You are on page 1of 6

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN AGAMA KOTA KUPANG


MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KOTA KUPANG
Jl. Sangkar Mas, No. 15, Kel. Nunbaun Sabu, Kec. Alak
Telp. (0380) 890130
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MADRASAH RAMAH ANAK
Nama Lembaga : MTsN Kota Kupang Kode Dok :
Satuan : SMP/MTs
Tanggal disahkan : Tanggal Revisi :

1 JUDUL STANDAR SEKOLAH RAMAH ANAK


2 TUJUAN  Menciptakan suasana madrasah yang ramah
anak
 Mewujudkan kondisi aman, bersih, sehat,
peduli, dan berbudaya lingkungan hidup,
yang mampu menjamin pemenuhan hak dan
perlindungan anak dari kekerasan,
diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya,
selama anak berada di satuan pendidikan,
serta mendukung partisipasi anak
terutama dalam perencanaan, kebijakan,
pembelajaran dan pengawasan
3 REFERENSI  UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Pendidikan Nasional
 Penyusunan tata tertib yang sesuai dengan
Konvensi Hak Anak (KHA)
 Pelaksanaan Undang-Undang Perlindungan
Anak sesuai dengan proses pembelajaran
yang melibatkan semua pihak yang
berkepentingan pada dunia pendidikan
4 PIHAK TERKAIT Kepala Madrasah, Guru dan Peserta didik, orang
tua dan masyarakat.
5 PROSEDUR 1. Standar kompetensi lulusan
KERJA  Lulusan memiliki sikap anti
kekerasan, dan peduli sesama.
 Lulusan memiliki sikap toleransi yang
tinggi
 Lulusan memiliki sikap peduli
lingkungan
 Lulusan memiliki sikap setia kawan
 Lulusan memiliki sikap bangga
terhadap Madrasah dan Almamater

2. Standar Isi
 Standar Isi mencantumkan pelaksanaan
Madrasah Ramah Anak
 Dasar hukum mencantumkan Undang-
undang Perlindungan Anak (UUPA)

3. Standar Pendidik dan Tenaga


Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan
mampu mewujudkan Madrasah Ramah
Anak:
Sekolah Bebas kekerasan baik:
 kekerasan secara Fisik (physical
abuse). Secara sengaja dan paksa
dilakukan terhadap bagian tubuh anak
yang bisa menghasilkan ataupun tidak
menghasilkan luka fisik pada anak
contohnya : memukul, menguncang-
guncang anak dengan keras, mencekik,
mengigit, menendang, meracuni,
menyundut anak dengan rokok, dan lain-
lain.
 kekerasan secara sexsual (sexual
abuse), terjadi jika anak digunakan
untuk tujuan seksual bagi orang yang
lebih tua usianya. Misalnya memaparkan
anak pada kegiatan atau perilaku
seksual, atau memegang atau raba anak
atau mengundang anak melakukannya.
Termasuk disini adalah penyalahgunaan
anak untuk pornografi, pelacuran atau
bentuk ekploitasi seksual lainnya.
 kekerasan secara emosional (emotional
abuse) Meliputi serangan terhadap
perasaaan dan harga diri anak. Perlakuan
salah ini sering luput dari perhatian
padahal kejadian bisa sangat sering
karena biasanya terkait pada
ketidakmampuan dan / atau kurang
efektifnya orang tua/guru/orang dewasa
dalam menghadapi anak. Bentuknya bias
mempermalukan anak, penghinaan,
penolakan, mengatakan anak “Bodoh”,
“malas”, “nakal”, menghardik,
menyumpai anak dan lain-lain.
 Penelantaran anak. Terjadi jika orang
tua wali pengasuh, guru, orang dewasa
tidak menyediakan kebutuhan mendasar
bagi anak untuk dapat berkembang
normal secara emosional, psikologis dan
fisik. Contoh tidak diberi makan,
pakaian, tempat berteduh, tidak
mendapat tempat duduk, diabaikan
keberadaannya dan lain-lain. Guru
memahami Undang-Undang
Perlindungan Anak (UUPA)

4. Standar Proses
Proses pembelajaran menekankan pendidikan
yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk
berperan aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik
1) Guru/pendidik memberikan ruang kepada
anak untuk berkreasi, berekspresi, dan
partisipasi sesuai dengan tingkat umur dan
kematangannya sehingga pembelajaran
menyenangkan.
2) Guru/pendidik memberikan perlindungan
dan rasa aman bagi anak saat proses
pembelajaran di sekolah.
3) Guru/pendidik menghargai keberagaman
dan memastikan kesetaraan keberadaan
peserta didik.
4) Guru/pendidik memberikan perlakuan adil
bagi murid laki-laki dan perempuan, cerdas
lemah, kaya miskin, normal cacat dan anak
pejabat dan buruh.
5) Guru/pendidik membiasakan penerapan
norma agama, sosial dan budaya setempat
dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
6) Guru/pendidik memberikan kasih sayang
kepada peserta didik, memberikan perhatian
bagi mereka yang lemah dalam proses
belajar karena memberikan hukuman fisik
maupun non fisik bisa menjadikan anak
trauma.
7) Saling menghormati hak hak anak baik antar
murid, antar tenaga kependidikan serta
antara tenaga kependidikan dan siswa.
8) Dalam proses pembelajaran terjadi proses
belajar sedemikan rupa sehingga siswa
merasa senang mengikuti pelajaran, tidak
ada rasa takut, cemas dan was-was, tidak
merasa rendah diri karena bersaing dengan
teman lain.
9) Dalam proses pembelajaran Guru/pendidik
membiasakan etika mengeluarkan pendapat
kepada peserta didik dengan tata cara :
 Tidak memotong pembicaraan orang lain
 Mengancungkan tangan saat ingin
berpendapat, berbicara setelah
dipersilahkan.
 Mendengarkan pendapat orang lain.
10) Proses belajar mengajar di sekolah didukung
oleh media ajar seperti buku pelajaran dan
alat bantu ajar/peraga yang disediakan oleh
sekolah sehingga membantu daya serap
murid.

5. Standar Sarana dan Prasarana


 Penataan ruang kelas, siswa dilibatkan
dalam penataan bangku, dekorasi, dan
kebersihan agar betah dan nyamandi
kelas.
 Penataan tempat duduk yang fleksibel
sesuai dengan kebutuhan.
 Siswa dilibatkan dalam memajang karya,
hasil ulangan/tes, bahan dan buku
sehingga artistik dan menarik serta
menyediakan pojok baca
 Bangku dan kursi ukurannya disesuaikan
dengan ukuran postur anak indonesia
serta mudah untuk digeser guna
menciptakan kelas yang dinamis.

Lingkungan Madrasah
 Siswa dilibatkan dalam pendapat untuk
menciptakan lingkungan madrasah
(penentuan warna dinding kelas, hiasan,
kotak saran, majalah dinding, taman
kebun madrasah)
 Guru terlibat langsung dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan
memberikan contoh seperti memungut
sampah , membersihkan meja sendiri.
 Fasilitas sanitasi seperti toilet, tempat
cuci, disesuaikan dengan postur dan
fasilitas.
 Lingungan sekolah bebas asap rokok
 Tersedia fasilitas air bersih, hygiene, dan
sanitasi, fasilitas kebersihan dan fasilitas
kesehatan. Penerapan kebijakan atau
peraturan yang mendukung kebersihan
dan kesehatan yang disepakati, dikontrol
dan dilaksanakan oleh semua siswa dan
warga MTsN Kota Kupang.
 Penerapan kebijakan atau peraturan yang
melibatkan siswa.
 Penetapan tata tertib MTsN Kota
Kupang.
 Menyediakan tempat dan sarana bermain
karena bermain menjadi dunia anak agar
anak memperoleh kesenangan,
persahabatan, memperoleh teman baru,
merasa enak, belajar keterampilan baru.
 Menyediakan lingkungan lain yang
dapat dimanfaatkan oleh anak
 Kamar mandi bersih bebas bau
 Ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang
Laboratorium, ruang baca, ruang digital
class,ruang pajangan hasil karya, tempat
berolahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berekreasi merupakan
tempat yang representatif bagi anak.
 Ruang kantin bersih, bebas dari debu
dan lalat.
 Kantin yang menjual makanan yang
tidak membahayakan bagi kesehatan
anak.
 Menciptakan lingkungan yang
memungkinkan anak makan tidak sambil
berdiri.
 Menciptakan lingkungan yang nyaman
untuk beraktivitas.

6. Standar pembiayaan
 Anak tidak dilibatkan dalam urusan
keuangan yang terkait dengan kewajiban
orang tua/ wali siswa
 Jumat Infaq tidak digunakan untuk
alasan mencari dana tambahan (*tidak
ada tekanan dan sindiran bagi anak yang
tidak mampu memberi infaq)
 Program kegiatan outbound/belajar di
luar kelas dibahas secara transparan
dengan orangtua siswa dan anak (tidak
ada unsur “paksaan”).

7. Standar Pengelolaan
 Tata tertib guru dipajang agar anak dapat
membaca
 Sanksi yang diberikan kepada anak yang
melanggar tata tertib, disepakati antara
guru, anak dan orang tua pada awal
tahun pelajaran.
 Penerapan konsekuensi logis bagi
pelanggar tata tertib. Contoh: penerapan
“poin”  Pemberian “reward”
disosialisasikan kepada masyarakat
sekolah pada awal tahun pelajaran.
 Program madrasah/kebijakan madrasah
disosialisasikan kepada masyarakat
madrasah.

8. Standar Penilaian pendidikan


 Memberikan reward bagi anak
berprestasi baik akademik maupun
nonakademik.
 Memberikan bimbingan dan motivasi
kepada anak yang kurang berhasil dalam
evaluasi.
 Tidak mempermalukan anak dihadapan
temannya terhadap prestasinya yang
kurang
 Guru secara transparan menjelaskan
kepada anak kriteria penilaian.
 Mengoreksi dan menilai Pekerjaan
Rumah.
 Anak diberi kesempatan menilai kinerja
guru.

Kota Kupang, 20
Kepala Madrasah,

Musa Lea Lao, S.Pd


19680302 199403 1 004

You might also like