Professional Documents
Culture Documents
Sedangkan pada transaksi istishna paralel meiliki alur transaksi sebgai berikut:
Pertama, nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi
kesepakatan antara bank dan pembeli terkait transaksi yang akan dilaksanakan.
Bank membuat akad secara terpisah dengan produsen.
Produsen mulai mengerjakan barang yang dipesan.
Selam pengerjaan barang, pemasok melakukan tagihan kepada bank senilai tingkat
penyelesaian barang.
Bank membayar sesuai tagihan.
Bank melakukan penagihan kepada nasabah/ pembeli senilai tingkat penyelesaian
barang.
Pemasok menyerhakan barang kepada pembeli.
Pemasok mengirim bukti pengiriman barang kepada bank.
Nasabah melunasi pembayaran barang istishna sesuai akad yang disepakati.
C. Alur Transaksi
Gambar 2.2
Akad istishna’
proses
pembang-
unan
Keterangan :
1. Pertama, pembeli/ pemesan melakukan pemesanan dan negoisasi harga,
jangka waktu pembayaran, dan spesifikasi rumah yang di inginkan.
2. Kedua, terjadi kesepakatan akad istishna’.
3. Ketiga, pemesan membayar tanda jadi kepada pihak developer sesuai dengan
kesepakatan diawal akad.
4. Keempat, ketika pembayaran sudah 70% dari harga jual, pembangunan rumah
mulai di lakukan.
5. Kelima, jika pemesan ditengah pembayaran tidak mampu melanjutkan
pembayaran (terjadi pembiayaan macet) maka pihak pemesan melakukan
pinjaman ke bank (mengalihkan pembayaran ke bank) sampai pelunasan.
Pada istishna’ terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu bank, nasabah, dan
developer. Pembiayaan dilakukan karena nasabah tidak dapat melakukan
pembayaran atas tagihan developer selama masa periode pembangunan,
sehingga memerlukan jasa pembiayaan dari bank. Atas pembiayaan terhadap
pembangunan rumah, maka bank mendapatkan margin dari jual beli rumah
yang terjadi. Margin diperoleh dari selisih harga beli bank kepada developer
dengan harga jual akhir kepada nasabah. Dimungkinkan juga bank
mendapatkan pendapatan selain margin berupa pendapatan administrasi.
Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursika berencana
menambah satu unit bangunan seluas 100 m 2 khusus untuk rawat inap di sebelah barat
bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi Bank berkah Syariah
untuk menyediakan bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah
serangkaian negosiasi beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain bangunan yang
akan dijadikan acuan spesifikasi barang, pada tanggal 10Februari 20XA ditandatanganilah
akad transaksi istishna’ pengadaan bangunan untuk rawat inap. Adapun kesepakatan antara
dr. Ursila dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut:
Harga bangunan : Rp 150.000.000
Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli)
Mekanisme penagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.000 per termin mulai tanggal 10
Agustus
Mekasnisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan
Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada tanggal 12 Februari
2015, Bank Berkah Syariah memesan kepada kontraktor PT Thariq Kontruksi dengan
kesepakatan sebagai berikut:
Harga Bangunan : Rp 130.000.000
Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tanggal 25 Juni)
Mekanisme penagihan Kontraktor : tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50%, 100%
Mekanisme pembayaran oleh bank : dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor
Dalam laporan keuangan, beban praakad disajikan dalam neraca pada bagian asset
lancer dengan perlakuan seperti memperlakukan beban dibayar dimuka. Akan tetapi, karena
rekening ini bersifat sementara, biasanya saldo rekening ini adalah nol dan tidak disajikan
pada laporan keuangan.
Dalam praktik perbankan, jika akad jadi disepakati, beberapa bank memperlakukan
beban praakad sebagai piutang istishna.
Pembuatan akad istishna’ Paralel dengan Pembuat Barang (Bank sebagai Pembeli)
Seperti halnya saat akad istishna’ disepakati, pada saat akad istishna’ paralel
disepakati dengan pembuat barang, tidak ada jurnal yang harus dibuat terkait dengan
kesepakatan jual beli istishna’. Jurnal dilakukan jika terdapat transaksi pembayaran uang
kepada pembuat barang oleh bank syariah. Dalam kasus 11.1 diketahui bahwa pembayaran
dilakukaan berdasarkan tingkat penyelesaian, sehingga pada saat akad, tidak ada kas yang
harus dikeluarkan oleh bank syariah.
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’
paralel terdiri dari:
1. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas
2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan praakad
3. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika
ada.
Penerima dan Pembayaran Tagihan kepada Penjual (pembuat) Barang Istishna’
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 29 disebutkan bahwa pembeli mengakui asset
istishna’ sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual yang dalam hal ini pembuat barang
dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada pembuat barang tersebut. Dijelaskan lebih
lanjut dalam PAPSI 2013 (h. 4.18) bahwa tagihan supplier kepada bank atas sebagian barang
pesanan yang telah diselesaikan diakui sebagai “aktiva istishna dalam penyelesaian” dan
“utang istishna” sebesar tagihan supplier.
Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga
termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50%, dan 100%. Misalkan dalam perjalanannya,
realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan dalam tebel berikut.
Selanjutnya, untuk membayar tagihan pembuat barang, bank syariah dapat membayar
secara tunai maupun kredit rekening. Praktik yang lazim di perbankan, tagihan biasa dibayar
melalui rekening.
Misalkan pembayaran dilakukan tanggal 8 April, maka jurnal pembayaran tersebut
adalah sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
08/04/XA Db. Utang istishna’ 26.000.000
Misalkan,tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan pembayaran
oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA dan
dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut.
*(100%-50%)x Rp 130.000.000 = Rp
65.000.000
Umumnya, pembayaran dilakukan tidak 100% lunas pada saat serah terima barang
selesai, namun ditahan sebesar 5% untuk masa commissioning. Lima persen merupakan nilai
best practice. Setelah bank yakin tidak ada permasalahan teknis atas barang yang selesai
dibangun, baru 5% sisa pembayarandiserahkan. Masa commission dapat berlangsung 1-3
bulan setelah penyerahan barang tergantung dari kesiapan penggunaan operasional asset
istishna’ tersebut.
Pengakuan Pendapatan Istishna’
Pada Istishna’ paralel, terdapat dua metode pengakuan pendapatan, yaitu metode
persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Pada metode akad selesai, pengakuan
pendapatan diakui setelah barang selesai. Pengakuan pendapatan di belakang berlaku juga
untuk metode persentase penyelesaian di mana tidak terdapat alasan rasional yang kuat untuk
mengukur persentase penyelesaian (progress pekerjaan atas barang yang dibangun).
Pada metode persentase penyelesaian, pendapatan diakui sesuai persentase
penyelesaian dan menambah nilai aset istishna’ dalam penyelesaian. Dasar dari pengakuan
pendapatan adalah alasan rasional yang terdokumentasi di mana bank dapat menaksir
persentase penyelesaian barang secara moneter untuk dijadikan nilai harga pokok jual beli.
Pengakuan pendapatan ini dapat dilakukan secara periodik (bulanan, triwulanan, dll) atau
pada periode tertentu sepanjang bank memiliki dokumen persentase penyelesaian.
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 18, disebutkan bahwa jika metode persentase penyelesaian
digunakan, maka :
1. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode
tersebut, diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan.
2. Bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan
kepada aset istishna dalam penyelesaian,
3. Pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
Untuk kasus 11.1 di atas, dengan menggunakan metode persentase penyelesaian, maka
pendapatan diakui sesuai dengan persentase penyelesaian. Adapun perhitungan pendapatan
istishna', harga pokok istishna' dan keuntungan adalah sebagai berikut
· Pendapatan istishna diukur sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang
telah diselesaikan dalam periode tersebut. Pendapatan istishna= persentase penyelesaian x
nilai akad penjualan. Maka pada tanggal 10 April saat penyelesaian 20%, diakui pendapatan
sebesar Rp.30.000.000 (20%xRp.150.000.000).
· Harga pokok istishna' diakui sebesar persentase penyelesaian aset istishna'. Harga pokok
istishna' = persentase penyelesaian x nilai akad pembelian = 20%xRp.130.000.000 =
Rp.26.000.000
Keuntungan istishna' = Persentase penyelesaian x margin keuntungan istishna'
= 20% x (Rp.150.000.000-Rp.130.000.000)
= 20% x Rp20.000.000
= Rp4.000.000
Dalam jurnal penyesuaian yang dibuat, pengakuan keuntungan istishna' dilakukan dengan
mendebit asset istishna' dalam penyesuaian sebesar Rp4.000.000.
jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan aset penyelesaian 50% adalah
sebagai berikut :
Ket :
Pendapatan margin = % penyelesaian x harga jual
= (50%-20 % )xRp150.000.000
= Rp45.000.000
Harga pokok istishna = % penyelesaian x harga beli
= (50%-20 % ) x Rp130.000.000
= Rp39.000.000
Aset Istishna’ dalam penyelesaian = % penyelesaian-
keuntungan istishna’
= (50%-20 % )-Rp20.000.000
= Rp6.000.000
jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan aset penyelesaian 100% adalah
sebagai berikut :
Pengungkapan
Menurut PAPSI 2013 (h.4.21) hal-hal yang harus diungkapkan terkait jual beli dengan skema
istishna antara lain :
1) Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan kualitas
piutang dan cadangan kerugian penurunan nilai piutang istishna
2) Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang berelasi
3) Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan cadangan
kerugian penurunan nilai, penghapusan dan penanganan piutang istishna’ yang
bermasalah
4) Besarnya piutang istishna’ baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun secara
bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank
5) Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan
sampai dengan akhir periode berjalan
6) Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak
7) Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen sebagai
akibat keterlambatan pengiriman barang
8) Nilai kontrak istishna’ yang sedang berjalan serta rentang periode pelaksanaannya.
9) Nilai kontrak istishna’ yang telah ditandatangani bank selama periode berjalan tetapi
belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.
10) Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah, tujuan (pemasok atau nasabah), jangka
waktu dan jenis mata uang
11) Utang istishna’ kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi
12) Jenis dan kuantitas barang pesanan.