You are on page 1of 5

DISKUSI 5 TAP IPEM

DISKUSI 5

Kepatuhan Penyelenggara Negara terhadap Standar Pelayanan Publik

Ombudsman RI telah mengumumkan ke publik tanggal 27 November 2019 penilaian atau


survei kepatuhan terhadap standar pelayanan publik. Penilaian Ombudsman dalam survei ini
mencakup total 17.717 pelayanan dan 2.366 unit layanan. Penilaian kepatuhan dilakukan
secara serentak pada 4 (empat) Kementerian, 3 (tiga) Lembaga, 6 (enam) Provinsi, 36
Pemerintah Kota dan 215 Pemerintah Kabupaten.

Penilaian terhadap kementerian menunjukkan bahwa sebanyak 50% masuk dalam zona hijau
dengan predikat kepatuhan tinggi dan 50% masuk dalam zona kuning dengan predikat
kepatuhan sedang, dengan 591 produk layanan yang dinilai. Untuk lembaga, menunjukkan
seluruhnya memiliki predikat kepatuhan sedang (zona kuning), terhadap 1.186 produk
layanan.

Penilaian terhadap pemerintah provinsi menunjukkan bahwa 33,33% pemerintah provinsi


masuk dalam zona hijau, predikat kepatuhan tinggi. 50% masuk dalam zona kuning, predikat
kepatuhan sedang dan 16,67% masuk dalam zona merah predikat kepatuhan rendah. Hal yang
paling sering dilanggar adalah hak masyarakat memperoleh informasi yang cepat dan
transparan tentang alur dan mekanisme mengenai perizinan dan non-perizinan yang pengguna
layanan akses, tidak memenuhi kewajiban untuk mempublikasikan indikator sistem,
mekanisme dan prosedur.

Penilaian terhadap pemerintah kabupaten menunjukkan bahwa sebanyak 26,51% pemerintah


kabupaten masuk dalam zona merah, predikat kepatuhan rendah. 40,47% masuk dalam zona
kuning dan 33,02% masuk dalam zona hijau dengan 15.629 produk layanan yang tersebar di
215 pemerintah kabupaten. Komponen standar pelayanan publik yang paling sering dilanggar
terutama adalah yang berkaitan dengan hak kelompok disabilitas mendapatkan akses dan
fasilitas yang mudah dan layak serta hak pengguna layanan untuk menilai penyelenggara
layanan melalui alat pengukuran kepuasan pelanggan.

Survei ini menggunakan indikator yang diolah berdasarkan pasal 21 UU No. 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik berkewajiban
memenuhi 14 komponen standar pelayanan yang meliputi :  (a) dasar hukum; (b) persyaratan;
(c) sistem, mekanisme, dan prosedur; (d) jangka waktu penyelesaian; (e) biaya/tarif; (f)
produk pelayanan; (g) sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; kompetensi pelaksana; (i)
pengawasan internal; (j) penanganan pengaduan, saran, dan masukan; (k) jumlah pelaksana; 
(l) jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan; (m) jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk
komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya dan risiko keragu-raguan; dan
evaluasi kinerja pelaksana.

Dari gambaran hasil pengawasan pelayanan publik oleh Ombudsman RI sepanjang tahun
2019, khususnya untuk pengaduan masyarakat dan kepatuhan terhadap standar pelayanan
publik menunjukkan bahwa penyelenggara negara perlu usaha serius melakukan perbaikan
untuk menciptakan pelayanan publik prima di tahun 2020. Beberapa hal yang mesti
dilakukan penyelenggara negara dari tingkat pusat hingga ke daerah adalah mengupayakan:
(a) melakukan upaya proaktif koordinasi penyelesaian laporan masyarakat dengan
Ombudsman RI; (b) memenuhi standar pelayanan publik sebagaimana komponen yang
terdapat dalam pasal 21 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan publik.

Proses peningkatan kualitas pelayanan publik memerlukan adanya komitmen terhadap asas-
asas pemerintahan yang baik sesuai asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB)
diamanatkan oleh UU Administrasi Pemerintahan Nomor 30 tahun 2014, pada Pasal 10
menyatakan bahwa AUPB meliputi asas : kepastian hukum, kemanfaatan, ketidak
berpihakan, kecermatan, tidak menyalahgunakan kewenangan, keterbukaan, kepentingan
umum, dan pelayanan yang baik.

Demi mewujudkan kualitas pelayanan untuk tercapainya pelayanan publik prima, salah satu
indikator sasaran pembangunan dalam Rancangan Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2020 sesuai
Perpres Nomor 61 tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020, bagian
pembangunan aparatur adalah meningkatnya inovasi dan kualitas pelayanan publik. Presiden
Joko Widodo, dalam pidatonya mengenai visi Indonesia di Sentul International Convention
Center tanggal 14 Juli 2019, yang menggagas lima hal untuk visi pembangunan Indonesia
lima tahun kedepan, salah satunya juga menekankan pentingnya agenda reformasi birokrasi,
terletak pada kecepatan pelayanan dan perizinan.

Apabila penyelenggara negara/instansi pemerintah berkomitmen kuat dalam menjalankan


tugas dan fungsinya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengutamakan aspek
pelayanan dan keadilan, maka visi dan tujuan untuk mencapai peningkatan kualitas pelayanan
publik prima dapat diwujudkan.

Sumber: Disarikan dari tulisan Ratna Sari Dewi dalam


https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--proyeksi-           peningkatan-kualitas-pelayanan-
publik-2020i, diakses 03 Mei 2021.

Pertanyaan.

Fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan pemeliharaan pola merupakan aksi
yang semestinya dijalankan penyelenggara negara dari pusat hingga ke daerah sebagai upaya
kebertahanan sistem standar pelayanan publik.

Analisislah standar pelayanan publik dengan menggunakan 4 (empat) fungsi diatas!

Perhatian:

Silakan menanggapi arahan diskusi berdasarkan analisis sendiri. Anda tidak diperkenankan


untuk melakukan copy paste dari jawaban teman yang lain dan tidak diperkenankan
melakukan copy paste dari link internet tanpa mencantumkan sumber dan tanpa
mengemukakan pendapat anda sendiri. Tanggapan tidak diperkenankan hanya berisi “ucapan
terima kasih kepada tutor” (tidak perlu dan harus dihindari).
TANGGAPAN :

Fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan pemeliharaan pola merupakan gagasan yang
dikemukakan oleh Parsons yang dikenal dengan sebutan AGIL (Adaptation, Goal attainment,
Integration, Latency) sebagai suatu fungsi penting yang harus dimiliki oleh suatu sistem agar
tetap bertahan (survive). Keempat fungsi tersebut memiliki sifat memaksa. itu artinya setiap
sistem harus menghadapi dan harus berhasil menyelesaikan masalah-masalah adaptasi,
pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola yang tersembunyi. Keempat fungsi
memaksa ini diterapkan pada semua sistem tindakan-alamiah, kultur, kepribadian, dan
masyarakat.
Demikian halnya dengan sistem standar pelayanan publik, agar tetap dapat bertahan maka
standar pelayanan publik harus memiliki empat fungsi (AGIL) sebagaimana yang
dikemukakan oleh Parsons tersebut, yang dapat dijelasakan sebagai berikut:

1. Dengan fungsi adaptasi (adaptation), sebuah sistem harus menanggulangi situasi


eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. Dengan demikian, fungsi
adaptasi menimbulkan tanggapan terhadap kebutuhan dan lingkungan. Kebertahanan
sistem standar pelayanan publik sangat ditentukan oleh adanya kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat mencapai tujuan. Untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan maka sistem standar pelayanan publik harus
mempunyai antara lain: kualitas sumber daya manusia yang baik, fasilitas yang
memadai, dan pendanaan yang cukup, jika tidak, maka sistem standar pelayanan
publik tersebut tidak dapat mewujudkan suatu pelayanan publik yang baik sesuai
dengan yang diharapkan.
2. Fungsi pencapaian tujuan (goal attainment) merupakan syarat bahwa sebuah sistem
harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Sistem standar pelayanan
publik harus dapat mendefinisikan secara jelas standar pelayanan publik yang
bagaimana yang harus diselenggarakan dalam pelaksanaan pelayanan publik agar
dapat mencapai tujuan pelayanan publik dengan baik. Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah pencapaian tujauan dalam pelayanan publik. Jika pelaksanaan
pelayanan publik tidak mencapai tujuan yang diharapkan, maka hal ini berarti ada
masalah yang harus diselesaikan dalam sistem standar pelayanan publik tersebut.
Dengan demikian, para manajer pelayanan publik harus menyusun strategi perbaikan
agar penyelenggaraan pelayanan publik mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan.
3. Fungsi integrasi (integration). Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-
bagian yang menjadi komponennya. Integrasi tergantung pada norma-norma yang
mengatur berbagai proses yang memberikan sumbangan terhadap implementasi nilai-
nilai bersama yang telah terpola. Norma menetapkan harapan-harapan dan karenanya
menentukan antarhubungan dalam sistem standar pelayanan publik. Dengan
demikian, sistem standar pelayanan publik harus mengatur dengan jelas antar
hubungan bagian-bagian dalam penyelenggaraan pelayanan publik sehingga
mekanisme pelayanan publik dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dalam sistem
standar pelayanan publik pengelolaan fungsi adaptasi, pencapaian tujuan dan
pemeliharaan pola harus dilakukan dalam rangka menciptakan integrasi diantara
fungsi-fungsi tersebut sehingga dapat menunjang terciptanya pelayanan yang baik
kepada masyarakat.
4. Fungsi Pemeliharaan pola (latency), Sistem standar pelayanan publik harus
melengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-
pola kultural yang menciptakan dan menopang terwujudnya motivasi yang baik dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Pemeliharaan pola adalah fungsi nilai. Diperlukan
adanya nilai-nilai yang baik yang tetap terpelihara dalam diri aparat pelayanan publik
sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Nilai yang ada dalam
diri individu akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pelayanan publik. Jika seorang
menjunjung tinggi integritas maka dapat dipastikan akan melaksanakan tugasnya
dengan baik sehingga pelayanan publik yang diberikan pasti memilki berkualitas
sebab dilakukan dengan sepenuh hati.

Sumber Referensi:
Buku Materi Pokok Perubahan Sosial dan Pembangunan (IPEM4439)
TANGGAPAN 2

Menurut Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang ombudsman Republik Indonesia adalah
untuk mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara
Negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan
swasta atau perseorangan didalam omdusman itu.

Sebagai sebuah negara yang terus berkembang, Pemerintah Indonesia selalu berinovasi dalam
banyak bidang, baik dalam bidang pembangunan saranan-prasarana, pengembangan di bidang
teknologi, pemutakhiran dalam bidang pelayanan publik dan sebagainya. Lembaga Ombudsman
merupakan salah satu buah dari semangat reformasi yang bertujuan membentuk lembaga-lembaga
pemerintahan baru. Dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 44 Tahun 2000
tentang Komisi Obdusman Nasional adalah sebagai awal mula terbentuknya Lembaga Ombudsman
yang pada waktu itu merupakan bukti dari keseriusan pemerintah untuk menciptakan kondisi yang
kondusif dalam melaksanakan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) melalui peran
serta masyarakat demi terjaminnya hak-hak masyarakat agar memperoleh pelayanan umum,
keadilan dan kesejahteraan secara lebih baik.

Adapun beberapa fungsi standar pelayanan publik dari pusat hingga ke daerah yang bertujuan
sebagai upaya kebertahanan sistem standar pelayanan publik sebagai berikut:
1. Fungsi Adaptasi
Fungsi adaptasi adalah merupakan strategi akumulasi keluarga untuk membesarkan usaha luar
pertanian atau sebaliknya. Semakin banyak tindakan adaptasi yang dilakukan maka kemanapun
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga semakin tinggi. Hasil uji beda menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara banyaknya tindakan adaptasi yang dilakukan oleh
keluarga penggarap dan keluarga buruh tani. Tindakan adaptasi tersebut merupakan tindakan
instrumental keluarga contoh berupa pola nafkah ganda yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ekonomi keluarga.

2. Fungsi Pencapaian Tujuan


Fungsi Pencapaian Tujuan adalah merupakan suatu pencapaian tujuan dalam memenuhi atau
mengacu pada pola gambaran dengan sistem aksi untuk menetapkan nilai-nilai pencapaian tujuan,
dengan hal itu, agar memotivasi dan memobilisasi usaha-usaha dan energi dalam sistem suatu untuk
mencapai tujuan tersebut.

3. Fungsi Integrasi
Fungsi Integrasi adalah merupakan suatu upaya-upaya pemeliuharaan ikatan dan solidaritas, dengan
hal itu untuk melibatkan elemen-elemen dalam mengontrol, untuk memelihara subsistem dan
mencengah dalam sistem gangguan utama.

4. Fungsi pemeliharaan pola


Fungsi pemeliharaan pola adalah merupakan suatu pemeliharaan sistem atau mengacu kepada
proses yang mana energy dalam keluarga untuk di simpan dan distribusikan dalam sistem, dengan
hal itu juga melibatkan pemeliharaan sistem dibagi berdasarkan pembagian peran dalam keluarga
yang terdiri dari dimensi pemeliharaan yang dilakukan oleh suami, yang di lakukan oleh istri, dan
yang di lakukan oleh suami-istri sebagai orang tua terhadap anaknya.

You might also like