Professional Documents
Culture Documents
Program Isolasi
Program Isolasi
1. PENDAHULUAN
1
pasien, petugas Rumah Sakit, pengunjung dan keluarga pasien dari resiko
tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas atau berkunjung ke Rumah Sakit.
Prevalensi kasus HIV/AIDS yang terjadi di Indonesia periode Januari sampai
dengan Maret 2007 sebesar 440 orang tertular virus HIV dan 794 orang lainnya
menderita penyakit AIDS dengan jumlah kematian sebesar 123 orang. Prevalensi
kasus HIV/AIDS di Jawa Barat periode Januari sampai dengan Maret 2007
sebesar 1105 orang dengan jumlah kematian sebesar 173 orang yang menempati
urutan ketiga tertinggi di Indonesia (Ditjen PPM dan PL Depkes R.I, 2007). Kasus
penyakit hepatitis B menurut Lesmana (2007) menyatakan bahwa, di Indonesia
secara keseluruhan berjumlah 13,3 juta penderita, dengan tingkat prevalensi
mencapai 5-10%.
Perawat yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar infeksi
yang secara potensial membahayakan jiwanya, karena perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan kontak langsung dengan
cairan tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen infeksius
dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien
satu ke pasien yang lainnya. Menurut penelitian apabila tenaga medis terkena
infeksi akibat kecelakaan maka resikonya 1% mengidap hepatitis fulminan, 4%
hepatitis kronis (aktif), 5% menjadi pembawa virus (Syamsuhidajat & Wim de
Jong, 1997). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, bahwa rumah sakit sebagai salah
satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan.
Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
merupakan suatu standar mutu pelayanan dan penting bagi pasien, petugas
kesehatan maupun pengunjung rumah sakit. Sesuai dengan visi rumah sakit
yaitu menjadi rumah sakit rujukan yang handal dan terjangkau maka dilakukan
upaya-upaya penerapan kewaspadaan standar (standar precautions)
khususnya pada kewaspadaan isolasi dengan memperhatikan keselamatan
dan kenyamanan pasien, petugas kesehatan serta pengunjung rumah sakit.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka RSUD Gambiran Kota Kediri
menyediakan tenaga profesional yang terlatih dan mengerti upaya-upaya
pengendalian Health Care Associated Infection's pada kewaspadaan
isolasi sesuai dengan visi misi RSUD Gambiran Kota Kediri. Tujuan utama
dari program pengendalian Health Care Associated Infection's di rumah sakit
adalah mengurangi risiko terjadinya endemik dan epidemik nosokomial pada
pasien yang dirawat, petugas dan pengunjung.
2
III. TUJUAN
1. Tujuan umum
Menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi
persyaratan pencegahan dan pengendalian infeksi pada kewaspadaan
isolasi rumah sakit yang dapat melindungi tenaga kesehatan, pasien dan
pengunjung dari penularan penyakit infeksi atau penyakit menular yang
mungkin timbul sehingga mengurangi risiko terjadinya endemik dan epidemik
nosokomial pada pasien yang di rawat, petugas dan pengunjung.
2. Tujuan khusus
a. Melindungi petugas, pasien, keluarga dan pengunjung dari resiko tertular
penyakit yang di ditularkan melalui kontak, droplet dan airbone
b. RSUD Gambiran Kota Kediri mempunyai kebijakan yang mengatur prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi pada kewaspadaan isolasi
c. Melaksanakan program pencegahan dan pengendalian infeksi pada
kewaspadaan isolasi untuk pencegahan penyakit menular di lingkungan
RSUD Gambiran Kota Kediri sesuai pedoman pelayanan PPI di rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya oleh Depkes RI
4
VII. JADWAL KEGIATAN
Tahun 2016
Penanggun
Bulan
No Kegiatan g
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 jawab
0
Melakukan rapat komite PPI RSUD Gambiran Kota Komite
1
Kediri PPI
Melakukan rapat koordinasi dengan pihak terkait dalam Komite
2 pelaksanaan program PPI
Menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas di ruang Komite
3
isolasi PPI
Menyiapkan sarana dan prasarana ruang isolasi,
Komite
4 penyettingan dan penempatan ruang isolasi/kohorting
yang sudah ditentukan sesuai standar PPI
Melakukan edukasi kepada pasien, keluarga dan Komite
5 pengunjung yang berada diruang isolasi PPI
Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan Komite
6 pelaksanaan program ruang isolasi PPI
5
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
6
LAMPIRAN
7
2) Menyiapkan petugas Ruang IGD,sedap KPPIRS Bulan Juni Belum melakukan edukasi Belum
dengan edukasi yang akan malam, tanjung, 2016 dengan bimbingan teknis terlaksana
bertanggung jawab dalam graha 3 , anggrek, (BIMTEK) kepada petugas ruang
melaksanakan tugas di ICU/ ICCU isolasi
ruang isolasi
3) Melakukan edukasi kepada Pasien keluarga IPCN dibantu Tiap hari Bentuk melalui edukasi langsung Terlaksana
pasien, keluarga dan dan pengunjung di IPCLN mulai bulan ke pasien, keluarga dan belum sesuai
pengunjung yang berada ruang isolasi ruangan isolasi April- pengunjung ruang isolasi pada target
diruang isolasi Desember saat dines
2016 Lampiran :
Foto, tandatangan pasien
keluarga di buku / form edukasi
4) Melakukan evaluasi, Ruang IGD,sedap Tim PPIRS Mulai bulan Monitoring ruang isolasi: Terlaksana
monitoring dan pelaporan malam, tanjung, April- 1. Masih banyak ditemukan belum sesuai
hasil pemantauan graha 3 , anggrek, Desember penggunaan nya tidak untuk target
pelaksanaan ruang isolasi ICU/ ICCU 2016 pasien dengan indikasi masuk
isolasi tapi pasien lain.
2. Penggunaan APD oleh
petugas kurang patuh
pengunjung dan keluarga
Lampiran :
Foto kegiatan, daftar pasien yang
masuk ruang isolasi, daftar
petugas yang masuk isolasi