You are on page 1of 14

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

TENTANG

ANGGARAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Irma Suryani Siregar, M.A

Oleh :

Ninda Ita Purnama Sari (20120023)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
berkat hidayah dan taufiq-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami
dengan tepat waktu. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kesehatan dan
kesempatan kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya

Sholawat dan salam ke Ruh junjungan nabi Besar muhammad SAW yang
telah membawa risalah islam ke tengah-tengah ummatnya, guna mengeluarkan
ummatnya dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan yang
disertai iman dan islam sebagaiman yang kita rasakan saat sekarang ini.

Akhirnya hanya kepada Allahlah kami berserah diri dan memohon ampun
atas kesalahan yang diperbuat, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi
penulis khususnya, pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Panyabungan, November 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................1


B. Rumusan Masalah ............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Anggaran dalam Bidang Pendidikan Menengah............................2


B. Dana Masyarakat untuk Pendidikan Menengah.............................8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki
system manajemen yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM),
dana/biaya, dan sarana prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus
memiliki tenaga (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif,
laboran, pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku
sumber, buku  pelengkap, buku  perpustakaan, alat peraga, alat praktik, perabot,
bahan dan ATK), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan,
lapangan olahraga), serta biaya yang  mencakup biaya investasi (biaya untuk
keperluan pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk
buku-buku dan biaya operasional baik untuk personil maupun nonpersonil). Biaya
untuk personil antara lain untuk kesejahteraan dan pengembangan  profesi,
sedangkan untuk  biaya  nonpersonil berupa pengadaan bahan dan ATK,
pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anggaran dalam Bidang Pendidikan Menengah?
2. Bagaimana Dana Masyarakat untuk Pendidikan Menengah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anggaran dalam Bidang Pendidikan Menengah


Sebanyak 10, 2 juta siswa jenjang SD, SMP, SMA, SMK, SLB, dan
Program Kesetaraan telah menerima dana bantuan Program Indonesia Pintar (PIP)
sampai periode April 2022. Total anggaran yang sudah disalurkan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebesar
Rp5,3 triliun atau 55 persen dari pagu anggaran PIP tahun 2022 yang sebesar
Rp9,6 triliun dengan target sasaran sebanyak 17,9 juta siswa.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti menyampaikan bahwa
penyaluran bantuan PIP tersebut dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama,
yakni bulan Februari, disalurkan kepada 7,8 juta siswa dengan total anggaran Rp4
triliun. Sedangkan pada tahap kedua, yakni periode Maret, penyaluran diberikan
kepada 2,4 juta siswa dengan anggaran sebesar Rp1,3 triliun. “Tahap pertama dan
kedua tersebut berdasarkan SK Pemberian sebagai hasil pemadanan data di Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial dan Data Pokok
Pendidikan (Dapodik) pada bulan Februari.
Sedangkan untuk penyaluran tahap ketiga, yakni di bulan April, bantuan
PIP disalurkan berdasarkan SK pemberian yang diberikan kepada korban bencana
alam Lumajang dan Kalimantan Tengah melalui usulan dinas pendidikan
setempat. Pada tahap ketiga ini, jumlah siswa penerima manfaat PIP sebanyak 994
siswa dengan anggaran yang disalurkan Rp 504 juta.
Kemendikbudristek melalui Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan juga
telah menerbitkan SK Nominasi hasil pemadanan DTKS dan Dapodik khusus
untuk kelas akhir, yakni kelas VI, kelas IX, dan kelas XII/XIII. Total siswa yang
diberikan SK Nominasi tersebut sebanyak 565 ribu siswa. SK Nominasi tersebut
juga diberikan kepada 2.140 siswa korban bencana alam Lumajang dan
Kalimantan Tengah sebagai usulan dari dinas pendidikan setempat. SK Nominasi
diberikan bagi calon penerima dana PIP yang belum memiliki rekening SimPel

2
aktif. Siswa pada SK ini selanjutnya harus  melakukan aktivasi rekening SimPel
tersebut..
Pada kesempatan ini, Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan,
Abdul Kahar, mengatakan bahwa Kemendikbudristek telah menginformasikan
kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten dan Provinsi serta satuan pendidikan
dan orang tua/wali, bahwa batas akhir aktivasi rekening adalah 30 Juni 2022.
Melalui surat edaran Puslapdik Nomor  0329/J5/DM.00.03/2022, mulai Maret
2022, proses pelaksanaan aktivasi rekening dan penarikan dana dilakukan
langsung oleh peserta didik atau melalui orangtua/wali penerima PIP atau dapat
dilakukan secara kuasa oleh penerima kuasa yang dalam hal ini kepala
sekolah/bendahara sekolah/guru dengan kondisi persyaratan sesuai Petunjuk
Pelaksanaan (juklak) PIP.1

Anggaran pendidikan merupakan alokasi anggaran pada fungsi pendidikan


yang dialokasikan dalam APBN untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. APBN wajib menyediakan anggaran pendidikan sekurang-

1 Anwar, M.I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan.
Mimbar Pendidikan, No.1 Tahun x, 1991: 28-33. Hal. 30

3
kurangnya 20 persen dari total belanja sebagaimana amanat Pasal 131 ayat 4 UUD
1945.
Pasal 46 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2023 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menegaskan Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat 4
UUD 1945.
Sementara itu, Pasal 49 UU Nomor 20 Tahun 2003 mengatur bahwa
anggaran pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20 persen dari APBN. 
Berdasarkan amanat tersebut, pemerintah rutin mengalokasikan anggaran
pendidikan minimal 20 persen dalam APBN. Meski demikian, dari sisi realisasi,
anggaran pendidikan kerap kali masih di bawah 20 persen sejak 2015.
Selama kurun 2015-2020, setidaknya realisasi anggaran pendidikan di
bawah 20 persen terjadi dalam tiga tahun anggaran yakni 2016 sebesar 19,9
persen, 2018 sebesar 19,9 persen, bahkan pada 2020 hanya sebesar 18,3 persen
atau Rp473,65 triliun dari total realisasi belanja negara sebesar Rp2.593,53 triliun.
Dari sisi nominal, realisasi anggaran pendidikan cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,1 persen
per tahun. Adapun rata-rata realisasi anggaran pendidikan per tahun sebesar
Rp453,2 triliun.
Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada 2018 sebesar 38,7 persen dari
Rp406,10 triliun pada 2017 menjadi Rp431,73 triliun. Sementara pertumbuhan
paling rendah terjadi pada 2016 yang minus 5,2 persen dari Rp390,27 triliun pada
2015 menjadi Rp370,81 triliun.
Dalam pengalokasiannya, anggaran pendidikan tak hanya dikelola oleh
pemerintah pusat melalui belanja kementerian/lembaga, tapi juga melalui transfer
ke daerah dan pengeluaran pembiayaan pendidikan.2

2 Udin Syaifudin Sa’ud Dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007. Hal. 170

4
Adapun peruntukannya, anggaran pendidikan di kementerian lembaga
antara lain untuk penyediaan beasiswa untuk siswa/mahasiswa kurang mampu,
rehabilitasi ruang kelas, pembangunan unit sekolah baru dan ruang kelas baru,
serta pembangunan prasarana pendukung dan pemberian tunjangan profesi guru.
Lalu anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah tersebar dalam skema
transfer seperti Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik,
dan DAK non fisik. Contohnya, anggaran pendidikan dalam DAK non fisik untuk
dana bantuan operasional sekolah (BOS), tunjangan profesi guru, hingga
tunjangan khusus guru.
Sementara itu, anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan
untuk dana pengembangan pendidikan nasional, dana abadi penelitian, dana abadi
kebudayaan, dana abadi perguruan tinggi, dan pembiayaan pendidikan.
Akses Pendidikan Menengah Peningkatan akses pendidikan merupakan
amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang ditujukan untuk memberikan
kesempatan kepada setiap masyarakat untuk memenuhi hak dasarnya memperoleh
pendidikan demi meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan akses pendidikan
ditunjukkan dengan meningkatnya angka partisipasi penduduk usia sekolah yang
mendapat akses pendidikan (Kemdikbud, 2014) . Kementerian Pendidikan
menargetkan di tahun 2017 APK sekolah menengah (APK SM) sebesar 82,15
persen yang tertuang dalam Rencana Strategis tahun 2015-20194. Target Angka
Partisipasi Kasar tersebut dapat menjadi acuan untuk menilai sejauh mana suatu
daerah lebih maju atau tertinggal pemenuhan akses pendidikannya dibandingkan
dengan daerah-daerah lainnya. Selain itu bagi pembuat kebijakan yakni
pemerintah dapat menjadikan capaian APK sebagai acuan untuk menentukan
prioritas apakah lebih memilih peningkatan akses dibandingkan peningkatan mutu
pendidikan ataukah memungkinkan dilakukan keduanya sesuai dengan anggaran
yang tersedia.3
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat disimpulkan
sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibelanjakan oleh sekolah untuk

3 Dedi Supriadi.2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hal. 72

5
berbagai keperluan operasional atau penyelenggaraan pendidikan yang meliputi
biaya : investasi pengadaan saran dan prasarana pembelajaran, operasi tenaga
personalia (tenaga pendidik dan tenaga kependidikan) serta non-personalia,
peningkatan kemampuan profesionalisme guru, pemeliharaan saran dan prasarana
pembelajaran, pengelolaan pendidikan, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan
sertifikasi, dan kegiatan supervise.
Menurut Permen Diknas No 69 Tahun 2009 standar biaya operasi
nonpersonalia tahun 2009 untuk Sekolah Menengah Kejuruan adalah sebagai
berikut :

1. Biaya operasi nonpersonalia meliputi: biaya alat tulis sekolah (ATS),


biaya bahan dan alat habis pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan
perbaikan ringan, biaya daya dan jasa, biaya transportasi/perjalanan
dinas, biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan siswa/ekstra
kurikuler, biaya uji kompetensi, biaya praktek kerja industri, dan biaya
pelaporan.
2. Biaya alat tulis sekolah adalah biaya untuk pengadaan alat tulis
sekolah yang dibutuhkan untuk pengelolaan sekolah dan proses
belajar.
3. Biaya alat dan bahan habis pakai adalah biaya untuk pengadaan alat-
alat dan bahan-bahan praktikum IPA, alat-alat dan bahan-bahan
praktikum IPS, alat-alat dan bahan-bahan praktikum bahasa, alat-alat
dan bahanbahan praktikum komputer, alat-alat dan bahan-bahan
praktikum ketrampilan, alat-alat dan bahan-bahan olah raga, alat-alat
dan bahanbahan kebersihan, alat-alat dan bahan-bahan kesehatan dan
keselamatan, tinta stempel, toner/tinta printer, dll yang habis dipakai
dalam waktu satu tahun atau kurang.
4. Biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan adalah biaya untuk
memelihara dan memperbaiki sarana dan prasarana sekolah/madrasah
untuk mempertahankan kualitas sarana dan prasarana

6
sekolah/madrasah agar layak digunakan sebagai tempat belajar dan
mengajar.
5. Biaya daya dan jasa merupakan biaya untuk membayar langganan daya
dan jasa yang yang mendukung kegiatan belajar mengajar di
sekolah/madrasah seperti listrik, telepon, air, dll.
6. Biaya transpor/perjalanan dinas adalah biaya untuk berbagai keperluan
perjalanan dinas pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik baik
dalam di kota maupun ke luar kota.
7. Biaya konsumsi adalah biaya untukpenyediaan konsumsidalam
kegiatan sekolah/madrasah yang layak disediakan konsumsi seperti
rapat-rapat sekolah/madrasah, perlombaan disekolah/madrasah, dll.
8. Biaya asuransi adalah biaya membayar premi asuransi untuk keamanan
dan keselamatan sekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan,
dan peserta didik seperti asuransi kebakaran, asuransi bencana alam,
asuransi kecelakaan praktek kerja di industri, dll.4

Selanjutnya dalam Permen Diknas No 69 Tahun 2009 juga diatur tentang


indeks pendanaan Sekolah menengah Kejuruan berdasarkan Daerah geografis
seperti dalam Tabel Indeks Biaya Pendidikan untuk Seluruh Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2009 dengan Basis DKI Jakarta.

Efisiensi Belanja Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan


Kondisi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan
menengah perlu ditangani secara serius oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Meskipun pendidikan berada dalam kewenangan pemerintah daerah, perlu adanya
koordinasi yang bersifat kesinambungan antara pemerintah daerah dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Tujuannya agar rumusan atau rencana
pengembangan pendidikan menengah yang telah disusun oleh pemerintah pusat
dapat terimplementasi dengan baik di daerah. Selain itu, koordinasi juga akan
memudahkan evaluasi kinerja pembangunan pendidikan, membantu
4 AP Dosen. 2010. Manajemen Pendidikan. UNY Press: Yogyakarta. Hal. 59

7
menyelaraskan program pemerintah daerah dengan target capaian partisipasi
pendidikan dan arah kebijakan prioritas antara pemenuhan akses atau peningkatan
mutu. Salah satu upaya untuk memperkecil gap antara APK SMP dengan APK
SM adalah dengan membangun kapasitas sekolah menengah kejuruan yang sesuai
dengan karakteristik masingmasing daerah. Hal ini sekaligus mendukung program
Pemerintah dalam bidang pendidikan vokasi. Peningkatan kapasitas sekolah
menengah kejuruan tentu saja sangat bergantung pada kemampuan fiskal di
masing-masing daerah, mengingat pendidikan menengah belum menjadi
pendidikan wajib 12 tahun, maka pendanaannya tidak saja bergantung pada
pemerintah tetapi juga masyarakat. Total belanja pendidikan sekolah menengah
kejuruan tahun 2016 sebesar Rp61,2 triliun dengan total siswa sebanyak
1.910.576 orang. Dengan demikian, rata-rata dana pendidikan per kapita menjadi
Rp32 juta/siswa. Bila membandingkan belanja pendidikan per kapita (jenjang
SMK) dengan sebaran APK SM dan APK SMKN, terlihat bahwa daerah-daerah
dengan APK yang lebih rendah cenderung mengeluarkan anggaran lebih besar
dibandingkan daerah-daerah dengan APK yang lebih tinggi (Gambar 4.4). Selain
itu, rata-rata daerah dengan APK SM lebih tinggi juga cenderung memiliki APK
SMKN yang lebih tinggi. Untuk daerah dengan APK SM lebih dari 100 persen
dan rata-rata APK SMKN sebesar 24,58 persen, belanja pendidikan per kapitanya
sebesar Rp23 juta/siswa. Sedangkan untuk daerah-daerah dengan rata-rata APK
SMKN terkecil 7.77 persen dan APK SM kurang dari 50 persen, mengeluarkan
biaya dua kali lipat yaitu sebesar Rp51 juta/siswa. Secara sekilas tersirat bahwa
daerah-daerah dengan APK lebih tinggi melakukan pengelolaan anggaran
pendidikan dengan lebih efisien.5
B. Dana Masyarakat untuk Pendidikan Menengah
Masyarakat memiliki kewajiban memberikan dana untuk pendidikan,
bentuknya baik secara langsung maupun tidak langsung ke lembaga pendidikan.
Bentuk dana masyarakat yang ada di SMK secara umum berupa dana incidental
(sumbangan uang gedung), bantuan dana dari masyarakat industry dan sumbangan

5 Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2011. Hal.
90

8
dari dana alumni. Besaran dana dari masyarakat yang diterima oleh sekolah sangat
bervariasi, yang ditentukan bersama-sama atas dasar kesepakatan antara seklah,
orang tua dan peserta didik, dan komite sekolah.sedangkan dana dari masyarakat
industry biasanya didasarkan atas pengajuan proposal kerjasama antara sekolah
dengan dunia usaha dan dunia industry yang relevan dengan program keahlian.
Dana dari masyarakat industry juga merupakan tanggung jawab dari dunia
industry terhadap pendidikan. Sedangkan dana masyarakat yang bersumber daari
dana alumni sangat dipengaruhi oleh kepedulian alumni terhadap pengembangan
sekolah. Sumber dana yang berasal dari masyarakat dikelola oleh komite sekolah,
alokasi penggunaan dan rencana sumber yang didapat dituangkan dalam RKAS
sesuai dengan skala prioritas program sekolah tahunan.6

6 Nanang Fattah, “Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan”, Rosdakarya, Bandung, 2004.


Hal. 182

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
  Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu pendidikan
membutuhkan biaya. Pembiayaan terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal
karena pendidikan adalah investasi. penyelenggaraan pendidikan di sekolah perlu
biaya, perlu dana, paling tidak memenuhi pembiayaan untuk memberikan standar
pelayanan minimal. Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting
dalam  penyelenggaraan  pendidikan.
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat disimpulkan
sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibelanjakan oleh sekolah untuk
berbagai keperluan operasional atau penyelenggaraan pendidikan yang meliputi
biaya : investasi pengadaan saran dan prasarana pembelajaran, operasi tenaga
personalia (tenaga pendidik dan tenaga kependidikan) serta non-personalia,
peningkatan kemampuan profesionalisme guru, pemeliharaan saran dan prasarana
pembelajaran, pengelolaan pendidikan, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan
sertifikasi, dan kegiatan supervise.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M.I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan.
Mimbar Pendidikan, No.1 Tahun x, 1991: 28-33.
AP Dosen. 2010. Manajemen Pendidikan. UNY Press: Yogyakarta.
Dedi Supriadi.2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2011,
Nanang Fattah, “Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan”, Rosdakarya, Bandung,
2004
Udin Syaifudin Sa’ud Dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan
Suatu Pendekatan Komprensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007

11

You might also like