You are on page 1of 12

A.

Definisi dan Penggunaan


Bai' al istishna' atau biasa disebut dengan istishna' merupakan kontrak jual beli dalam
bentuk pemesanan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni') dan penjual (pembuat, shani'). Transaksi
istishna memiliki transaksi dengan transaksi salam, dalam hal barang yang dibeli belum
ada pada saat melainkan harus dilunasi terlebih dahulu, tetapi dalam istishna' barang yang
diperjualbelikan biasanya adalah barang-barang manufaktur. Adapun dalam hal
pembayaran, transaksi istishna' dapat dilakukan di muka, malalui waktu pembayaran, atau
suatu sampai suatu pada masa yang akan datang.

B. KETENTUAN SYAR’I, RUKUN TRANSAKSI DAN PENGAWASAN


TRANSAKSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL
Ketentuan syar’i
Mazhab hanafi berpendapat bahwa istishna hukumnya boleh karena hal tersebut telah
dilakukan lama oleh masyarakat muslim awal tanpa ada pengingkaran dari ulama lainnya.
Ketentuan syar’I transaksi istishna diatur dalam fatwa DSN nomor 06/DSN-MUI/2000
tentang jual beli istishna.

Rukun transaksi istishna


Rukun transaksi istishna meliputi:
a)      Transaktor
Transaktor  terdiri atas penjul dan pembelikedua transaktor harus memiliki kompetensi
berupa akil baligh, dan memiliki kemampuan yang optimal dalam memilih seperti tidak gila,
tidak sedang dipaksa dan lain-lain.
b)      Objek istishna
Obejek istishna setidaknya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Harus jelas spesifikasinya
 Penyerahan dilakukan kemudian
 Waktu dan tempat penerahan berdasarkan kesepakatan
 Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menrimanya
 Tidak boleh menukar bang kecuali dengan yang sejenis
 Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
 Barang yang dipesan harus sesuai dengn spesifikasi pemesan.
c)       Ijab dan Kabul
Ijab dan Kabul dapat dilakukan sesuai dengan praktik alzim yang terjadi dimasyarakat seperti
lisan, isyarat, tindakan maupun tulisan. Transaksiistishna tidak dapat diatalkan kecuali
memenuhi kondisi:

 Kedua belah pihak sepakat menghentikannya
 Akad batal demi hukum

Pengawasan Syariah Transaksi Istishna Dan Istishna Paralel


Praktik isishna dilakukan harus sesuai dengan syariah, untuk menjamin hal tersebut, DS
biasanya melakukan pengawasan secara periodic. Berdaar pada pedoman yang ditetapkan
bank Indonesia, pengawasan tersebut dilakukan untuk:
 Memastikan objek istishna tidak diharamkan syariah islam
 Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukannasabah sesuai
kriteria yang disepakati
 Memastikan akad istishna dan istishna paralel dilakukan terpisah
 Memastikan bahwa akad istishna sudah dikerjkan sesuai dengan kesepakatan
hukumnya.

C. ALUR TRANSAKSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL


Transaksi istishna memiliki alur sebagai berikut:
 Pertama, nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi
kesepakatan antara penjual dan pembeli terkait transaksi yang akan dilaksanakan.
 Setelah terjadi kesepakatan, penjual mulai melakukan produksi barang. Setelah
barang dihasilkan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas
yang telah disepakati.

Sedangkan pada transaksi istishna paralel meiliki alur transaksi sebgai berikut:
 Pertama, nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi
kesepakatan antara bank dan pembeli terkait transaksi yang akan dilaksanakan.
 Bank membuat akad secara terpisah dengan produsen.
 Produsen mulai mengerjakan barang yang dipesan.
 Selam pengerjaan barang, pemasok melakukan tagihan kepada bank senilai tingkat
penyelesaian barang.
 Bank membayar sesuai tagihan.
 Bank melakukan penagihan kepada nasabah/ pembeli senilai tingkat penyelesaian
barang.
 Pemasok menyerhakan barang kepada pembeli.
 Pemasok mengirim bukti pengiriman barang kepada bank.
 Nasabah melunasi pembayaran barang istishna sesuai akad yang disepakati.
C. Alur Transaksi
Gambar 2.2

Pembeli/ negoisasi Developer


pemesan

Akad istishna’
proses
pembang-
unan

Melakukan pembayaran tanda jadi


----

Keterangan :
1. Pertama, pembeli/ pemesan melakukan pemesanan dan negoisasi harga,
jangka waktu pembayaran, dan spesifikasi rumah yang di inginkan.
2. Kedua, terjadi kesepakatan akad istishna’.

3. Ketiga, pemesan membayar tanda jadi kepada pihak developer sesuai dengan
kesepakatan diawal akad.
4. Keempat, ketika pembayaran sudah 70% dari harga jual, pembangunan rumah
mulai di lakukan.
5. Kelima, jika pemesan ditengah pembayaran tidak mampu melanjutkan
pembayaran (terjadi pembiayaan macet) maka pihak pemesan melakukan
pinjaman ke bank (mengalihkan pembayaran ke bank) sampai pelunasan.
Pada istishna’ terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu bank, nasabah, dan
developer. Pembiayaan dilakukan karena nasabah tidak dapat melakukan
pembayaran atas tagihan developer selama masa periode pembangunan,
sehingga memerlukan jasa pembiayaan dari bank. Atas pembiayaan terhadap
pembangunan rumah, maka bank mendapatkan margin dari jual beli rumah
yang terjadi. Margin diperoleh dari selisih harga beli bank kepada developer
dengan harga jual akhir kepada nasabah. Dimungkinkan juga bank
mendapatkan pendapatan selain margin berupa pendapatan administrasi.

D. Cakupan Standar Akuntansi


Cakupan akuntansi istishna’ dalam PSAK ini adalah untuk Lembaga Keuangan
Syariah dalam melaksanakan transaksi istishna’ baik Lembaga Keuangan Syariah sebagai
penjual atau produsen atau kontraktor maupun Lembaga Keuangan Syariah sebagai pembeli
atau pemesan. Disamping itu juga dibahas pihak-pihak yang terkait dengan transaksi istishna’
yang dilaksanakan oleh Lembaga Keuangan Syariah tersebut. PSAK 104 ini lebih jelas dari
pada PSAK 59 misalnya dalam hal pemahaman tentang transaksi istishna’ yang
pembayarannya dilakukan dengan tangguh. Dalam PSAK 104 ini dibahas tentang penyatuan
dan segmentasi akad, dan tambahan yang dapat dilaksanakan dalam transaksi istishna’
E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksii Istishna’
Transaksi Istishna’ Pertama

Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursika berencana
menambah satu unit bangunan seluas 100 m 2 khusus untuk rawat inap di sebelah barat
bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi Bank berkah Syariah
untuk menyediakan bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah
serangkaian negosiasi beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain bangunan yang
akan dijadikan acuan spesifikasi barang, pada tanggal 10Februari 20XA ditandatanganilah
akad transaksi istishna’ pengadaan bangunan untuk rawat inap. Adapun kesepakatan antara
dr. Ursila dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut:
Harga bangunan                      : Rp 150.000.000
Lama penyelesaian                  : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli)
Mekanisme penagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.000 per termin mulai tanggal 10
Agustus
Mekasnisme pembayaran        : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan

Transaksi Istishna’ Kedua

Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada tanggal 12 Februari
2015, Bank Berkah Syariah memesan kepada kontraktor PT Thariq Kontruksi dengan
kesepakatan sebagai berikut:
Harga Bangunan : Rp 130.000.000
Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tanggal 25 Juni)
Mekanisme penagihan Kontraktor : tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50%, 100%
Mekanisme pembayaran oleh bank : dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor

Penjurnalan Transaksi Istishna’ Transaksi Biaya Pra-Akad (Bank sebagi Penjual)


Berdasarkan PSAK 104 paragraf 25, disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’
terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan. Adapun biaya tidak
langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan biaya praakad. Selanjutnya pada
paragraph 26 disebutkan bahwa biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati.
Misalkan pada kasus 11.1 diatas, pada tanggaal 5 Februari 20XA, untuk keperluan
survey dan pembuatan desain bangunan yang akan diadikan acuan spesifikasi barang, Bank
Berkah Syariah telah mengeluarkan kas hingga Rp 2.000.000. jurnal untuk mengakui
transaksi ini adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/02/ Db, Beban praakad yang ditangguhkan 2.000.000
XA Kr. Kas 2.000.000

Dalam laporan keuangan, beban praakad disajikan dalam neraca pada bagian asset
lancer dengan perlakuan seperti memperlakukan beban dibayar dimuka. Akan tetapi, karena
rekening ini bersifat sementara, biasanya saldo rekening ini adalah nol dan tidak disajikan
pada laporan keuangan.

Penandatanganan akad dengan pembeli (Bank sebagai Penjual)


Pada saat akad ditandatangani antara bank dengan pembeli, tidak ada jurnal yang
harus dibuat untuk mengakui adanya jula beli istishna’. Akan tetapi, adannya kesepakatan
jual beli istishna’ ini menyebabkan pengeluaran-pengeluaran praakad diakui sebagai biaya
istishna’. Berdaarkan PSAK 104 paragraf 26, dinyatakan bahwa biaya praakad diakui sebagai
beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biayay istishna’ jika akad disepakati. Misalkan
kasus dr. Ursila dengan Bank Berkah Syariah diatas, transaksi istishna’ jadi disepakati pada
tanggal 10 Februari, maka jurnal pengakuan beban praakad menjadi biaya istishna’ adalah
sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10/02/X Db. Biaya istishna’ 2.000.000
A Kr. Beban praakad yang 2.000.000
ditangguhkan

Dalam praktik perbankan, jika akad jadi disepakati, beberapa bank memperlakukan
beban praakad sebagai piutang istishna.

Pembuatan akad istishna’ Paralel dengan Pembuat Barang (Bank sebagai Pembeli)
Seperti halnya saat akad istishna’ disepakati, pada saat akad istishna’ paralel
disepakati dengan pembuat barang, tidak ada jurnal yang harus dibuat terkait dengan
kesepakatan jual beli istishna’. Jurnal dilakukan jika terdapat transaksi pembayaran uang
kepada pembuat barang oleh bank syariah. Dalam kasus 11.1 diketahui bahwa pembayaran
dilakukaan berdasarkan tingkat penyelesaian, sehingga pada saat akad, tidak ada kas yang
harus dikeluarkan oleh bank syariah.
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’
paralel terdiri dari:
1. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas
2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan praakad
3. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika
ada.
Penerima dan Pembayaran Tagihan kepada Penjual (pembuat) Barang Istishna’
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 29 disebutkan bahwa pembeli mengakui asset
istishna’ sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual yang dalam hal ini pembuat barang
dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada pembuat barang tersebut. Dijelaskan lebih
lanjut dalam PAPSI 2013 (h. 4.18) bahwa tagihan supplier kepada bank atas sebagian barang
pesanan yang telah diselesaikan diakui sebagai “aktiva istishna dalam penyelesaian” dan
“utang istishna” sebesar tagihan supplier.
Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga
termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50%, dan 100%. Misalkan dalam perjalanannya,
realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan dalam tebel berikut.

No. Tingkat Tangal Jumlah Tanggal Jumlah


Termin penyelesaian Penagihan tagihan (Rp) Pembayar-an Pembayaran
(Rp)

I 20% 1 April 26.000.000 8 April 26.000.000

II 50% 15 Mei 39.000.000 22 Mei 39.000.000

III 100% 25 Juni 65.000.000 2 Juli 65.000.000

Misalkan pada tanggal 1 April, PT Thariq Kontruksi menyelesaikan 20%


pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000 (20% x Rp
130.000.000) kepada Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan penagihan pembayaran oleh
pembuat barang adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/04/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 26.000.000

Kr. Utang istishna 26.000.000

Selanjutnya, untuk membayar tagihan pembuat barang, bank syariah dapat membayar
secara tunai maupun kredit rekening. Praktik yang lazim di perbankan, tagihan biasa dibayar
melalui rekening.
Misalkan pembayaran dilakukan tanggal 8 April, maka jurnal pembayaran tersebut
adalah sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
08/04/XA Db. Utang istishna’ 26.000.000

Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 26.000.000

Misalkan,tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan pembayaran
oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA dan
dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/05/XA Db. Asset istishna dalam penyelesaian 39.000.000

Kr. Utang Istishna’ 39.000.000

*(50%-20%)x Rp 130.000.000 = Rp 39.000.000

Db. Utang istishna’ – pembuat barang 39.000.000


22/05/XA
Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 39.000.000

25/06/XA Db. Asset istishna dalam penyelesaian 65.000.000

Kr. Utang Istishna’ 65.000.000

*(100%-50%)x Rp 130.000.000 = Rp
65.000.000

02/07/XA Db.Utang istishna’ – pembuat barang 65.000.000

Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 65.000.000

Umumnya, pembayaran dilakukan tidak 100% lunas pada saat serah terima barang
selesai, namun ditahan sebesar 5% untuk masa commissioning. Lima persen merupakan nilai
best practice. Setelah bank yakin tidak ada permasalahan teknis atas barang yang selesai
dibangun, baru 5% sisa pembayarandiserahkan. Masa commission dapat berlangsung 1-3
bulan setelah penyerahan barang tergantung dari kesiapan penggunaan operasional asset
istishna’ tersebut.
Pengakuan Pendapatan Istishna’
Pada Istishna’ paralel, terdapat dua metode pengakuan pendapatan, yaitu metode
persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Pada metode akad selesai, pengakuan
pendapatan diakui setelah barang selesai. Pengakuan pendapatan di belakang berlaku juga
untuk metode persentase penyelesaian di mana tidak terdapat alasan rasional yang kuat untuk
mengukur persentase penyelesaian (progress pekerjaan atas barang yang dibangun).
Pada metode persentase penyelesaian, pendapatan diakui sesuai persentase
penyelesaian dan menambah nilai aset istishna’ dalam penyelesaian. Dasar dari pengakuan
pendapatan adalah alasan rasional yang terdokumentasi di mana bank dapat menaksir
persentase penyelesaian barang secara moneter untuk dijadikan nilai harga pokok jual beli.
Pengakuan pendapatan ini dapat dilakukan secara periodik (bulanan, triwulanan, dll) atau
pada periode tertentu sepanjang bank memiliki dokumen persentase penyelesaian.
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 18, disebutkan bahwa jika metode persentase penyelesaian
digunakan, maka :
1. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode
tersebut, diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan.
2. Bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan
kepada aset istishna dalam penyelesaian,
3. Pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
Untuk kasus 11.1 di atas, dengan menggunakan metode persentase penyelesaian, maka
pendapatan diakui sesuai dengan persentase penyelesaian. Adapun perhitungan pendapatan
istishna', harga pokok istishna' dan keuntungan adalah sebagai berikut
· Pendapatan istishna diukur sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang
telah diselesaikan dalam periode tersebut. Pendapatan istishna= persentase penyelesaian x
nilai akad penjualan. Maka pada tanggal 10 April saat penyelesaian 20%, diakui pendapatan
sebesar Rp.30.000.000 (20%xRp.150.000.000).
· Harga pokok istishna' diakui sebesar persentase penyelesaian aset istishna'. Harga pokok
istishna' = persentase penyelesaian x nilai akad pembelian = 20%xRp.130.000.000 =
Rp.26.000.000
Keuntungan istishna' = Persentase penyelesaian x margin keuntungan istishna'
= 20% x (Rp.150.000.000-Rp.130.000.000)
= 20% x Rp20.000.000
= Rp4.000.000
Dalam jurnal penyesuaian yang dibuat, pengakuan keuntungan istishna' dilakukan dengan
mendebit asset istishna' dalam penyesuaian sebesar Rp4.000.000.
jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan aset penyelesaian 50% adalah
sebagai berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


15/05/XA Db. Aset Istishna’ dalam penyelesaian 6.000.000

Db. Harga pokok istishna’ 39.000.000

Kr. Pendapatan istishna’ 45.000.000

Ket :
Pendapatan margin = % penyelesaian x harga jual
= (50%-20 % )xRp150.000.000
= Rp45.000.000
Harga pokok istishna = % penyelesaian x harga beli
= (50%-20 % ) x Rp130.000.000
= Rp39.000.000
Aset Istishna’ dalam penyelesaian = % penyelesaian-
keuntungan istishna’
= (50%-20 % )-Rp20.000.000
= Rp6.000.000

jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan aset penyelesaian 100% adalah
sebagai berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


15/05/XA Db. Aset Istishna’ dalam penyelesaian 10.000.000

Db. Harga pokok istishna’ 65.000.000

Kr. Pendapatan istishna’ 75.000.000


Ket :
Pendapatan margin = % penyelesaian x harga jual
= (100%-50%)x Rp150.000.000
= Rp75.000.000
Harga pokok istishna = % penyelesaian x harga beli
= (100%-50%)x Rp130.000.000
= Rp65.000.000
Aset Istishna’ dalam penyelesaian = % penyelesaian-
keuntungan istishna’
= (100%-50%)- Rp20.000.000
= Rp10.000.000
Penagihan Piutang Istishna' Pembeli
Penagihan dilakukan seauai dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai
dengan persentase penyelesaian pembuatan barang pesanan (PSAK 104 paragraf 24).
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 23 disebutkan bahwa tagihan setiap termin kepada pembeli
diakui sebagai piutang istishna' dan termin istishna' (billing) pada pos lawannya. Karena
istishna' yang dilakukan adalah istishna' paralel, maka termin yang ada dibedakan antara
termin bank-pemasok dengan termin bak-nasabah. Keduanya tidak harus sama
karenabergantung kepada kondisi setiap bank yang terlibat. Dijelaskan lebih lanjut dalam
PAPSI 203 9 (h.4.18) bahwa tagihan bank kepada nasabah atas sebagian barang pesanan
yang telah diserahkan diakui sebagai piutang istishna' sebesar prsentase harga pokok yang
telah diselesaikan.
Misalkan dalam kasus di atas, penagihan oleh bank kepada pembeli akhir dilakukan
dalam 5 termin dalam jumlah yang sama, yaitu Rp30.000.000, setiap tanggal 10 mulai bulan
April. Maka, jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang istishna’ kepada pembeli dan
penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

10/04/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000


Kr. Termin istishna 30.000.000*
*Rp150.000.000/5 termin =Rp30.000.000/termin
10/05/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
   Kr. Termin istishna 30.000.000
10/06/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
   Kr. Termin istishna 30.000.000
10/07/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
   Kr. Termin istishna 30.000.000
10/08/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
   Kr. Termin istishna 30.000.000

Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna' dari Pembeli


Pembayaran piutang istishna' oleh nasabah dilakukan setelah menerima tagihan
istishna' dari bank. Oleh karena termin istishna' merupakan pos lawan dari piutang istishna',
maka pada waktu pembayaran piutang , bank sebagai penjual perlu menutup termin istishna'.
Misalkan dalam kasus diatas, pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan selama 3
hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual. Maka, jurnal untuk mengakui 5 kali
penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut, sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
13/04/ Db. Kas/rekening nasabah pembeli ishtisna’     30.000.000
XA
   Kr. Piutang istishna 30.000.000
13/05/ Db. Kas/rekening nasabah pembeli ishtisna’     30.000.000
XA
   Kr. Piutang istishna 30.000.000
13/06/ Db. Kas/rekening nasabah pembeli ishtisna’     30.000.000
XA
   Kr. Piutang istishna 30.000.000
13/07/ Db. Kas/rekening nasabah pembeli ishtisna’     30.000.000
XA
   Kr. Piutang istishna 30.000.000
13/08/ Db. Kas/rekening nasabah pembeli ishtisna’     30.000.000
XA
   Kr. Piutang istishna 30.000.000

Saat barang pesanan diserahkan pada nasabah


Menurut PAPSI 2013 (h.4.19), pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada
nasabah, bank melakukan jurnal balik atas rekening aktiva istishna’ dalam penyelesaian dan
termin istishna. Untuk kasus 11.1, misalkan barang pesanan diserahkan pada tanggal
13/8/XA, maka jurnal pada saat penyerahan barang tersebut adalah sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
13/08/ Db. termin ishtisna’     150.000.000
XA
   Kr. Aset istishna dalam penyelesaian 150.000.000

F. Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian
Menurut PAPSI 2013 (h.4.19-20), ketentuan penyajian transaksi terkait jual beli dengan
skema istishna’ dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Uang muka istishna’ disajikan sebagai liabilitas lainnya.
2. Uang muka kepada pemasok disajikan sebagai aset lainnya
3. Utang istishna’ disajikan sebesar tagihan dari pemasok yang belum dilunasi
4. Aktiva istishna’ dalam penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan Bank
kepada supplier.
5. Termin istishna’ disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada nasabah
6. Piutang istishna ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang istishna’

Pengungkapan
Menurut PAPSI 2013 (h.4.21) hal-hal yang harus diungkapkan terkait jual beli dengan skema
istishna antara lain :
1) Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan kualitas
piutang dan cadangan kerugian penurunan nilai piutang istishna
2) Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang berelasi
3) Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan cadangan
kerugian penurunan nilai, penghapusan dan penanganan piutang istishna’ yang
bermasalah
4) Besarnya piutang istishna’ baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun secara
bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank
5) Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan
sampai dengan akhir periode berjalan
6) Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak
7) Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen sebagai
akibat keterlambatan pengiriman barang
8) Nilai kontrak istishna’ yang sedang berjalan serta rentang periode pelaksanaannya.
9) Nilai kontrak istishna’ yang telah ditandatangani bank selama periode berjalan tetapi
belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.
10) Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah, tujuan (pemasok atau nasabah), jangka
waktu dan jenis mata uang
11) Utang istishna’ kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi
12) Jenis dan kuantitas barang pesanan.

You might also like