You are on page 1of 54

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI

DI RUANG MAWAR

RSUP Dr. H SOEWONDO KENDAL

NAMA : KHOBIBAH

NIM : P1337424821318

PEMBIMBING INSTITUSI: Khobibah, S.SiT., M.Kes

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

1
TAHUN 2022

2
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Kesehatan Reproduksi di RSUP Dr. Kariadi telah disahkan oleh
pembimbing pada:

Hari : Sabtu
Tanggal : 26 Februari 2022

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Keluarga Berencana- Kesehatan


Reproduksi yang telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan
pembimbing institusi Prodi Pendidikan Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2022.

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Irnawati, S.Kep, Ns Alfina Rohmah


NIP.198909232014022007 NIM.P1337424821318

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

3
Khobibah S.SiT., M.Kes
NIP.196406221984092001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Klinik Kebidanan.

Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini :

1. Sri Rahayu, SKp.Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes
Semarang.
2. Nur Khafidhoh, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Poltekkes Kemenkes Semarang.
3. Khobibah S.SiT., M.Kes selaku Pembimbing Institusi stage kegawatdaruratan
maternal dan neonatal yang senantiasa membimbing penulis dengan baik dan
sabar.
4. Irnawati, S.Kep, Ns selaku Pembimbing Lahan Praktik yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama praktik dilahan.
5. Orang tua, kakak dan ponakan tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan
dukungan sehingga terselesaikan laporan ini.
6. Dan semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN 3
D. MANFAAT 4
BAB II TINJAUAN TEORI 5
A. TINJAUAN TEORI MEDIS 5
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 14
BAB III TINJAUAN KASUS 25
BAB IV PEMBAHASAN ` 39
BAB V PENUTUP 44
A. KESIMPULAN 44
B. SARAN 45
DAFTAR PUSTAKA 47

5
BAB I
PENNDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak
yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma uteri,
leiomioma, atau uterine fibroid. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang
terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi antara 20% –
25 % terjadi pada wanita diatas umur 35 tahun, tepatnya pada usia produktif
seorang wanita, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen
(Sjamsuhidajat, 2010). Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak
semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operatif.
Walaupun kebanyakan mioma uteri muncul tanda gejala tetapi sekitar 60%
ditemukan secara kebetulan pada laparatomi daerah pelvis (Setiati, 2009). Pada
kasus post operasi mioma uteri keluhan utama yang dirasakan adalah nyeri akut.
Hal tersebut karena prosedur operasi bedah. Operasi bedah menimbulkan luka
insisi yang akan timbul perdarahan dan jaringan kulit terputus. Hal ini karena
adanya robekan pada jaringan syaraf perifer yang bisa menstimulus serabut
syaraf pada area perlukaan yang akan merangsang mediator nyeri (Nurarif H.
Amin &Kusuma Hardi, 2013).
Angka kejadian mioma uteri antara 20-25% pada wanita berusia di atas
35 tahun. Berdasarkan penelitian World Health Organisation (WHO) penyebab
dari angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 kasus
(1,95%) dan tahun 2011 sebanyak 21 kasus (2,04%) (Jurnal Keperawatan,2016).
Angka kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 11,70% pada semua
penderita kasus ginekologi yang dirawat di rumah sakit. Dari data beberapa
kabupaten, kasus mioma uteri pada tahun 2013 sebanyak 582 kasus dengan 320
kasus rawat jalan dan 262 rawat inap. Kasus mioma uteri meningkat pada tahun
2014 yaitu sebanyak 701 kasus dengan 529 kasus rawat jalan dan 172 kasus
rawat inap (Depkes RI, 2015).
Menurut Prawirohardjo (2011), gejala klinik hanya terjadi pada 35%50%
penderita mioma. Hampir sebagian besar penderita tidak menyadari adanya
kelainan pada rahimnya. Gejala yang mungkin ditimbulkan sangat bervariasi
seperti metroragia, nyeri, menoragia, komplikasi kehamilan hingga infertilitas.
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena diduga

1
berhubungan dengan aktivitas estrogen. Mioma uteri ditemukan pada wanita
berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35 -44 tahun (Setiati, 2009).
Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum usia pubertas selain itu sangat dipengaruhi oleh hormon
reproduksi dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya mioma
uteri terjadi di beberapa tempat (Anwar, 2011). Namun gejala yang sering
muncul adalah adanya tumor masa di bawah perut, perdarahan yang abnormal,
nyeri dan adanya penekanan pada organ reproduksi. Pada saat pemeriksaan
abdomen di dapatkan adanya masa dengan konsistensi padat. Penatalaksanaan
mioma uteri dengan gejala klinik pada umumnya yang tersering adalah tindakan
operatif yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yang ingin
mempertahankan kesuburannya dengan miomektomi (pengangkatan mioma)
dapat menjadi pilihan. Hal tersebut akan menimbulkan nyeri post operasi (Ayu
Ida, 2010). Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik di Indonesia pada
umumnya adalah tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau
pada wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya dengan miomektomi
(pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan. Histerektomi perabdominal dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu total abdominal histerektomi dan subtotal
abdominal histerektomi. Baik keduanya akan mengakibatkan luka insisi yang
akan menimbulkan nyeri (Gant, Norman F. 2010).
Dalam hal ini peran perawat berpengaruh dalam menjawab kebutuhan
klien dengan mioma uteri. Yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan yang
tepat pada klien dengan mioma uteri serta menjalankan fungsi perannya sebagai
health educator. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam
melakukan intervensi keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien post
operasi mioma uteri dengan masalah keperawatan nyeri akut adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Penanganan nyeri akut
menurut SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia) 2018 adalah dengan
melakukan intervensi teknik relaksasi. Penanganan nyeri dengan teknik non
farmakologi merupakan modal utama menuju kenyamanan. Dipandang dari segi
biaya dan manfaat, penggunaan manajemen non farmakologi lebih ekonomis dan
tidak ada efek sampingnya jika dibandingkan dengan penggunaan manajemen
farmakologi. Selain itu juga dapat mengurangi ketergantungan pasien terhadap
obat-obatan. Teknik pereda nyeri nonfarmakologi dapat dilakukan perawat
secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam

2
pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia (Bagun & Nur’aeni, 2013). Berdasarkan
uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan studi literatur dengan judul
asuhan keperawatan pada pasien post operasi mioma uteri dengan masalah
keperawatan nyeri akut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penatalaksanaan Asuhan Kebidanan kesehatan Reproduksi pada
Ny. J Usia 49 Tahun P1A0 Dengan Mioma Uteri di RSUP Dr. Kariadi Semarang?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan kebidanan pada Ny. J Usia 49 Tahun P 1A0
Dengan Mioma Uteri menggunakan manajemen varney serta
pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. J Usia 49 Tahun
P1A0 Dengan Mioma Uteri.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan masalah pada Ny. J Usia 49
Tahun P1A0 Dengan Mioma Uteri.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa potensial dan masalah
potensial pada Ny. J Usia 49 Tahun P1A0 Dengan Mioma Uteri.
d. Mahasiswa mampu melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan
pada Ny. J Usia 49 Tahun P1A0 Dengan Mioma Uteri sesuai dengan
rencana tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada Ny. J Usia 49 Tahun
P1A0 Dengan Mioma Uteri.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan pada Ny. J Usia 49 Tahun
P1A0 Dengan Mioma Uteri.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi pada Ny. J Usia 49 Tahun P1A0
Dengan Mioma Uteri.

D. Manfaat
1. Bagi Pasien

3
Dapat memberikan pengetahuan pada ibu tentang cara mengatasi nyeri.
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan dan memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan yang
dibutuhkan.
3. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama diperkuliahan serta
mengaplikasikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk studi kasus selanjutnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis


1. Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium dengan ciri bulat, keras,
berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdri atas otot
polos dengan beberapa jaringan ikat. Mioma uteri sering juga disebut
leiomyoma, fibroid, atau fibromioma. Disebut juga fibroid karena artinya dari
bahasa inggris merupakan konsistensinya yang mirip kolagen terbentuk dari
susunan serat-serat.
Mioma uteri menyebabkan sekitar 10% masalah ginekologi dan
mencapai puncak insiden pada decade kelima. Meskipun penyebabnya tidak
diketahui, setiap tumor berasal dari satu sel otot. Sel ini membesar sebagai
respon terhadap estrogen. (Hadibroto,2012). Mioma uteri adalah suatu tumor
jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan
ikat fibrous. Biasa juga disebutfibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine
fibroid. Tumor jinak rahimerupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan
pada traktus genitaliawanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse).
Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksidapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas,abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani,
2017).
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari mioma uteri sampai saat ini belum diketahui.
Beberapa peneliti menduga mioma tumbuh dari sel neoplastic tunggal
(monoklonal) sel - sel otot yang normal, dari sel -sel otot imatur dalam
miometrium atau dari sel - sel embrional di dinding pembuluh darah uterus.
Hormon estrogen juga berperan penting terjadinya mioma uteri.
Walaupun tidak ada bukti bahwa estrogen menyebabkan mioma,
pertumbuhan mioma tergantung pada kadar estrogen. Tumor ini tumbuh
selama masa aktifitas paling tinggi , dan ovarium. Sekresi estrogen yang terus
menerus, terutama jika tidak diselingi oleh kehamilan dan laktasi diduga
sebagai faktor resiko utama yang melatarbelakangi pertumbuhan mioma.

5
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut
teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu
inisiator dan promotor. Faktor- faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma
uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan
glucose-6- phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari
jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi
mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi
kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik
ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor. Tidak
didapat bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,
namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma
terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding
dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding
endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari
mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang
terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran
tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks
ekstraseluler.
Faktor genetik mungkin turut mempredisposisi terjadinya mioma uteri,
karena sering dijumpai riwayat mioma pada keluarga penderita mioma uteri.
Mioma dijumpai 3-9 kali lebih sering pada ras negro dari pada kaukasia,
dimana mioma banyak terjadi diantara mereka yang sangat muda dan
nullipara, sementara pada ras kaukasia dijumpai pada wanita -wanita lebih tua
dan multipara. (Hadibroto,2012).
3. Klasifikasi Mioma Uteri

6
Gambar lokasi mioma uteri pada uterus

a. Berdasarkan lokasi, mioma uteri terdapat di :


1) Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
2) Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
3) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
b. Berdasarkan posisi terhadap lapisan – lapisan uterus, mioma uteri dapat
dibagi dalam beberapa jenis :
1) Mioma submukosa
Mioma submukosa terletak di bawah endometrium dan menonjol ke
dalam rongga uterus. Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai,
kemudian dilahirkan melalui serviks uteri.
2) Mioma intramural
Mioma intramural ( interstisial ) terletak di dalam otot dinding rahim.
3) Mioma subserosa
Mioma subserosa terletak di bawah lapisan serosa permukaan rahim.
4) Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya
ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wondering parasitis fibroid.
5) Mioma pedunkulata
Mioma pedunkulata merupakan mioma yang melekat ke dinding uterus
dengan tangkai yang bisa masuk ke peritoneal atau cavum uteri.
4. Perubahan Sekunder Mioma Uteri
a. Atropi : setelah menopause dan rangsangan estrogen hilang.
b. Degenerasi hialin: sering terjadi pada penderita usia lanjut. (jaringan ikat
bertambah, berwarna putih dan keras, disebut “mioma durum”.
c. Degenerasi kistik : bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair dan
menjadi poket kistik.
d. Degenerasi membantu ( calcerous degeneration ): terdapat timbunan
kalsium pada mioma uteri, padat dan keras dan berwarna putih.

7
e. Red degenerasi ( carneous degeneration ): estrogen merangsang tumbuh
kembang mioma dan aliran darah tidak seimbang, terjadi kekurangan darah
menimbulkan nekrosis, pembentukan thrombus.
5. Patologi
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu atau
merah muda putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan
memperlihatkan pola trabekulasi atau pusaran air (whorled) yang khas
(Mochtar R,2011). Tumor mungkin hanya satu, tetapi pada umumya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih hingga neoplasma
massif yang jauh lebih besar daripada ukuran uterusnya. Neoplasma yang
berukuran besar mungkin memperlihatkan focus nekrosis iskemik disertai
daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause, tumor
menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi. Secara histologis,
tumor ditandai dengan berkas-berkas berbentuk kumparan sel otot polos yang
histologinya mirip miometrium normal. Mungkin ditemukan fokus fibrosis,
kalsifikasi, nekrosis iskemik, degenerasi kistik, dan perdarahan. Hanya sedikit
bukti bahwa tumor jinak ini mengalami transformasi menjadi sarkoma.
Transformasi itu, kalaupun ada, sangat jarang terjadi (Kumar V, 2011).
6. Tanda dan Gejala
a. Faktor yang menimbulkan gajala klinik : besarnya mioma uteri, lokasi
mioma uteri, perubahan pada mioma uteri (Manuaba, 2011).
b. Gejala Klinik
1) Perdarahan Abnormal
a) Menoragia
b) Menometroragia
c) Metroragia
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa
sebagai akibat pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma
dapat menimbulkan anemia yang berat. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan antara lain :

a) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasi endometrium sampai


Adeno Karsinoma Endometrium.
b) Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
c) Atrofi Endometrium di atas Mioma Nibmukosur.

8
d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2) Terasa nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan.
a) Torsi bertungkai
b) Infeksi pada mioma
3) Gejala dan tanda penekanan
Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri :

a) Pada uretra menyebabkan retensio urin.


b) Pada pembuluh darah dan limfe di pinggul dapat menyebabkan
oedema tungkai dan nyeri panggul.
4) Menimbulkan infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan
pars interstitialis submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh
karena distorsi rongga uterus.
c. Gejala-gejala sekunder
1) Anemia
2) Lemah
3) Pusing-pusing
4) Sesak nafas
5) Fibroid Heat, sejenis degenerasi myocard, yang dulu disangka
berhubungan dengan adanya mioma uteri. Sekarang anggapan ini
disangkal.
6) Erytbaru Cytosis pada mioma yang besar.
7. Faktor resiko
Prevalensi mioma uteri tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita berkulit
hitam dibandingkan wanita berkulit putih, karena wanira kulit hitam memiliki
lebih banyak hormon estrogen (Lilyani DI Dkk, 2016). Hal ini menyatakan
bahwa etnik memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan mioma uteri.
Terdapat beberapa faktor resiko lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan
mioma uteri, yaitu:
a. Umur : di umur reproduktif, insiden tumor fibroid meningkat seiring umur.
Menurut penilitian Devy tahun 2012, kasus mioma uteri terbanyak terjadi

9
pada kelompok umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun
sebanyak 51%.
b. Paritas, wanita dengan riwayat kehamilan dan melahirkan, memiliki resiko
mioma uteri lebih rendah. Resiko untuk setiap kelahiran anak menurun
20%-50%. Bila dikaitkan dengan faktor hormonal, pada saat kehamilan
kadar estrogen dan progesteron yang tinggi akan meningkatkan resiko
mioma uteri. Tetapi pada beberapa studi dinyatakan, saat dipantau mioma
uteri pada masa kehamilan sebagian besar mioma uteri tersebut tidak
bertumbuh maupun mengecil. Seperti dalam penelitian Baird, hasil yang
didapat setelah skrining USG ukuran dari mioma, beberapa tahun setelah
kehamilan, yang tampak bukan mioma yang berkurang jumlahnya atau
mengecil, tetapi tampak berkurangnya pembentukan mioma uteri yang baru.
Menurunya resiko yang dengan paritas dikaitkan juga dengan asi yang tidak
diproduksi saat masa kelahiran bayi, karena asi menekan hormon-hormon
ovarium.
c. Faktor hormon endogen: paparan hormon endogen pada usia menarche dini
meningkatkan, dan menarche akhir menurunkan resiko terjadinya mioma
uteri. Pada wanita post menopause yang level hormon endogen estrogen
lebih rendah, ditemukan ukuran fibroid yang lebih kecil, jumlah sedikit, dan
sel-selnya lebih tidak bertumbuh pada spesimen histerektomi.
d. Riwayat keluarga: keturunan pertama dari wanita dengan mioma uteri
memiliki resiko 2,5 kali lebih besar untuk terkena mioma uteri.
e. Etnik: wanita Afrika-Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih tinggi daripada
wanita berkulit putih. Wanita Afrika-Amerika memiliki fibroid yang
bertumbuh mulai dari umur lebih muda dengan ukuran yang lebih besar dan
gejala yang lebih banyak. Tetapi masih tidak diketahui apakah penyebabnya,
dikaitkan dengan keturunan genetik, level estrogen yang lebih tinggi,
metabolisme estrogen, diet, ataupun faktor lingkungan.
f. Berat badan dalam sebuah studi prospektif dinyatakan resiko mioma uteri
meningkat 21% tiap kenaikan 10kg berat badan dan Indeks Massa Tubuh
(IMT). Obesitas meningkatkan konversi androgen adrenal menjadi estrogen
dan menurunkan hormon seks terikat globulin. Sehingga estrogen meningkat
dan pertumbuhan fibroid juga ikut meningkat.
g. Diet: diet daging sapi, ayam, dan jenis daging merah lain meningkatkan
insiden fibroid. Diet sayuran hijau menurunkan resiko mioma uteri.

10
h. Kontrasepsi oral: kontrasepsi oral dengan dosis rendah protektif terhadap
pembentukan fibroid baru, tetapi dapat juga menstimulasi pertumbuhan
fibroid yang sudah ada.
8. Diagnosis
a. Dasar diagnosis
1) Pemeriksaan fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin
uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan
kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering
sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari
uterus.
2) Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-
kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus
menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan
penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang
menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian
menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat
dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal
terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang
paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi trans abdominal.
Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan
bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang
hipoekoik.
b) Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri
submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut
sekaligus dapat diangkat.
c) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

11
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan
lokasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak
sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakandari
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang
dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma.
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Darah Lengkap adalah untuk menentukan tingkat
keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
Hb : 12-15 gr%
Albumin : 2,3
Leukosit : 4-11.000/mmk
Eritrosit : 3,9-5,6.000.000/mmk
Hematrokit : 45 %
Trombosit : 161.000 cmm

b) Pemeriksaan radiologi
- Rontgen :Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang
dapat menghambat tindakan operasi.
- USG : Terlihat massa pada daerah uterus
- ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.
- Kuretase :Sering disertai hiperplasi endometrium dan untuk
menyingkirkan kanker endometrium.
5) Vaginal Toucher : Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya serta serviks ikut bergerak bila massa tersebut
digerakan.
6) BNO-IVP : Pada mioma uteri yang besar atau dengan perlekatan (dapat
merubah topegrafiureter).
9. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi tergantung pada jumlah, ukuran, dan posisi
mioma dalam uterus, yaitu : anemia berat, infeksi (peritonitis, septikemia),
keganasan (sarkoma), torsi tangkai fibroid subserosa, perdarahan (intrakapsular
dan intraperitoneal karena ruptur vena fibroid subserosa) dan polisitemia.
10. Penatalaksanaan Medik

12
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan
ukuran tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif, bila :
1) Mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
2) Cara penanganan konservatif sebagai berikut : observasi dengan
pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan, bila anemia, Hb <
8g% transfusi PRC( Packed Red Cell ), pemberian zat besi dan
pengobatan Medikamentosa dengan GnRH
b. Penanganan Operatif
1) Indikasi penanganan Operatif ,bila:
a) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b) Pertumbuhan tumor cepat.
c) Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
e) Hipermenorea pada mioma submukosa.
f) Penekanan pada organ sekitarnya.
2) Jenis Operasi yang dilakukan berupa :
a) Enukleasi Mioma ( Miomektomi )
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi
pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada
kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus,
juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi
pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit
dandiikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau
sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea. Kriteria preoperasi menurut
American College of Obstetricians Gyangnecologists (ACOG) adalah
sebagai berikut :
- Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
- Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
- Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan
kehamilan dan keguguran yang berulang.
b) Histerektomi

13
Histerektomi total merupakan terapi pilihan pada wanita tua,
wanita yang tidak menginginkan kehamilan lagi dan yang mengalami
menoragia atau gejala penekanan yang nyata. (Liewellyn-jones,Derek,
2001 hal 265 ). Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi,
dan pada penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau
yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah
sebagai berikut:
- Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikeluhkan olah pasien.
- Perdarahan uterus berlebihan : perdarahan yang banyak bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari, anemia akibat
kehilangan darah akut atau kronis.
- Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi : nyeri hebat
dan akut dan rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian
bawah yang kronis.
- Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan
tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
c) Radioterapi
- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
- Bukan jenis submukosa.
- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan Perdarahan.

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


1. Data Subjektif
a. Identitas Pasien
1) Nama
Nama lengkap ibu, termasuk nama panggilan. Nama dikaji untuk
memudahkan bidan dalam membangun hubungan yang baik dan
lebih akrab dengan pasien serta nama merupakan identitas khusus

14
yang membedakan seseorang dengan orang lain (Widatiningsih,
Dewi,2017;h. 162)
2) Umur
Umur dalam kategori reproduksi sehat yaitu antara 20 hingga kurang
dari 35 tahun (Widatiningsih, Dewi, 2017;h.162)
3) Agama
Agama dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien, tradisi
keagamaan dalam kehamilan dan persalinan, keyakinan pasien
tentang pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
berjenis kelamin berbeda dan keyakinan tentang transfusi darah.
Beberapa praktik agama seperti puasa Ramadhan selama satu bulan
penuh bagi ibu hamil dalam agama islam perludipertimbangkan dan
dipantau efeknya terhadap perkembangan janin (Widatiningsih,
Dewi, 2017; h.162)
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang dikaji karena memengaruhi
kemampuan dalam menyerap informasi pada saat dilakukan
penyuluhan kesehatan (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.163).
5) Pekerjaan
Pekerjaan dikaji karena berhubungan erat dengan penghasilan yang
diperoleh. Pekerjaan tertentu mungkin berisiko bagi kehamilan
berkaitan dengan beratnya beban fisik dan paparan zat kimia
berbahaya oleh karena itu dikaji secara spesifik, misal : guru,
staf administrasi, buruh tani, penjahit, buruh pabrik tekstil,
dan sebagainya (Widatiningsih, Dewi, 2017; h. 163)
6) Suku
Bangsa Suku bangsa dikaji untuk mengetahui praktik budaya
suku bangsa tertentu pada masa hamil yang jika tidak dapat
dilakukan terkadang menimbulkan distress dan kekhawatiran yang
perlu mendapatkan perhatian dari bidan. Misalnya untuk suku bangsa
Jawa ada upacara empat bulan kehamilan, tujuh bulan,
dan sebagainya (Widatiningsih, Dewi, 2017; h. 163).
7) Alamat
Alamat dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, menjaga
kemungkinan bila ada pasien yang mempunyai nama yang sama,

15
mengetahui jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju
pelayanan kesehatan serta mempermudahkan kunjungan rumah jika
diperlukan (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.163)
Data mengenai suami/ penanggung jawab perlu dicantumkan juga
disini dengan pola yang sama agar jika sewaktu-waktu
diperlukan dapat segera dihubungi (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.
163)
b. Alasan Datang
Alasan datang perlu dikaji untuk mengetahui hal-hal yang mendasari
kedatangan pasien misalnya: ingin periksa kehamilan rutin, ingin
memastikan kondisi janinnya (Widatiningsih, Dewi, 2017;h.163-164).
c. Keluhan Utama
Keluhan utama dikaji untuk mengetahui masalah utama yang sedang
dialami oleh ibu terkait dengan ketidaknyamanan yang muncul akibat
kehamilan pada trimester III, seperti sering BAK, nyeri ulu hati,
kembung/flatulen, konstipasi, kram tungkai, insomnia, nyeri punggung
bawah, sesak napas, kesemutan, varises, dan lain-lain. Keluhan utama
ini kemudian diuraikan untuk memastikan bahwa apa yang terjadi
pada ibu adalah normal ataukah patologis. Pengembangan keluhan
utama mengacu pada kerangka pikir P (provocatife/ paliative/
penyebab), Q (quality/ quantity/ seperti apa rasanya keluhan tersebut
dan seberapa sering frekuensinya), R (radiation/ apakah keluhan
tersebut menyebar ke bagian tubuh lain atau tidak), S (severity scale/
bagaimana tingkat keparahan keluhan), T (time series/ sejak kapan
keluhan dirasakan). (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.164-165).
d. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit Sistem Reproduksi
Ca serviks
Kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kanker serviks bagi
wanita dengan HPV. Diduga gestagen memicu efek karsinoganik
dari HPV. (Baziad, 2010:90)
b) Penyakit Sistem Gastrointestinal
Kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan resiko terkena tumor hati
jinak, terutama bila digunakan lebih dari 4 tahun. Dosis steroid dan

16
usia wanita sangat menentukan untuk terjadinya tumor jinakhati.
(Baziad, 2010:91)
c) Penyakit Sistem Endokrin
1) DM
Kontrasepsi hormonal menyebabkan restensi insulin ringan
sehingga memperburuk toleransi glukosa. Etinilestradiol
mengurangi kebersihan insulin, sedangkan gestagen
mempengaruhi pengambilan maupun pemakain glukosa perifer.
(Baziad, 2010:72-74)
e. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid
Data ini dikaji untuk memperoleh gambaran tentang keadaan dasar
dari organ reproduksi pasien. Beberapa data yang harus diperoleh
dalam riwayat menstruasi antara lain menarche, siklus haid,
volume/banyaknya darah, dan keluhan selama haid (Widatiningsih,
Dewi, 2017;h.167).
f. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang lalu
Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm,
persalinan premature, keguguran atau kegagalan kehamilan,
riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas, berat bayi
sebelumnya <2500 atau >4000, masalah-masalah lain yang dialami,
riwayat kebidanan yang lalu membantu mengelola asuhan pada
kehamilan sekarang (konseling khusus, test, tindak lanjut). (Rukiyah,
2009; h.146)
g. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan dikaji, termasuk pernikahan ini yang ke berapa
dan lamanya menikah. Ada tidaknya masalah dengan suami juga
perlu ditanyakan untuk mengidentifikasi dukungan suami terhadap ibu
hamil (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.177)
h. Riwayat KB
Bidan mengkaji tentang alat kontrasepsi yang pernah dipakai dan
lamanya, kapan terakhir berhenti dan alasan berhenti. Keluhan atau
masalah selama menggunakan alat kontrasepsi serta rencana KB
setelah bersalin. Adakalanya kehamilan terjadi akibat kegagalan
kontrasepsi yang dapat menyebabkan kekhawatiran dan

17
kecemasan pasien terhadap kehamilan (Widatiningsih, Dewi, 2017;
h.172)
i. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola nutrisi
Frekuensinya makan 3x perhari. Komposisi bisa berupa nasi atau
penggantinya dengan porsi 1 piring makan, lauk, bervariasi
baik produk hewani maupun nabati, sayuran, buah minimal 1 kali
sehari, camilan dapat berupa makanan ringan tinggi karbohidrat,
atau diganti dengan buah.
Pantang terhadap makanan tertentu dapat berisiko malnutrisi jika
pantangan itu mengandung nilai gizi yang sangat
dibutuhkan tubuh. Jumlah kebutuhan minum perhari yaitu 8 gelas
per hari atau 2 liter. Perubahan selama hamil kebutuhan cairan ibu
hamil bertambah 300ml (Widatiningsih, Dewi, 2017; H.173).
b) Pola Eliminasi
Frekuensi buang air kecil perhari pada kondisi normal dengan
intake minum 2liter yaitu 4-7 kali perhari, warna urine yang
baik yaitu jernih yang menandakan kecukupan cairan dan tidak
ada keluhan yang dirasakanFrekuensi buang air besar perhari
dikatakan lancar apabila teratur,misalnya sehari 1-2 kali, sehari
1 kali, atau 2 hari sekali hingga 3 hari sekali. Jika lebih dari
3 hari perlu diwaspadai. Selain itu juga tidak ada keluhan/
masalah seperti diare atau faeces keras, disertai darah, nyeri anus,
dan sebagainya. Perubahan selama hamil yaitu bisa terjadi
konstipasi akibat pengaruh hormone progesterone dan
relaksin yang menurunkan tonus dan motilitas usus (sehingga
penyerapan zat makanan menjadi lambat), terjadi
peningkatkan reabsorbsi cairan, dan peristaltik usus lebih
lambat (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.175)
c) Pola Istirahat/tidur
Jumlah waktu tidur berbeda-beda bagi setiap orang karena
bergantung oleh berbagai faktor, termasuk umur. Pada orang
dewasa kebutuhan tidur per hari 6-8 jam. Tidak semua wanita
mempunyai kebiasaan tidur siang. Pola tidur yang sehat
terbebas dari masalah tidur seperti mengalami kesulitan dalam

18
tidur (insomia), sleep apnen, hypersomnia, dan sebagainya.
Perubahan selama hamil yaitu pada awal kehamilan, wanita
akan tidur lebih lama beberapa jam daripada sebelum
hamil dikarenakan peningkatan metabolisme dan efek dari
hormon-hormon kehamilan lainnya. (Widatiningsih, Dewi, 2017;
h.176).
d) Pola Seksual
e) Personal Hygiene
Sebelum hamil mandi yang baik frekuensinya 1-2x sehari,
keramas 2-3x seminggu. Ganti pakaian (termasuk pakaian
dalam) minimal 2x sehari. Kuku selalu terpotong pendek dan
bersih. Gosok gigi 2x sehari yaitu pada pagi hari dan malam hari
menjelang tidur. Kebiasaan memakai alas kaki waktu di toilet dan
keluar rumah sangat baik untuk mencegah infeksicacing.
Perubahan selama hamil ini mungkin ibu menjadi malas karena
merasa mudah lelah. Seharusnya pola personal hygiene harus
dijaga selama hamil terutama pola mandi karena produksi
keringat yang berlebihan mempermudah invasi kuman.
f) Perilaku yang Merugikan Ibu Hamil
(1) Merokok
Kebanyakan wanita mengetahui bahwa mereka tidak boleh
merokok pada masa kehamilan meskipun mereka tidak
mengetahui bahaya yang sebenernya (Marmi, 2011; h.156)
(2) Alkohol
Masalah signifikan yang ditimbulkan oleh anak-anak yang
mengalami sindrom alkohol janin dan gangguan
perkembangan saraf terkait alkohol membuat klinis wajib
menanyakan asupan alkohol dan mengingatkan wanita efek
potensial alkohol jangka panjang pada bayi yang
dikandungnya (Marmi, 2011; h.156).
(3) Konsumsi jamu
Kebiasaan minum jamu merupakan kebiasaan yang
berisiko bagi wanita hamil, karena efek minum jamu dapat
membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan
kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus, kelainan

19
ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatorum, kamatian
janin dalam kandungan dan malformasi organ janin
(Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.168).
(4) Data Psikososial, Budaya, dan Spiritual
(a) Dukungan keluarga dan suami terhadap kehamilan
(b) Mekanisme koping
Dikaji bagaimana cara keluarga menyelesaikan
masalah yang ada (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.177)
(c) Pengambilan Keputusan Utama
Pengambilan keputusan perlu ditanyakan untuk mengetahui
siapa yang diberi kewenangan ibu mengambil
keputusan, baik dalam keadaan baik dan/atau jika
ada hal kegawat-daruratan (Widatiningsih, Dewi,
2017; h.168).
(d) Penghasilan per bulan
Jika ibu mau menyebutkan, jika ibu tidak ingin
menyebutkan maka menurut ibu apakah cukup/tidak Perlu
dikaji hal-hal apa saja yang sudah diketahui ibu
dan hal-hal apa saja yang ingin diketahui ibu
( Widatiningsih, Dewi, 2017; h.179).
(e) Adat istiadat yang mempengaruhi kehamilan
Ibu yang memiliki keyakinan tentang adat tertentu
dan merasa wajib melakukannya, maka hal ini mungkin
menjadi masalah atau stresor budaya jika tidak
dilakukan (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.178)
(f) Data spiritual
Jika ibu seorang muslimah dan berpuasa selama hamil, baik
itu puasa wajib dan puasa sunnah, maka tanyakan :
frekuensi puasanya; kaji apakah ibu merasa
lemah/lemes, pusing; gerakan janin menjadi berkurang saat
puasa yang merupakan tanda dari
hipoglikemia.Keyakinan ibu tentang pelayanan
kesehatan: (misal: ibu dapat menerima segala bentuk
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh nakes wanita
maupun pria; tidak boleh menerima transfusi darah;

20
tidak boleh diperiksa daerah genetalia, dan sebagainya).
(Widatiningsih, Dewi, 2017; h. 178-179)
(g) Data pengetahuan
Perlu dikaji hal-hal apa saja yang sudah diketahui
ibu dan hal-hal apa saja yang ingin diketahui ibu
(Widatiningsih, Dewi, 2017; h.179).
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Dikatakan baik jika pasien memperlihatkan respons yang
adekuat terhadap stimulasi lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik pasien tidak mengalami kelemahan. Klien dimasukkan
dalam kriteria lemah ini jika ia kurang atau tidak memberikan
respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien
sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri (Widatiningsih, Dewi,
2017; h.179)
2) Kesadaran
Composmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
(Widatiningsih, Dewi, 2017; h. 179)
3) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting pada masa hamil karena
peningkatan TD dapat membahayakan kehidupan ibu dan bayi.
TD 140mmHg sistolik atau 90mmHg distolik pada saat awal
pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hipertensi (Widatiningsih,
Dewi, 2017; h.179).
b) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit.
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama hamil,
tetapi jarang melebihi 100 denyut permenit (Widatiningsih,
Dewi, 2017; h.179)
c) Suhu

21
Suhu tubuh normal menurut Kusmiyati (2011; h.56) adalah
36,5 oC –37,5 oC. Peningkatan suhu menunjukan proses infeksi
atau dehidrasi (Widatiningih, Dewi, 2019; h.180).
d) Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa yaitu 16-20
kali/menit. Wanita hamil bernapas berlebih cepat dan lebih dalam
karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk
dirinya (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.179-180).
e) Berat Badan
Kenaikan berat badan selama hamil rata-rata 11,5 –16 kg,
sedangkan kenaikan BB selama TM III<1 kg seminggu
(Widatiningsih, Dewi, 2017; h.180).
f) Tinggi Badan
Tinggi badan<145 cm terlebih pada kehamilan pertama
tergolong risiko tinggi karena kemungkinan ibu tersebut juga
memiliki panggul yang semput (Widatiningsih, Dewi, 2017;
h.180).
g) LILA
Standar minimal untuk ukuran Lingkar Lengan Atas pada
wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika
ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka tergolong risiko
terhadap kurang energi kronis (KEK). (Widatiningsih, Dewi,
2017; h.181)
h) IMT
Nilai IMT mempunyai rentang IMT 19,8 –26,6 berarti normal yaitu
berat badan ibu sesuai dengan tinggi badannya; IMT < 19,8 berarti
underweight/ rendah yang berarti berat badan ibu terlalu
rendah/kurus dibandingkan tinggi badannya; IMT 26,6-29,0
berarti overweightyaitu berat badan berlebihan jika
dibandingkan dengan tinggi badannya dan IMT > 29,0
bermakna obesitas di mana berat badan ibu sangat berlebihan
dibandingkan dengan tinggi badannya (Widatiningsih dan
Dewi, 2017; h. 180).
b. Status Present
1) Kepala

22
Kepala dikaji apakah mesocephal, kulit kepala menunjukkan
adanya kelainan kulit atau tidak , rambut yang mudah rontok atau
rontok (Widatiningsih, Dewi, 2017; h. 181)
2) Mata
Mata dikaji apakah simteris, keadaan konjungtiva pucat atau tidak,
oedema atau tidak (Widatiningsih, Dewi, 2017; h. 180).
3) Telinga
Telinga dikaji simetris atau tidak, ada sekresi (nanah, darah,
cairan lain) atau tidak, gangguan pendengaran atau tidak, ada
tanda-tanda infeksi atau tidak (Widatiningsih, Dewi, 2017; h. 181).
4) Hidung
Hidung dikaji ada massa atau tidak, ada edema mukosa atau tidak,
sekresi (lendir/darah), ditemukan cuping hidung atau tidak
(Widatiningsih, Dewi, 2017; h.181)
5) Mulut
Mulut dikaji :
a) Bibir (simetris atau tidak)
b) Lidah dan mukosa mulut ( sianosis atau tidak, warna)
c) Gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut)
(Widatiningsih, Dewi, 2017; h.181)
6) Leher
Leher dikaji ada nyeri atau tidak, ada pembengkakan kelenjar tiroid
atau tidak, pembesaran kelenjar limfe atau tidak
(Widatiningsih, Dewi, 2017; h.181)
7) Dada
Dadi dikaji simetris atau tidak, retraksi otot interkostal atau tidak,
suara nafas vesikuler atau tidak, ada wheezing atau tidak, ada tidaknya
ronchi, ada tidaknya stridor, irama jantung teratur atau tidak, ada
tidaknya bising/murmur jantung, ada tidaknya gallop
(Widatiningsih, Dewi,2017; h.181)
8) Abdomen
Abdomen dikaji kembung atau tidak, bekas luka operasi
ditemukan atau tidak, terdapat massa abnormal atau tidak, ada tidaknya
nyeri tekan, ada tidaknya pembesaran lien, ada tidaknya
pembesaran hepar (Widatiningsih, Dewi, 2017; h. 182)

23
9) Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah dikaji simetris atau tidak, berfungsi normal
atau tidak, ada tidaknya edema sianosis bawah kuku, kapiler refill
< 2 detik (Widatiningsih, Dewi, 2017; h.182).
10) Genetalia/Anus
Genetalia yang dikaji yaitu ada lecet/memar atau tidak, ada
tidaknya edema vulva, ada tidaknya abses kelenjar bartholin dan skene,
ditemukan varises atau tidak, ada pengeluaran pervagina atau tidak.
Anus yang dikaji yaitu ada hemoroid atau tidak (Widatiningsih,
Dewi, 2017; h. 182)
c. Pemeriksaan Obstetik
1) Muka
Pada sebagian ibu hamil, terdapat chloasma gravidarum +
2) Mammae
Terdapat hiperpigmentasi areola, kelenjar montgomery lebih
menonjol, papila mungkin menonjol/datar/masuk, kolostrum bisa +/-
3) Abdomen
Pembesaran abdomen bawah mungkin sudah terlihat, linea nigra +,
striae mungkin terlihat atau tidak tergantung pada elastisitas jaringan
kolagen dibawah kulit.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
a) Kadar hemoglobin
b) Pemeriksaan urine untuk protein atas indikasi untuk
menegakkan diagnose pre eklamsia.
c) Pemeriksaan glukose urine atas indikasi untuk mendeteksi
faktor risiko diabtetes
d) Pemeriksaan Golongan Darah (ABO dan Rhesus) diperlukan bila
ibu belum pernah, ibu hamil dengan rhesus negatif parlu
mendapatkan penanganan khusu untuk mencegah terjadinya
Rhesusisoimunization yang membahayakan janin.
2) Pemeriksaan lainnya
Terdiri dari USG, Non Stress Test atas indikasi.
(Widatiningsih, Dewi, 2017; h.184-185).
3. Analisa

24
Analysis / Assesment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Karena keadaan
pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subyektif maupun data obyektif. Analisis yang
tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahui perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan
atau tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan intepretasi data
yang telah dikumpulkan mencakup : diagnosis atau masalah kebidanan,
diagnosis atau maslah potensial serta perlunya antisipasi diagnosis atau
masalah potensial dan tindakan segera. (Muslihatun dkk , 2014:90-91)
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI

PADA NY. J USIA 49 TAHUN P1A0 DENGAN MIOMA UTERI


DI RUANG RAJAWALI 4A
RSUP Dr.KARIADI SEMARANG

I. PENGKAJIAN:
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Februari 2022
Jam : 09.30 WIB
Tempat : Ruang Rajawali 4A
II. IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab :

1. Nama : Ny. J 1. Nama : Tn S


2. Umur : 49 tahun 2. Umur : 50 tahun
3. Agama :Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SD 4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Swasta
6. Suku bangsa : Jawa, indonesia 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Kumpulrejo RT 02 RW 04 Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal Jawa
Tengah

III. DATA SUBYEKTIF


a. Alasan Datang:
Ibu mengatakan rujukan dari RS Darul Istiqomah Kendal dengan dengan
alasan merasakan nyeri purut kiri bagian bawah dan timbul benjolan.
b. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan merasakan nyeri perut kiri bagian bawah.
Uraian Keluhan :
- Ibu mengatakan mengeluh nyeri perut kiri bawah dan timbul benjolan
sejak 3 bulan yang lalu yaitu pada bulan Agustus 2021.

26
- Ibu mengatakan mengalami menstruasi yang tidak teratur dengan
lamanya lebih dari 7 hari. Volome perdarahan haid sekitar 60 mL.
- Ibu mengatajan mengeluh bahwa sakit yang dirasakan tidak berkurang
kemudian dirujuk Ke RSUP Dr.Kariadi Semarang untuk mendapat
penanganan yang lebih lanjut .
- Ibu mengatakan masuk ke Rajawali 4A RSUP Dr. Kariadi Semarang
pada hari Selasa, 22 Februari 2022 mengatakan bahwa saat ini haid hari
ke-14 sejak awal Januari 2021 tidak ada penurunan dalam berat badan,
mual (-), muntah (-), serta tidak ada keluhan saat BAB atau BAK.
c. Riwayat kesehatan:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu mengatakan saat ini
sedang mengalami nyeri perut kiri bawah dan timbul benjolan sejak 3 bulan
yang lalu yaitu pada bulan Agustus 2021. Ibu mengatakan pernah operasi
tumor payudara sebelah kiri di RS Kendal pada bulan Juli 2021. ibu
mengatakan memiliki 1 anak dan ibu tidak pernah mengalami diabetes,
asma, ginjal, jantung, hipertensi, hepatitis, batuk > 1 bulan, dan PMS, serta
tidak memiliki alergi.
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular atau menurun seperti jantung, diabetes mellitus, asma, gemelli,
epilepsi, batuk > 1 bulan, ginjal, sickle cell disease, alergi, kelainan mental
maupun kongenital, IMS, HIV AIDS
d. Riwayat Haid :
Menarche : 13 tahun Lama : 5-7 hari
Nyeri Haid : Hari ke- 1 dan 2 Leukhorea :iya, tidak berbau, bening
Siklus : 29 hari Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali/ har
Warna : merah
HPHT : 01/01/2022
e. Riwayat Perkawian
a) Status perkawinan : Menikah
b) Umur waktu menikah : 22 tahun.
c) Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 27 tahun
d) Hubungan dengan suami : Baik
f. Riwayat KB : Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik progestin
(KB suntik 3 bulan)

27
g. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

No TH Kehamilan Persalinan Nifas Kead


UK Jenis Penolong JK/BB Penyulit Penyulit ASI Anak
Eksklusif Seka
9 L/ Tidak Tidak
1. 2007 Normal Normal Bidan Ya Se
bulan 3500 gr ada ada

h. Pola Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:


1) Nutrisi
a) Makan
⮚ Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
⮚ Komposisi
✔ Nasi : 3 x @ 1 piring sedang
✔ Lauk : 2 x @2 potong sedang Jenisnya Ikan, ayam,
tahu, tempe
✔ Sayuran : 2 x @ 1 mangkuk sayur Jenis sayuran
kangkung, bayam, sawi, daun singkong, daun pepaya
✔ Buah : Sering, Jenis pisang, papaya, jeruk, pir,
✔ Camilan: Jarang, Jenis kacang-kacangan
✔ Pantangan : tidak ada pantangan makanan
b) Minum
⮚ Jumlah total <8 gelas perhari : jenis air putih
⮚ Jumlah 3 - 4x seminggu : Jenis susu dan teh
2) Eliminasi
a) Buang Air Kecil :
⮚ Frekuensi perhari : 2-3 x warna bening
⮚ Keluhan/masalah : tidak ada keluhan/masalah
b) Buang Air Besar :
⮚ Frekuensi perhari :1 x warna kecoklatan konsistensi lembek.
⮚ Keluhan/masalah : tidak ada keluhan/masalah
3) Personal hygiene
⮚ Mandi 3 x sehari
⮚ Keramas 2 x seminggu

28
⮚ Gosok gigi 3 x sehari
⮚ Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 3x sehari
4) Istirahat/tidur
⮚ Tidur malam : 6 jam
⮚ Tidur siang : 2 jam
⮚ Keluhan/masalah : pasien mengatakan tidak ada masalah
5) Aktivitas fisik dan olah raga
⮚ Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : ibu melakukan
pekerjaan rumah mulai dari memasak, mencuci piring, mencuci
pakaian dan bersih-bersih
⮚ Olah raga : Jenis : Jalan-jalan, Frekuensi :2 x seminggu
6) Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
⮚ Merokok : Pasien tidak pernah merokok
⮚ Minuman beralkohol : Pasien tidak pernah minum-minuman
beralkohol
⮚ Obat-obatan : Pasien tidak pernah minum obat selain
dari
dokter atau bidan
⮚ Jamu : Pasien tidak pernah minum jamu
7) Riwayat Psikososial- spiritual
a) Riwayat perkawinan
⮚ Status perkawinan : Menikah
⮚ Umur waktu menikah : 32 Tahun
⮚ Pernikahan yang ke : 2, Sah
⮚ Hubungan dengan suami : Baik
⮚ Lama menikah : 17 Tahun
b) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) dalam keluarga :
Musyawarah
c) Ibu tinggal serumah dengan : dengan Suami dan anaknya
d) Pengambilan keputusan utama dalam rumah adalah: Suami
e) Dalam kondisi emergensi ibu dapat mengambil keputusan sendiri
f) Orang terdekat ibu : suami dan anak
g) Yang menemani ibu untuk pemeriksaan dan rawat inap : Suami
h) Penghasilan perbulan : Cukup

29
i) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan : ibu dapat menerima
segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh nakes
wanita maupun pria
j) Tingkat Pengetahuan Ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : ibu mengatakan sudah
mengetahui tentang keadaanya dan penyakit yang dialaminya
Hal-hal yang belum diketahui ibu : ibu mengatakan bagaimana
caranya perut tidak nyeri atau mengurangi rasa nyerinya
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu mengatakan ingin
mengetahui Cara mengurangi rasa myeri

IV. DATA OBYEKTIF


1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : tampak sakit ringan
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 132/72 mmHg
4) Suhu : 36,5 oC
5) Nadi : 96 kali/menit
6) RR : 20 kali/menit
b. Status present
Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak ada luka
Muka : simetris, tidak ada luka
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sclera putih
Hidung : bersih, tidak ada polip
Mulut : bibir pucat, tidak ada stomatitis
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Bising usus (+)
Ekstremitas : simetris, kaki kiri odema, tidak ada kelainan,
terpasang infus disebelah tangan kiri pasien
Punggung : tidak ada kelainan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan

30
c. Status Ginekologi
Abdomen : Distensi (-), teraba massa padat setinggi pusat

d. Pemeriksaan penunjuang :
1) Laboratorium
Tanggal : 11/2/2022
− T3 Total 1.32
− TSHs 0.77
− Free T4 16.55
Kesan eutiroid
Tanggal 10/02/2022
− Hb : 13.9 gr/dL
− Leukosit : 4.300/L
− Trombosit : 230.000
− Glukosa Sewaktu : 122 mg/dl
− SGOT : 27/L, SGPT : 15/L, Ureum : 19 mg/dl, Kreatin 0.9,
Natrium : 139, Kalium 4.4 , Chlorida : 106, PPT/ PTTK :
13,7 (15,5)/ 30.7(30.9)
Tanggal 30/12/2021
Urine rutin
− Protein : Negatif
− Reduksi : Negatif
− Nitrit : Negatif
− Bakteri : 6.7
2) USG Ginekologi
Transabdominal
Tampak VU terisi cukup
Tmapak bangunan uterus ukuran 81.7x50.0x57.2 mm volume
307.923 ml, kontur ireguler, tekstur inhomogen, EL + 10.36 mm,
tampak gambaran whorle like patterm
massa ukuran terbesar 108x74.7x89.6 mm dengan ring of fire
tidak ada gambaran hipoekoik dan hiperekoooik pada adneksa
tidak tampak cairan bebas pada morison pouch

Transvaginal

31
Tampak VU terisi kosong
Tampak bangunan uterus ukuran 73.7x72,6x69,2 mm volume
327.331 ml, kontur ireguler, tekstur in homogen, EL +n3.95 mm,
tampak gambaran whorle like pattern
Massa ukuran terbesar 89.5x90.4x90.00 mm dnegan ring of fire
Kesan multiple myoma uteri

3) MRI abdomen dengan kontras.


Tanggal 14-02-2022
- Pembesaran uterus disertai multiple massa solid inhomogen
pada corpus uteri (ukuran terbesar + AP 3.5 x LL 3.7 x cc 3.5 cm,
pada aspek posterior)
Gambaran intramural mioma uteri
- Massa lobulated pada cavum pelvis yang menempel dan sulit
dipisahkan dengan fundus uteri (ukuran + AP 7.8 x LL 12.8 x CC
10 cm ) ? DD/ Subserosa mioma uteri adenomyosis ekstrauteri.
- Penebalan endimetrial line dan juntional zone
- Gambaran hidrosalphing kiri
4) Rapid Antigen : Negatif

V. ANALISA
Diagnosa : Ny.J P1A0 umur 49 tahun dengan mioma uteri
Masalah : Nyeri perut
Kebutuhan : Edukasi manajemen nyeri dan kolaborasi dengan dokter SpOG.

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 23 Februari 2022 Jam : 10.00 WIB
1. Memberitahukan kepada Ny.J hasil pemeriksaan yaitu : TD: 130/80 mmHg,
N: 96 kali/ menit, R: 20 kali/ menit, suhu: 36,50C.
Hasil : Ibu memahami kondisi dirinya dan penyakit yang dialaminya
2. Memberikan semangat dan anjuran agar ibu tetap tenang, rileks, tidak
cemas serta berfikir positif terhadap sakit yang dialaminya bahwa saat
dilakukan perawatan di RSUP Dr.Kariadi ibu akan mendapatkan asuhan dan
terapi sebaik mungkin serta petolongan yang semaximal mungkin sesuai
dengan standar prosedur rumah sakit

32
Hasil : ibu mengerti dan ibu akan berusaha untuk semangat, rileks dan tidak
cemas
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen atau cara mengatasi
nyeri yaitu dengan cara mengompres hangat lalu di letakkan pada perut
bagian bawah, sambil tarik nafas panjang melalui hidung dan hembuskan
lewat mulut dan mengganjal perut dengan bantal jika perlu.
Hasil : Ibu dapat mengikuti arahan bidan untuk mengatasi nyeri dengan
menarik dan membuang nafas dengan teratur.
4. Memberikan konseling tentang kebutuhan nutrisi sesuai dengan diit yang
disarankan dokter gizi klinis.
5. Hasil : Ibu dapat mengkonsumsi makanan gizi seimbang yang disediakan ahli
gizi sesuai dengan diit yang dianjurkan dokter gizi klinis
6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat.
Hasil : Ibu mengatakan malam hari tidur sekitar ± 4 jam dan siang hari bila
tidak dilakukan pemeriksaan atau tindakan oleh tenaga kesehatan baik
dokter dan perawat.
7. Berkolaborasi dengan dokter SpOg untuk tindakan operasi serta
menganjurkan Ibu agar puasa 6 jam sebelum operasi yang akan dilaksanakan
pada 24 Februari 2022 mulai jam 07.00 WIB .
Hasil : Ibu bersedia untuk dilakukan operasi pada 24 Februari 2022 pukul
13.00 WIB dan puasa mulai pukul 07.00 WIB.
8. Berkolaborasi dengan TS anestesi dengan memberikan terapi sesuai dengan
advis dokter.
Hasil :
− Usaha 2 PRC persiapan operasi
− Inf RL 20 tpm
− Inj ranitidin 1 amp/12 jam
− Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
9. Melakukan pengawasan pada pasien meliputi keadaan umum, tanda-tanda
vital, dan pengeluaran perdarahan pervaginam sesuai advice dokter.
Hasil : Telah dilakukan pengawasan pada pasien.
10. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan SOAP.
Hasil : Telah didokumentasikan

33
Semarang, Februari 2022
Pembimbing Klinik Mahasiswa

Irnawati, S.Kep, Ns Alfina Rohmah


NIP.198909232014022007 NIM. P1337424821318

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Khobibah, S.SiT., M.Kes


NIP. 1976406221984092001

34
CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat Praktik : Nama Pasien : Ny. J
Rajawali 4A Nama Bidan : Alfina Rohmah
RSUP Dr. Kariadi Semarang

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Nama
dan CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) dan
Jam Paraf
Kamis, S=
24-02- Ibu mengatakan masih nyeri tetapi sedikit berkurang.
2022/ Nyeri VAS : 3 (Nyeri Ringan)
Pukul
12.00 O=
WIB ● Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 128 /79 mmHg
N : 90 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36 oC
● Rapid Antigen : Negatif
● Nyeri Vas : 3 (nyeri Ringan)

A=
Diagnosa : Ny.J P1A0 umur 49 tahun dengan mioma uteri

35
Masalah : Nyeri perut
Kebutuhan : Edukasi manajemen nyeri
P=
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital dalam keadaan baik.
Hasil : Ibu mengetahui keadaannya dan hasil pemeriksaan
TTV dalam batas normal
2. Mengkaji kembali nyeri yang dirasakan ibu
Hasil : ibu mengatakan nyeri pada perut masih tapi sedikit
berkurang
3. Memberikan ibu edukasi kembali tentang manajemen nyeri
dengan relaksasi nafas dalam untuk mengatasi timbulnya
keluhan nyeri yang dialaminya.
Hasil : Ibu mengerti mengenai teknik pengurangan nyeri
yang dianjurkan oleh bidan
4. Memberikan semangat dan anjuran agar ibu tetap tenang,
rileks, tidak cemas serta berfikir positif terhadap sakit yang
dialaminya bahwa saat dilakukan perawatan di RSUP
Dr.Kariadi ibu akan mendapatkan asuhan dan terapi sebaik
mungkin serta petolongan yang semaximal mungkin sesuai
dengan standar prosedur rumah sakit
Hasil : ibu mengerti dan ibu akan berusaha untuk
semangat, rileks dan tidak cemas
5. Memberikan konseling tentang kebutuhan nutrisi sesuai
dengan diit yang disarankan dokter gizi klinis.
Hasil : Ibu dapat mengkonsumsi makanan gizi seimbang
yang disediakan ahli gizi sesuai dengan diit yang dianjurkan
dokter gizi klinis
6. Memberikan informed consent kepada ibu mengenai
rencana operasi TAH + SOU yang akan dilaksanakan pada
hari ini , 24/02/2022 pukul 13.00 WIB.
Hasil : Ibu dan keluarga bersedia untuk dilakukan tindakan
operasi.
7. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk puasa selama 6

36
jam sebelum operasi dilaksanakan yaitu mulai pukul 07.00
WIB.
Hasil : Ibu bersedia puasa
8. Melakukan tranfusi darah pada ibu dengan tujuan untuk
menggantikan darah atau produk darah dalam tubuh
diantaranya meliputi menggantikan kehilangan volume
cairan karena perdaran serta menggantikan sel darah
merah untuk mengobati dan mencegah anemia serta
meningkatkan transport oksigen.
Hasil : Ibu dna keluarga bersedia dilakukan transfusi darah.
9. Memberikan terapi sesuai advis dokter anestesi.
Hasil :
− Usaha 2 PRC persiapan operasi
− Inf RL 20 tpm
− Inj ranitidin 1 amp/12 jam
− Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
10. Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter untuk
persiapan sebelum operasi.
Hasil :
− Injeksi Cefazoline 1 gram (IV) 30 menit sebelum
operasi di Ruang OK
− Pasang DC dan cukur bulu pubis di Ruang OK
Melakukan pemantauan KU, PPV, dan tanda-tanda vital.
Hasil : KU ibu baik, kesadaran composmentis, TD 128/79
mmHg, N 90 x/menit, R 20 x/menit, S 36 oC,
11. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan.
Hasil : Telah didokumentasikan.

37
CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat Praktik : Nama Pasien : Ny. J
Rajawali 4A Nama Bidan : Alfina Rohmah
RSUP Dr. Kariadi Semarang

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Nama
dan CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) dan
Jam Paraf
Jumat, S=
25-02- 1. Ibu mengatakan nyeri pada bekas operasi dan keluar darah
2022 dari jalan lahir
/ Pukul 2. Ibu mengatakan masih sedikit pusing pasca operasi
12.00
WIB O=
● Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 115/82 mmHg
N : 85 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,5 oC

A=
Diagnosa : Ny.J P1A0 umur 49 tahun dengan post op mioma
uteri

P=
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital.
Hasil : Ibu mengetahui keadaannya masih terlihat lemas dan
pucat dan hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal
2. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi
protein
Hasil : Ibu bersedia

38
3. Memberitahu ibu untuk belajar duduk dan mobilisasi ke
kamar mandi jika cateter sudah dilepas
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia
4. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup
Hasil : Ibu bersedia
5. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan
format SOAP.
Hasil : Telah didokumentasikan.

39
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Subjektif
Ny. J P1A0 Umur 49 tahun datang dengan rujukan dari rujukan dari RS
Darul Istiqomah Kendal dengan dengan alasan merasakan nyeri purut kiri
bagian bawah dan timbul benjolan sejak 3 bulan yang lalu yaitu pada bulan
Agustus 2021. Ibu mengatakan mengalami menstruasi yang tidak teratur
dengan lamanya lebih dari 7 hari. Volume perdarahan haid sekitar 60 mL. Ibu
mengatakan mengeluh bahwa sakit yang dirasakan tidak berkurang kemudian
dirujuk Ke RSUP Dr.Kariadi Semarang untuk mendapat penanganan yang lebih
lanjut. Ibu mengatakan masuk ke Rajawali 4A RSUP Dr. Kariadi Semarang pada
hari Selasa, 22 Februari 2022 mengatakan bahwa saat ini haid hari ke-14 sejak
awal Januari 2021 tidak ada penurunan dalam berat badan, mual (-), muntah
(-), serta tidak ada keluhan saat BAB atau BAK.
Menurut penelitian mengatakan bahwa kelompok umur yang terbanyak
penderita mioma uteri yaitu kelompok usia 41-50 tahun dengan jumlah
sebanyak 22 orang (46,8%) lebih banyak dibandingkan kelompok usia 21-30
tahun dimana didapatkan 3 orang (3,2%) penderita mioma uteri. Hal ini
menunjukkan bahwa pada kelompok wanita yang memasuki usia reproduksi
lebih beresiko terkena mioma uteri. Hal ini dapat dikarenakan oleh insiden
mioma uteri meningkat seiring meningkatnya umur seseorang pada usia
reproduksi dan akan menyusut setelah seorang wanita memasuki usia
menopause. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan
mioma sensitif terhadap hormon estrogen. Mioma uteri jika dibandingkan
dengan miometrium normal memiliki lebih banyak reseptor estrogen,
estrogen ini akan diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mioma
uteri, sehingga mioma uteri terbentuk saat usia reproduksi dimana kadar
estrogen tinggi.
Ny. J mengatakan mempunyai 1 anak dan belum pernah keguguran.
Menurut hasil penelitian Pertiwi K. yang menyatakan tidak ada hubungan
antara paritas dengan kejadian mioma uteri. Dinyatakan bahwa mioma uteri

40
lebih banyak terjadi pada multipara dibandingkan nullipara. Pada penelitian
Liliyani D. juga dinyatakan demikian, bahwa mioma uteri lebih banyak terjadi
pada wanita yang pernah melahirkan (77,9%) dibandingkan yang belum
pernah atau nullipara (22,1%). Berdasarkan hasil pengujian, nilai p adalah
0,001. Hal tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara paritas
dengan kejadian mioma uteri di RSUP H. Adam Malik Medan.
Ny. J memiliki riwayat pendidikan terakhir SD, sehingga dalam proses
asuhan kebidanan yang dilakukan dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Pendidikan menentukan pola fikir seorang ibu dalam menjalani kehamilannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Purwatmoko (2011) bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang semakin besar peluang untuk mencari
pengobatan ke pelayanan kesehatan. Sebaliknya semakin rendahnya
pendidikan akan menyebabkan seseorang mengalami stres, dimana stres yang
terjadi disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan orang tersebut.
Ibu mengatakan bahwa ibu di diagnose sedang menderita mioma uteri.
Ibu mengatakan pernah operasi tumor payudara sebelah kiri di RS Kendal
pada bulan Juli 2021. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit menular atau menurun seperti jantung, diabetes mellitus,
asma, gemelli, epilepsi, batuk > 1 bulan, ginjal, sickle cell disease, alergi,
kelainan mental maupun kongenital, IMS, HIV AID Dalam Riwayat Haid ibu,
mengatakan mengalami haid sejak awal bulan januari 2022 disertai nyeri haid
perut bagian bawah yang berlangsung lebih dari 7 hari.
Ny.J memiliki Pola makan yang baik yaitu pola makan sehat yang
mengacu kepada gizi yang seimbang, terpenuhinya semua zat gizi sesuai
dengan kebutuhan (Depkes RI, 2014). Pola makan memiliki 3 (tiga) komponen
yaitu jenis, frekuensi dan jumlah makan.
1) Jenis makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari
terdiri dari makanan pokok,lauk hewani, lauk nabati,, sayuran dan buah
yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber makanan
utama di Negara Indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau sekelompok
masyarakat terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi-umbian dan tepung
( Sulistyoningsih, 2012)
2) Frekuensi makan

41
Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi
makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan (Depkes RI,
2014). Frekuensi makan adalah jumlah makan sehari-hari baik kualitatif
dan kuantitatif, secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-
alat pencernaan mulai dari mulut samppai usus halus. Lama makanan
dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan, jika rata-rata lambung
kosong antara 3-4 jam, jadwal makanpun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung ( Oktaviani,2011). Pola makan yang baik dan benar mengandung
karbohidrat lemak, protein, vitamin dan mineral. Pola makan 3 kali sehari
yaitu makan pagi, selingan siang, makan siang, seligan sore, makan malam
dan sebelum tidur. Makanan selingan sangat diperlukan, terutama jika porsi
makanan utama yang dikonsumsi saat makan pagi,siang dan makan malam
belum mencukupi. Makan selingan tidak boleh berlebihan karena dapat
menyebabkan nafsu makan saat menyantap makanan utama berkurang
akibat kekenyangan makanan selingan ( Sari,2012)
3) Jumlah makan
Jumlah makan adalah banyaknya makana yang dimakan setiap orang
setiap individu dalam kelompok. Jumlah dan jenis makanan sehari-hari
merupakan cara makan seseorang individu atau sekelomppok orang dengan
mengkosumsi makanan mengandung karbohidrat, protein, sayuran dan
buah. Frekuensi tiga kali sehari dengan makan selingan pagi dan siang
mencapai gizi tubuh yang cukup, pola makan yang berlebihan dapat
mengakibatkan kegemukan atau obesitas pada tubuh(Wily, dkk.,2011)
Selain dari kebiasaan pola makan, Nn.J memiliki personal hygiene,
pola istirahat,aktivitas fisik yang baik serta tidak memiliki kebiasaan yang
merugikan seperti merokok dan minum minuman beralkohol. Dalam
Tingkat Pengetahuan ibu mengatakan sudah mengetahui tentang keadaanya
dan penyakit yang dialaminya, ibu mengatakan belum mengetahui tentang
kenapa nyeri selalu timbul dan bagaimana cara mengurangi rasa nyeri nya
B. Objektif
Hasil pengkajian data obyektif berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan umum, status
present, dan status obstetric. Pemeriksaan umum dilakukan melihat keadaan
umum,status kesadaran, mengukur TTV. Maka diperoleh keadaan umum Baik,

42
kesadaran composmentis, Dilakukan pemeriksaa TTV dengan lengkap dengan
TD : 132/72 mmHg, Suhu : 36,5 oC, Nadi : 96 x/menit, RR : 20 x/menit.
Sedangkan untuk status present dilakukan pemeriksaan fisik secara tidak
lengkap dari kepala, mata, hidung, telinga, leher, ketiak, dada, perut, lipat paha,
ekstremitas, dan punggung. Tetapi tidak melakukan pemeriksaan dan anus..
Pemeriksaan penunjang terdapat hasil Laboratorium, USG transvaginal dan
abdominal, serta MRI Abdomen dengan kontras.
C. Analisa
Untuk analisa yang di Ruang Rajwali 4A RSUP Dr. Kariadi Semarang
menunjukkan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny.J P1A0 umur 49
tahun dengan Mioma uteri , Masalah yang dialami adalah Nyeri perut bagian
bawah kemudian kebutuhanya adalah Konseling manjemen nyeri. Dalam analisa
tidak ada perbedaan antara teori dan praktik di lahan.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. J diantaranya dengan
Memberitahukan kepada pasien hasil pemeriksaan keadaan umum dan tanda-
tanda vital dan pemeriksaann fisik dalam keadaan baik atau normal, memantau
keadaan ibu, Memberikan semangat dan anjuran agar ibu tetap tenang, rileks,
tidak cemas serta berfikir positif terhadap sakit yang dialaminya bahwa saat
dilakukan perawatan di RSUP Dr.Kariadi ibu akan mendapatkan asuhan dan
terapi sebaik mungkin serta petolongan yang semaksimal mungkin sesuai
dengan standar prosedur rumah sakit. memberitahukan kepada Ny.J hasil
pemeriksaan yaitu : TD: 132/72 mmHg, N: 96 kali/ menit, R: 20 kali/ menit,
suhu: 36,50C. Memberikan semangat dan anjuran agar ibu tetap tenang, rileks,
tidak cemas serta berfikir positif terhadap sakit yang dialaminya bahwa saat
dilakukan perawatan di RSUP Dr.Kariadi ibu akan mendapatkan asuhan dan
terapi sebaik mungkin serta petolongan yang semaximal mungkin sesuai dengan
standar prosedur rumah sakit. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
manajemen atau cara mengatasi nyeri yaitu dengan cara mengompres hangat
lalu di letakkan pada perut bagian bawah, sambil tarik nafas panjang melalui
hidung dan hembuskan lewat mulut dan mengganjal perut dengan bantal jika
perlu. Memberikan konseling tentang kebutuhan nutrisi sesuai dengan diit yang
disarankan dokter gizi klinis. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat sekitar 6-8 jam sehari. Berkolaborasi dengan dokter SpOg untuk
tindakan operasi serta menganjurkan Ibu agar puasa 6 jam sebelum operasi yang

43
akan dilaksanakan pada 24 Februari 2022 mulai jam 07.00 WIB. Berkolaborasi
dengan TS anestesi dengan memberikan terapi sesuai dengan advis dokter
meliputi usaha 2 PRC persiapan operasi, Inf RL 20 tpm, Inj ranitidin 1 amp/12
jam, Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam. Melakukan pengawasan pada pasien meliputi
keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pengeluaran perdarahan pervaginam
sesuai advice dokter. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan
SOAP.

44
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium dengan ciri bulat, keras,
berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdri atas otot polos
dengan beberapa jaringan ikat. Mioma uteri sering juga disebut leiomyoma,
fibroid, atau fibromioma. Disebut juga fibroid karena artinya dari bahasa inggris
merupakan konsistensinya yang mirip kolagen terbentuk dari susunan serat-serat.
Pada pengakajian didapatkan bahwa Ny. J P1A0 Umur 49 tahun datang
dengan rujukan dari rujukan dari RS Darul Istiqomah Kendal dengan dengan
alasan merasakan nyeri purut kiri bagian bawah dan timbul benjolan sejak 3
bulan yang lalu yaitu pada bulan Agustus 2021. Ibu mengatakan mengalami
menstruasi yang tidak teratur dengan lamanya lebih dari 7 hari. Volume
perdarahan haid sekitar 60 mL. Ibu mengatakan mengeluh bahwa sakit yang
dirasakan tidak berkurang kemudian dirujuk Ke RSUP Dr.Kariadi Semarang
untuk mendapat penanganan yang lebih lanjut. Ibu mengatakan masuk ke
Rajawali 4A RSUP Dr. Kariadi Semarang pada hari Selasa, 22 Februari 2022
mengatakan bahwa saat ini haid hari ke-14 sejak awal Januari 2021 tidak ada
penurunan dalam berat badan, mual (-), muntah (-), serta tidak ada keluhan saat
BAB atau BAK.
Menurut penelitian mengatakan bahwa kelompok umur yang terbanyak
penderita mioma uteri yaitu kelompok usia 41-50 tahun dengan jumlah sebanyak
22 orang (46,8%) lebih banyak dibandingkan kelompok usia 21-30 tahun dimana
didapatkan 3 orang (3,2%) penderita mioma uteri. Hal ini menunjukkan bahwa
pada kelompok wanita yang memasuki usia reproduksi lebih beresiko terkena
mioma uteri. Hal ini dapat dikarenakan oleh insiden mioma uteri meningkat
seiring meningkatnya umur seseorang pada usia reproduksi dan akan menyusut
setelah seorang wanita memasuki usia menopause. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan dan perkembangan mioma sensitif terhadap hormon estrogen.

45
Mioma uteri jika dibandingkan dengan miometrium normal memiliki lebih
banyak reseptor estrogen, estrogen ini akan diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan mioma uteri, sehingga mioma uteri terbentuk saat usia reproduksi
dimana kadar estrogen tinggi. Pemeriksaan umum dilakukan melihat keadaan
umum,status kesadaran, mengukur TTV. Maka diperoleh keadaan umum Baik,
kesadaran composmentis, Dilakukan pemeriksaa TTV dengan lengkap dengan
TD : 132/72 mmHg, Suhu : 36,5 oC, Nadi : 96 x/menit, RR : 20 x/menit.
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. J diantaranya dengan
Memberitahukan kepada pasien hasil pemeriksaan keadaan umum dan tanda-
tanda vital dan pemeriksaann fisik dalam keadaan baik atau normal, Memantau
keadaan ibu, Memberikan semangat dan anjuran agar ibu tetap tenang, rileks,
tidak cemas serta berfikir positif terhadap sakit yang dialaminya bahwa saat
dilakukan perawatan di RSUP Dr.Kariadi ibu akan mendapatkan asuhan dan
terapi sebaik mungkin serta petolongan yang semaksimal mungkin sesuai dengan
standar prosedur rumah sakit. Memberitahukan kepada Ny.J hasil pemeriksaan
yaitu : TD: 132/72 mmHg, N: 96 kali/ menit, R: 20 kali/ menit, suhu: 36,5 0C.
Memberikan semangat dan anjuran agar ibu tetap tenang, rileks, tidak cemas
serta berfikir positif terhadap sakit yang dialaminya bahwa saat dilakukan
perawatan di RSUP Dr.Kariadi ibu akan mendapatkan asuhan dan terapi sebaik
mungkin serta petolongan yang semaximal mungkin sesuai dengan standar
prosedur rumah sakit. Memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen
atau cara mengatasi nyeri yaitu dengan cara mengompres hangat lalu di letakkan
pada perut bagian bawah, sambil tarik nafas panjang melalui hidung dan
hembuskan lewat mulut dan mengganjal perut dengan bantal jika perlu.
Memberikan konseling tentang kebutuhan nutrisi sesuai dengan diit yang
disarankan dokter gizi klinis. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat sekitar 6-8 jam sehari. Berkolaborasi dengan dokter SpOg untuk
tindakan operasi serta menganjurkan Ibu agar puasa 6 jam sebelum operasi yang
akan dilaksanakan pada 24 Februari 2022 mulai jam 07.00 WIB.
B. Saran
1. Bagi Keluarga Pasien
Laporan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap
ibu terhadap mioma uteri.
2. Bagi Penulis

46
Diharapkan hasil dari studi kasus dapat meningkatkan pengetahuan
dan wawasan bagi penulis dalam memberikan asuhan kebidanan. Melalui
asuhan yang telah diberikan kepada pasien, diharapkan dapat menambah
dan meningkatkan skill penulis dalam memberikan asuhan-asuhan
kebidanan selanjutnya.
3. Bagi Bidan
Diharapkan dalam setiap melakukan asuhan kepada pasien memacu
dengan teori yaitu manajemen kebidanan Varney dan melakukan
pendokumentasian menggunakan SOAP di setiap asuhan yang diberikan.
Serta studi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap bidan
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya yang
berhubungan dengan asuhan kebidanan secara berkesinambungan.
4. Bagi Institusi
Diharapkan laporan hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai
dokumentasi dan tambahan referensi dalam melakukan asuhan kebidanan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, dkk. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Apriyani Y, Sumarni S. 2017. Analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian mioma uteri di RSUD dr. Adhyatama Semarang. Jurnal
Kebidanan :36-46.

Hadibroto BR. 2012. Mioma uteri. Majalah Kedokteran Nusantara;38(3): 245- 60.

Jannah M, Armini NKA, Aulia A. 2015 Paritas dan IMT (Indeks Massa Tubuh)
berhubungan dengan mioma uteri pada wanita usia subur. Jurnal
Pediomaternal.

Jannah M, Armini NKA, Aulia A. Paritas dan IMT (Indeks Massa Tubuh) berhubungan
dengan mioma uteri pada wanita usia subur. Jurnal Pediomaternal.
2015;3(2):289-294.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2011. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: ECG; hal.
774-775.

Lilyani DI, Sudiat M, Basuki R. 2016. Hubungan faktor resiko dan kejadian mioma
uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah:14-19

Manuaba IAC., Manubaba IBGF, Manubaba IBGF. 2011. Buku Ajar Penuntun Kuliah
Ginekologi. Jakarta: Trans Info Mediahal.

Mochtar R. 2011. Sinopsis Obstetri. Pekanbaru: ECG; hal. 6-9.

Pertiwi KD, Wiyati N, Sumarah, Tyastuti S. 2017. Hubungan usia menarche dan
paritas dengan kejadian mioma uteri di RSUD Wates Kulonprogo. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes:89-94.

48
49

You might also like