You are on page 1of 12

HIGEIA 5 (1) (2021)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Pilihan Manajemen Konflik terhadap Stres Kerja

Rizka Maulinda Aftikasari 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Studi pendahuluan terhadap 15 pekerja diketahui 66,7% pekerja mengalami stres kerja sedang dan
Diterima 8 September 33,3% pekerja mengalami stres kerja berat. Konflik dapat menyebabkan stres, sehingga dibutuhkan
2020 manajemen konflik. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh manajemen konflik integrasi,
Disetujui 30 Desember menurut, dominasi, menghindar, kompromi terhadap stres kerja. Jenis penelitian kuantitatif,
2020 metode observasional analitik, desain cross sectional. Penelitian dilakukan di PT. Nada Surya
Dipublikasikan 31 Tunggal Kabupaten Semarang pada bulan Mei-Juni 2020. Populasi 164 pekerja dengan besar
Januari 2021 sampel 70 pekerja. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data secara univariat,
________________ bivariat, dan multivariat. Analisis bivariat menggunakan chi square dan multivariat menggunakan
regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan manajemen konflik integrasi (p=0,010), manajemen
Keywords:
konflik dominasi (p=0,006), manajemen konflik menurut (p=0,008), manajemen konflik
Work Conflict, Conflict
kompromi (p=0,015) berpengaruh terhadap stres kerja, sedangkan manajemen konflik menghindar
Management, Work Stress
(p=0,344) tidak berpengaruh terhadap stres kerja. Hasil uji multivariat menunjukkan manajemen
____________________
konflik dominasi paling berpengaruh terhadap stres kerja (p=0,002). Simpulan penelitian yaitu
DOI:
manajemen konflik integrasi, menurut, dominasi, dan kompromi berpengaruh terhadap stres kerja.
https://doi.org/10.15294
/higeia/v5i1/39529
____________________ Abstract
___________________________________________________________________
A preliminary study of 15 workers found that 66,7% workers experienced moderate work stress and 33,3%
severe work stress. Conflict can cause stress, so conflict management was needed. The purpose of this research
was to determine effect of integrating, obliging, dominating, avoiding, compromising conflict management
toward work stress. The type of research was quantitative, analytic observational method, cross sectional
design. This research conducted at PT. Nada Surya Tunggal Semarang Regency on May-June 2020. The
population were 164 workers with sample size 70 workers. The instrument used was questionnaire. Data
analysis were univariate, bivariate, and multivariate. Bivariate analysis used chi square and multivariate
analysis used logistic regression. The results showed integrating conflict management (p=0,010), dominating
conflict management (p=0,006), obliging conflict management (p=0,008), compromising conflict management
(p=0,015) affect work stress, while avoiding conflict management (p=0,344) did not affect work stress.
Multivariate analysis showed that conflict management dominating was the most influential toward work
stress (p=0,002). Conclusion this research were integrating, obliging, dominating, and compromising conflict
management affect work stress.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: aftikasarimaulindarizka@gmail.com

109
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

PENDAHULUAN persaingan, umumnya dianggap sebagai


ketidaksepakatan minat atau ide dengan orang
Stres kerja adalah respon negatif lain yang mendorong untuk bersaing
nonspesifik dari tubuh ketika mencoba mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Konflik
memenuhi tuntutan di tempat kerja (Yeboah, kerja melibatkan kepercayaan di masing-masing
2014). Stres kerja tidak hanya memengaruhi pihak bahwa pihak lain akan menggagalkan
pekerja, tetapi juga memengaruhi perusahaan kepentingannya. Konflik kerja pasti terjadi di
karena stres kerja menyebabkan perusahaan tempat kerja dan tidak dapat dihindari dalam
mengeluarkan biaya untuk pemulihan hubungan kerja karena setiap orang memiliki
kesehatan. Tingkat stres kerja yang tinggi dapat pandangan, pendapat, dan latar belakang yang
menjadi faktor pendukung terjadinya berbeda (Longe, 2015). Berdasarkan penelitian
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, Anuari (2017) konflik kerja berpengaruh
kelelahan, kegelisahan, depresi, penyakit terhadap stres kerja. Konflik terjadi karena
kardiovaskular, dan gangguan muskuloskeletal perbedaan karakteristik individu dalam sebuah
(ILO, 2016). Pekerja yang mengalami stres kerja interaksi. Supaya konflik kerja tidak
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk berkembang menjadi masalah yang lebih besar,
menjadi kurang produktif (Arshadi, 2013). maka perlu adanya manajemen konflik
Penyebab stres kerja salah satunya adalah (Kazimoto, 2013).
konflik interpersonal, yang terdiri dari isolasi Manajemen konflik adalah metode untuk
sosial atau fisik, konflik dengan atasan atau menangani keluhan atau perselisihan sehingga
rekan kerja, pengawasan tidak mendukung, dapat menemukan alternatif jalan tengah untuk
hubungan yang buruk antar pekerja (ILO, pengambilan keputusan (Longe, 2015). Pada
2016). manajemen konflik terdapat beberapa gaya,
Stres kerja masih menjadi tren di berbagai yaitu manajemen konflik integrasi (integrating)
negara. Negara Amerika 12% hingga 16% atau kolaborasi (collaborating), manajemen
pekerjanya merasa bekerja di bawah tekanan, konflik menurut (obliging) atau akomodasi
13% hingga 19% kurang tidur karena (accommodating), manajemen konflik dominasi
kekhawatiran tentang pekerjaan, di Argentina (dominating) atau kompetisi (competing),
26,7% pekerja melaporkan merasakan beban manajemen konflik menghindar (avoiding), dan
mental karena pekerjaan (ILO, 2016). Hasil manajemen konflik kompromi (compromising).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Gaya manajemen konflik diperlukan sebagai
menunjukkan bahwa 6% penduduk Indonesia upaya perbaikan hubungan untuk penyelesaian
yang berusia ≥15 tahun menderita gangguan konflik (Wartini, 2015). Penelitian terhadap 130
mental emosional, di Jawa Tengah pekerja ditemukan hasil bahwa manajemen
prevalensinya mencapai 4,7%. Kemudian terjadi konflik yang paling sering digunakan adalah
peningkatan pada tahun 2018 yaitu 9,8% manajemen konflik kompromi (compromising)
penduduk Indonesia dan 7,7% penduduk Jawa (27,7%), kompetisi (competing) (26,2%),
Tengah mengalami gangguan mental emosional menghindar (avoiding) (23,1%), akomodasi
(Kemenkes, 2018). Berdasarkan penelitian (accommodating) (18,5%), dan yang paling jarang
Prihatiningsih (2019) 53,5% responden digunakan adalah manajemen konflik
mengalami gangguan mental emosional dan kolaborasi (collaborating) (4,6%) (Iglesiasa,
paling banyak penyebabnya karena masalah 2012).
dengan teman atau rekan (27%). Pekerja PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten
industri tekstil di Indonesia mengalami stres Semarang merupakan perusahaan tekstil yang
kerja, kecemasan, dan depresi yang tinggi memproduksi handuk, berdiri sejak tahun 2010.
(Ratanasiripong, 2016). PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten Semarang
Menurut Kazimoto (2013), konflik kerja merupakan perusahaan padat karya yang
merupakan salah satu tolak ukur daya dulunya adalah PT. Kanaristex. PT. Kanaristex

110
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

mengalami bangkrut pada tahun 2009 yang antara manajemen konflik gaya kooperatif
mengakibatkan seluruh pekerjanya diputus (cooperating) dengan koordinasi tim dan kinerja
hubungan kerja tanpa diberikan pesangon, tim. Hal yang membedakan penelitian ini
setelah itu perusahaan tersebut diakuisisi serta dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
diubah menjadi PT. Nada Surya Tunggal. mengenai pengaruh pilihan manajemen konflik
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui terhadap stres kerja di PT. Nada Surya Tunggal
bahwa pekerja operator bagian produksi Kabupaten Semarang belum pernah diteliti.
memiliki risiko stres kerja yang tinggi karena Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pekerjaan yang monoton dengan duduk atau pengaruh manajemen konflik integrasi
berdiri terus-menerus, kurangnya dukungan (integrating), menurut (obliging), dominasi
sosial, dan hubungan interpersonal yang kurang (dominating), menghindar (avoiding), kompromi
baik. Selain itu, pada pekerja operator bagian (compromising) terhadap stres kerja di PT. Nada
produksi sering terjadi keluar masuknya Surya Tunggal Kabupaten Semarang.
karyawan, rata-rata setiap 2 tahun.
Berdasarkan studi pendahuluan terhadap METODE
15 pekerja operator bagian produksi diketahui
bahwa 10 pekerja (66,7%) mengalami stres kerja Jenis penelitian ini adalah penelitian
sedang dan 5 pekerja (33,3%) mengalami stres kuantitatif, metode observasional analitik
kerja berat, dengan 6 pekerja (40%) dengan rancangan cross sectional. Variabel bebas
menggunakan manajemen konflik integrasi dalam penelitian ini adalah manajemen konflik
(integrating), 1 pekerja (6,7%) menggunakan integrasi (integrating), manajemen konflik
manajemen konflik menurut (obliging), 2 pekerja menurut (obliging), manajemen konflik dominasi
(13,4%) menggunakan manajemen konflik (dominating), manajemen konflik menghindar
menghindar (avoiding), dan 6 pekerja (40%) (avoiding), dan manajemen konflik kompromi
menggunakan manajemen konflik kompromi (compromising). Variabel terikat dalam penelitian
(compromising). Hasil wawancara dengan HRD ini adalah stres kerja. Penelitian ini bertujuan
menunjukkan bahwa manajemen konflik yang mengetahui pengaruh manajemen konflik
sering digunakan di PT. Nada Surya Tunggal integrasi (integrating), manajemen konflik
Kabupaten Semarang adalah manajemen menurut (obliging), manajemen konflik dominasi
konflik integrasi (integrating) dan kompromi (dominating), manajemen konflik menghindar
(compromising), dimana kedua manajemen (avoiding), dan manajemen konflik kompromi
konflik tersebut merupakan manajemen konflik (compromising) terhadap stres kerja.
yang dilakukan dengan cara diskusi yang Populasi pada penelitian ini adalah
alternatif pemecahan masalahnya memenuhi seluruh pekerja operator bagian produksi di PT.
sepenuhnya kepuasan ataupun hanya sebagian Nada Surya Tunggal Kabupaten Semarang.
kepuasan pihak yang berkonflik. Total populasi adalah 164 orang. Jumlah
Berdasarkan hasil penelitian Tabassi sampel pada penelitian ini adalah 70 pekerja
(2017) tidak ada hubungan antara manajemen dengan teknik pengambilan sampel
konflik gaya akomodasi (accommodating) dengan menggunakan probability sampling jenis simple
koordinasi tim dan kinerja tim, tidak ada random sampling. Penelitian ini dilakukan pada
hubungan antara manajemen konflik gaya bulan Mei hingga bulan Juni 2020.
kompetitif (competing) dengan koordinasi tim Sumber data dalam penelitian ini terdiri
dan kinerja tim, tidak ada hubungan antara dari data primer dan data sekunder. Data primer
manajemen konflik gaya kompromi dalam penelitian ini yaitu hasil dari kuesioner
(compromising) dengan koordinasi tim dan yang diberikan kepada sampel pekerja operator
kinerja tim, ada hubungan antara manajemen bagian produksi di PT. Nada Surya Tunggal
konflik gaya menghindar (avoiding) dengan Kabupaten Semarang tentang manajemen
koordinasi tim dan kinerja tim, ada hubungan konflik integrasi (integrating), manajemen

111
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

konflik menurut (obliging), manajemen konflik rasio prevalensi=1 maka variabel bebas bersifat
dominasi (dominating), manajemen konflik netral, rasio prevalensi>1 maka variabel bebas
menghindar (avoiding), manajemen konflik merupakan faktor risiko variabel terikat, dan
kompromi (compromising) dan stres kerja, rasio prevalensi<1 maka variabel bebas
sedangkan data sekunder didapatkan dari arsip merupakan faktor protektif variabel terikat.
atau dokumen PT. Nada Surya Tunggal Analisis multivariat dilakukan untuk
Kabupaten Semarang, buku, laporan, jurnal, mengetahui manajemen konflik yang paling
dan referensi lain yang berkaitan dengan tema besar pengaruhnya terhadap stres kerja. Uji
penelitian. statistik yang digunakan yaitu uji regresi logistik
Instrumen penelitian yang digunakan karena skala data variabel terikat adalah
adalah kuesioner. Kuesioner menggunakan kategorik. Variabel yang dapat dianalisis pada
skala likert. Kuesioner manajemen konflik analisis multivariat yaitu variabel yang memiliki
integrasi (integrating), manajemen konflik p-value<0,25 setelah dilakukan analisis bivariat.
menurut (obliging), manajemen konflik dominasi Variabel bebas yang paling berpengaruh yaitu
(dominating), manajemen konflik menghindar variabel yang memiliki p-value paling kecil atau
(avoiding), manajemen konflik kompromi nilai Wald paling besar pada langkah terakhir
(compromising) menggunakan skala likert 5 poin yang dilakukan dengan program SPSS 16.0 for
(skala 1=sangat tidak setuju, skala 2=tidak Windows.
setuju, skala 3= kurang setuju, skala 4= setuju,
skala 5=sangat setuju). Sedangkan kuesioner HASIL DAN PEMBAHASAN
stres kerja menggunakan skala likert 7 poin
(skala 1=tidak pernah, skala 2=jarang sekali, Penelitian yang dilakukan terhadap 70
skala 3=jarang, skala 4=kadang-kadang, skala pekerja operator bagian produksi di PT. Nada
5=sering, skala 6=sering kali, skala 7=selalu). Surya Tunggal Kabupaten Semarang memiliki
Teknik pengambilan data pada penelitian ini karakteristik responden berdasarkan jenis
dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh kelamin, usia, masa kerja, dan departemen
responden di PT. Nada Surya Tunggal kerja. Pada penelitian ini terdapat 48 responden
Kabupaten Semarang. laki-laki (68,6%) dan 22 responden perempuan
Analisis data pada penelitian ini (31,4%). Distribusi responden berdasarkan usia
menggunakan analisis univariat, bivariat, dan yaitu, usia ≤30 tahun terdapat 30 pekerja
multivariat. Analisis univariat dilakukan dengan presentase 42,9%, rentang usia 31-40
terhadap setiap variabel penelitian untuk tahun sebanyak 18 pekerja dengan presentase
menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti. 25,7%, rentang usia 41-50 tahun sebanyak 9
Analisis univariat hanya menggunakan pekerja dengan presentase 12,9%, rentang usia
frekuensi dan persentase dari setiap variabel. 51-60 tahun sebanyak 11 pekerja dengan
Analisis bivariat digunakan untuk melihat presentase 15,7%, dan yang paling sedikit pada
pengaruh antara variabel bebas terhadap usia >60 tahun terdapat 2 pekerja dengan
variabel terikat. Uji statistik yang digunakan presentase 2,9%. Distribusi responden
adalah Chi-square karena sampel tidak berdasarkan masa kerja yaitu, terdapat 21
berpasangan dengan skala pengukuran variabel pekerja (30%) dengan masa kerja 1-2 tahun, 12
kategorik. Derajat kepercayaan yang digunakan pekerja (17,1%) dengan masa kerja 3-4 tahun, 7
adalah 95% (α= 0,05). Jika p-value lebih kecil pekerja (10%) dengan masa kerja 5-6 tahun, 13
dari α (p<0,05) maka terdapat pengaruh yang pekerja (18,6%) dengan masa kerja 7-8 tahun,
bermakna antara kedua variabel yang diteliti. dan 17 pekerja (24,3%) dengan masa kerja 9-10
Apabila p-value lebih besar dari α (p>0,05) maka tahun. Distribusi responden berdasarkan
tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara departemen kerja yaitu pada departemen kerja
kedua variabel yang diteliti. Analisis nilai risiko preparation terdapat 19 pekerja dengan
menggunakan rasio prevalensi. Apabila nilai presentase 27,1%, departemen kerja weaving

112
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

terdapat 24 pekerja dengan presentase 34,3%, Tabel 1. Analisis Univariat Pilihan Manajemen
departemen kerja dyeing terdapat 17 pekerja Konflik
dengan presentase 24,3%, dan departemen kerja Manajemen Frekuensi Presentase(%)
making up terdapat 10 pekerja dengan presentase Konflik Ya Tidak Ya Tidak
14,3%. Manajemen
Analisis univariat untuk pilihan konflik integrasi 20 50 28,6 71,4
manajemen konflik dapat dilihat pada tabel 1. (integrating)
Pada tabel 1. diketahui bahwa terdapat 20 Manajemen
pekerja (28,6%) menggunakan manajemen konflik menurut 11 59 15,7 84,3
konflik integrasi (integrating) dan 50 pekerja (obliging)
(71,4%) tidak menggunakan manajemen konflik Manajemen
integrasi (integrating), 11 pekerja (15,7%) konflik dominasi 14 56 20 80
menggunakan manajemen konflik menurut (dominating)
(obliging) dan 59 pekerja (84,3%) tidak Manajemen
menggunakan manajemen konflik menurut konflik
12 58 17,1 82,9
(obliging), 14 pekerja (20%) menggunakan menghindar
manajemen konflik dominasi (dominating) dan (avoiding)
56 pekerja (80%) tidak menggunakan Manajemen
manajemen konflik dominasi (dominating), 12 konflik
13 57 18,6 81,4
pekerja (17,1%) menggunakan manajemen kompromi
konflik menghindar (avoiding) dan 58 pekerja (compromising)
(82,9%) tidak menggunakan manajemen konflik
menghindar (avoiding), 13 pekerja (18,6%) konflik kompromi (compromising) merupakan
menggunakan manajemen konflik kompromi manajemen konflik yang dilakukan dengan cara
(compromising) dan 57 pekerja (81,4%) tidak menyerah terhadap sesuatu untuk mendapatkan
menggunakan manajemen konflik kompromi kesepakatan penyelesaian konflik.
(compromising). Hasil analisis univariat mengenai stres
Menurut Wahjono (2010) manajemen kerja dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan
konflik integrasi (integrating) merupakan gaya tabel 2. dapat diketahui bahwa terdapat 38
manajemen konflik dimana pihak yang pekerja (54,3%) mengalami stres kerja tingkat
berkonflik sangat berkeinginan untuk sedang dan 32 pekerja (45,7%) mengalami stres
memuaskan sepenuhnya kepentingan dari kerja tingkat berat.
semua pihak, manajemen konflik menurut Frekuensi tabel silang pilihan manajemen
(obliging) merupakan manajemen konflik yang konflik dan stres kerja dapat dilihat pada tabel 3.
dilakukan untuk memuaskan lawan konflik Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa
dengan meletakkan kepentingan lawan di atas terdapat 6 dari 20 pekerja (30%) yang
kepentingan sendiri, manajemen konflik menggunakan manajemen konflik integrasi
dominasi (dominating) merupakan manajemen (integrating) mengalami stres kerja tingkat
konflik yang dilakukan dengan menggunakan sedang dan 14 dari 20 pekerja (70%) yang
kekuasaan yang dimiliki, hanya berusaha menggunakan manajemen konflik integrasi
memenuhi tujuannya sendiri tanpa (integrating) mengalami stres kerja tingkat berat,
mempedulikan kebutuhan lawan konflik, terdapat 10 dari 11 pekerja (90,9%) yang
manajemen konflik menghindar (avoiding)
merupakan manajemen konflik yang dilakukan Tabel 2. Analisis Univariat Stres Kerja
dengan cara menghindari orang-orang yang Stres Kerja Frekuensi Presentase (%)
tidak sependapat dengan dirinya dan Sedang 38 54,3
mengabaikan konflik seolah tidak terjadi konflik Berat 32 45,7
apapun yang melibatkan dirinya, manajemen Total 70 100

113
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

Tabel 3. Frekuensi Tabel Silang Pilihan Manajemen Konflik dan Stres Kerja
Stres Kerja
Pilihan Manajemen Konflik Total %
Sedang Berat
Manajemen konflik integrasi (integrating) 6 14 20 28,6
Manajemen konflik menurut (obliging) 10 1 11 15,7
Manajemen konflik dominasi (dominating) 3 11 14 20,0
Manajemen konflik menghindar (avoiding) 8 4 12 17,1
Manajemen konflik kompromi (compromising) 11 2 13 18,6
Total 38 32 70 100

menggunakan manajemen konflik menurut 15,7%.


(obliging) mengalami stres kerja tingkat sedang Hasil uji statistik analisis bivariat dapat
dan 1 dari 11 pekerja (9,1%) yang menggunakan dilihat pada tabel 4. Berdasarkan tabel 4.
manajemen konflik menurut (obliging) diketahui manajemen konflik integrasi
mengalami stres kerja tingkat berat, terdapat 3 (integrating) memiliki nilai probabilitas 0,010 <
dari 14 pekerja (21,4%) yang menggunakan α(0,05) yang berarti bahwa terdapat pengaruh
manajemen konflik dominasi (dominating) manajemen konflik integrasi (integrating)
mengalami stres kerja tingkat sedang dan 11 terhadap stres kerja di PT. Nada Surya Tunggal
dari 14 pekerja (78,6%) yang menggunakan Kabupaten Semarang. Manajemen konflik
manajemen konflik dominasi (dominating) integrasi (integrating) memiliki nilai rasio
mengalami stres kerja tingkat berat, terdapat 8 prevalensi 1,09 maka manajemen konflik
dari 12 pekerja (66,7%) yang menggunakan integrasi (integrating) merupakan faktor risiko
manajemen konflik menghindar (avoiding) stres kerja. Pekerja yang menggunakan
mengalami stres kerja tingkat sedang dan 4 dari manajemen konflik integrasi (integrating)
12 pekerja (33,3%) yang menggunakan berisiko 1,09 kali lebih besar mengalami stres
manajemen konflik menghindar (avoiding) kerja berat dibandingkan yang tidak
mengalami stres kerja tingkat berat, serta menggunakan manajemen konflik integrasi
terdapat 11 dari 13 pekerja (84,6%) yang (integrating).
menggunakan manajemen konflik kompromi Berdasarkan penelitian, pekerja yang
(compromising) mengalami stres kerja tingkat menggunakan manajemen konflik integrasi
sedang dan 2 dari 13 pekerja (15,4%) yang (integrating) di PT. Nada Surya Tunggal
menggunakan manajemen konflik kompromi Kabupaten Semarang berusaha mencari tahu
(compromising) mengalami stres kerja tingkat permasalahan yang terjadi dengan lawan konflik
berat. untuk menemukan solusi yang dapat diterima
Manajemen konflik yang paling banyak bersama, menggabungkan ide dengan lawan
digunakan oleh pekerja operator bagian konflik, berusaha bertukar informasi dan
produksi di PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten bekerjasama dengan lawan konflik untuk
Semarang adalah manajemen konflik integrasi mencapai solusi sehingga membutuhkan waktu
(integrating) dengan presentase 28,6%, kemudian yang lama dan pemikiran yang kreatif, serta
manajemen konflik dominasi (dominating) hasil harus memberikan kepuasan untuk diri
dengan presentase 20%, setelah itu manajemen sendiri dan lawan konflik. Namun, terdapat
konflik kompromi (compromising) dengan lawan konflik yang tidak dapat diajak
presentase 18,6%, dan 2 manajemen konflik bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan
yang paling jaran digunakan oleh pekerja tidak mau mengeluarkan ide-idenya sehingga
operator bagian produksi di PT. Nada Surya pekerja yang menggunakan manajemen konflik
Tunggal Kabupaten Semarang adalah integrasi (integrating) tersebut berusaha sendiri
manajemen konflik menghindar (avoiding) untuk menemukan solusi yang memuaskan
dengan presentase 17,1% dan manajemen dirinya dan lawan konflik. Pekerja melihat
konflik menurut (obliging) dengan presentase masalah yang dihadapinya sebagai sesuatu yang

114
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

lebih mengancam atau lebih besar dibandingkan menurut (obliging) merupakan faktor protektif
yang sebenarnya terjadi dan hal tersebut dapat stres kerja. Pekerja yang menggunakan
meningkatkan level stres. Apabila menggunakan manajemen konflik menurut (obliging) memiliki
manajemen konflik integrasi (integrating), proses perlindungan 0,19 kali untuk tidak mengalami
penyelesaian konflik membutuhkan waktu yang stres kerja berat dibandingkan yang tidak
lama dan membutuhkan usaha yang lebih besar menggunakan manajemen konflik menurut
karena solusi harus memuaskan sepenuhnya (obliging).
semua pihak yang berkonflik. Lamanya proses Berdasarkan penelitian, pekerja yang
penyelesaian konflik dapat menurunkan menggunakan manajemen konflik menurut
konsentrasi pekerja dan menimbulkan stres (obliging) di PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten
kerja. Semarang berusaha untuk dapat menerima
Penggunaan manajemen konflik integrasi keinginan lawan konflik, menyetujui saran dari
(integrating) membutuhkan kerjasama dari lawan konflik, terbuka dalam membicarakan
semua pihak yang berkonflik untuk konflik, memiliki tingkat kerjasama yang tinggi
penyelesaian konflik dan mencapai solusi yang dengan membantu mencari solusi yang sesuai
optimal. Apabila hanya salah satu pihak yang keinginan lawan konflik, mampu mengakui
berkontribusi dan memikirkan penyelesaian kesalahan, menganggap bahwa menjaga
konflik maka manajemen konflik integrasi hubungan lebih penting dibandingkan
(integrating) tidak dapat tercapai dan konflik memenangkan konflik, mampu melupakan
akan tetap ada. Penggunaan manajemen konflik keinginan diri sendiri. Meskipun pekerja tidak
integrasi (integrating) membutuhkan keterbukaan memenangkan konflik, tetapi tetap merasa
terhadap sudut pandang orang lain dan pihak senang karena hubungan dengan rekan kerja
yang berkonflik memiliki ketertarikan untuk tetap terjalin baik.
menyelesaikan konflik. Menurut Janipha (2012) Manajemen konflik menurut (obliging)
apabila pekerja berhubungan dengan orang yang yang tinggi berkaitan dengan rendahnya tingkat
tidak dapat diajak bekerjasama maka akan konflik hubungan. Orang yang menggunakan
menyebabkan stres. manajemen konflik menurut (obliging)
Manajemen konflik integrasi (integrating) mengalami lebih sedikit stres karena
membutuhkan kreativitas untuk menyampaikan pengurangan konflik hubungan. Manajemen
ide-ide penyelesaian konflik. Tuntutan konflik menurut (obliging) memiliki tingkat
pemikiran yang kreatif dapat menyebabkan stres kerjasama yang tinggi. Kerjasama dapat
kerja, sesuai dengan hasil penelitian Nazarian mengurangi stres dan pekerja yang dapat
(2010) yang menyatakan bahwa tuntutan bekerjasama dengan baik akan mencapai kinerja
pemikiran kreatif merupakan salah satu stressor. yang lebih tinggi. Dalam melakukan kerjasama
Orang-orang memiliki sumber daya yang dibutuhkan kecerdasan emosional dengan harus
terbatas dan mencurahkan sebagian dari sumber memahami kepribadian orang lain dan
daya tersebut untuk pekerjaan, sehingga lebih memahami setiap perbedaan.
sedikit sumber daya kognitif yang tersedia untuk Penggunaan manajemen konflik menurut
perihal lain selain pekerjaan, seperti mengatasi (obliging) dapat meningkatkan kerukunan dan
konflik. hubungan sosial. Bekerja dengan kualitas
Hasil uji statistik manajemen konflik hubungan antarpekerja yang baik dan
menurut (obliging) diperoleh nilai probabilitas mendapatkan dukungan dari rekan kerja dapat
0,008 < α(0,05) yang berarti bahwa terdapat menghasilkan tingkat stres kerja yang lebih
pengaruh manajemen konflik gaya menurut rendah (Tran, 2018).
(obliging) terhadap stres kerja di PT. Nada Surya Hasil uji statistik manajemen konflik
Tunggal Kabupaten Semarang. Manajemen dominasi (dominating) diperoleh nilai
konflik menurut (obliging) memiliki nilai rasio probabilitas 0,006 < α(0,05) yang berarti bahwa
prevalensi 0,19 maka manajemen konflik terdapat pengaruh manajemen konflik

115
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

Tabel 4. Analisis Bivariat


Prevalensi
Variabel yang diuji Nilai p Keterangan
Rasio
Pengaruh manajemen konflik integrasi
0,010 Terdapat pengaruh 1,09
(integrating) terhadap stres kerja
Pengaruh manajemen konflik
0,008 Terdapat pengaruh 0,19
menurut (obliging) terhadap stres kerja
Pengaruh manajemen konflik
dominasi (dominating) terhadap stres 0,006 Terdapat pengaruh 1,26
kerja
Pengaruh manajemen konflik
menghindar (avoiding) terhadap stres 0,344 Tidak terdapat pengaruh -
kerja
Pengaruh manajemen konflik
kompromi (compromising) terhadap 0,015 Terdapat pengaruh 0,32
stres kerja

gaya dominasi (dominating) terhadap stres sehingga penyelesaian konflik sulit tercapai.
kerja di PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten Manajemen konflik dominasi (dominating)
Semarang. Nilai probabilitas 0,006 berarti berpengaruh terhadap stres kerja sebagai faktor
bahwa nilai kemungkinan kesalahan pada uji risiko di PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten
statistik pengaruh manajemen konflik dominasi Semarang. Hal ini sesuai dengan penelitian
(dominating) terhadap stres kerja di PT. Nada Jahanian (2012) bahwa terdapat hubungan
Surya Tunggal Kabupaten Semarang adalah positif antara manajemen konflik kompetisi
0,006 atau 0,6%. Manajemen konflik dominasi (competing) atau dominasi (dominating) dengan
(dominating) memiliki nilai rasio prevalensi 1,26 stres kerja, yang berarti bahwa semakin tinggi
maka manajemen konflik dominasi (dominating) penggunaan manajemen konflik dominasi
merupakan faktor risiko stres kerja. Faktor (dominating) maka semakin tinggi pula tingkat
risiko adalah faktor yang dapat meningkatkan stres kerja. Manajemen konflik dominasi
risiko terjadinya stres kerja. Pekerja yang (dominating) berorientasi pada kekuasaan
menggunakan manajemen konflik dominasi dimana seseorang akan menggunakan
(dominating) berisiko 1,26 kali lebih besar kekuasaannya untuk memenangkan konflik.
mengalami stres kerja berat dibandingkan yang Salah satu ciri dari manajemen konflik dominasi
tidak menggunakan manajemen konflik (dominating) adalah memaksakan solusi. Ini
dominasi (dominating). berarti bahwa seseorang atau kelompok yang
Berdasarkan penelitian, pekerja yang berkuasa memutuskan akan seperti apa hasilnya
menggunakan manajemen konflik dominasi (Kazimoto, 2013).
(dominating) di PT. Nada Surya Tunggal Manajemen konflik dominasi (dominating)
Kabupaten Semarang menggunakan pengaruh tidak cocok untuk masalah yang kompleks
agar idenya diterima, menggunakan karena solusi yang didapatkan hanya
kewenangan dalam membuat keputusan, kukuh memuaskan satu pihak dan memaksa pihak lain
mempertahankan pendapat pribadi, tidak dapat menerimanya dengan alasan pihak yang
menerima pendapat lawan konflik dan merasa memberikan solusi memiliki jabatan atau
pendapat pribadi yang paling benar, serta kekuasaan yang lebih tinggi dan kuat.
menggunakan kekuasaan untuk memenangkan Pemaksaan dapat mempengaruhi terjadinya
konflik sehingga penyelesaian konflik dilakukan stres kerja karena setiap pekerja menginginkan
dengan pemaksaan. Selain itu, dalam memiliki kesempatan yang sama untuk
penggunaan manajemen konflik dominasi menyampaikan pendapatnya. Sesuai penelitian
(dominating) seringkali pekerja menghadapi Sahoo (2016) yang menyatakan bahwa
lawan konflik dengan kekuasaan yang sama kurangnya partisipasi dalam pengambilan

116
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

keputusan merupakan salah satu sumber stres menghindar (avoiding) dapat mengurangi
kerja. Hal tersebut juga disampaikan oleh tekanan, ketegangan, rasa tidak nyaman dan
Keshavarz (2011) bahwa sebagian besar gelisah. Menurut Yeboah (2014) stres kerja
karyawan mengalami stres kerja yang tinggi terjadi ketika pekerja mencoba memenuhi
karena tidak ada partisipasi dalam pengambilan tuntutan di tempat kerja, sedangkan menurut
keputusan. Ismail (2015) stres kerja dikategorikan sebagai
Hasil uji statistik manajemen konflik bentuk tekanan yang tidak terhitung dan tidak
menghindar (avoiding) diperoleh nilai terlihat. Oleh karena manajemen konflik
probabilitas 0,344 > α(0,05) yang berarti bahwa menghindar (avoiding) tidak menimbulkan
tidak terdapat pengaruh manajemen konflik tekanan dan ketegangan di tempat kerja, maka
gaya menghindar (avoiding) terhadap stres kerja manajemen konflik menghindar (avoiding) tidak
di PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten berpengaruh terhadap terjadinya stres kerja.
Semarang. Nilai probabilitas 0,344 berarti Kemampuan yang diperlukan untuk
bahwa nilai kemungkinan kesalahan pada uji penggunaan manajemen konflik menghindar
statistik pengaruh manajemen konflik (avoiding) adalah kemampuan melupakan
menghindar (avoiding) terhadap stres kerja di sesuatu yang menyakitkan. Berdasarkan
PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten Semarang penelitian Panigrahi (2016) orang yang mudah
adalah 0,344 atau 34,4%. lupa terhadap sesuatu yang membuatnya
Berdasarkan penelitian, pekerja yang merasa tertekan tidak mudah mengalami stres
menggunakan manajemen konflik menghindar kerja. Stres kerja tidak terjadi apabila pekerja
(avoiding) di PT. Nada Surya Tunggal dapat menerima kekalahan dan tidak selalu
Kabupaten Semarang menghindari konflik yang menginginkan kemenangan.
sedang terjadi seolah tidak ada masalah agar Hasil uji statistik manajemen konflik
tidak ada ketegangan yang mengganggu proses kompromi (compromising) diperoleh nilai
kerja, menghindari diskusi, menghindari probabilitas 0,015 < α(0,05) yang berarti bahwa
ketidaksepahaman dengan lawan konflik, terdapat pengaruh manajemen konflik gaya
menghindari pertemuan, menghindari beradu kompromi (compromising) terhadap stres kerja di
pendapat yang tidak menyenangkan, dan PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten Semarang.
memilih untuk melupakan konflik. Pekerja yang Nilai probabilitas 0,015 berarti bahwa nilai
menggunakan manajemen konflik menghindar kemungkinan kesalahan pada uji statistik
(avoiding) memilih mengabaikan permasalahan pengaruh manajemen konflik kompromi
yang tidak terlalu penting, seperti permasalahan (compromising) terhadap stres kerja di PT. Nada
keirian diantara pekerja yang menimbulkan Surya Tunggal Kabupaten Semarang adalah
fitnah. Oleh karena itu, manajemen konflik 0,015 atau 1,5%. Manajemen konflik kompromi
menghindar (avoiding) tidak berpengaruh (compromising) memiliki nilai rasio prevalensi
terhadap stres kerja. 0,32 maka manajemen konflik kompromi
Manajemen konflik menghindar (compromising) merupakan faktor protektif stres
(avoiding) merupakan manajemen konflik yang kerja. Faktor protektif adalah faktor yang dapat
dilakukan dengan cara menghindari orang- mengurangi terjadinya stres kerja atau
orang yang tidak sependapat dengan dirinya dan melindungi dari terjadinya stres kerja. Pekerja
mengabaikan konflik seolah tidak terjadi konflik yang menggunakan manajemen konflik
apapun yang melibatkan dirinya (Wahjono, kompromi (compromising) memiliki
2010). Penggunaan manajemen konflik perlindungan 0,32 kali untuk tidak mengalami
menghindar (avoiding) bertujuan untuk stres kerja berat dibandingkan yang tidak
mengurangi ketegangan, tekanan, dan menggunakan manajemen konflik kompromi
menciptakan suasana kerja yang kondusif. Hal (compromising).
tersebut sesuai dengan penelitian Kazimoto Berdasarkan penelitian, pekerja yang
(2013) yang menyatakan manajemen konflik menggunakan manajemen konflik kompromi

117
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

(compromising) di PT. Nada Surya Tunggal Penggunaan manajemen konflik kompromi


Kabupaten Semarang mencoba menemukan (compromsing) memerlukan sikap keterbukaan
jalan tengah untuk menyelesaikan konflik, untuk memberi dan menerima pendapat serta
meminimalkan perbedaan untuk mencapai menemukan jalan tengah. Bersedia untuk
kesepakatan, dapat bernegosiasi hingga berkompromi merupakan salah satu cara untuk
kesepakatan dapat dicapai, bertukar pendapat mengurangi stres. Ketika orang dapat
mengenai solusi, terbuka, solusi merupakan menurunkan harapannya terhadap orang lain
keputusan atau kesepakatan bersama. Pekerja maka akan ditemukan jalan tengah yang
melakukan musyawarah mufakat. mengurangi tingkat stres.
Pada penelitian ini, manajemen konflik Analisis multivariat dilakukan untuk
kompromi (compromising) berpengaruh terhadap mengetahui manajemen konflik yang paling
stres kerja sebagai faktor protektif. Hal ini sesuai besar pengaruhnya terhadap stres kerja, dengan
dengan penelitian Rahman (2018) bahwa fungsi manajemen konflik sebagai faktor risiko
terdapat hubungan negatif antara stres dengan maupun faktor protektif. Hasil analisis
penggunaan manajemen konflik kompromi multivariat dapat dilihat pada tabel 5.
(compromising) dengan sesama, yang berarti Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa
bahwa penggunaan manajemen konflik terdapat 3 manajemen konflik yang berpengaruh
kompromi (compromising) menurunkan tingkat besar terhadap stres kerja, yaitu manajemen
stres. Orang yang menggunakan manajemen konflik integrasi (integrating), manajemen
konflik kompromi (compromising) mengalami konflik menurut (obliging), dan manajemen
lebih sedikit tekanan psikososial dan dapat konflik dominasi (dominating). Manajemen
menghadapi stres karena manajemen konflik konflik dominasi (dominating) merupakan
kompromi (compromising) dapat menyelesaikan variabel yang paling berpengaruh terhadap stres
konflik (Yan, 2010). kerja karena memiliki p-value atau probabilitas
Manajemen konflik kompromi nilai kesalahan paling kecil diantara variabel
(compromising) membutuhkan kemampuan lainnya yaitu 0,002 dan nilai Wald (besar
bernegosiasi. Negosiasi merupakan salah satu pengaruh) paling besar yaitu 9,342. Manajemen
penanganan stres kerja. Negosiasi melibatkan konflik dominasi (dominating) merupakan faktor
beberapa pihak yang memiliki perbedaan risiko stres kerja berdasarkan hasil uji bivariat,
pendapat tetapi ingin mencapai kesepakatan oleh karena itu pada hasil uji multivariat ini
bersama. Menurut Williams (2018) dan Hakim manajemen konflik yang paling berpengaruh
(2017) orang yang menggunakan teknik terhadap stres kerja adalah manajemen konflik
negosiasi akan menurunkan risiko mengalami dominasi (dominating) yang berperan sebagai
stres kerja. Manajemen konflik kompromi faktor risiko stres kerja.
(compromising) pencapaian solusi dilakukan Pekerja operator bagian produksi yang
dengan cara diskusi dan membutuhkan waktu menggunakan manajemen konflik dominasi
yang lebih sedikit karena dalam penentuan (dominating) sebanyak 21,4% mengalami stres
solusi yang memuaskan sebagian keinginannya kerja sedang dan sebanyak 78,6% mengalami
setiap pihak mau mengalah, seperti menurut stres kerja berat. Pekerja yang menggunakan
Kazimoto (2013) manajemen konflik manajemen konflik dominasi (dominating)
kompromi (compromising) bekerja maksimal memiliki presentase stres kerja berat paling
ketika waktu terbatas. Semakin cepat tinggi dibanding yang menggunakan
pencapaian kesepakatan, maka semakin kecil manajemen konflik lainnya.
kemungkinan mengalami stres kerja, karena Manajemen konflik dominasi (dominating)
salah satu penyebab stres kerja adalah konflik berpengaruh terhadap stres kerja sebagai faktor
kerja. Hal tersebut sejalan dengan hasil risiko di PT. Nada Surya Tunggal Kabupaten
penelitian yang dilakukan Anuari (2017) bahwa Semarang. Ketika pihak yang terlibat konflik
konflik kerja berpengaruh terhadap stres kerja. memiliki kekuasaan yang sama, manajemen

118
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

Tabel 5. Analisis Multivariat konflik menurut (obliging) (p=0,008),


p- manajemen konflik dominasi (dominating)
Variabel Bebas Wald 95% Cl
value (0,006), manajemen konflik kompromi
Lower Upper(compromising) (p=0,015) terhadap stres kerja,
Manajemen dan tidak terdapat pengaruh manajemen konflik
konflik integrasi 8,745 0,003 0,036 0,509
(integrating) menghindar (avoiding) (p=0,344) terhadap stres
Manajemen kerja. Manajemen konflik integrasi (integrating)
konflik menurut 1,002 0,317 0,332 29,998 dan dominasi (dominating) sebagai faktor risiko
(obliging) stres kerja dan manajemen konflik menurut
Manajemen
(obliging) dan kompromi (compromising) sebagai
konflik dominasi 9,342 0,002 0,018 0,415
(dominating) faktor protektif stres kerja. Manajemen konflik
dominasi (dominating) paling berpengaruh
konflik dominasi (dominating) dapat terhadap stres kerja (Wald=9,342).
menyebabkan kebuntuan, konflik akan tetap ada Kelemahan dari penelitian ini adalah
dan menyebabkan stres kerja. Penggunaan data yang diperoleh tentang pilihan manajemen
manajemen konflik dominasi (dominating) akan konflik dan stres kerja menggunakan persepsi
mengurangi kesempatan untuk benar-benar yang bergantung pada kejujuran responden
menemukan solusi yang dibutuhkan. Apabila ketika mengisi kuesioner, maka saran untuk
digunakan terus-menerus maka sumber daya peneliti selanjutnya yaitu instrumen penelitian
untuk menyelesaikan konflik akan berkurang, dapat ditambah menggunakan panduan
yang membuat kesepakatan lebih sulit untuk wawancara kepada setiap responden agar dapat
dicapai. Kemudian, kepedulian yang tinggi menggali informasi yang lebih banyak atau
terhadap diri sendiri dengan kepedulian yang jumlah pernyataan dan pertanyaan dalam
rendah terhadap orang lain akan menghasilkan kuesioner lebih dikembangkan.
perilaku yang kaku dan kontroversial atau suka
bertengkar yang menyebabkan kesulitan dalam DAFTAR PUSTAKA
mencapai kesepakatan.
Pada penelitian ini, terdapat 2 Anuari, R., Utami, H. N., & Prasetya, A. 2017.
manajemen konflik yang berpengaruh terhadap Pengaruh Konflik Kerja terhadap Stres Kerja
dan Motivasi Kerja serta Dampaknya
stres kerja dan merupakan faktor risiko, yaitu
terhadap Komitmen Organisasional (Studi
manajemen konflik integrasi (integrating) dan
pada Karyawan PT Pelabuhan Indonesia III
manajemen konflik dominasi (dominating). Hal (Persero) Kantor Pusat). Jurnal Administrasi
tersebut karena manajemen konflik integrasi Bisnis, 42(1): 102–109.
(integrating) dan dominasi (dominating) memiliki Arshadi, N. and Damiri, H. 2013. The Relationship
nilai rasio prevalensi >1. Selain itu terdapat 2 of Job Stress with Turnover Intention and Job
manajemen konflik yang berpengaruh terhadap Performance: Moderating Role of OBSE.
stres kerja dan merupakan faktor protektif, yaitu Procedia - Social and Behavioral Sciences, 84(1):
manajemen konflik menurut (obliging) dan 706–710.
Hakim, L., & Sugiyanto, E. 2017. Manajemen Stres
manajemen konflik kompromi (compromising).
Kerja Pengusaha untuk Meningkatkan
Hal tersebut karena manajemen konflik menurut
Kinerja Perusahaan di Industri Batik Laweyan
(obliging) dan kompromi (compromising) memiliki Surakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 2(1):
nilai rasio prevalensi <1. 45–61.
Iglesiasa, M. E. L., & Vallejo, R. B. D. B. 2012.
PENUTUP Conflict Resolution Styles in The Nursing
Profession. Contemporary Nurse, 43(1): 73–80.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan ILO. 2016. Workplace Stress: A Collective Challenge.
bahwa terdapat pengaruh manajemen konflik Italy: International Training Centre of the
International Labour Organizations.
integrasi (integrating) (p=0,010), manajemen

119
Rizka, M, A., Evi, W. / Pilihan Manajemen Konflik / HIGEIA 5 (1) (2021)

Ismail, A., Ghani, A. B. A., Subhan, M., Joarder, M. Ratanasiripong, P., Kaewboonchoo, O., Bell, E.,
H. R., & Ridzuan, A. A. 2015. The Haigh, C., Susilowati, I., Isahak, M.,
Relationship between Stress and Job Harncharoen, K., Nguyen, T., Low, W. Y.
Satisfaction: An Evidence from Malaysian 2016. Depression, Anxiety and Stress among
Peacekeeping Mission. Mediterranean Journal Small and Medium Enterprise Workers in
of Social Sciences, 64(4): 647–655. Indonesia, Malaysia, Thailand, and Vietnam.
Jahanian, R. and Esaghi, A. 2012. Investigating the International Journal of Occupational Health and
Relationship between Conflict Management Public Health Nursing, 3(2): 13–19.
Libraries and the Level of Job Stress of Sahoo, S. R. 2016. Management of Stress at
Employees in order to Apply the Appropiate Workplace. Global Journal of Management and
Management Style in the Future. Journal of Business Research, 16(6): 1–9.
Management Research, 23(97): 85–75. Tabassi, A. A., Bryde, D. J., Abdullaha, A., &
Janipha, N. A. I., Mustapha, A. A., & Ismail, F. Argyropoulou, M. 2017. Conflict
2012. Workplace Stress amongst Consultants Management Style of Team Leaders in Multi-
in Practice. Social and Behavioral Sciences, Cultural Work Environment in the
68(1): 183–191. Construction Industry. Procedia Computer
Kazimoto, P. 2013. Analysis of Conflict Management Science, 121: 41–46.
and Leadership for Organizational Change. Tran, K. T., Nguyen, P. V., Dang, T. T. U., & Ton,
International Journal of Research In Social T. N. B. 2018. The Impacts of the High-
Sciences, 3(1): 16–25. Quality Workplace Relationships on Job
Kemenkes. 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Performance: A Perspective on Staff Nurses in
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Vietnam. Behavioral Sciences, 8(12): 1–21.
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Wahjono, S. I. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:
Indonesia. Graha Ilmu.
Keshavarz, M., & Mohammadi, R. 2011. Wartini, S. 2015. Strategi Manajemen Konflik
Occupational stress and Organizational sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja
performance, Case study: Iran. Social and Teamwork Tenaga Kependidikan. Jurnal
Behavioral Sciences, 30(1): 390–394. Manajemen dan Organisasi, 6(1): 64–73.
Longe, O. 2015. Impact of Workplace Conflict Williams, R., Johnson, A., Lane, P., Li. Z.,
Management on Organizational Performance: Camilleri, L., Winata, T., & Klug, M. 2018.
A Case of Nigerian Manufacturing Firm. Collaboration in A Competitive Healthcare
Journal of Management and Strategy, 6(2): 83– System: Negotiation 101 for Clinicians.
92. Journal of Health Organization and Management,
Nazarian, D. 2010. The Relationship Between 32(2): 263–278.
Stressors and Creativity: A Meta-Analysis Yan, G. A. C., & Moeller, C. 2010. The Psychosocial
Examining Competing Theoretical Models. Costs of Conflict Management Styles.
Journal of Applied Psychology, 95(1): 201–212. International Journal of Conflict Management,
Panigrahi, A. 2016. Managing Stress at Workplace. 21(4): 382–399.
Journal of Management Research and Analysis, Yeboah, M. A., Ansong, M. O., Antwi, H. A.,
3(4): 154–160. Yiranbon, E., Anyan, F., & Gyebil, F. 2014.
Prihatiningsih, E., & Wijayanti, Y. 2019. Gangguan Determinants of Workplace Stress among
Mental Emosional Siswa Sekolah Dasar. Healthcare Professionals in Ghana: An
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Empirical Analysis. International Journal of
Development), 3(2): 252–262. Business and Social Science, 5(4): 140–151.
Rahman, R. M. A. E., Hosny, W. A. E. H., & Ata,
A. A. 2018. Conflict Management Styles,
Assertiveness and Stress among Nursing
Students. Journal of Nursing and Health Science,
7(2): 49–59.

120

You might also like