebabkan stimulus dapat masuk kedalam rentan perhatian kita. Faktor

penyebab ini dapat kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada

objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang ada pada orang yang

mempersepsikan stimulus tersebut:

1) Faktor Eksternal

a) Kontras.

Cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat

kotraks baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan. Dari segi gerak

misalnya diantara orang-orang yang kurus maka kita akan cepat

menjadi perhatian orang jika kita berbadan gemuk.


b) Perubahan intensitas.

Suara yang berubah dari pelan menjadi keras atau cahaya yang

berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian kita. Edukasi

yang diberikan pada penderita diabetes mellitus dan pentingnya

melakukan terapi obat dengan tiba-tiba menjadi keras akan lebih

menarik perhatian.

c) Pengulangan (repetition)

Iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian kita,

walaupun seringkali kita merasa jengkel dibuatnya.

d) Sesuatu yang baru (novelty).

Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita dari

pada sesuatu yang telah kita ketahui.

e) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak.

Suatu stimulus yang menarik perhatian orang banyak akan

menarik perhatian kita. Misalnya ada segerombolan orang yang

berkerumun di posyandu, maka kita juga akan tertarik untuk melihat

apa yang dilihat gerombolan tersebut.

2. Faktor Internal.

a) Pengalaman atau pengetahuan.

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan

faktor yang berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang

diperoleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan

14
menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, misalnya, seorang

penderita diabetes mellitus melihat keluarganya menderita diabetes

mellitus dan tidak mengalami komplikasi karena melakukan

pengobatan secara teratur maka penderita akan melakukan hal yang

sama.

b) Harapan (expectation)

Harapan terhadap suatu akan mempengaruhi persepsi teradap

stimulus, misalnya jika kita didiagnosa sebagai penderita penyakit

diabetes mellitus maka upaya yang akan dilakukan adalah melakukan

terapi diet, dan pengobatan seara teratur dengan harapan agar tidak

terjadi komplikasi.

c) Kebutuhan.

Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk

dalam rentang perhatian kita, dan kebutuhan ini akan menyebabkan

kita mengiterpretasikan stimulus secara berbeda, misalnya, jika anda

didiagnosa menderita diabetes melitus maka anda akan membutuhkan

terapi non farmakologis, terapi farmakologis dan terapi perawatan

kaki, namun jika anda belum didiagnosis menderita diabetes mellitus

maka anda akan mempresepsikan untuk tidak melakukan terapi.

d) Motivasi.

Motivasi adalah mempengaruhi persepsi seseorang, misalnya

seorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan


menginterpretasikan orang yang selalu makan junk food sebagai seuatu

yang negatif.

e) Emosi.

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap

stimulus yang ada, emosi takut akan mempengaruhi persepsi kita

terhadap rasa sakit, jika penderita diabetes mellitus merasa takut

untuk melakukan amputasi maka setelah diamputasi penderita akan

merasa lebih sakit dibandingkan dengan penderita lain yang

melakukan amputasi dengan perasaan tidak takut.

f) Budaya.

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda,

namun mempersepsikan orang-orang diluar kelompoknya sebagai

sama saja, seringkali lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan

dibandingkan pada daerah pedesaan. Salah satu factor yang

berhubungan dengan diabetes mellitus adalah kurangnya aktivitas

fisik.

2. Kombinasi Obat.

a. Defenisi Obat

Obat adalah sebuah bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh

semua makluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah

meringankan, maupun menyembuhkan penyakit (Elly, 2010).

14
Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyekit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badania

dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian

badan manusia (Anief, 2006). Besarnya efektifitas obat tergantung pada

biosis obatnya, tetapi secara umum dapat di kelompokan, yaitu dosis bayi,

anak-anak, dewasa dan orang tua (Kasibu 2017).

Swamedikasi harus dilakukan harus sesuai dengan penyakit yang

dialami. Pelaksaannya harus memenuhi kriteria penggunaan obat, ketepatan

dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontra indikasi, tidak

adanya interaksi obat, dan tidak adanya poli farmasi (Depkes RI, 2008).

Pada prakteknya, kesalahan penggunaan obat dalam swamedikasi ternyata

masih terjadi, terutama karena ketidaktepatan obat dan dosis obat. Apabila

kesalahan terjadi terus menerus dalam waktu yang lama di khawatirkan

dapat menimbulkan resiko pada kesehatan (Depkes RI 2007).

b. Penggolongan Obat

Penggolongan obat berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan

(2007), antara lain:

1). Obat bebas

Obat golongan ini termaksuk obat golongan aman, dapat di peroleh

tanpa serep dokter, selain di apotek juga dapat ditemukan warung-

warung. Obat bebas dalam kemasannya di tandai dengan lingkaran


berwarna hijau contohnya adalah paracetamol,vitamin C, asetosal

(aspirin), antasida, daftar obat esensial dan obat batuk hitam (OBH).

2). Obat Bebas Terbatas.

Obat golongan ini juga relatif aman selama penggunaanya mengikuti

aturan pakai yang ada. Penandaan obat ini adalah adanya lingkaran

berwarna biru dan 6 peringatan khusus bagaimana obat bebas. Obat ini

juga dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek, toko obat atau diwarung-

warung. Contohnya obat flu kombinasi (tablet), Klotrimaleat (CTM), dan

Membedasol.

3) Efek Samping Obat

Efek samping menurut Depkes RI (2007), merupakan setiap respon

obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena

penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk

tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi (Depkes RI, 2007). Yang perlu

diketahui tentang efek samping obat antara lain (Depkes RI, 2007):

a) Baca kemasan, brosur obat, efek samping yang timbul.

b) Untuk mendapat informasi tentang efek samping yang lengkap dan

tanyakan langsung pada Apoteker.

c) Efek samping yang timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam,

mengantuk, mual dan lain-lain.

d) Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil,

menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan

14
efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan

dokter atau apoteker.

c. Obat Tradisional

Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa

bahan, tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (glenik) atau

campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun temurun telah

digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma

yang berlaku di masyarakat (BPOM,2014). Di Indonesia, obat tradisional

atau obat bahan alam Indonesia di kelompokan menjadi jamu, obat herbal

berstandar, dan fitofarmaka (BPOM, 2004). Jenis obat tradisional yang

dikenal masyarakat pada umumnya adalah jamu sedangkan untuk obat

herbal terstandar dan fitofarmaka masih terdengar asing dimasyarakat. Hasil

riset menunjukan bahwa hampir 50% penduduk Indonesia mengkonsumsi

jamu baik untuk pengobatan maupun untuk menjaga kesehatan. Dari hasil

tersebut 55,3% mengkonsumsi jamu dalam bentuk cairan dan sisanya

mengkonsumsi jamu dalam bentuk serbuk (Adrianti & Wahyudi, 2016)

Banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi jamu dijadikan

kesempatan oleh produsen-produsen tidak bertanggung jawab untuk

menambahkan bahan kimia obat ke dalam jamu (BPOM, 2006). Bahan

kimia obat (BKO) adalah senyawa sintetis atau bahan kimia aktif yang

digunakan sebagai bahan utama pembuatan obat kimia atau dalam bentuk

produk jadi yang digunakan pada obat. BKO dilarang mengandung dalam
obat tradisional sesuai dengan PERMENKES No 007 tahun 2012 tentang

registrasi obat tradisional. Larangan ini bertujuan untuk menjaga konsumen

dari efek-efek merugikan yang dapat ditimbulkan dari jamu yang

mengandung BKO. Walaupun peraturan larangan itu telah dibuat, pada

tahun 2017 BPOM masih menemukan obat yang mengandung BKO

(BPOM, 2017).

Obat tradisional dapat digunakan sebagai alternatif dalam system

pengobatan (Galabuzi, dkk 2010). Selain sebagai alternatif, obat tradisional

juga dapat dipakai sebagai pelengkap atau komplemen terhadap konsumsi

obat sintetik maupun sebagai suplemen untuk menjaga kesehatan tubuh

(Othman & farooqui, 2015). Obat tradisional sudah dikenal oleh masyarakat

Indonesia sejak turun-temurun budaya bangsa. Obat tradisional dipilih

karena adanya perubahan gaya hidup back to nature (Salim & Mudani,

2017). Obat tradisional tidak hanya digunakan oleh penderita penyakit

ringan, obat ini digunakan oleh penderita penyakit yang kronis seperti

diabetes mellitus yang periode pengobatannya cukup lama (Adhitia, 2012).

d. Obat Sintetik

Obat sintetik adalah obat yang dibuat dari bahan sintetik dan

digunakan serta diresepkan dokter dan kalangan medis untuk mengobati

penyakit tertentu. Obat sintetik adalah obat modern yang dibuat dari bahan

sintetik atau bahan alam yang diolah secara modern. Obat kimia sintetik

14
adalah obat yang berasal dari zat kimia. Obat sintetik diproduksi

sepenuhnya oleh sintetis kimia, dan obat-obatan semisintetik merupakan

fungsi dari dua, baik sebagai modifikasi kimia sintetik dari produk alam

yang ada atau sintetik sebuah molekul penting dari molekul prekursor

sederhana dari produk alami saat ini atau dari struktur terkait (Gat,2012).

Kebanyakan obat yang tersedia di pasar saat ini disentesis dari bahan

kimia yang terjadi secara alami. Obat yang berasal dari bahan kimia ini

dapat dikategorikan lebih lanjut ke dalam sintetis, disentetis, atau obat semi-

sintetis, obat sintetis adalah obat yang diciptakan secara artifisial dan yang

memiliki efek farmakologi yang spesifik. Obat sintetik adalah obat yang

dibuat dilaboratorium untuk meniru tindakan farmakologis obat yang terjadi

secara alami. Obat semi sintetis adalah salah satu yang berisi kombinasi

molekul buatan dan molekul alami (Shah dkk, 2013)

Pemilihan kombinasi obat sintetik dan obat tradisional merupakan

tujuan untuk mempercepat proses pemulihan suatu penyakit. Berdasarkan

penelitian Putri (2016) menyatakan, pasien setuju menggunakan kombinasi

obat tradisional memberikan manfaat untuk kesehatan pasien, mengurangi

gejala yang dirasakan pasien, kombinasi obat sintetik dan obat tradisional

lebih baik dari pada menggunakan salah satu diantaranya.


3. Diabetes Melitus

Secara umum WHO mendefenisikan diabetes mellitus sebagai suatu

penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme

karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi insulin. Insufisiensi

insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta

Langerhans kelenjar pangkreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-

sel tubuh terhadap insulin (WHO, global report on diabetes, 2016) sedangkan

menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus adalah suatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya (Raddle,

2018).

a. Epidemologi

WHO (2016) data penyakit diabetes mellitus adalah masalah kesehatan

yang besar, hal ini di karenakan adanya peningkatan jumlah penderita

diabetes mellitus dari tahun ke tahun. Pada 2015 menyebutkan sekitar 415

juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan empat kali lipat dari 108 juta

di tahun 1990- (WHO Global Report On Diabetes, 2016). Indonesia sendiri

termasuk dalam urutan top 10 negara yang menempati urutan ke 7 pada

tahun 2013 dengan pravelensi sebesar 8,5 juta dan urutan ke 8 (Farouhi &

Wareham, 2014). Provinsi Maluku sendiri menempati urutan ke 12 dengan

14
pravelensi sebesar 1,0% (RISKESDAS, 2013). Dari semua kasus diabetes

tersebut 90-95% merupakan diabetes Melitus tipe II (Kemenkes, 2013).

b. Klasifikasi

Terdapat beberapa klasifikasi diabetes mellitus yaitu: diabetes melitus

Gestasional, diabetes Melitus tipe lain, diabetes mellitus tipe I/insulin

Dependent Diabetes Melitus (IDDM), dan diabetes mellitus tipe 2/Non

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

1) Diabetes Mellitus Gestasional (DMG/GDM)

Diabetes mellitus gestasional adalah keadan diabetes atau intoleransi

glukosa yang timbul selama masah kehamiln dan biasanya berlangsung

hanya sementara. Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes selama

hamil memiliki homeostatis yang normal pada pertama kehamilan

kemudian berkembang menjadi defisiensiinsulin relative sehingga terjadi

hiperglikemia. Hiperglikemia akan menghilang setelah melahirkan,

namun mereka memiliki peningkatan resiko menyandang diabetes melitus

tipe II (Shanti, 2012)

2) Diabetes Tipe lain

Subkelas diabetes mellitus lainnya yakni individu mengalami

hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetic fungsi sel beta),

endrokrinopati (penyakit Cushing’s, akromegali), penggunaan obat yang


mengganggu fungsi sel beta (Dilantin) penggunaan obat yang menggangu

kerja insulin (b-adrenergik) dan infeksi atau sindroma genetic. Diabetes

tipe I atau Insulin Dependent Diabetes mellitus (IDDM). Diabetes

mellitus tipe I atau yang dulu dikenal dengan nama insulin Dependent

Diabetes mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel beta pangkreas

(reaksiautoimun). Sel beta pangkreas merupakan satu-satunya sel tubuh

yang menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa

dalam tubuh. Bila kerusakan sel beta pangkreas telah sampai 80-90%

maka gejala diabetes melitus mulai muncul. Perusakan sel ini lebih cepat

terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. sebagian ( Yulia, 2015)

B. Tinjauan Umum Variabel Penelitian

1. Pengetahuan

Menurut kamus bahasa Indonesia Pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui mengenai hal atau sesuatu. Pengetahuan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,

konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

juga mencakup manusia dan kehidupannya. Pengetahuan merupakan penalaran,

penjelasan dan pemahainan manusia tentang segala sesuatu, juga mencakup

praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup

yang belum dibuktikan secara sistematis (Slameto, 2004).

14
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah bebagai gejala yang ditemui

dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian

tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

a) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman

dan penelitian temyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut

Notoadmodjo (2003), Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termaksud ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

“ Tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar. Orang yang paham terhadap objek


atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan

dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunanaan hukum-

hukum, rumus, metode dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masi didalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang ada.

14
Menurut Notoadmodjo (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut menjadi proses

berurutan, yaitu:

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2) Interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

3) Evaluation (mengevaluasi), menimbang-menimbang terhadap baik

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik.

4) Trial (mencoba), dimana subjek mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adoption (penerimaan),

subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Peran Keluarga

a) Defenisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga sebagai dua atau lebih

individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.

Mereka hidup dalam satu rumah tangga melakukan interaksi satu sama lain

menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan

suatu budaya (Sudiharto, 2012).


Sudiharto (2012) mengemukakan definisi keluarga sebagai berikut :

1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan

darah dan ikatan adopsi.

2) Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu

rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam

peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-

laki perempuan, saudara dan saudari.

4) Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama.

b) Bentuk keluarga

1) Keluarga Inti (Nucler Family), adalah suatu unit keluarga yang dibentuk

karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami,

istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga Asal (Family Of Original), adalah suatu unit keluarga tempat

asal seseorang dilahirkan.

3) Keluarga Besar (Extended Family), keluarga inti ditambah keluarga

yang lain (karena hubungan darah), misal kakek, nenek, bibi, paman,

sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal , keluarga

tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (Guy/Lesbian Family).

4) Keluarga Berantai (Social Family), keluarga ini terdiri dari wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga

inti.

14
5) Keluarga Duda Atau Janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian

dan atau kematian pasangan yang di cintai.

6) Keluarga Komposit (Composit Family), keluarga dari perkawinan

poligami dan hidup bersama.

7) Keluarga Kohabitasi (Cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga

tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk

keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun,

lambat laun keluarga kohabitas ini mulai dapat di terima.

8) Keluarga Inses (Inses Family), seiring dengan masuknya nilai-nilai

global dan pengaruh informasi yang dahsyat, di jumpai bentuk keluarga

yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah

kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman

menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu

ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.

Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah

keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita

cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.

9) Keluarga Tradisional dan Nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan

perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan sedangkan

keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga

tradisional adalah ayah, ibu dan anak dari hasil perkawinan atau adopsi.
Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal di

sebuah asrama. (Sudiharto, 2012)

c) Struktur dan Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal,

misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan

pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung

keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,

kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung

diatara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dan kemampuan

menyelesaikan maslah. Lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut :

1) Fungsi Afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta dan kasih,

serta saling menerima dan mendukung.

2) Fungsi Sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu

keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan

di lingkungan sosial.

3) Fungsi Reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga seperti sandang, pangan dan papan.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk merawat

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Sudiharto, 2012)

14
d) Peran Keluarga di Bidang Kesehatan

Menurut Mubarok (2007) peran keluarga adalah mampu mengenal

masalah kesehatan, mampu membuat keputusan, tindakan, mampu

melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mampu

memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada. Sesuai dengan fungsi perawatan atau pemeliharaan

kesehatan, keluarga mempunyai peran dalam bidang kesehatan yang perlu

dipahami dan dilakukan meliputi:

1) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena

kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.

Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang

dialami anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang

tua atau pengambil keputusan dalam keluarga. Mengenal diartikan

sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui

sebelumnya, sesuatu tersebut adalah sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dalam

mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu mengetahui

tentang sakit yang dialami pasien.

2) Memutuskan Tindakan Kesehatan yang Tepat Bagi Keluarga


Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai keputusan untuk

memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno, 2004). Friedman, 1999

menyatakan peran keluarga dalam memutuskan tindakan keperawatan

yang tepat seperti apakah masalah dirasakan oleh keluarga, Apakah

kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi salah

satu anggota keluarga, apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi

yang dilakukan terhadap salah satu anggota keluarganya dan apakah

kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan, apakah keluarga

mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas kesehatan. Tindakan

kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat agar kesehatan

masalah dapat dikurangi atau bahkan teratasi oleh keluarga. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang

dilingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

3) Memberikan Perawatan Terhadap Keluarga yang Sakit

Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran

atau tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan secara fisik

merupakan beban paling berat yang dirasakan. Keluarga memiliki

keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga, dirumah

keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama,

untuk mengetahuinya dapat dikaji apakah keluarga aktif dalam ikut

14
merawat pasien, bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti

tentang perawatan yang diperlukan pasien, sikap keluarga terhadap

pasien, keaktifan keluarga mencari informasi tentang perawatan terhadap

pasien.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

Keluarga Dalam memelihara kesehatan, hal-hal yang perlu dilakukan

keluarga diantaranya keluarga harus bisa memodifikasi lingkungan yang

menjamin kesehatan keluarga. Oleh sebab itu keluarga harus mengetahui

tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya, memiliki

kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah

yang menunjang kesehatan.

5) Menggunakan pelayanan kesehatan

Menurut Effendi (2009) pada keluarga tertentu bila ada anggota

keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau

dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan

sarana kesehatan perlu dikaji tentang pengetahuan keluarga tentang

fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau keluarga, keuntungan dari

adanya fasilitas kesehatan, kepercayaan keluarga terhadap fasilitas

kesehatan yang ada, fasilitas kesehatan yang dapat terjangkau oleh

keluarga.
3. Motivasi Diri

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi

pada tingkat komitmen seseorang. hal ini termaksud factor-factor yang

menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingka laku manusia dalam

arah tekad tertentu (Nursalam, 2009), Sarwono (2000) mengugkapkan bahwa

motivasi menunjuk pada proses gerakan atau situasi yang mendorong seseorang

berbuat sesuatu yang timbul dari dalam individu. Secara umum dapat dikatakan

bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerahkan atau menggugah seseorang

agar timbul keinginan atau kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat

memperoleh hasil atau capaian tujuan tertentu (Sumardi Suryabrata, 2004).

a. Sumber – Sumber Motivasi

1) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya

perangsang dari luar. Misalnya orang giat belajar karena diberitahukan

bahwa sebentar lagi mau ada ujian, orang membaca sesuatu karena

diberitahu bahwa hal itu harus dilakukan sebelum dapat melamar

pekerjaan, dan lain sebagainya.

2) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tida memerlukan rangsangan

atau dorongan dari luar. Orang gemar membaca karena tidak ada yang

mendorongnya, dan telah mencari buku-buku untuk dibacanya tanpa ada

14
yang menyuruh. Intinya motivasi intrinsik datang tulus dari dalam diri

sendiri.

3) Motivasi terdesak

Motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak

serta menghentakan dan cepat sekali (Lestari,2015)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

1) Faktor fisik dan mental seseorang

Keadaan jasmani dan rohani seseorang yang sehat dengan yang tidak

sehat akan mempengaruhi motivasi seseorang.

2) Faktor hereditas atau keturunan

Motivasi seseorang dipengaruh juga oleh garis keturunan dari orang

tersebut.

3) Faktor lingkungan

Keadaan lingkungan sekitar seseorang akan mempengaruhi motivasi

orang tersebut.

4) Faktor usia

Usia juga mempengaruhi motivasi, dengan matangnya usia maka cara

berfikir seseorang juga akan berkembang hal ini yang mempengaruhi

motivasi.

5) Fasilitas atau sarana-prasarana

Fasilitas atau sarana prasarana akan mempengaruhi motivasi, karena

dengan adanya sarana prasarana yang lengkap maka akan menimbulkan


motivasi tersendiri pada seseorang untuk melakukan aktivitas dengan

sarana yang tersedia.

C. Kerangka Konsep Penilitian

Kerangka konsep penilitian adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel–variabel yang akan

diamati atau diukur melalui penilitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2013).

Dalam penelitian ini yang menjadi variable dependen (persepsi kombinasi

obat pada pasien diabetes mellitus) dan variable independen (pengetahuan, peran

keluarga dan motivasi diri) penelitian ini untuk mengetahui hubungan variabel

dependen dan independen.

Pengetahuan

PERSEPSI
Peran Keluarga KOMBINASI
OBAT DM

Motivasi Diri

Gambar 1.

Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Systematic Review yaitu sebuah sintesis

dari studi literatur yang bersifat sistematik, jelas, menyeluruh, dengan

mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi melalui pengumpulan data-data

yang sudah ada dengan metode pencarian yang eksplisit dan melihat proses telah

kritis dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu

peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subjek topik

yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga

dapat menjadi acuan bagi penelitian baru.

Penelitian ini menggunakan Systematic Literature Riviews, yang bertujuan

untuk mengetahui Persepsi, penggunaan kombinasi obat sintetik dan obat

tradisional pada pasien diabetes mellitus.

B. Tahapan Systematic Riview

Dalam penelitian yang menggunakan metode systematic riview ada beberapa

tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literatur tersebut dapat

diakui kredibilitasnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:


1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Identifikasi pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan yang akan

digunakan sebagai dasar melakukan riview, sebagai acuan untuk merumuskan

pertanyaan penelitian dapat menggunakan “PICO”(Population in Question,

Intervention of Interest, Comparator dan Outcome).

a. (P) Populasi : Pasien diabetes mellitus

b. (I) Intervensi : Pengetahuan, Sikap dan Tindakan.

c. (C) Comporator : Tidak ada pembanding atau intervensi lainnya.

d. (O) Outcome : Gambaran persepsi, penggunaan kombinasi obat sintetik dan

obat tradisional pada pasien diabetis mellitus.

Pertanyaan penelitian bedasarkan “PICO” adalah Apakah penggunaan

kombinasi obat sintetik dan obat tradisional pada pasien diabetes mellitus,

dipengaruhi oleh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan?

2. Menyusun Protokol

Menyusun protokol merupakan detail perencanan yang dipersiapkan

secara matang, yang mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi,

prosedur, kriteria untuk menilai kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala

penelitian yang akan dilakukan. Untuk menyusun protokol riview kita

14
menggunakan metode PRISMA (Preferred Reporting Items For Systematic

Reviews and Meta Analyses).

a. Pencarian Data

Dalam penelitian Systematic Review ini, penelitian melakukan

pencarian data melalui (Jurnal Penelitian atau Artikel Penelitian) melalui

website jurnal Nasional yang dapat diakses yaitu Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia (Perpusnas) dan garuda. Bedasarkan judul penelitian

“Persepsi penggunaan kombinasi obat sintetis dan obat tradisional pada

pasien diabetes melitus.

b. Penyaringan data (Screening)

Screening adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penelitian)

yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik

atau judul abstrak dan kata kunci yang diteliti. Adapun topik yang diteliti

dalam penelitian ini adalah “Persepsi penggunaan kombinasi obat sintetik

dan obat tradisional pada pasien diabetes.

c. Penilaian Kualitas (Kelayakan) Data.

Penelitian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel

penelitian) dengan teks lengkap (full text) dengan memenuhi kriteria yang

ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi). Pada penelitian Systematic


Riview penelitian hanya memakai jurnal penelitian dapatkan pada situs

jurnal resmi Nasional (perpusnas dan garuda ) dan terdapat dalam mode

Full Text Download dengan harapan bahwa jurnal penelitian tersebut sudah

memenuhi persyaratan baik dalam kualitas maupun kelayakan untuk

digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

d. Hasil Pencarian Data

Bedasarkan hasil pencarian data yang dilakukan peneliti melalui situs

akses jurnal resmi Nasional maka telah terkumpul data yang ada dalam

jurnal penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif yang telah

memenuhi syarat dan kriteria dilakukan analisis lebih lanjut.

14
Pencarian pada situs Pencarian pada situs
perpusnas nasional republic garuda
Indonesia
(n= 1632)
(n= 48. 897)

Hasil jurnal secara keseluruhan

(n=50. 529)

Screening
Screening a. Jurnal tahun (2015-2020)
(n=2.087) b. Bahasa Indonesia

c. perpusnas (n=1.020)

d. garuda (n= 1.067)

e. pengobatan diabetes mellitus


Jurnal yang dapat
diakses full text

(n= 1.355)
Full text

Perpusnas (n=488 )

Garuda (n= 847)

Kriteria inklusi

1. Jurnal penelitian berkaitan


dengan variabel
peneletian : Pengetahuan,
motivasi, dukungan
Jurnal akhir yang sesuai keluarga.
dengan kriteria inklusi
(n= 14) 2. Perpusnas (n= 6)

3. Garuda (n=8)
Gambar 3.1 diagram prisma tahapan systematic review
3. Menyusun Strategi Pencarian

Strategi pencarian jurnal yang merupakan data dalam penelitian ini

dilakukan peneliti dengan menerapkan beberapa strategi yaitu membuat syarat

yang berfungsi sebagai Filter untuk menyaring data antara lain Rentang waktu

pada penerbit jurnal penelitian, Bahasa yang digunakan dalam jurnal

penelitian, ketersediaan jurnal dalam Full Text. Kemudian peneliti juga

membuat kriteria inklusi untuk membatasi data yang akan digunakan sebagai

sampel agar tetap memiliki kaitan dengan penelitian ini, dan peneliti juga

melakukan penyaringan secara manual untuk mencegah adanya data ganda

atau jurnal yang terambil secara ganda.

4. Ekstrasi Data

Ekstrasi data dapat dilakukan setelah proses protokol telah dilakukan

dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan secara

manual dengan membuat formulir yang berisi tentang tipe artikel, nama jurnal

atau konferensi, tahun judul, kata kunci, metode penelitian dan lain-lain.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.

Populasi penelitian ini adalah jurnal Nasional yang memiliki kaitan dengan

14
“persepsi penggunaan kombinasi obat sintetis dan obat tradisional pada asien

diabete mellitus’’

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 13 artikel penelitian Nasional yang

berkaitan dengan “persepsi penggunaan kombinasi obat sintetis dan obat

tradisional pada asien diabete mellitus” dan terpilih sebagai sampel sesuai dengan

kriteria inklusi.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam pengambilan

sampel agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek penelitian.

Pengembalian sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive

Sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah

dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili karakteristik populasi yang

telah diketahui sebelumnya. Bedasarkan kriteria populasi yang diketahui, maka

dibuat kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini, yaitu :

a. Kriteria Inklusi :

1. Jurnal penelitian harus berkaitan dengan variabel penelitian yaitu :

Pengetahuan, peran keluarga, motivasi diri.


2. Jurnal diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun (2015-2020)

3. Jurnal berbahasa Indonesia

4. Jurnal yang dapat diakses secara penuh (Full Text)

b. Kriteri Eksklusi

1. Jurnal penelitian tidak berkaitan dengan variabel penelitian yang diteliti.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (Dependent) yaitu persepsi kombinasi obat pada pasien diabetes

mellitus

2. Variabel bebas (Independent) yaitu pengetahuan, peran keluarga, motivasi diri

E. Analisis Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstarasi data, maka analisis

data dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah memenuhi kriteria

inklusi menggunakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran sesuai

permasalahan penelitian yang diteliti

14
No Judul Tahu Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknis Intervensi Hasil
penelitian n Penelitian Respond pengukura Analisis
en n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11)
1. Gambaran 2019 Kecamatan Mengetahui Deskriptif 60 orang Kuesioner Analisis - Tingkat pengetahuan
tingkat Sepuluh sejauh mana Univariat masyarakat tengtang
pengetahuan Koto, pengetahuan obat generik di
masyarakat Nagari masyarakat Kecamatan Sepuluh
tentang obat Singgalan, tentang obat Koto Nagari
generik di Kabupaten generik di Singgalang Kabupaten
Kecamatan Tanah Kecamatan Tanah Datar
Sepuluh Koto, Datar. Sepuluh Koto, dikategorikan rendah
Nagari Nagari yaitu 93,3%
Singgalang , Singgalan,
Kabupaten Kabupaten
Tanah Datar. Tanah Datar
2. Persepsi dan 2020 Desa Untuk Analitik 28 orang Kuesioner Total - 28 menjawab
perilaku Pesisir, mengexplorasi korelasion Sampling kuesioner 100%
konsumen obat Kecamatan persepsi dan al dengan melaporkan telah
herbal penderita Gending konsumsi obat pendekata menggunakan obat
diabetes mellitus Kabupaten herbal pada n cross herbal untuk
tipe 2 Di Desa Probolinggo pasien diabetes sectional mengelolah diabetes
Pesisir yang tinggal mereka dan 70,6%
Kecamatan dikomunitas. dilaporkan
Gending mengunakan obat
Kabupaten konvensional dan obat
Probolinggo tradisional dalam
kombinasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
Hasil Sistematika Review Persepsi Penggunaan Kombinasi Obat Sintetik Dan Obat Tradisional Pada Pasien Diabetes Mellitus.

No Judul Tahu Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknis Intervensi Hasil
penelitian n Penelitian Respond pengukura Analisis
en n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11)
3. Kajian persepsi 2019 3 Untuk Observasi 100 Kuesioner Non - Didapatkan nilai sig
dan pengetahuan Puskesmas mengetahui onal orang Probability <0.05 yaitu sebesar
penggunaan Kota hubungan analitik. Sampling 0.002 artinya terdapat
kombinasi obat Yokyakarta pengetahuan dan hubungan antara
sintetik dan obat persepsi pengetahuan terhadap
tradisional pada mengenai persepsi pasien yang
pasien DM tipe penggunaan menggunakan obat
2 di 3 puskemas kombinasi obat tradisional. Nilai Odds
kota Yokyakarta sintetik dan obat Ratio (OR) yaitu
tradisional pada sebesar 3.935, artinya
pasien DM tipe pasien dengan
2 di 3 pengetahuan tinggi
Puskesmas Kota mempunyai
Yokyakarta. kemungkinan 3.935
kali persepsi pasien
baik dibandingkan
pasien yang memiliki
pengetahuan rendah.
4. Analisis 2016 RSUD A.W Untuk Observasi 75 orang Kuesioner Porposive - Penggunaan obat
penggunaan obat SJAHRANI mengetahui non Sampling tradisional pada
herbal pada E penggunaan eksperime pasien diabetes
pasien diabetes Samarinda obat herbal pada ntal mellitus 62,32%
mellitus di pasien diabetes sebagai obat
RSUD A.W mellitus. komplementer. Jenis-
SJAHRANIE jenis obat tradisional;
Samarinda. kulit manggis 78,95%,
daun sirsak 42,10%,
propolis 7,89%
brotowali 2,63%.

14
No Judul Tahu Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknis Intervensi Hasil
penelitian n Penelitian Respond pengukura Analisis
en n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11)
5. Analisis 2019 Kota langsa Untuk Kuantitatif 3647 Wawancara Editing, - Penderita diabetes
penggunaan obat menganalisis orang langsung coding, mellitus pada umunya
herbal pasien faktor yang dengan scoring, memiliki tingkat
diabetes mellitus mempengaruhi kuesioner tabulating. pengetahuan yang
tipe II di kota penggunaan baik (sarjana) dan
Langsa. obat herbal pada penghasilan yang
pasien diabetes cukup sehingga
mellitus tipe II memiliki pola pikir
di kota langsa yang baik pula dalam
menentukan uaya
pengobatan khususnya
pengobatan herbal.
6. Hubungan 2019 Apotek Untuk Deskriptif 100 Kuesioner Uji analisis - Menunjukan variabel
pengetahuan dan Lestari 3 mengetahui kuantitatif orang Chi-square. pengetahuan memiiki
sikap terhadap Sunggal. hubungan hubungan yang
kepatuhan Medan. pengetahuan dan signifikan dengan
mengkonsumsi sikapterhadap kepatuhan
obat kepatuhan mengkonsumsi obat
hipoglikemik nmengkonsumsi pada taraf signifikan
oral pada pasien obat 0,000<0,05 demikian
diabetes mellitus hipoglikemik variabel sikap
tipe 2 di apotik oral pada pasien memiliki hubungan
Lestari 3 DM tipe 2 di dengan kepatuhan
sunggal. apotek Lestari 3 mengkonsumsi obat
sunggal. 0,037<0,05.
No Judul Tahu Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknis Intervensi Hasil
penelitian n Penelitian Respond pengukura Analisis
en n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11)
7. Profil 2013 Kabupaten Untuk Deskriptif 120 Kuesioner Purposive - Penggunaan obat
penggunaan obat Tabalong, mengetahui orang Sampling tradisional terbnyak
tradisional pada Kalimantan gambaran merupakan wanita
masyarakat di Selatan. penggunaan (77,5%) usia >30-45
kabupaten obattradisional (47,5%) pendidikan
tabalong pada masyarakat SMA (40,8%) tidak
Kalimantan di kabupaten bekerja (46,7%) dan
selatan. tabalong serta memiliki penghasian
mengetahui >1-5 juta(77,5%) jenis
jenis obat tanaman yang di
tradisional yang gunakan: sambilito
secara umum di (36,7%) jahe (34,2%)
gunakan. temulawak (30,0%)
untuk mengobati
penyakit rematik
(35,8%) maag
(30,0%) diabetes
(26,7%).
8. Kajian 2017 Universitas Untuk Kuantitatif - Kuesioner Observasio Hasil monitoring dan
pelayanan Surabaya, mengetahui , non nal efaluasi mengenai
kefarmasian dan apotek- bagaimana eksperime deskriptif. efektifitas dilihat dari
persepsi pasien apotekb di pelayanan ntal. nilai gula darah pada
dalam kota kefarmasian dan kelompok yang
penggunaan Surabaya, persepsi pasien menggunakan inlacin
fitofarmaka dan dalam hanya 9,09%. Persepsi
obat tradisional penggunaan mengenai manfaat dan
untuk diabetes fitofarmaka dan resiko pada kelompok
meletus tipe 2 obat tradisional. penggunaan inlacin
45% memilih manfaat
jauh lebih besar dari

14
resiko.
9. Study 2019 Campagayy Untuk Deskrptif 52 orang Kuesioner - - Hasil penelitian
perbandingan a, mengetahui menunjukan bahwa
tinggkat kelurahann sejauh mana tinggkat pengetahuan
pengetahuan panaikang, tingkat masyarakat tentang
masyarakat kota pengetahuan obat herbal dan obat
tentang obat Makassar. masyarakat sintetik masuk dalam
herbal dan obat tentang obat katagori sedang
sintetik di herbal dan obat dengan masing
Campagayya sintetik. masing persentasi
kelurahan yaitu 65,2% dan
panaikan kota 62,1%yang
Makassar. menyatakan bahwa
pengetahuan
masyarakat tentang
obat herballebih tinggi
dari obat sintetik.
10. Hubungan 2017 Poliklinik Mengetahui Cross 32 orang. - Sampling - Terdapat hubungan
dukungan social penyakit hubungan Sectional jenuh atau social antara pasien
dan motivasi dalam dukungan social total dengan dengan
dengan RSUD dan motivasi sampling dukungan keluarga
perawatan Mokopido dengan yang kurang dan
mandiri pada Toli-toli perawatan motivasi pada pasien
pasien Diabetis mandiri pada kurang di poliklinik
mellitus tipe 2 di pasien diabetes penyakit dalam di
poliklinik mellitus tipe 2 di RSUD mokopido
penyakit dalam poliklinik Toli-toli.
RSUD RSUD
Mokopido Toli- Mokopido Toli-
toli. toli.
No Judul Tahu Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknis Intervensi Hasil
penelitian n Penelitian Respond pengukura Analisis
en n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11)
11 Penggunaan 2015 Puskesmas Faktor-faktor Kualitatif 150 Desain Uji analisis - Proporsi masyarakat
obat tradisional Rejosari yang Observasi orang analitik yang menggunakan
oleh penderita Pekanbaru berhubungan onal cross- pengobatan tradisional
diabetes mellitus dengan sectional. dan medis sebanyak
dan faktor-faktor penggunaan 78 0rang (52,0%)
yang obat tardisional subjek penilitian.
berhubungan di pada penderita
wilayah kerja DM.
puskesmas
rejosari pekan
baru
12 Persepsi 2015 Kelurahan Untuk Deskriktif/ 95 orang Kuesioner Purposive - Dari 95 responden 84
masyarakat Pentadu mengetahui kuantitatif sampling orang (88,4%)
mengenai Kecamatan persepsi dengan memilih obat sinetik
pemilihan obat Paguat masyarakat analisis dengan karakteristik
sintetik dan obat Kabupaten mengenai distribusi dewasa 36-45 tahun
tradisional di Pohuwato pemilihan obat frekuensi. 23 responden,
Kelurahan sintetik dan obat pendidikan SMA 30
Pentadu tradisional responden, IRT 30
Kecamatan responden sedangkan
Paguat yang memilih obat
Kabupaten tradisional 11 orang
Pohuwato (11,6%) dengan
individu jenis usia
lanjut 46-55 tahun.

No Judul Tahu Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknis Intervensi Hasil
penelitian n Penelitian Respond pengukura Analisis
en n

14
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11)
13 Hubungan 2018 desa Mengetahui Observasi 90 kuesioner Studi cross - Sebagian responden
pengetahuan nunggalrejo hubungan onal responde sectional. memiliki pengetahuan
keluarga dengan kecamatan keluarga dengan analitik n yang baik sebesar
penggunaan obat punggur penggunaan 65,7% dan kurang
tradisional di kabupaten obat tradisional baik sebesar 34,3%
desa nunggalrejo lampung Sebagian besar
kecamatan tengah responden
punggur dikategorikan sebagai
kabupaten pengguna obat
lampung tengah tradisional sebesar
53,9% dan bukan
46,1%

14 Persepsi 2019 Kelurahan Untuk Observasi 105 kuesioner Purposive - Persepsi yang timbul
masyarakat simpang mengetahui onal responde sumpling. di masyarakat
mengenai obat baru persepsi survei n mengenai obat
tradisional di kecamatan masyarakat tradisional adalah obat
kelurahan tampang mengenai obat tradisional
simpang baru kota tradisiona. kandungannya lebih
kecamatan pekanbaru. aman (halal) (87,8%)
tampang kota dan untuk alasan
pecanbaru penggunaan obat
tradisional adalah
sudah di gunakan
secara turun temurun.
(82,7%).

.
B. Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.1 yang didapatkan dari jurnal melalui sumber

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) dan garuda mengenai

persepsi penggunaan kombinasi obat sintetik dan obat tradisional pada pasien

diabetes mellitus tahun 2020 yaitu pengetahuan, dukungan keluarga dan motivasi

diri yang akan dibahas dalam pembahasan berikut:

1. Pengetahuan pasien terhadap penggunaan kombinasi obat sintetik dan

obat tradisional.

Menurut hasil penilitian Abdullah & ddk 2019 tentang gambaran tingkat

pengetahuan masyarakat tentang obat generik di kecamatan Sepuluh Koto

Nagari Singgalan Kabupaten Tana Datar, dalam penilitian ini menunjukan

berbagai persepsi yang berbeda pada setiap individu, pengetahuan

mempengaruhi persepsi masyarakat tentang obat, dan persepsi tidak hanya di

pengaruhi oleh pengetahuan namun ada faktor eksternal, dalam penilitian

sebelumnya oleh Jamshed et al.,dikarachi, Pakistan menunjukan hasil yang

serupa yaitu responden memiliki persepsi dan perilaku yang baik terhadap obat

generik walaupun memiliki pengetahuan yang rendah mengenai obat generik.

pengetahuan masyarakat tentang obat generik masih belum maksimal, dimana

petugas kesehatan merupakan sumber informasi dengan presentasi tertinggi

14
tetapi tingkat pengetahuan masyarakat masih rendah, dalam penilitian ini

pengetahuan mempengaruhi persepsi penggunaan kombinasi obat.

Menurut hasil penilitian Fadhila Imaniar Noor Faridah, tentang kajian

persepsi dan pengetahuan penggunaan kombinasi obat sintetik dan obat

tradisional pada pasien DM tipe 2 di 3 puskesmas kota Yokyakarta, dalam

penilitian ini menjelaskan pendidikan bukan merupakan prioritas manusia pada

zaman dahulu tidak banyak yang berpendidikan tinggi, tidak menjamin bahwa

pengalaman yang dapat juga dipengaruhi oleh faktor social budaya yang dapat

mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan berdasarkan

pengalamannya. Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan manusia, atau

hasil tahu seseorang terhadap objek tertentu melalui indera yang dimilikinya,

hasil penilitian menjelaskan pengetahuan pasien terhadap obat tradisional pada

sebagian responden yaitu DM tipe 2 yang menggunakan kombinasi obat

sintetik dan tradisional di 3 puskesmas kota Yogyakarta memiliki pengetahuan

tinggi, secara statistik terdapat hubungan pengetahuan terhadap persepsi pasien

yang menggunakan obat tradisional.

Menurut hasil penilitian Dewi rahmawati & Rina Fitriani, tentang analisis

penggunaan kombinasi obat herbal pada pasien diabetes mellitus di RSUD A.W

SJAHRANIE Samarinda, dalam penilitian ini menjelaskan pasien dengan

diabetes melitus terbanyak dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 21

pasien (35%), SD sebanyak 19 pasien (31,7%), perguruan tinggi sebanyak 12


pasien (20.0%), dan SMP sebanyak 8 pasien (13,3%). Hal ini tidak sesuai

dengan teori dimana tingkat pendidikan yang tinggi semakin tinggi pula

kemampuan seseorang dalam menjaga gaya hidup dan semakin banyak

pengetahuan yang dimiliki (Agrina, 2011). Tetapi hal ini tidak dapat dilihat dari

satu faktor saja, banyak orang yang dengan tingkat pendidikan dan ekonomi

yang tinggi pula tetapi tidak bisa menjaga pola makan yang berdampak pada

status kesehatan. Berdasarkan hasil penilitian menunjukan bahwa pasien

diabetes mellitus menggunakan obat herbal antidiabetes sebanyak 60,32%

bersamaan dengan obat antidiabetes (OAD). Hal ini menunjukan bahwa pasien

diabetes mellitus sebagian besar melakukan swamedika dengan obat herbal

yang digunakan secara bersamaan dengan antidiabetes (OAD). Berdasarkan

hasil penilitian tersebut maka dapat di simpulkan pengetahuan tidak

mempengaruhi penggunaan kombinasi obat, tingkat pengetahuan tinggi tidak

menjamin seseorang dalam pemilihan penggunaan obat.

Menurut hasil penilitian Robinson Nainggolan, tentang hubungan

pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan mengkonsumsi obat hipoglikemik

oral pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di apotek lestari 3 Sunggal, dalam hasil

penilitian ini menjelaskan dari 50 responden yang berpengetahuan baik

sebanyak 5 orang (10,0%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 32 orang

(64,0%) sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 13 orang (26,0%).

Dalam penilitian ini responden memiiki sikap negatif tentang obat hipoglikemik

14
oral hal ini terlihat dari dimana 50 responden 35 orang diantaranya memiliki

sikap negatif (70,0%), hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan responden

tantang obat hipoglikemik oral, berdasarkan penelitian ini pengetahuan

memengaruhi responden dalam kepatuhan penggunaan obat, pengetahuan yang

kurang akan mempengaruhi pasien untuk penggunaan kombinasi obat sintetik

dan obat tradisional.

Menurut hasil penilitian Nayla Afkarin, tetang kajian pelayanan

kefarmasian dan persepsi pasien dalam penggunaan fitofarmaka dan obat

tradisional untuk diabetes mellitus tipe 2 tahun 2017. Dalam penilitian ini

ketika subjek penelitian ditanya oleh peneliti mengenai penggunaan obat

tradisional dengan obat konvensional secara bersamaan 45,45% menjawab

setuju dan dan yang lain menjawab tidak setuju karena harus yang sudah

diresepkan oleh dokter, mengenai sumber informasi pada kelompok penguna

obat tradisional presentasi terbesar adalah teman, kolega mitra kerja (72,73% )

dalam penilitian ini pengetahuan mempengaruhi penggunaan obat tradisional

tetapi faktor yang mempengaruhi dalam informasi adalah teman, dalam

penelitian ini ada hubungan pengetahuan, dukungan keluarga (teman).

Menurut hasil penelitian Emy Leonita dan Ariska Muliani pada tahun 2015

tentang penggunaan obat tradisional oleh penderita diabetes dan faktor faktor

yang berhubungan di wilayah kerja puskesmas rejosari pekanbaru Riau,terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan obat


medis dan tradisional, hasil penelitian ini sejalan dengan teori Notoatmodjo

(2014) bahwa pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informassi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. terdapat hubungan yang signifikan dengan penggunaan obat medis dan

tradisional, menurut peneliti adanya hubungan antara motivasi diri disebabkan

karena sebagian responden memiliki motivasi diri yang kurang sehingga

responden cenderung memilih pengobatan medis saja. Selain itu banyak

responden yang mengaku tidak tertarik untuk menggunakan obat tradisional,

karena mereka menganggap obat medis lebih praktis dibandingkan dengan obat

tradisional yang harus di olah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

2. Dukungan keluarga terhadap penggunaan kombinasi obat sintetik dan

obat tradisional.

Menurut hasil penilitian oleh Nafolion Nur Rahmat ddk, tentang persepsi

dan perilaku konsumen obat herbal penderita diabetes mellitus tipe 2 di desa

pesisir kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo, dalam penilitian ini

menjelaskan bahwa alasan utama masyarakat mengkonsumsi obat tradisional

adalah tingginya biaya obat konvensional, ketersediaan dan aksebilitas obat

tradisional, dan saran dari teman. Beberapa responden percaya bahwa

menggunakan kombinasi obat konvensional dan tradisional lebih efektif dari

pada menggunakan kedua jenis obat itu sendiri. Selain itu, beberapa responden

menyatakan bahwa pemerintah harus mensertifikasi dan mendukung

14
penggunaan obat–obatan tradisional, karena mereka memiliki keyakinan

bahwa obat herbal efektif dalam mengobati banyak penyakit yang tidak dapat

diobati di rumah sakit. Pengetahuan dan kesadaran akan diabetes dan pikiran

yang tertutup. Untuk mengatasi hal ini, maka menjadi hal yang penting untuk

mempelajari kepercayaan dan persepsi masyarakat pada perilaku perawat

kesehatan pada individu dengan DM, dalam penilitian ini banyak resonden

yang percaya bahwa ada makan dan obat- obatan tradisional yang dapat

digunakan untuk mengobati diabetes. Penggunaan obat herbal dalam

pengolahan diabetes dalam penilitian ini didorong oleh efektivias, ketersediaan,

dan aksebilitas obat tradisional, mahalnya obat-obatan konversional (obat

kimia), saran dari teman dan keluarga. Dalam penilitian ini dukungan keluarga

mempengaruhi persepsi penggunaan kombinasi obat pada pasien DM.

Menurut hasil penilitian Fitria Aprilina, EM Sutrisna, tentang profil

penggunaan obat tradisional pada masyarakat di kabupaten Tabalong

Kalimantan selatan tahun 2013, dalam hasil penilitian ini menjelaskan

penggunaan obat tradisional terbanyak dikabupaten Tabalong merupakan

wanita (77,5%), usia >30-45 (47,5%) pedidikan SMA (40,8%), tidak bekerja

(46,7%),dan memiliki penghasilan >1-5 juta (77,5%). Alasan responden

menggunakan obat tradisional karena obat modern terlalu mahal (34,2%).

Responden memperoleh informasi mengenai penggunaan obat melalui keluarga

(55,8%), dan merasa lebih baik setelah menggunakan obat tradisional (71,7%).
Sebanyak 95% dari responden tidak melaporkan penggunaan obat tradisional

mereka kepada dokter. Dalam penilitian ini keluarga mempengaruhi

penggunaan kombinasi obat.

Menurut hasil penilitian Sulfiyana H. Ambo Lau & dkk, tetang studi

perbandingan tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat herbal dan obat

sintetik di Campagayya Kelurahan Panaikang Kota Makasar, berdasarkan hasil

penilitian yang dilakukan 65,2% masyarakat mengetahui obat herbal dan

sebanyak 62,1% mengetahui tentang obat sintetik maka tingkat pengetahuan

masyarakat mengenai obat herbal lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai obat sintetik. Pengetahuan akan obat herbal

terjadi karena keterlibatan langsung dalam konsumsi sebagai pengguna maupun

melihat keluarga yang mengkonsumsi obat herbal, penggunaan masyarakat

akan obat herbal banyak ditentukan oleh kebiasaan orang tua atau keluarga.

Dalam penilitian ini ada hubungan keluarga dengan penggunaan kombinasi

obat herbal.

Menurut hasil penilitian Ebti Rizki Utami tahun 2018, tentang hubungan

pengetahuan keluarga dengan penggunaan obat tradisional didesa nunggalrejo

kecamatan punggur kabupaten lampung tengah, dalam penilitian ini

menjelaskan terdapat hubungan pengetahuan keluarga dengan penggunaan obat

tradisional di desa nunggal rejokecamatan punggur kabupaten lampung tengah

(p=0,008). Sebagian besar responden memiliki pengetahuanyang baik sebesar

14
65,7% dan kurang baik 34,3% sebagian besar responden dikategorikan sebagai

pengguna obat tradisinal sebesar 53,9% dan bukan pengguna sebesar 46,1%.

3. Motivasi terhadap penggunaan kombinasi obat sintetik dan obat

tradisional.

Menurut hasil penilitian Fitria Aprilina, EM Sutrisna, tentang profil

penggunaan obat tradisional pada masyarakat di kabupaten Tabalong

Kalimantan selatan tahun 2013, dalam hasil penilitian ini menjelaskan

penggunaan obat tradisional terbanyak dikabupaten Tabalong merupakan

wanita (77,5%), usia >30-45 (47,5%) pedidikan SMA (40,8%), tidak bekerja

(46,7%),dan memiliki penghasilan >1-5 juta (77,5%). Alasan responden

menggunakan obat tradisional karena obat modern terlalu mahal (34,2%).

Responden memperoleh informasi mengenai penggunaan obat melalui keluarga

(55,8%), dan merasa lebih baik setelah menggunakan obat tradisional (71,7%).

Sebanyak 95% dari responden tidak melaporkan penggunaan obat tradisional

mereka kepada dokter. Dalam penilitian ini keluarga mempengaruhi

penggunaan kombinasi obat dan motivasi diri karena adanya ransangan dari

luar, yaitu keluarga dan obat modern yang mahal, mempengaruhi motivasi diri

untuk membeli obat modern atau sintetik. Dalam penilitian ini motivasi

mempengaruhi penggunaan kombinasi obat tradisional.


Menurut hasil penilitian Nayla Afkarin, tetang kajian pelayanan

kefarmasian dan persepsi pasien dalam penggunaan fitofarmaka dan obat

tradisional untuk diabetes mellitus tipe 2 tahun 2017. Dalam penilitian ini

ketika subjek penelitian ditanya oleh peneliti mengenai penggunaan obat

tradisional dengan obat konvensional secara bersamaan 45,45% menjawab

setuju dan dan yang lain menjawab tidak setuju karena harus yang sudah

diresepkan oleh dokter, mengenai sumber informasi pada kelompok penguna

obat tradisional presentasi terbesar adalah teman, kolega mitra kerja (72,73% )

dalam penilitian ini pengetahuan mempengaruhi penggunaan obat tradisional

tetapi faktor yang mempengaruhi dalam informasi adalah teman, dalam

penelitian ini ada hubungan pengetahuan, dukungan keluarga (teman). Dalam

penilitian ini motivasi juga mempengaruhi penggunaan kombinasi obat karena

motivasi ekstrisik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya perangsang dari

luar (teman).

Menurut hasil penelitian Diza Fathamira Hamzah tahun 2019, tentang

analisis penggunaan obat herbal pasien diabetes mellitus tipe 2 di kota Langsa

bahwa sebagian besar penderita DM yang menggunakan obat herbal adalah

perempuan sebanyak 52 orang (52 %), 30 orang (30%) penderita DM tergolong

usia dewasa akhir yaitu berusia 36-45 tahun. 37 orang (30%) memiliki

pendidikan tinggi yakni lulusan perguruan tinggi, 33 orang (33%) adalah ibu

rumah tangga (IRT). 69 orang (69%) penderita DM menggunakan obat herbal.

14
Motivasi penggunaan obat herbal penderita DM dalam menggunakan obat

Herbal dikarenakan harganya yang relative murah dan mudah di dapat dengan

jumlah sebanyak 41 orang (41%). Selain itu penggunaan obat herbal telah

menjadi suatu tren dalam penanganan diabetes. Dalam penilitian ini motivasi

mempengaruhi penggunaan kombinasi obat tradisional.

Menurut penelitian Rifka Natu tahun 2015 tentang persepsi masyarakat

mengenai pemilihan obat sintetik dan obat tradisional di kelurahan pentadu

kecamatan paguat kabupaten pohuwato, ada beberapa faktor dalam pemilihan

obat antara lain kesembuhan, khasiat, keamanan ketertarikan dan kemudahan.

Yang mempunyai presentase tertinggi yaitu keamanan obat karena banyaknya

masyarakat menganggap obat sintetik memiliki tingkat keamanan yang lebih

baik. Pengguna Obat sintetik menyatakan obat sintetik memiliki masa

kadaluarsa tertulis, pengujian secara klinis/praklinis, serta petunjuk dan

peringatan pada kemasan obat sedangkan pada penggunaan obat tradisional

menyatakan bahwa obat tradisional tidak memiliki efek samping dan tidak

beresiko. Sebagian besar masyarakat memilih menggunakan obat sintetik

dibandingkan obat tradisional. Dari 95 orang responden , 84 orang (88,4%)

memilih obat sintetik, sedangkan responden yang memilih obat tradisional yaitu

11 orang (11,6%). Dalam peniitian ini masyarakat memiliki motivasi diri yang

baik dalam pemilihan obat, karena masyarakat memilih menggunakan obat

sintetik dibandingkan dengan obat tradisional, dalam hal ini masyarakat


termotivasi pada keamanan obat dan efek samping yang beresiko pada

kesehatan.

Menurut penelitian Ratna Sari Dewi dkk, tentang persepsi masyarakat

mengenai penggunaan obat tradisional di kelurahan simpang baru kecamatan

tampang kota pekan baru, berdasarkan usia responden yaitu dengan katagori

dewasa awal (18-40 tahun) 79 %. Hal ini juga di dukung dengan data statistic

kantor kelurahan simpang baru pada tahun 2013 bahwa berdasarkan kelompok

umur dengan usia dewasa memiiki persentasi yang lebih besar dibandingkan

dengan dewasa madya dan dewasa lanjut. Berdasarkan tinggkat pendidikan

responden yaitu dengan tinggkat pendidikan menengah (SMP-SMA) 74,3%,

pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat

daya tangkap informasi , sikap, pengetahuan dan prilaku kesehatan sehingga

tinggkat pendidikan responden perlu di ketahui. Dapat disimpulkan bahwa

persepsi yang banyak timbul di masyarakat mengenai obat tradisional adalah

obat tradisional buatan Indonesia lebih aman(halal)(87,8%)dan untuk persepsi

terhadap alasan masyarakat menggunakan obat tradisional karena obat

tradisional di gunakan secara turun-temurun (82,7%).

Menurut penelitian Emy Leonita dan Ariska Muliani pada tahun 2015

tentang penggunaan obat tradisional oleh penderita diabetes mellitus dan faktor-

faktor yang berhubungan di wilayah kerja puskesmas rejosari pekanbaru

dangan variabel independen yang berpendidikan rendah sebanyak 56 orang

14
responden (37,3%), memiliki motivasi diri yang kurang sebanyak 49 orang

(32,7%) yang memiliki Pendapatan rendah 70 orang (46,7%) dan kebudayaan

negative 69 orang (46 %). Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi

diri dengan penggunaan obat medis dan obat tradisional pada penderita diabetes

mellitus di wilayah kerja puskesma rejosari pekanbaru. Dapat di simpulkan

bahwa porporsi masyarakat yang menggunakan obat tradisional dan obat medis

sebanyak 78 orang (52,0%) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan

penggunaan obat tradisional oleh penderita diabetes mellitus adalah tinggkat

pendidikan penderita, motivasi diri, pendapatan penderita dan kebudayaan

penderita diabetes mellitus.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis systematic review pembahasan dalam jawaban

tujuan penilitian ini yaitu :

1. Pengetahuan Mempengaruhi Persepsi Penggunaan Kombinasi Obat

Sintetik dan Obat Tradisional Pada Pasien Diabetes Mellitus.

2. Dukungan Keluarga Mempengaruhi Persepsi Penggunaan Kombinasi

Obat Sintetik dan Obat Tradisional Pada Pasien Diabetes Mellitus.

3. Motivasi Keluarga Mempengaruhi Persepsi Penggunaan Kombinasi

Obat Sintetik dan Obat Tradisional Pada Pasien Diabetes Mellitus.

B. Saran

1. Bagi institusi

Diharapkan dapat menambah kepustakaan universitas Kristen Indonesia

Maluku dan menjadi referensi peneliti selanjutnya.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang persepsi

penggunaan kombinasi obat sintetik dan obat tradisional pada pasien

14
diabetes mellitus, dan dapat mengurangi penggunaan kombinasi obat

tanpa memiliki ijin khusus.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2018. Standar medical care in diabetes:

Riddle MC.ed. diabetes Care. Januari 2018.

Ariani, D & siswanto Whayudi, 2016. Model pembelajaran menuis cerita bandung:

reflika Aditama.

Anief, M 2006. Ilmu meracik obat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Anindita, P. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,

Kecukupan Protein, Dan Zinc Dengan Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6-

35 Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Kesehatan masyarakat.

http://ejournalst.undip.ac.id

BPOM Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2004. Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat Dan Makanan Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pokok

Pengelompokan Dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Jakarta: Badan

Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.

BPOM, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2005. Kriteria Dan Tatalaksana

Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal, Dan Fitofarmaka. Kepala Badan

Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia.

BPOM, Badan pengawas obat dan makan, 2006. Pembuatan obat yang baik. Jakarta:

BPOM

BPOM, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2014. Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat Dan Makanan Repubik Indonesia No.13 Tahun 2014 Tentang

14
Pedoman Uji Klinik Obat Herbal. Kepala Badan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia.

BPOM, Badan pengawas obat dan makanan, 2016. Laporan tahun 2016 badan

pengawas obat dan makanan RI. Jakarta: Badan POM RI.

BPOM, Pengawas obat dan makanan 2017. Acuan label gizi produk pangan. www.

Pom. Go.id ( Mei 2020).

Creswell, 2012.Research design pendekatan kualitatif, kuantittif dan mixeol

Yogyakarta : pustaka pelajar.

Departemen kesehatan RI, 2007. Pedoman strategi KIE keluarga sadar gizi di desa

siaga, Jendral bina kesehatan masyarakat. Jakarta.

Departemen kesehatan RI, 2008. Profil kesehatan Indonesia Jakarta

Departemen kesehatan RI, Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komonitas: Teori Dan Praktek Dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Farouhi, N G & Nicholas J Wareham. 2014. Epidemiology Of Diabetes. Abingdom,

England:UK Ed Medicine.

Fadhilah dan Imaniar Noor Faridah, 2019. Kajian Persepsi Dan Pengetahuan

Penggunaan Kombinasi Obat Sintetik Dan Obat Tradisional Pada Pasien DM

Tipe 2. Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan.


Jansje H V, dkk. 2013. Pravalensi Penyakit Tidak Menular Pada Tahun 2012-2013di

Kecamatan Airmandidi Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara.

Di akses pada tanggal 20 april 2020 dari http://google,com.

Juro EL, 2019. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Pola Penggunaan Obat

Tradisional Untuk Pengobatan Mandiri Di Kalangan Mahasiswa.

Yokyakarta, Universitas Sanata Dharma.

Kemenkes RI, 2012. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 007 Tahun

2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional. Jakarta: kemenkes RI.

Kemenkes RI, Riset kesehatan dasar (RISKESDA), 2013. Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes. RI. Pofil kesehatan Indonesia tahun 2014, Jakarta: kemenkes RI 2015.

Khoirunnisa, E, 2017. Proses Pembelajaran Dan Motivasi Dalam Menunjang

Kecerdasan Siswa SMA. Tulungaggung. Yogyakarta.

Kasibu, S, 2017. Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan tindakan

pemakaian obat resep dan tanpa resep dokter. Skripsi: Fakultas

kedokteran,Universitas Sumatra utara.

Lestari, T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.

Yokyakarta: Nuha Medka.

Maleong L J, 2010. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mubarak, 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengamatan Proses Belajar Mengajar

Dalam Pendidikan. Yokyakarta: Graha Ilmu.

14
Nursalam, 2017. Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik. Jakarta:

salemba medika.

Notoatmodjo S, 2003. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Rineka

cipta: Jakarta.

Notoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Reneka Cipta.

Notoatmodjo S, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo S, 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nurarif AH, dan Kusuma H. 2015. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan.

Jogjakarta, Percetakan Mediaction Publishing.

Pieter H Z & Lubis N L, 2010. Pengantar Psilogi Dalam Keperawatan. Jakarta:

Kencana.

Pratiwi R dkk, 2018. Tingkat Pengetahuan dan Penggunaan Obat Tradisional di

Masyarakat, Jurnal Aplikasi Iptek Untuk Masyarakat.(vol.7) Universitas

Padjadjaran.

Permenkes RI, No 007/menkes/vii/2012. Tentang registrasi obat tradisional Depkes

RI: Jakarta.

Riset kesehatan dasar (Riskesdas). (2018). Badan penilitian dan pengembangan

kesehatan kementrian RI. Tahun 2018. Hhtp://www.Depkes.go.id/Kemenkes

RI.

Robins S, 2008. Perilaku Organisasi.Jilid I Dan Jilid II. Alih Bahasa . Hadyana

Pujaatmaja. Jakarta: Prenhalindo.


Sarwono 2000. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Subroto, 2006. Penatalaksanaan diabetes. http://www.google.com.

Sudiharto, 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan

Transkultural. Jakarta:EGC

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung:

CV.Alfabeta.

Sulistiyani, 2003. Meningkatkan Kinerja Dan Produktifitas Kerja, Bandung: Mandar

Maju.

Supratjitno, 2004. Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dalam praktek.

Jakarta:EGC.

Suryabrata S, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Utami P, 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik Dan Asam Urat. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

Widyatun, 2009. Ilmu perilaku. Jakarta: info medika.

WHO (World health organization), 2016. Asthma fact sheets. Diunduh dari

http://www.who.int/mediacenter/factshess.

14

You might also like