Professional Documents
Culture Documents
Anggaran Sekolah
Anggaran Sekolah
TENTANG
DOSEN PEMBIMBING:
Oleh :
MANDAILING NATAL
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
berkat hidayah dan taufiq-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami
dengan tepat waktu. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kesehatan dan
kesempatan kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya
Sholawat dan salam ke Ruh junjungan nabi Besar muhammad SAW yang
telah membawa risalah islam ke tengah-tengah ummatnya, guna mengeluarkan
ummatnya dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan yang
disertai iman dan islam sebagaiman yang kita rasakan saat sekarang ini.
Akhirnya hanya kepada Allahlah kami berserah diri dan memohon ampun
atas kesalahan yang diperbuat, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi
penulis khususnya, pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki
system manajemen yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM),
dana/biaya, dan sarana prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus
memiliki tenaga (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif,
laboran, pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku
sumber, buku pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, perabot,
bahan dan ATK), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan,
lapangan olahraga), serta biaya yang mencakup biaya investasi (biaya untuk
keperluan pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk
buku-buku dan biaya operasional baik untuk personil maupun nonpersonil). Biaya
untuk personil antara lain untuk kesejahteraan dan pengembangan profesi,
sedangkan untuk biaya nonpersonil berupa pengadaan bahan dan ATK,
pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anggaran dalam Bidang Pendidikan Menengah?
2. Bagaimana Dana Masyarakat untuk Pendidikan Menengah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
aktif. Siswa pada SK ini selanjutnya harus melakukan aktivasi rekening SimPel
tersebut..
Pada kesempatan ini, Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan,
Abdul Kahar, mengatakan bahwa Kemendikbudristek telah menginformasikan
kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten dan Provinsi serta satuan pendidikan
dan orang tua/wali, bahwa batas akhir aktivasi rekening adalah 30 Juni 2022.
Melalui surat edaran Puslapdik Nomor 0329/J5/DM.00.03/2022, mulai Maret
2022, proses pelaksanaan aktivasi rekening dan penarikan dana dilakukan
langsung oleh peserta didik atau melalui orangtua/wali penerima PIP atau dapat
dilakukan secara kuasa oleh penerima kuasa yang dalam hal ini kepala
sekolah/bendahara sekolah/guru dengan kondisi persyaratan sesuai Petunjuk
Pelaksanaan (juklak) PIP.1
1 Anwar, M.I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan.
Mimbar Pendidikan, No.1 Tahun x, 1991: 28-33. Hal. 30
3
kurangnya 20 persen dari total belanja sebagaimana amanat Pasal 131 ayat 4 UUD
1945.
Pasal 46 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2023 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menegaskan Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat 4
UUD 1945.
Sementara itu, Pasal 49 UU Nomor 20 Tahun 2003 mengatur bahwa
anggaran pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20 persen dari APBN.
Berdasarkan amanat tersebut, pemerintah rutin mengalokasikan anggaran
pendidikan minimal 20 persen dalam APBN. Meski demikian, dari sisi realisasi,
anggaran pendidikan kerap kali masih di bawah 20 persen sejak 2015.
Selama kurun 2015-2020, setidaknya realisasi anggaran pendidikan di
bawah 20 persen terjadi dalam tiga tahun anggaran yakni 2016 sebesar 19,9
persen, 2018 sebesar 19,9 persen, bahkan pada 2020 hanya sebesar 18,3 persen
atau Rp473,65 triliun dari total realisasi belanja negara sebesar Rp2.593,53 triliun.
Dari sisi nominal, realisasi anggaran pendidikan cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,1 persen
per tahun. Adapun rata-rata realisasi anggaran pendidikan per tahun sebesar
Rp453,2 triliun.
Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada 2018 sebesar 38,7 persen dari
Rp406,10 triliun pada 2017 menjadi Rp431,73 triliun. Sementara pertumbuhan
paling rendah terjadi pada 2016 yang minus 5,2 persen dari Rp390,27 triliun pada
2015 menjadi Rp370,81 triliun.
Dalam pengalokasiannya, anggaran pendidikan tak hanya dikelola oleh
pemerintah pusat melalui belanja kementerian/lembaga, tapi juga melalui transfer
ke daerah dan pengeluaran pembiayaan pendidikan.2
2 Udin Syaifudin Sa’ud Dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007. Hal. 170
4
Adapun peruntukannya, anggaran pendidikan di kementerian lembaga
antara lain untuk penyediaan beasiswa untuk siswa/mahasiswa kurang mampu,
rehabilitasi ruang kelas, pembangunan unit sekolah baru dan ruang kelas baru,
serta pembangunan prasarana pendukung dan pemberian tunjangan profesi guru.
Lalu anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah tersebar dalam skema
transfer seperti Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik,
dan DAK non fisik. Contohnya, anggaran pendidikan dalam DAK non fisik untuk
dana bantuan operasional sekolah (BOS), tunjangan profesi guru, hingga
tunjangan khusus guru.
Sementara itu, anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan
untuk dana pengembangan pendidikan nasional, dana abadi penelitian, dana abadi
kebudayaan, dana abadi perguruan tinggi, dan pembiayaan pendidikan.
Akses Pendidikan Menengah Peningkatan akses pendidikan merupakan
amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang ditujukan untuk memberikan
kesempatan kepada setiap masyarakat untuk memenuhi hak dasarnya memperoleh
pendidikan demi meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan akses pendidikan
ditunjukkan dengan meningkatnya angka partisipasi penduduk usia sekolah yang
mendapat akses pendidikan (Kemdikbud, 2014) . Kementerian Pendidikan
menargetkan di tahun 2017 APK sekolah menengah (APK SM) sebesar 82,15
persen yang tertuang dalam Rencana Strategis tahun 2015-20194. Target Angka
Partisipasi Kasar tersebut dapat menjadi acuan untuk menilai sejauh mana suatu
daerah lebih maju atau tertinggal pemenuhan akses pendidikannya dibandingkan
dengan daerah-daerah lainnya. Selain itu bagi pembuat kebijakan yakni
pemerintah dapat menjadikan capaian APK sebagai acuan untuk menentukan
prioritas apakah lebih memilih peningkatan akses dibandingkan peningkatan mutu
pendidikan ataukah memungkinkan dilakukan keduanya sesuai dengan anggaran
yang tersedia.3
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat disimpulkan
sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibelanjakan oleh sekolah untuk
3 Dedi Supriadi.2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hal. 72
5
berbagai keperluan operasional atau penyelenggaraan pendidikan yang meliputi
biaya : investasi pengadaan saran dan prasarana pembelajaran, operasi tenaga
personalia (tenaga pendidik dan tenaga kependidikan) serta non-personalia,
peningkatan kemampuan profesionalisme guru, pemeliharaan saran dan prasarana
pembelajaran, pengelolaan pendidikan, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan
sertifikasi, dan kegiatan supervise.
Menurut Permen Diknas No 69 Tahun 2009 standar biaya operasi
nonpersonalia tahun 2009 untuk Sekolah Menengah Kejuruan adalah sebagai
berikut :
6
sekolah/madrasah agar layak digunakan sebagai tempat belajar dan
mengajar.
5. Biaya daya dan jasa merupakan biaya untuk membayar langganan daya
dan jasa yang yang mendukung kegiatan belajar mengajar di
sekolah/madrasah seperti listrik, telepon, air, dll.
6. Biaya transpor/perjalanan dinas adalah biaya untuk berbagai keperluan
perjalanan dinas pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik baik
dalam di kota maupun ke luar kota.
7. Biaya konsumsi adalah biaya untukpenyediaan konsumsidalam
kegiatan sekolah/madrasah yang layak disediakan konsumsi seperti
rapat-rapat sekolah/madrasah, perlombaan disekolah/madrasah, dll.
8. Biaya asuransi adalah biaya membayar premi asuransi untuk keamanan
dan keselamatan sekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan,
dan peserta didik seperti asuransi kebakaran, asuransi bencana alam,
asuransi kecelakaan praktek kerja di industri, dll.4
7
menyelaraskan program pemerintah daerah dengan target capaian partisipasi
pendidikan dan arah kebijakan prioritas antara pemenuhan akses atau peningkatan
mutu. Salah satu upaya untuk memperkecil gap antara APK SMP dengan APK
SM adalah dengan membangun kapasitas sekolah menengah kejuruan yang sesuai
dengan karakteristik masingmasing daerah. Hal ini sekaligus mendukung program
Pemerintah dalam bidang pendidikan vokasi. Peningkatan kapasitas sekolah
menengah kejuruan tentu saja sangat bergantung pada kemampuan fiskal di
masing-masing daerah, mengingat pendidikan menengah belum menjadi
pendidikan wajib 12 tahun, maka pendanaannya tidak saja bergantung pada
pemerintah tetapi juga masyarakat. Total belanja pendidikan sekolah menengah
kejuruan tahun 2016 sebesar Rp61,2 triliun dengan total siswa sebanyak
1.910.576 orang. Dengan demikian, rata-rata dana pendidikan per kapita menjadi
Rp32 juta/siswa. Bila membandingkan belanja pendidikan per kapita (jenjang
SMK) dengan sebaran APK SM dan APK SMKN, terlihat bahwa daerah-daerah
dengan APK yang lebih rendah cenderung mengeluarkan anggaran lebih besar
dibandingkan daerah-daerah dengan APK yang lebih tinggi (Gambar 4.4). Selain
itu, rata-rata daerah dengan APK SM lebih tinggi juga cenderung memiliki APK
SMKN yang lebih tinggi. Untuk daerah dengan APK SM lebih dari 100 persen
dan rata-rata APK SMKN sebesar 24,58 persen, belanja pendidikan per kapitanya
sebesar Rp23 juta/siswa. Sedangkan untuk daerah-daerah dengan rata-rata APK
SMKN terkecil 7.77 persen dan APK SM kurang dari 50 persen, mengeluarkan
biaya dua kali lipat yaitu sebesar Rp51 juta/siswa. Secara sekilas tersirat bahwa
daerah-daerah dengan APK lebih tinggi melakukan pengelolaan anggaran
pendidikan dengan lebih efisien.5
B. Dana Masyarakat untuk Pendidikan Menengah
Masyarakat memiliki kewajiban memberikan dana untuk pendidikan,
bentuknya baik secara langsung maupun tidak langsung ke lembaga pendidikan.
Bentuk dana masyarakat yang ada di SMK secara umum berupa dana incidental
(sumbangan uang gedung), bantuan dana dari masyarakat industry dan sumbangan
5 Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2011. Hal.
90
8
dari dana alumni. Besaran dana dari masyarakat yang diterima oleh sekolah sangat
bervariasi, yang ditentukan bersama-sama atas dasar kesepakatan antara seklah,
orang tua dan peserta didik, dan komite sekolah.sedangkan dana dari masyarakat
industry biasanya didasarkan atas pengajuan proposal kerjasama antara sekolah
dengan dunia usaha dan dunia industry yang relevan dengan program keahlian.
Dana dari masyarakat industry juga merupakan tanggung jawab dari dunia
industry terhadap pendidikan. Sedangkan dana masyarakat yang bersumber daari
dana alumni sangat dipengaruhi oleh kepedulian alumni terhadap pengembangan
sekolah. Sumber dana yang berasal dari masyarakat dikelola oleh komite sekolah,
alokasi penggunaan dan rencana sumber yang didapat dituangkan dalam RKAS
sesuai dengan skala prioritas program sekolah tahunan.6
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu pendidikan
membutuhkan biaya. Pembiayaan terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal
karena pendidikan adalah investasi. penyelenggaraan pendidikan di sekolah perlu
biaya, perlu dana, paling tidak memenuhi pembiayaan untuk memberikan standar
pelayanan minimal. Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat disimpulkan
sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibelanjakan oleh sekolah untuk
berbagai keperluan operasional atau penyelenggaraan pendidikan yang meliputi
biaya : investasi pengadaan saran dan prasarana pembelajaran, operasi tenaga
personalia (tenaga pendidik dan tenaga kependidikan) serta non-personalia,
peningkatan kemampuan profesionalisme guru, pemeliharaan saran dan prasarana
pembelajaran, pengelolaan pendidikan, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan
sertifikasi, dan kegiatan supervise.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M.I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan.
Mimbar Pendidikan, No.1 Tahun x, 1991: 28-33.
AP Dosen. 2010. Manajemen Pendidikan. UNY Press: Yogyakarta.
Dedi Supriadi.2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2011,
Nanang Fattah, “Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan”, Rosdakarya, Bandung,
2004
Udin Syaifudin Sa’ud Dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan
Suatu Pendekatan Komprensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007
11