You are on page 1of 23

“KERJASAMA PROFESSIONAL DENGAN TEMAN SEJAWAT DAN

ANGGOTA PROFESI LAINNYA”


PENGEMBANGAN PROFESI BIMBINGAN & KONSELING
Dosen Pengampu : HASTIN BUDISISWI, M.Pd

Disusun oleh :

VINI SEPTIANA : (1120600003)


AHMAD YAZID PURNOMO : (1120600029)
RYAN ALVI HIDAYATULLAH : (1120600037)
NUR LATIFATUL KHASANAH : (1118500045)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

‫ بمس مم ام ال رر حح ْم من ال رر مح ِي مم‬-

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kita semua. Berkat itulah,
pada kesempatan kali ini kami dapat menulis tulisan dalam bentuk
makalah tentang “Kerjasama Professional Dengan Teman Sejawat
dan Anggota Profesi Lainnya [Prinsip Kerja Krofesi Bimbingan dan
Konseling & Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi]” guna
melengkapi tugas dari Mata kuliah Perkembangan Profesi Konseling.
Sholawat beserta salam kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa tuliasan ini masih banyak kelemahan dan
kekurangan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran serta
sumbangan pikiran Ibu Hastin Budisiswi, M. Pd guna menyempurnakan
tulisan ini dimasa yang akan datang dan selaku dosen pengampu, semoga
tuliasan ini bermanfaat bagi kita yang membacanya.
Akhir kata, kami mengharapkan semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kami dan pembaca. Saya
ucapakan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Tegal, 02 November
2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3. Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
Kerjasama Professional Dengan Teman Sejawat Dan Anggota Profesi
Lainnya.....................................................................................................................2
2.1. Prinsip Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling..........................................3
2.2. Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi.......................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
3.1. Kesimpulan..................................................................................................13
3.2. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, baik dibidang teknologi
maupun ilmu pengetahuan sekarang ini, tidak hanya merpermudah kita
dalam kehidupan namun, dibalik kemudahan dalam kehidupan tetap saja
ada efek negative dari itu semua. Salah satunya dibidang psikologi.
Banyaknya masalh yang muncul, dalam penanganan masalh maka ilmu
pengetahuan yang mehimpun pemecahan masalahtentang psikologi.
Dengan maraknya ahli-ahli yang profesional di bidang profesional, salah
satunya adalah BK yang tidak hanya menjadi BK pendidikan tetapi juga
BK-BK lainnya.
Untuk mendalami suatu keahlian setidaknya haruslah paham akan
konsep dasar atau prinsip yang dimiliki suatu ilmu tersebut, karena prinsip
tersebut menjadi pedoman dalam pelaksanaan pelayanan. Harus diketahui
juga bahwa setipa profesi memiliki hubungan dengan profesi lainnya.
Dalam tulisan ini lebih menfokuskan pada phubungan BK dalam
Pendidikan yaitu disekolah, dimana struktur sekolah memiliki peran yang
terhubung dalam kerjasama pelaksanaan BK.
1.2. Rumusan Masalah
a) Apa saja Prinsip Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling ?
b) Bagaimana Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi ?
c) Bagaimana Bentuk Kerja Sama Dengan Teman Sejawat Dan
Anggota Profesi Lain?
d) Bagaimana Keterampilan Mengembangkan Kerja Sama Sejawat &
Dengan Anggota Profesi Lain?
e) Bagaimana Pengembangan Jejaring (Net Working) Kerja Sama
Profesional?
1.3. Tujuan
f) Untuk Mengetahui Prinsip Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling!
g) Untuk Mengetahui Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi !
h) Untuk Mengetahui Bentuk Kerja Sama Dengan Teman Sejawat Dan
Anggota Profesi Lain?

4
i) Untuk Mengetahui Keterampilan Mengembangkan Kerja Sama
Sejawat & Dengan Anggota Profesi Lain?
j) Untuk Mengetahui Pengembangan Jejaring (Net Working) Kerja
Sama Profesional?

5
BAB II
PEMBAHASAN
Kerjasama Professional Dengan Teman Sejawat Dan Anggota Profesi
Lainnya
Dalam tulisan yang ditulis oleh Desi Suci Fitriani Dkk (2015)
mengatakan bahwa profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan
profesi selalu dikaitkan dengan pekerjaam atau jabatab yang dipegang oleh
seseorang, akan tetapi tisemua pekerjaan atau jabatan dapat disebut
profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini
mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi
tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangan.
Dan juga dalam sebuah artikel yang di tulis oleh Syarifah Anis
(2013) mengatakan bahwa, profesi adalah kata serapan dari sebuag kata
dala bahsa inggris “Profess” yang bermakna janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tuga khusu secara tetap/permanen. Profesi
sebdiri memiliki arti sbuag pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus.
Seperti yang diungkapkan oleh Burang Ashitamaymu (2015: 9)
didalam tulisan Desi Suci Fitriani Dkk (2015) Konselor adalan seseorang
yang karena kewenangan dan keahlianya memberi bantuan kepada konseli.
Dalam konsleing individual. Konselor menjadi aktor yang secara aktif
mengembangakan proses konseling untuk mencapai tujuan konsleing
konsleing sesuai dengan prinsip- prinsip dasar konseling. Dan dalam
proses konsleing, selain menggunakan meia verbal, konselor juga dapat
menggunakan mesia tulisan, gambar, media elektronik dan media
pengembangan tingkah laku lainnya. Semua itu diuayakan konselor
dengan cara-cara yang cermat dan tepat demi terentaskannya masalah
yang dialami oleh konseli.

6
Dan didalam tulisan Desi Suci Fitriani (2015) Pekerjaan tidak
sama dengan prosesi. Istilaj uanb mudah di mengerti oleh masyarakat
awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaanm
namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi
memiliki mekaniisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai ketentuan
sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit
seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir
semua orang mengganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

2.1. Prinsip Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling


Menurut Halaen pada Bimibingan dan Konseling (2002;63) di
dalam sebuah tulisan yang tidak disebutkan penulisnya, mengatakan
bahwa prinsip berasal dari kata prinsipra yang artinta permulaan dengan
suatu cara tertentu melahirkan hal—hal lain, yang keneradaannya
tergantung dari pemula itu, prinsi[ ini merupakan hasil perpaduan antara
kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.
Prinsip bimbingan dan Konsleing menguraikan tentang pokok-
pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau
aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan
bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis
atau aturan main yang harus diakui dalam pelaksanaan program pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah maupun di tempai lain
(konselor/penyuluh profesi lain).
Prayitno dan Erman pada bukunya Dasar-dasar Bimbingan dan
Konsleing yang diungkapkan dalam tulisan yang tidak disebutkan
namanya mengatakan bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan
telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu
yang dimaksudkan. Dapat di simpulkan bahwa prinsip-prinsip bimbingan
dan konsleing merupakan panduan hasil-hasil teori dan praktek yang
dirumuskan dan dijadikan pesoman sekaligus dasar dasar bagi

7
penyeleggaraan pelayanan. Intinya bahwa prinsip-prinsip bimbingan
konsleing ialah konsep dari profesi bimbingan dan konseling itu sendiri
dan menjadi pedoman pelaksanaan pelayanan.
Prinsip-prinsip bimbingan konsleing dalam pelayanan yang
digunakan bersumber dari kajian filosofid hasil penelitian dan pengalaman
tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam
konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Adapun beberapa prinsip
pelaksanaan bimbingan konseling yang diungkapkan oleh Nurihsan
Juntika dalam bukunya Bimbingan dan Konseling dalam Latar Kehidupan
(2006; 9) di dalam tulisan yang tidak disebutkan namanya menyebutkan,
diantaranya;
1. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
2. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang
di bimbing.
3. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri.
4. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan
lembagahendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang
berwenang menyelesaikannya.
5. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan
oleh individu yang akan dibimbing.
6. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai kebutuhan individu dan
masyarakat

8
7. Program bimbingan di lingkungan pendidiakn tertentu harus sesusai
dengan program Pendidikan.
8. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada didalam
ataupun diluar lembaga penye;enggaraan pendidikan.
9. Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evalusi untuk
mengetahui hasil dan pelaksanna program.
Prayitno mengatakan dalam sebuah tulisan bahwa rumusan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya ialah berkenan dengan
sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah,
program pelayanan, penyelenggaraan pelayanaan, diantaranya prinsip-
prinsip tersebut adalah;
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan; sasaran
pelayanna bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik
secara perorangan ataupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan
pada umumnya adalah perkembangan dan perkehidupan individum
namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah
lakunya yang dipengaruhi oleh aspek- aspek kepribadian dan kondisi
sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam
perkembangan dan kehidupan itu mendorong
dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konsleing sebagi berikut:
a) BK melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama dan status, sosial ekonomi.
b) BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang
unik dan dinamis.
c) BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai
aspek perkembangan individu.
d) BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual
yang menjadi orienrientasi pokok pelayananya.
Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu; berbagai

9
faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu
tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang
berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa
masalah. Pelayanan BK hanya mampu
menangani masalah klien secara terbatas yang berkenanaan dengan:
a) BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental fisik individu terhadap penyesuaian dirinya
dirumah, disekolah, serata dalam kaitannya dengan kontak
sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan
terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b) Kesejahteraan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakna
faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuannya
menjadi perhatian utama pealyanan BK.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan; adapun
prinsip- prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK itu adalah
sebagai:
a) BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan
pengembangan oleh karena itu BK harus diselaraskan dan
dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan
pendidikan serta perkembangan peserta didik.
b) Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
c) Program bimbingan dan Konseling disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan; pelaksanaan
pelayanan BK baik yang bersifat insidental mauun terprogram,
dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini
akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh
tenanga ahli bidangnya, yaitu konsleor profesional. Prinsip-prinsip
yang berkenanan dengan hal tersebut ialah (Halen; 2002):

10
a) BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhrnya mampu membeimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahannya.
b) Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan
oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri
bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain.
c) Permasalahan individu harus ditangabu oleh tenaga ahli
dibidang yang relevan dengan permasalahn yang dihadapi.
d) Kerja sama anatara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang
tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
e) Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan
penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses
pelayanna dan program bimbingan dan konsleing itu sendiri.
4. Prinsip-prinsip bimbingan dan konsleing di sekolah dalam lapangan
operasional bimbingan dan konseling; Sekolah merupakan lembaga
yang wajah dna sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanna
bimbingan dan konseling diharapkan dapat timbuj dan berkembang
dengan amat baik mengingat sekolah merupajan lahan yang secara
potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru
menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK
secara resmi memang ada di sekolah, tetapi keberadaannya belum
seperti dikendaki. Dalam katan Belkin dalam Prayitno 1994 dan
didalam tulisan lain menegaskan enam prinsip untuk menumbuha
kembangkan pelayanan BK di sekolah.
2.2. Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi
Hubungan dan kerjasama BK, umumnya dalam masalah sekolah.
Karena kedua kata ini sering ditemui. Hubungan berarti terkait akan peran,
dan disini kita akan membahas peranan dan kerjasama personil sekolah
dalam pelayanan Bk di Sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Gusnanda
Amalia (2014);

11
1

Peran Kepala/Wakil Kepala Sekolah; kepala sekolah selaku


penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah
memegang peran strategis dalam mengembangkan layanna bimbingan
dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, Prayitno (2004) dalam
Gusnanda Amalia (2014)memerincikan peran, tugas dan tanggung
jawab kepala sekolah dalam bimbingan dan
konseling, sebagai berikut;
1. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan
berlangsung di sekolah,sehingga pelayanan pengajaran,latihan,dan
bimbingan dan konseling merupakan suatukesatuan yang terpadu,
harmonis, dan dinamis.
2. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan
bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien.
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan
bimbingan dan konseling.
4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
5. Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat
mengembangkan kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan
pengembangan profesi.
6. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan
kepengawasan yangdilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang
BK.Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas,
2006), terdapat tujuh peranutama kepala sekolah yaitu, sebagai:
a. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik).
b. Kepala sekolah sebagai manajer.
c. Kepala sekolah sebagai administrator.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor.

12
1

e. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin).


f. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja.
g. Kepala sekolah sebagai wirausahawan.
Peran Guru Pembimbing; Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahamandan pengarahan
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimumterhadap sekolah, keluarga serta masyarakat. Dalam
keseluruhan proses pendidikan gurumerupakan faktor utama. Dalam
tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenisperan yang
mau tidak mau harus dilaksanakan sebaik- baiknya. Setiap jabatan atau
tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula.
Sehubungan dengan peranannyasebagai pembimbing, seorang
guru harus;
a) Mengumpulkan data tentang siswa
b) Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari
c) Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa
baik secara individumaupun secara kelompok untuk memperoleh
saling pengertian tentang pendidikan anak
d) Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk
membantu memecahkan masalah siswa
e) Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik
f) Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
g) Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu
memecahkan masalah siswa
h) Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan
petugas bimbingan lainnya
i) Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Peran Guru Mata Pelajaran; Di sekolah, tugas dan tanggung jawab
utama guru adalah melaksanakan kegiatanpembelajaran siswa. Kendati
demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan
kegiatanpelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi

13
1

guru mata pelajaran tetap sangatdiharapkan guna kepentingan


efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah.
Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai
konselor bagisiswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu
peran yang dijalankan oleh guruyaitu sebagai pembimbing dan untuk
menjadi pembimbing baik guru harus memilikipemahaman tentang
anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran
gurumata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis
(2005) mengemukakanbahwa guru- guru mata pelajaran dalam
melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius,
bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan
menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan
tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan
dan konseling adalah:
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada siswa.
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-
siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling,serta
pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan
bimbingan dan konseling kepadaguru pembimbing/konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu
siswa yang menuntutguru pembimbing/konselor memerlukan
pelayanan pengajar /latihan khusus (sepertipengajaran/ latihan
perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa
dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukanlayanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengikuti /menjalani layanan/kegiatanyang dimaksudkan itu.

14
1

7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa,


seperti konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.
a) Peran Wali Kelas; Sebagai pengelola kelas tertentu dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan:
1) Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas
tugasnya, khususnya di kelasyang menjadi tanggung jawabnya;
2) Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam
pelayanan bimbingandan konseling, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya
3) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatanbimbingan dan konseling;
4) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan
konseling, seperti konferensikasus; dan
5) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepadaguru pembimbing/konselor.
b) Peran Pengawas BK; Pengawas BK mempunyai peranan:
1) Mengkoordinasikan guru pembimbing dalam :
a. Memasyarakatkan pelayanan BK kepada segenap warga
sekolah (siswa, guru, danpersonil sekolah lainnya), orang
tua siswa dan masyarakat.
b. Menyusun program kegiatan BK (prohram satuan layanan
dan kegiatan pendukung, program mingguan, bulanan,
caturwulan, dan tahunan).
c. Melaksanakan program BK
d. Mengadministrasikan program kegiatan BK
e. Menilai hasil pelaksanaan program BK
f. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan BK

15
1

g. Memberikan timdak lanjut terhadap analisis penilaian BK


2. Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan
bagi kepentingan tenaga,prasarana, dan sarana alat dan
perlengkapan pelayanan BK.
c) Kerjasama antara Personil Sekolah dan Pelaksana BK; Pelaksanaan
tugas pokok guru dalam proses belajar pembelajaran tidak dapat
dipisahkan dari proses bimbingan. Ada beberapa pendapat mengenai hal
ini yaitu:
1) Proses belajar menjadi sangat efektif apabila bahan yang dipelajari
dikaitkan langsungdengan tujuan pribadi siswa.
2) Guru memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya
lebih peka terhadapahal-hal yang dapat memperlancar dan
mengganggu kelancaran kegiatan kelas.
3) Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah/kesulitan secara
lebih nyata. Guru pembimbing mempunyai keterbatasan dalam
hal yang berkaitan dengan:
a) Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa dalam hal
ini karena tenagapembimbing masih sangat terbatas, sehingga
pelayanan siswa dalam jumlah yangcukup banyak tidak bisa
dilakukan secara
intensif.
b) Keterlibatan guru pembimbing sehingga tidak mungkin dapat
memberikan semuabentuk pelayanan seperti memberikann
pengajaran perbaikan untuk bidang studitertentuDilain pihak,
guru juga mempunyai beberapa ketentuan menurut Koestoer
Pratowisastro (1982). Keterbatasan-keterbatasan guru tersebut
antara lain:
1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah siswa yang
bermacam-macam, karenaguru tidak terlatih untuk
melakukan semua tugas.
2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak

16
1

mungkin lagi ditambah tugas yang lebih banyak untuk


memecahkan berbagai macam masalah.
2.3 Bentuk Kerja Sama Hubungan Guru Dengan Rekan Sejawat &
Anggota Profesi Lain
Dalam hubungan guru dengan rekan sejawat ada beberapa hal yang
harus dilakukan, menghendaki supaya guru menjalankan kewajiban-
kewajibannya sebagai berikut :
1. Membantu dalam menentukan dan menjalankan kebijakan-kebijakan
sekolah.
2. Membantu teman-temannya dengan nasihat-nasihat yang konstruktif
dan pikiran-pikiran yang membantu.
3. menghargai dengan ikhlas bantuan yang diterima dan kemajuan-
kemajuan yang dicapai.
4. Membantu teman-teman untuk memperoleh promosi yang patut di
dapat.
5. Menjauhkan diri campur tangan, perkara-perkara antara guru-guru
dan murid-murid kecuali jika kedudukannya yang resmi
mengharuskan.
6. Menjauhkan ocehan atau kecaman yang bersifat menentang tentang
guru-guru lain.
7. Berbicara secara konstruktif tentang guru-guru lain, akan tetapi
melaporkan secara jujur kepada pejabat-pejabat yang berwenang
dalam perkara-perkara yang menyangkut kesejahteraan murid-murid,
sekolah dan jabatan.
8. Menggabungkan diri dengan aktif dalam organisasi-organisasi guru.

            Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahawa “Guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini
berarti bahwa: (1) Guru hendaknya menciptakan dan memlihara hubngan sesama
guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan

17
1

memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di


luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya hubungan yang harmonis perilaku diciptakan dengan mewujudkan
persaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan
sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan
hubungan kekeluargaan.
Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka
melakukan tugas kedinasan. Sedangkan hubungan keleuargaan ialah hubungan
persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam
hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan anggota
profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.
 Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
            Seperti diketahui, dalam setiap sekolah terdapat seorang kepala sekolah
dan beberapa orang guru ditambah dengan beberapa orang personel sekolah
lainnya sesui dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah
membawakan misinya akan banyak bergantung kepada semua manusia yang
terlibat di dalamnya. Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagimana
mestinya, mutlak adanya hubunga yang baik di antara sesma personel yaitu
hubungan baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dankepala
sekolah ataupun guru dengan semua personel sekolah lainnya. Semua personel
sekolah in iharus dapat menciptakan hubungan baik dengan anak didik di sekolah
tersebut.
            Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap
ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian, dan tanggung
jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan seta
menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri
sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain (Hermawan, 1979). Dalam
suatu pergaulan hidup, bagaimanapun kecilnya jumlah manusia, akan terdapat
perbedaan-perbedaan pikiran, perasaan, kemauan, sikap, watak, dan lain
sebagainya. Sekalipun demikian hubungan tersebut dapat berjalan lancar,

18
1

tenteram, dan harmonis, jika di antara meraka tumbuhan sikap saling pengertian
dan tenggang rasa antara satu dengna lainnya.
            Adapun kebiasaan kita pada umumnya, untuk kadang-kadang bersikap
kurang sungguh-sungguh dan kurang bijaksana, sehingga hal ini menimbulkan
keretakan di antara sesama kita. Hal ini tidak boleh terjadi karena kalau diketahui
murid ataupun orang tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan
tidak percaya kepada sekolah. Hal ini juga dapat mendatangkan pengaruh yang
negatif kepada anak didik. Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang
berlarut-larut, kita perlu saling maaf-memaafkan dan memupuk suasana
kekeluargaan yang akrab antara sesama guru dan aparatur di sekolah.
 Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan
            Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah
dokter yang diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat
kalimat yang menyatakan bahawa setiap dokter akan memperlakukan teman
sejawatnya sebagai saudara kandung. Dengan ucapan ini para dokter menganggap
profesi mereka sebagai suatu keluarga yang harus dijunjung tinggi dan
dimuliakan.
            Sebagai saudara mereka berkewajiban saling mengoreksi dan saling
menegur, jika terdapat kesalahan-kesalihan atau penyimpangan yang dapat
merugikan profesinya. Meskipun dalam prakteknya besar kemungkinan tidak
semua anggota profesi dokter itu melaksanakan apa yang diucapkannya dalam
sumpahnya, tetapi setidak-tidaknya sudah ada norma-norma yang mengatur dan
mengawasi penampilan profesi itu.
            Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? Dalam hal
ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih
memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti
tersebut, bagikita masih perlu ditumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat
bahwa hubungan guru dengan teman sejawatnya berlangsung seperti halnya
dengan profesi kedokteran.Uraian ini dimaksudkan sebagai perbandingan untuk
dijadikan bahan dalam meningkatkan hubungan guru dengan guru sebagai
anggota profesi keguruan dalam hubungan keseluruhan.

19
3.1. Kesimpulan

Prinsip-prinsip BK merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan


praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi
penyelenggaraan pelayannan. Prinsip-prinsip Bk ada bebrapa macam
yaitu;
a) Prinsip-prinsip yang berkaitan dengn sasaran layanan.
b) Prinsip yang berkenaan dengan permasalah individu.
c) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan.
d) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan pelaksanaan
pelayanan,
e) Prinsip-prinsip bimbingan dan konsleing di sekolah.
Hubungan dan kerjasama BK, umumnya dalam masalah sekolah.
Seperti
yang diungkapkan oleh Gusnanda Amalia (2014);
a) Peran Kepala/Wakil Sekolah.
b) Peran Guru Pembimbing.
c) Peran Guru Mata Pelajaran.
d) Peran Wali Kelas.
e) Peran Pelayan BK.
f) Kerjasama antara Personil Sekolah dan Pelaksana BK.

3.2. Saran

Demikianlah pembahasan dari makalah kami ini, kami berharap


semoga makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan

20
kami pun berharap pula kritikan dan saran bagi pembaca demi
kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Kami menyadari bahwa di
dalam makalah kami memilki kekurangan, sekian dan terima kasih atas
perhatian para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Desi Suci Dkk. (2015). Makalah Bimbingan dan Koseling Profesi.
Bau Bau: Universitas Muhammadiyah Buton Bau Bau.
https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/makalah-
bimbingan- dan-konseling-sebagai-profesi/.
(Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta.
Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai
Latar Kehidupan. PT RFIKA ADITAMA : Bandung. Prayitno dan
Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka
Cipta: Jakarta)
Anis, Sarifah. (2013). Makalah Etika Profesi Hubungan Antara
Pekerjaan, Profesi,Profesional dan
TeknologiInformasi.
- http:// syarifahanis.blogspot.co.id/2013/05/makalah-etika-profesi-
hubungan- antara.html.
Amalia, Gusnanda. (2014). Peran dan Kerjasama Personil: Peranan dan
Kerjasama Personil Sekolah dalam Pelayanna BK di Sekolah. -
http://swagwildnyoung.blogspot.co.id/2014/03/peranan-dan-
kerjasama- personil.html.
-. (-). Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan. -.
Prayitno & Erman Amti. (2015). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Supriatna, Mamat. (2011). Bimbingan Konseling Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sutrina. (2013). Bimbingan dan Konseling Berbasis Formal,Nonformal dan
Informal. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Makalah pengembangan profesi bimbingan konselor
(efaiqtrzqyh.blogspot.com)
http://modernflow.blogspot.com/2016/04/kerjasama-profesional-
dengan-teman.html

22
1

23

You might also like