You are on page 1of 10

MKWU4108-2

MUH. ABDUL MUHYI

043079895

MKWU4108/Bahasa Indonesia

76/Jember

1 dari 4
MKWU4108-2

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.1 (2022.2)

Fakultas : FKIP/Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Kode/Nama MK : MKWU4108/Bahasa Indonesia
Tugas 1

No. Soal
1. Berikanlah dan jelaskan contoh penggunaan keempat fungsi bahasa menurut Karl Raimund Poppe di daerah
tempat tinggal saudara!

2. Jelaskanlah perkembangan bahasa Indonesia pada zaman Jepang dengan menggunakan mind mapping!

3. Jelaskanlah empat fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara!

4. Bacalah artikel berikut untuk menerapkan teknik PQRST!

Sisi Positif Parenting Budaya


Jepang Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih mempelajari
bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk
membina rumah tangga di kemudian hari.
Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu
protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.
Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu
memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang anak.
Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang teladan, memberikan
batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.
Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anak- anaknya, semisal
tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk
melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.
Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal
buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra- putrinya di berbagai
aspek.
Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun digambarkan bahwa anak-anak di Jepang
merupakan anak yang patuh? Walaupun di balik itu terdapat unsur kompetitif yang muncul karena adanya harapan
orangtua agar putra-putrinya dapat lulus masuk ke sekolah atau kampus yang bergengsi.
Tentunya unsur kompetitif di satu sisi merupakan hal yang positif, tetapi karena tingkat kompetitif yang tinggi dari
harapan orangtua membuat putra-putri merasa tertekan. Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di Jepang
yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif?

1. Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat


Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur bersama
orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada.
Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu,
memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan menjadi ibu rela
untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.
Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit
berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja adalah membiarkan
2 dari 4
MKWU4108-2

anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.


Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang baik. Filosofi ini
menunjukan, dengan anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak tumbuh sehat.
Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga dapat lebih
mengenal saudara dan sosial. Orangtua di Jepang juga beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-
putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak


Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangtua mengasuh anaknya.
Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk membuat suatu piramida, sesudah
itu membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan caranya sendiri.
Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga orang tua
sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya.
Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai
diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang
dilakukan oleh orangtua.
Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun
temurun. Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan
atau tidak.
Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan tidak hanya sebagai mata pelajaran dan
diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga anak diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling
melayani, kegiatan makan siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah
Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara Jepang untuk
menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara


Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak dapat lebih mandiri dengan
mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya.
Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk
menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.
Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta
belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak diajarkan untuk mulai independen dan
dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.
Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan upacara hari kedewasaan
yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun.

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi


Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih luas,
anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya sendiri. Orangtua mengajarkan
anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati
anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas.
Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk
dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.
Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu pula dewasa ini
nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang mendidik anaknya. Namun meskipun terjadi
pergeseran dan perubahan, gaya asuh orangtua di Jepang yang menyayangi putra- putrinya tidak berubah.
Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuhnya merupakan
perpaduan antara sedikit gaya permisif, gaya authoritative (berwibawa).

Sumber:https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-parenting-budaya- jepang?
page=all#section2

3 dari 4
MKWU4108-2

Setelah Saudara membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah preview)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah informasi-informasi penting dari artikel tersebut! (langkah read)
4. Buatlah ringkasan! (langkah summarize)
5. Jawablah pertanyaan yang telah disusun pada langkah ke-2! (langkah test)

Jawaban saudara dapat mengacu pada modul MKWU 4108 bahasa Indonesia pada halaman 3.31 s.d. 3.39

5. Bacalah artikel berikut!

Sewindu Riset Pesisir, Data Karbon Biru Padang Lamun Indonesia Tercapai
Oleh: Dr. A’an Johan Wahyudi

PADANG lamun merupakan ekosistem laut dangkal yang didominasi oleh tumbuhan lamun, yaitu
tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi dengan air asin. Laut Indonesia tercatat memiliki 13 spesies lamun dari
60 spesies yang tercatat di dunia.
Tidak seperti ekosistem terumbu karang dan mangrove, padang lamun mendapat perhatian yang relatif
minim. Namun demikian, hasil riset di seluruh dunia menyatakan berbagai nilai penting dari padang lamun
terutama karena layanan ekosistemnya.
Layanan ekosistem yang dimaksud misalnya sebagai tempat pemijahan dan pembesaran berbagai spesies
ikan, penyaring material tersuspensi pada air laut, sumber makanan mamalia laut dugong, dan layanan karbon biru
untuk mitigasi perubahan iklim.
Istilah karbon biru (blue carbon) digunakan untuk karbon yang diserap, disimpan dan dilepaskan kembali
oleh ekosistem vegetasi laut (mangrove dan padang lamun). Karbon biru menjadi layanan ekosistem yang penting
terutama karena terkait aksi mitigasi perubahan iklim melalui penurunan emisi karbon.
Target penurunan emisi karbon Sesuai dengan inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (PRK), Indonesia
memiliki target penurunan emisi karbon sebesar 29% (atau 41% dengan bantuan luar negeri) relatif terhadap
business as usual (BAU) sampai tahun 2030.
Target penurunan emisi ini salah satunya harus disumbangkan oleh sektor laut dan perikanan, dengan
terlebih dahulu menentukan beberapa prasyarat. Prasyarat minimal antara lain penentuan faktor emisi alih lahan
ekosistem pesisir, catatan perubahan luas area, dan neraca karbon (cadangan dan serapan karbon) ekosistem
vegetasi pesisir termasuk padang lamun.
Ketika pertama kali isu karbon biru mendapat perhatian peneliti Indonesia satu dekade terakhir, langkah
awal yang dilakukan adalah melakukan riset mengenai cadangan dan serapan karbon ekosistem pesisir.
Pengembangan metode riset di Indonesia dilakukan dengan mengacu pada perkembangan terakhir riset karbon biru
di dunia.
Namun demikian, berbagai panduan dan metode riset umumnya menitikberatkan pada sampling lapangan
dan analisis laboratorium dengan sarana yang canggih dan maju. Kendala ini menjadi salah satu tantangan di
Indonesia, terutama karena tidak banyak peneliti yang mendapatkan kesempatan melakukan riset karbon biru
dengan sarana memadai.
Sementara itu, wilayah cakupan nasional Indonesia sangat luas, apalagi jika ditargetkan untuk memperoleh
data yang representatif secara nasional untuk data faktor emisi dan neraca karbon yang diperlukan dalam
perhitungan penurunan emisi karbon pada konteks PRK.
Riset karbon biru padang lamun menemukan momentumnya sekitar awal tahun 2013 lalu, ketika
dimulainya riset untuk menentukan neraca karbon, di samping inventarisasi dan riset ekologis ekosistem.
Namun, terkendala oleh sarana laboratorium dan akses lapangan, wilayah Indonesia yang luas tidak cukup
terwakili. Tercatat hanya ada sembilan lokasi di Indonesia yang telah diteliti dalam rangka riset karbon biru.
Tentunya sebaran wilayah ini masih jauh dari cukup.
Meskipun demikian, terdapat data dan informasi terkait padang lamun (biomas, kepadatan dan persentase
tutupan) di sekitar 19 lokasi di Indonesia yang diperoleh dari program COREMAP-CTI.
Termotivasi oleh inisiatif PRK, pada tahun 2018 peneliti dari berbagai lembaga tergerak untuk saling
berbagi data dan informasi terkait riset karbon biru. Data lengkap neraca karbon padang lamun dari sembilan
lokasi kemudian dikombinasikan dengan data dari 19 lokasi lainnya.
Model statistik yaitu Robust Linear Mixed Models (rLMMs) digunakan untuk menentukan korelasi
antar parameter padang lamun terkait neraca karbon, yaitu biomassa, kepadatan, persentase tutupan, cadangan
karbon, dan serapan karbon. Hanya ada 13 lokasi (dari 28 lokasi) yang cukup lengkap untuk

4 dari 4
MKWU4108-2

5 dari 4
MKWU4108-2

digunakan datanya dalam penentuan formula model.


Hasil kerja tim peneliti tersebut akhirnya dapat dipublikasikan dalam majalah ilmiah internasional, Ocean
Science Journal (https://rdcu.be/b14ic) pada tahun 2020.
Hasilnya, perhitungan neraca karbon padang lamun di Indonesia dapat dilakukan dengan memanfaatkan
formula yang telah dikembangkan. Data dasar terkait padang lamun (biomassa, kepadatan, dan persentase tutupan)
yang banyak tersedia di lembaga penelitian daerah dan universitas dapat dikonversi ke nilai neraca karbon dengan
formula yang tersedia pada publikasi ilmiah tersebut.
Hasil riset tersebut juga dapat memperkirakan total cadangan karbon yang tersimpan di ekosistem padang
lamun Indonesia yaitu sekitar 1.005 kilo ton karbon dengan potensi penyerapan karbon sebesar 7,4 mega ton
karbon per tahun. Rata-rata cadangan karbon lamun di Indonesia tercatat maksimum sebesar 0,36 dan 0,79 ton
karbon per hektar, masing-masing untuk cadangan karbon atas dan bawah permukaan.
Seagrass Carbon Converter (SCC), faktor emisi karbon, dan PRK Sebagai tindak lanjut agar hasil riset
dapat dengan mudah dipakai oleh pemangku kepentingan, maka dikembangkanlah sebuah aplikasi berbasis web,
yaitu Seagrass Carbon Converter (http://scc.oseanografi.lipi.go.id/).
SCC dibuat dengan mengacu pada formula untuk mengkonversi nilai biomas, kepadatan dan persentase
tutupan lamun menjadi nilai cadangan dan serapan karbon.
SCC diharapkan menjadi alternatif yang memudahkan bagi praktisi di daerah dalam hal pelaporan potensi
neraca karbon biru ekosistem padang lamun. Pelaporan-pelaporan semacam ini biasanya secara rutin diminta oleh
sekretariat PRK untuk dipantau dan dievaluasi dalam kaitannya target penurunan emisi karbon.
Berdasarkan nilai rata-rata cadangan karbon padang lamun nasional, maka kita bisa menentukan faktor
emisi aktivitas antropogenik alih guna lahan padang lamun yaitu sebesar 0,05 ton karbon. Nilai ini adalah 4% dari
rata-rata cadangan karbon (jumlah cadangan karbon atas dan bawah permukaan = 1,15 ton karbon).
Konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya bahwa, setiap hektar padang lamun akan mulai melepas
karbon ke udara secara bertahap sebesar 4% per tahun dari total cadangan karbon tersimpan, dimulai sejak
terjadinya kerusakan atau alih guna lahan.
SCC dalam konteks penentuan faktor emisi dan pelaporan PRK, dapat dimanfaatkan berbasis data lokal
sesuai dengan luasan area, kepadatan, biomassa maupun persentase tutupan padang lamun. Sehingga faktor emisi
juga dapat ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi riil di daerah dimana padang lamun berada.
Hal ini cukup relevan dengan fakta bahwa kondisi padang lamun akan berbeda di satu tempat dengan
tempat lainnya mengikuti skala mikro atau meso ekosistem. Artinya, dengan demikian SCC dapat memenuhi target
Tier 2 (atau bahkan Tier 3) dalam konteks aksi mitigasi perubahan iklim. Dr.

A’an Johan Wahyudi Diplomat Sains ASEAN 2020; Peneliti Madya Bidang Biogeokimia Laut Pusat Penelitian
Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/28/190600323/sewindu-riset-pesisir-data-karbon-biru- padang-


lamun-indonesia-tercapai?page=all#page2.

Jawablah pertanyaan berikut!


1. Apakah ide pokok paragraf ke-16?
2. Kata Konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya. Kembali ke?
3. Apakah simpulan dari artikel tersebut?

6 dari 4
MKWU4108-2

Jawaban Nomor 1 :
Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Peran
berbahasa tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama yaitu penyampaian pesan atau
makna oleh seseorang kepada orang lain. Dalam hal ini, respon pendengar atau lawan
komunikan-lah yang menjadi perhatian utama.
2. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan dan
pengalamannya kepada orang lain.
Menurut pendapat Karl Raemind Popper ia mengemukakan bahwa bahasa memiliki 4 fungsi yaitu:
1. Fungsi ekspresif
Fungsi ekspresif yaitu proses pengungkapan situasi atau menyatakan diri.
Contoh : Aduh..kepalaku sakit!
2. Fungsi signal
Fungsi signal yaitu fungsi yang memberikan reaksi, menjawab dan memberikan tanggapan
3. Fungsi deskriptif
Fungsi deskriptif yaitu fungsi yang mencakup 2 fungsi diatas, hanya caranya memberi
gambaran atau mendeskripsikan secara rinci apa yang akan disampaikan.
4. Fungsi argumentative
Fungsi argumentative yaitu fungsi bahasa dalam memberikan alasan atau argument.

Jawaban No 2 :
Pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Pada tahun 1942 Jepang menduduki
Indonesia resmi menjadi bahasa Indonesia dan Jepang tidak dapat
persatuan atau bahasa nasional. menggunakan bahasa lain selain
bahasanya sendiri.

Jepang mengajarkan bahasa Jepang


kepada orang Indonesia dan bermaksud
Zaman pendudukan Jepang 1942-1945
menggunakan bahasa Jepang sebagai
bahasa Indonesia dipakai sebagai
pengganti bahasa Belanda untuk
bahasa pengantar di semua tingkat
digunakan oleh orang Indonesia. Akan
pendidikan.
tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan
secara cepat seperti waktu dia
menduduki Indonesia.

Jepang terpaksa harus menumbuhkan


dan mengembangkan bahasa Indonesia
secepat-cepatnya agar pemerintahannya Waktu Jepang menyerah, tampak bahwa
dapat berjalan dengan lancar. Dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa
waktu yang pendek dan mendesak persatuan makin kuat kedudukannya
mereka harus beralih dari bahasa
Belanda ke Bahasa Indonesia.

7 dari 4
MKWU4108-2

Jawaban No 3 :

fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara antara lain :


1. Pemersatu masyarakat Indonesia Artinya adalah Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
untuk berkomunikasi antar masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai suku dan budaya.
2. Sebagai identitas nasional Bahasa Indonesia merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan
serta menjadi ciri khas untuk negara Indonesia.
3. Kebanggaan Bangsa Indonesia Artinya adalah Bahasa Indonesia dibuat oleh orang Indonesia
serta sebagai bahasa pemersatu.
4. Untuk berkomunikasi masyarakat Indonesia Secara garis besar, fungsi ini tidak berbeda jauh
dengan fungsi pemersatu atau bahasa pemersatu.

Jawaban No 4 :

1. Informasi awal : parenting menjadi isu hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat
untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapet diimplementasikan bagi
putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga dikemudian hari. Terdapat 4
jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
Identitas : penulis artikel Buyung Okta; Judul Sisi Positif Parenting Budaya Jepang
Topic artikel : parenting atau gaya asuh orang tua ada 4 jenis yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.

2. a. Apakah yang dimaksud dengan gaya asuh pemisif?

b. Bagaimana cara mengajarkan anak lebih disiplin dalam parenting budaya jepang?

c. Dengan menyertakan orang tua dan anak seperti teman, apakah mereka tidak semena-mena
dengan orang tua?

3. - Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu
protektif

- Gaya asuh orang tua dijepang meliputi : hubungan orang tua dan anak yang dekat, orangtua
adalah cerminan anak, orang tua dan anak adalah setara, memperhatikan perkembangan
emosi.
- Gaya asuh dijepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya
outhoritative (berwibawa)

4. Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Bahkan hampir setiap perempuan yang
telah melahirkan dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik
anaknya dirumah. Setelah 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15
tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk
disiplin dan melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua. Pada fase ini orangtua memberi
batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan. Disini anak diajarkan dan diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial
seperti saling melayani, kegiatan makan siang disekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap
dilakukan disekolah-sekolah di indonesia. Setelah anak berusia 15 tahun, orangtua mulai
memberikan ruang agar anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan
8 dari 4
MKWU4108-2

pada fase sebelumnya. Anak didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan
menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis. Anak mulai diajarkan independent dan
dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa. Orangtua mengajarkan anaknya unuk
melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap
empati dan saling menghormati orang lain. Orang tua dijepang tidak menganggap gaya asuh
mereka menjadi gaya asuh terbaik. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun daya
asuh orang tua dijepang yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

5. – Apakah yang dimaksud dengan gaya asuh permisif?


Jawaban : Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan
batasan kepada anak- anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh
dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia
inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.
- Bagaimana cara mengajarkan anak lebih disiplin dalam parenting budaya jepang?
Jawaban : Anak diajarkan dan diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti
saling melayani, kegiatan makan siang sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap
dilakukan disekolah-sekolah indonesia. Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin,
meskipun terkesan monoton merupakan cara jepang untuk membuat anak-anak belajar
untuk disiplin
- Dengan menyertakan orangtua dan anak seperti teman, apakah mereka tidak semena-mena
dengan orangtua?
Jawaban : Tidak, justru sebaliknya anak akan merasa tidak canggung dan akan lebih mudah
belajar menjadi pribadi yang lebih baik dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih
bersifat demokratis.

Jawaban Nomor 5 :

1. Perhitungan neraca karbon padang lamun di Indonesia dapat dilakukan dengan


memanfaatkan formula yang telah dikembangkan.

2. faktor emisi aktivitas antropogenik alih guna lahan padang lamun yaitu sebesar 0,05 ton
karbon. Nilai iniadalah 4% dari rata-rata cadangan karbon (jumlah cadangan karbon atas dan
bawah permukaan = 1,15 (ton karbon).

3. Laut Indonesia tercatat memiliki 13 spesies lamun dari 60 spesies yang tercatat di dunia. hasil
riset di seluruh dunia menyatakan berbagai nilai penting dari padang lamun terutama karena
layanan ekosistemnya. Karbon biru menjadi layanan ekosistem yang penting terutama karena
terkait aksi mitigasi perubahan iklim melalui penurunan emisi karbon. Target penurunan emisi
karbon Sesuai dengan inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (PRK), Indonesia memiliki target
penurunan emisi karbon sebesar 29% (atau 41% dengan bantuan luar negeri) relatif terhadap
business as usual (BAU) sampai tahun 2030. Riset karbon biru padang lamun menemukan
momentumnya sekitar awal tahun 2013 lalu, ketika dimulainya riset untuk menentukan neraca
karbon, di samping inventarisasi dan riset ekologis ekosistem. Namun, terkendala oleh sarana
laboratorium dan akses lapangan, wilayah Indonesia yang luas tidak cukup terwakili. Tercatat
hanya ada sembilan lokasi di Indonesia yang telah diteliti dalam rangka riset karbon biru.
Tentunya sebaran wilayah ini masih jauh dari cukup. Seagrass Carbon Converter (SCC), dibuat
dengan mengacu pada formula untuk mengkonversi nilai biomas, kepadatan dan persentase
tutupan lamun menjadi nilai cadangan dan serapan karbon. SCC diharapkan menjadi alternatif
9 dari 4
MKWU4108-2

yang memudahkan bagi praktisi di daerah dalam hal pelaporan potensi neraca karbon biru
ekosistem padang lamun. Pelaporan-pelaporan semacam ini biasanya secara rutin diminta oleh
sekretariat PRK untuk dipantau dan dievaluasi dalam kaitannya target penurunan emisi karbon.
SCC dalam konteks penentuan faktor emisi dan pelaporan PRK, dapat dimanfaatkan berbasis
data lokal sesuai dengan luasan area, kepadatan, biomassa maupun persentase tutupan padang
lamun. Sehingga faktor emisi juga dapat ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi riil di
daerah dimana padang lamun berada.

Sumber Rujukan :
http://dhansparrow.blogspot.com/2013/10/peranan-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html

10 dari
4

You might also like