Professional Documents
Culture Documents
Kerjasama Professional Dengan Teman Sejawat Dan Anggota Profesi Lainnya
Kerjasama Professional Dengan Teman Sejawat Dan Anggota Profesi Lainnya
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
بمس مم ام ال رر حح ْم من ال رر مح ِي مم-
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3. Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
Kerjasama Professional Dengan Teman Sejawat Dan Anggota Profesi
Lainnya.....................................................................................................................2
2.1. Prinsip Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling..........................................3
2.2. Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi.......................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
3.1. Kesimpulan..................................................................................................13
3.2. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, baik dibidang teknologi
maupun ilmu pengetahuan sekarang ini, tidak hanya merpermudah kita
dalam kehidupan namun, dibalik kemudahan dalam kehidupan tetap saja
ada efek negative dari itu semua. Salah satunya dibidang psikologi.
Banyaknya masalh yang muncul, dalam penanganan masalh maka ilmu
pengetahuan yang mehimpun pemecahan masalahtentang psikologi.
Dengan maraknya ahli-ahli yang profesional di bidang profesional, salah
satunya adalah BK yang tidak hanya menjadi BK pendidikan tetapi juga
BK-BK lainnya.
Untuk mendalami suatu keahlian setidaknya haruslah paham akan
konsep dasar atau prinsip yang dimiliki suatu ilmu tersebut, karena prinsip
tersebut menjadi pedoman dalam pelaksanaan pelayanan. Harus diketahui
juga bahwa setipa profesi memiliki hubungan dengan profesi lainnya.
Dalam tulisan ini lebih menfokuskan pada phubungan BK dalam
Pendidikan yaitu disekolah, dimana struktur sekolah memiliki peran yang
terhubung dalam kerjasama pelaksanaan BK.
1.2. Rumusan Masalah
a) Apa saja Prinsip Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling ?
b) Bagaimana Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi ?
c) Bagaimana Bentuk Kerja Sama Dengan Teman Sejawat Dan
Anggota Profesi Lain?
d) Bagaimana Keterampilan Mengembangkan Kerja Sama Sejawat &
Dengan Anggota Profesi Lain?
e) Bagaimana Pengembangan Jejaring (Net Working) Kerja Sama
Profesional?
1.3. Tujuan
f) Untuk Mengetahui Prinsip Kerja Profesi Bimbingan dan Konseling!
g) Untuk Mengetahui Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi !
h) Untuk Mengetahui Bentuk Kerja Sama Dengan Teman Sejawat Dan
Anggota Profesi Lain?
4
i) Untuk Mengetahui Keterampilan Mengembangkan Kerja Sama
Sejawat & Dengan Anggota Profesi Lain?
j) Untuk Mengetahui Pengembangan Jejaring (Net Working) Kerja
Sama Profesional?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kerjasama Professional Dengan Teman Sejawat Dan Anggota Profesi
Lainnya
Dalam tulisan yang ditulis oleh Desi Suci Fitriani Dkk (2015)
mengatakan bahwa profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan
profesi selalu dikaitkan dengan pekerjaam atau jabatab yang dipegang oleh
seseorang, akan tetapi tisemua pekerjaan atau jabatan dapat disebut
profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini
mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi
tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangan.
Dan juga dalam sebuah artikel yang di tulis oleh Syarifah Anis
(2013) mengatakan bahwa, profesi adalah kata serapan dari sebuag kata
dala bahsa inggris “Profess” yang bermakna janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tuga khusu secara tetap/permanen. Profesi
sebdiri memiliki arti sbuag pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus.
Seperti yang diungkapkan oleh Burang Ashitamaymu (2015: 9)
didalam tulisan Desi Suci Fitriani Dkk (2015) Konselor adalan seseorang
yang karena kewenangan dan keahlianya memberi bantuan kepada konseli.
Dalam konsleing individual. Konselor menjadi aktor yang secara aktif
mengembangakan proses konseling untuk mencapai tujuan konsleing
konsleing sesuai dengan prinsip- prinsip dasar konseling. Dan dalam
proses konsleing, selain menggunakan meia verbal, konselor juga dapat
menggunakan mesia tulisan, gambar, media elektronik dan media
pengembangan tingkah laku lainnya. Semua itu diuayakan konselor
dengan cara-cara yang cermat dan tepat demi terentaskannya masalah
yang dialami oleh konseli.
6
Dan didalam tulisan Desi Suci Fitriani (2015) Pekerjaan tidak
sama dengan prosesi. Istilaj uanb mudah di mengerti oleh masyarakat
awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaanm
namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi
memiliki mekaniisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai ketentuan
sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit
seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir
semua orang mengganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
7
penyeleggaraan pelayanan. Intinya bahwa prinsip-prinsip bimbingan
konsleing ialah konsep dari profesi bimbingan dan konseling itu sendiri
dan menjadi pedoman pelaksanaan pelayanan.
Prinsip-prinsip bimbingan konsleing dalam pelayanan yang
digunakan bersumber dari kajian filosofid hasil penelitian dan pengalaman
tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam
konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Adapun beberapa prinsip
pelaksanaan bimbingan konseling yang diungkapkan oleh Nurihsan
Juntika dalam bukunya Bimbingan dan Konseling dalam Latar Kehidupan
(2006; 9) di dalam tulisan yang tidak disebutkan namanya menyebutkan,
diantaranya;
1. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
2. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang
di bimbing.
3. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri.
4. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan
lembagahendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang
berwenang menyelesaikannya.
5. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan
oleh individu yang akan dibimbing.
6. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai kebutuhan individu dan
masyarakat
8
7. Program bimbingan di lingkungan pendidiakn tertentu harus sesusai
dengan program Pendidikan.
8. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada didalam
ataupun diluar lembaga penye;enggaraan pendidikan.
9. Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evalusi untuk
mengetahui hasil dan pelaksanna program.
Prayitno mengatakan dalam sebuah tulisan bahwa rumusan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya ialah berkenan dengan
sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah,
program pelayanan, penyelenggaraan pelayanaan, diantaranya prinsip-
prinsip tersebut adalah;
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan; sasaran
pelayanna bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik
secara perorangan ataupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan
pada umumnya adalah perkembangan dan perkehidupan individum
namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah
lakunya yang dipengaruhi oleh aspek- aspek kepribadian dan kondisi
sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam
perkembangan dan kehidupan itu mendorong
dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konsleing sebagi berikut:
a) BK melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama dan status, sosial ekonomi.
b) BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang
unik dan dinamis.
c) BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai
aspek perkembangan individu.
d) BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual
yang menjadi orienrientasi pokok pelayananya.
Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu; berbagai
9
faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu
tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang
berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa
masalah. Pelayanan BK hanya mampu
menangani masalah klien secara terbatas yang berkenanaan dengan:
a) BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental fisik individu terhadap penyesuaian dirinya
dirumah, disekolah, serata dalam kaitannya dengan kontak
sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan
terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b) Kesejahteraan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakna
faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuannya
menjadi perhatian utama pealyanan BK.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan; adapun
prinsip- prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK itu adalah
sebagai:
a) BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan
pengembangan oleh karena itu BK harus diselaraskan dan
dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan
pendidikan serta perkembangan peserta didik.
b) Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
c) Program bimbingan dan Konseling disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan; pelaksanaan
pelayanan BK baik yang bersifat insidental mauun terprogram,
dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini
akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh
tenanga ahli bidangnya, yaitu konsleor profesional. Prinsip-prinsip
yang berkenanan dengan hal tersebut ialah (Halen; 2002):
10
a) BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhrnya mampu membeimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahannya.
b) Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan
oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri
bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain.
c) Permasalahan individu harus ditangabu oleh tenaga ahli
dibidang yang relevan dengan permasalahn yang dihadapi.
d) Kerja sama anatara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang
tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
e) Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan
penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses
pelayanna dan program bimbingan dan konsleing itu sendiri.
4. Prinsip-prinsip bimbingan dan konsleing di sekolah dalam lapangan
operasional bimbingan dan konseling; Sekolah merupakan lembaga
yang wajah dna sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanna
bimbingan dan konseling diharapkan dapat timbuj dan berkembang
dengan amat baik mengingat sekolah merupajan lahan yang secara
potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru
menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK
secara resmi memang ada di sekolah, tetapi keberadaannya belum
seperti dikendaki. Dalam katan Belkin dalam Prayitno 1994 dan
didalam tulisan lain menegaskan enam prinsip untuk menumbuha
kembangkan pelayanan BK di sekolah.
2.2. Hubungan dan Kerjasama Antar Profesi
Hubungan dan kerjasama BK, umumnya dalam masalah sekolah.
Karena kedua kata ini sering ditemui. Hubungan berarti terkait akan peran,
dan disini kita akan membahas peranan dan kerjasama personil sekolah
dalam pelayanan Bk di Sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Gusnanda
Amalia (2014);
11
1
12
1
13
1
14
1
15
1
16
1
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahawa “Guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini
berarti bahwa: (1) Guru hendaknya menciptakan dan memlihara hubngan sesama
guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan
17
1
18
1
tenteram, dan harmonis, jika di antara meraka tumbuhan sikap saling pengertian
dan tenggang rasa antara satu dengna lainnya.
Adapun kebiasaan kita pada umumnya, untuk kadang-kadang bersikap
kurang sungguh-sungguh dan kurang bijaksana, sehingga hal ini menimbulkan
keretakan di antara sesama kita. Hal ini tidak boleh terjadi karena kalau diketahui
murid ataupun orang tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan
tidak percaya kepada sekolah. Hal ini juga dapat mendatangkan pengaruh yang
negatif kepada anak didik. Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang
berlarut-larut, kita perlu saling maaf-memaafkan dan memupuk suasana
kekeluargaan yang akrab antara sesama guru dan aparatur di sekolah.
Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah
dokter yang diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat
kalimat yang menyatakan bahawa setiap dokter akan memperlakukan teman
sejawatnya sebagai saudara kandung. Dengan ucapan ini para dokter menganggap
profesi mereka sebagai suatu keluarga yang harus dijunjung tinggi dan
dimuliakan.
Sebagai saudara mereka berkewajiban saling mengoreksi dan saling
menegur, jika terdapat kesalahan-kesalihan atau penyimpangan yang dapat
merugikan profesinya. Meskipun dalam prakteknya besar kemungkinan tidak
semua anggota profesi dokter itu melaksanakan apa yang diucapkannya dalam
sumpahnya, tetapi setidak-tidaknya sudah ada norma-norma yang mengatur dan
mengawasi penampilan profesi itu.
Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? Dalam hal
ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih
memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti
tersebut, bagikita masih perlu ditumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat
bahwa hubungan guru dengan teman sejawatnya berlangsung seperti halnya
dengan profesi kedokteran.Uraian ini dimaksudkan sebagai perbandingan untuk
dijadikan bahan dalam meningkatkan hubungan guru dengan guru sebagai
anggota profesi keguruan dalam hubungan keseluruhan.
19
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
20
kami pun berharap pula kritikan dan saran bagi pembaca demi
kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Kami menyadari bahwa di
dalam makalah kami memilki kekurangan, sekian dan terima kasih atas
perhatian para pembaca.
21
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, Desi Suci Dkk. (2015). Makalah Bimbingan dan Koseling Profesi.
Bau Bau: Universitas Muhammadiyah Buton Bau Bau.
https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/makalah-
bimbingan- dan-konseling-sebagai-profesi/.
(Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta.
Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai
Latar Kehidupan. PT RFIKA ADITAMA : Bandung. Prayitno dan
Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka
Cipta: Jakarta)
Anis, Sarifah. (2013). Makalah Etika Profesi Hubungan Antara
Pekerjaan, Profesi,Profesional dan
TeknologiInformasi.
- http:// syarifahanis.blogspot.co.id/2013/05/makalah-etika-profesi-
hubungan- antara.html.
Amalia, Gusnanda. (2014). Peran dan Kerjasama Personil: Peranan dan
Kerjasama Personil Sekolah dalam Pelayanna BK di Sekolah. -
http://swagwildnyoung.blogspot.co.id/2014/03/peranan-dan-
kerjasama- personil.html.
-. (-). Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan. -.
Prayitno & Erman Amti. (2015). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Supriatna, Mamat. (2011). Bimbingan Konseling Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sutrina. (2013). Bimbingan dan Konseling Berbasis Formal,Nonformal dan
Informal. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Makalah pengembangan profesi bimbingan konselor
(efaiqtrzqyh.blogspot.com)
http://modernflow.blogspot.com/2016/04/kerjasama-profesional-
dengan-teman.html
22
1
23