You are on page 1of 6

TUGAS SURVEY BAWAH TANAH

SURVEY BAWAH TANAH A


(RESUME)

Disusun oleh:
Rizkulloh Nurfauzi Al Amin
03311940000002

Dosen Pengampu:

Ir. Yuwono, M.T.

Akbar Kurniawan, S.T., M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2022
1. GYRO-THEODOLITE

Alat gyro theodolite pertama kali dikembangkan sebagai meridian indicator


(azimuth/bearing). Alat tersebut adalah alat yang terbaru untuk menetapkan azimuth
dipermukaan tanah maupun dibawah tanah. Meridian indicator yang lama bertanya sekitar
1.000 ib, tetapi yang baru beratnya menjadi ringan yaitu sekitar 125 ib termasuk peti
beterainya. Type konstruksinya ialah gyroscope yang dipasang dalam sphere. Spindle
menghubungi gyroscope pada as vertikal theodolite untuk mengurangi beban spindle,
gyroscope terapung di air Bila diputar pada keceptan 20.000 rpm atau lebih, roda gyro
menjadi alat yang mempunyai ciri untuk menentukan arah utara selatan. Untuk mengurangi
pengaruh luar daya magnit pada gyro tersebut, gyro sphere yang terisi air dilapisi dengan
metal atau diamagnetic material. Gyro digerakkan oleh baterai (arus searah), arus bolak balik
atau motor compressor.

Alat tersebut sebelum dipakai perlu dikalibrasi lebih dulu pada azimut yang diketahui.
Untuk menentukan azimut dibawah tanah diperlukan hanya 2 jam. Bila dengan shaft
plumbing saja bisa brjam-jam, ketelitian kurang dari 30 detik. Kegunaannya adalah untuk
menetukan arah permukaan dan dibawah tanah, cukup dengan 1 titik yang diketahui, pada
setiap saat dan tidak tergantung pada cuaca. Untuk mengontrol polygon dengan cara terbuka
dan untuk menentukan titik-titik baru. Berat dari gyro pada saat sekarang 9 – 4,4 ib
(2kg).Sedang lama pengukuran orientasi dipermukaan sekitar 20 menit

2. TERRESTRIAL LASER SCANNER

Menurut Lichti, dkk (2005) bahwa Terrestrial Laser Scanner (TLS) merupakan suatu
peralatan penangkapan gambar (image) aktif yang secara cepat dapat memperoleh kumpulan
dari titik–titik tiga dimensi dari suatu objek maupun permukaan. Boehler, dkk (2002)
menjelaskan bahwa terdapat dua jenis scanner berdasarkan prinsip pengoperasiannya, yaitu:
1. Triangulation Scanners

Terdiri dari single camera solution dan double camera solution.

2. Ranging Scanners
2.1 Time of flight of a laser pulse. Laser dipancarkan ke objek selanjutnya jarak dihitung
dari waktu perjalanan antara sinyal transmisi dan penerimaannya. Prinsip ini
mempunyai akurasi rendah karena merupakan tipe scanner jarak jauh dengan
cakupan 1,5 – 6.000 meter. Scanner jenis ini cepat dalam melakukan akuisisi data dan
titik yang didapat hingga mencapai 11.000 – 122.000 titik setiap detiknya.
2.2 Phase comparison method. Metode ini juga sering dikenal melalui alat tacheometric.
Laser yang dipancarkan dimodulasikan dengan gelombang harmonik dengan jarak
yang dihitung dengan menggunakan perbedaan beda fase antara gelombang pancar
dan gelombang yang diterima. Akurasi yang dihasilkan rendah karena merupakan
tipe scanner jarak menengah. Akan tetapi, scanner jenis ini dapat mengukur hingga
1.000.000 titik setiap detiknya

Terrestrial Laser Scanner atau biasa disebut sebagai TLS adalah teknologi survei dan
pemetaan dengan prinsip kerjanya adalah laser ditembakkan dari alat ke obyek kemudian
akan dipantulkan kembali oleh permukaan maupun obyek ke alat. Intensitas dan waktu yang
dibutuhkan oleh laser dari dipantulkan ke obyek hingga kembalinya laser tersebut ke alat
akan dihitung untuk kemudian dianalisis dan diolah sehingga didapatkan point cloud yang
selanjutnya dapat dimodelkan menjadi 3D

Scanner mengukur suatu objek sebagai point cloud. Dengan setiap point cloud merupakan
jarak dari alat dan sudut horisontal/vertikal (Mendy, dkk 2011). Data yang direkam adalah
data sudut horizontal (α), sudut vertikal (β), dan jarak antara pusat koordinat scanner dengan
obyek yang direkam (R). Seperti dapat dilihat pada Gambar 1. bidang X dan Y dijadikan
sebagai reference plane dalam koordinat scan. Laser bergerak dari atas ke bawah dan ke
samping kanan scanner sesuai dengan arah perputaran jarum jam.

3. GEOLISTRIK
Geolistrik adalah salah satu metode eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan
bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat
kelistrikan tersebut adalah tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical
constant, kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat
menyimpan potensial dan lain-lain.

Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun
1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan
tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus
listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi
arus listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan ke
dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan
menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.

Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di
dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan
penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan
N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak
elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada
elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi
arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.

4. GROUND PENETRATING RADAR


Ground Penetrating Radar (GPR) atau Georadar merupakan alat pelacak bawah
permukaan bumi dengan gelombang radio, baik digunakan untuk eksplorasi dangkal
dengan ketelitian (resolusi) sangat tinggi sehingga mampu mendeteksi target bawah
permukaan sampai target ukuran sentimeter, GPR merupakan teknik eksplorasi relatif
baru dibandingkan metode lainnya. GPR dapat digunakan di beberapa bidang seperti
geologi, ekplorasi kebumian, arkeologi, ilmu forensik, konstruksi dan rekayasa serta
bidang lingkungan.

Kelebihan GPR/georadar dibandingkan metode geofisika lainnya adalah Biaya


operasional lebih murah, resolusi yang sangat tinggi karena menggunakan frekuensi
tinggi (broadband atau wideband), Pengoperasian yang cukup mudah dan merupakan
metoda non destructive sehingga aman digunakan. sedangkan kelemahan GPR adalah
tidak bisa melakukan penetrasi / deteksi sedalam gelombang bunyi (saat ini
maksimum kedalaman maksimum 100meter), antena GPR umum hanya untuk durasi
pulsa tertentu.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi.
Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP).
Pengukuran velocity Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk
mementukan kecepatan versus kedalaman, dan transiluminasi disebut juga GPR
Tomografi.

Penggunaan GRP di eksplorasi kebumian (bahan galian) yaitu :


1. Alluvial
2. Pasir
3. Bijih Besi
4. Bauksit
5. Nikel laterit
6. Batubara
7. Emas
8. Gamping

Penggunaan GRP di eksplorasi Geoteknik/sipil yaitu :


1. Investigasi utilitas (Kabel dan Pipa)
2. Kedalaman tiang pancang
3. Kekuatan dan ketebalan beton
4. Jembatan

Penggunaan GRP di bawah permukaan yaitu :


1. Kedalaman dan dasar sungai/danau
2. Sedimentasi/endapan
3. Bedrock
4. Zona longsor
5. Arkeologi
6. Goa/Rongga
DAFTAR PUSTAKA

CV. Karya Kaya. Ground Penetrating Radar (GPR) / Georadar. Ground Penetrating Radar
(GPR) / Georadar – konsultan karya jaya . diakses pada 10 Mei 2022

FMIPA UGM. 2015. Metode Geolistrik. Metode Geolistrik – HMGF UGM diakses pada 10
Mei 2022

PT. Frasta Era Teknologi Cemerlang. 2020. Jurnal Surveying; Terrestrial Laser Scanner
(TLS). Jurnal Surveying; Terrestrial Laser Scanner (TLS) – Frasta Training diakses pada 10
Mei 2022

Risal. 2016. Ilmu Ukur Tambang. ILMU UKUR TAMBANG


(mynewgunawan.blogspot.com) diakses pada 10 Mei 2022

You might also like