You are on page 1of 17

MAKALAH PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

Perilaku Sikap Berbagi Terhadap Perkembangan Sosial AUD

Dosen Pengampu:
Dr. Rika Kurnia R, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Afifa Tahira 210409500003


Ayuni Salsabila Yapid 210409500009
Izzatun Nafsi Al Alifa 210409501019
Filayuliana 210409501025
Andi Rochmi Rauf 210409501031
Nur Fausiyah Sari 210409502015
21-C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah Pengembangan Sosial
Emosional AUD.
Adapun tujuan dari penulisan makalah Kami untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr.
Rika Kurnia R, S.Pd., M.Pd,. sebagai dosen Pengampu pada Mata Kuliah
Pengembangan Sosial Emosional AUD. Sementara itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai Perilaku Sikap Berbagi Terhadap
Perkembangan Sosial AUD bagi para pembaca maupun penulis.
Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dr. Rika Kurnia R, S.Pd., M.Pd,. selaku
Dosen Pengampu dari Mata Kuliah Pengembangan Sosial Emosional AUD, yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kami akan
sangat menerima kritik dan saran yang membagun demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 5
A. Pengertian Perkembangan Sosial dan Perilaku Berbagi ...................... 5
B. Manfaat Berbagi dalam Proses Perkembangan Sosial AUD ............... 7
C. Faktor-Faktor Pendukung Penanaman Perilaku Berbagi .................... 8
D. Metode-Metode dalam Penanaman Perilaku Berbagi ......................... 10
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 13
A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini ialah tempat yang strategis untuk mengembangkan
sikap serta perilaku anak-anak yang merupakan upaya pembinaan anak-anak
sejak lahir hingga usia enam tahun untuk membentuk karakter baik. Di usia
inilah kesempatan terbesar untuk membentuk anak dengan baik. Pendapat Eliza
(2013:93) pendidikan anak usia dini ialah pendidikan yang sangat perlu bagi
anak di kemudian hari. Pengalaman yang di peroleh anak dimasa dini menjadi
lebih berarti buat meraih masa depan nantinya.
Pendidikan anak usia dini ialah pendidikan yang sangat perlu bagi anak di
kemudian hari. Pada tahapan hidup manusia, pada hakikatnya terdapat beberapa
masa yang akan menjadi penentu perkembangan hidup seseorang (Eliza,
2013:93). Pada usia lahir hingga usia memasuki masa pendidikan dasar ialah
masa keemasan sekaligus masa kritis bagi anak. Masa-masa tersebut yakni masa
yang tepat buat menanamkan dasar-dasar perkembangan tepatnya pada masa
usia dini. Masa anak usia dini adalah masa pertumbuhan yang luar biasa dan
membutuhkan perhatian khusus (Setiawan, 2017:32).
Menurut Eliza (2018:498) pendidikan karakter digambarkan sebagai
pembelajaran yang dikembangkan buat mengajarkan sifat-sifat yang dibutuhkan
buat menumbuhkan karakter yang baik. Pendidikan karakter adalah tentang
mendorong perkembangan positif yang optimal seperti kompetensi social
emosional, pengetahuan, keterampilan. Berkowitz dan Bier (dalam Winarsih,
2018:24) mendefinisikan kepribadian selaku suatu karakter psikologis yang
kompleks, yang mampu mendorong serta membolehkan seseorang buat berperan
selaku agen moral. Seorang yang mempunyai kepribadian yang baik, maka ia
akan mempunyai dorongan buat melaksanakan hal-hal yang benar sesuai norma.
Pendidikan karakter yakni upaya penanaman nilai-nilai kepribadian kepada
anak didik yang mencakup pengetahuan, pemahaman maupun keinginan, dan
tindakan untuk melakukan nilai-nilai kebaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, teman, masyarakat supaya jadi manusia yang berakhlak. Salah satu

1
karakter yang penting ditanamkan sejak dini ialah perilaku berbagi sesama
(sharing behavior) agar menumbuhkan rasa kepedulian terhadap satu sama lain.
Peduli sosial sangatlah penting untuk ditanamkan sejak dini, agar anak memiliki
sifat yang peduli dengan sesama teman sebaya maupun terhadap lingkungan
sekitarnya. Salah satu dampak dari anak yang tidak memiliki sikap karakter
peduli sosial, anak akan cendrung memiliki sifat egosentris, sifat cuek, dan sifat
penarikan diri atau mengasingkan diri sendiri dari kalangan keramaian.
Mitchell Copeland, Denham, dan De Mulder (1997) mengatakan bahwa
pendidikan karakter pada kenyataannya adalah kualitas ikatan antara guru
dengan anak yang memprediksi seberapa prososial seorang anak akan bersikap
terhadap anak-anak lainnya. Perilaku prososial merupakan perilaku yang
memperlihatkan kepedulian ataupun perhatian dari seorang anak, contohnya
dengan menolong, menghibur, ataupun sekedar senyum pada anak lainnya. Oleh
karena itu sangat perlu dalam pembelajaran anak usia dini diterapkan karakter
peduli sosial agar anak memiliki rasa perhatian terhadap lingkungan sekitar nya
sejak dini.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980:118) berbagi adalah anak mau membagi
yang miliknya ke pada sesama teman sebayanya, contoh anak berbagi alat
permainan, meminjamkan alat belajar dan mau berbagi makanan kepada
temannya. Sehingga, prilaku berbagi (sharing behavior) dapat didefinisikan
sebagai sebuah bentuk perilaku atau sikap dalam pemberian izin secara
sementara kepada seseorang untuk menggunakan benda yang merupakan
miliknya. Suatu tindakan yang ditujukan buat mengurangi kebutuhan material
orang lain.
Perilaku berbagi (sharing behavior) sangat perlu ditanamkan sejak dini
kepada anak. Salah satu karakter anak usia dini yang harus dikembangkan ialah
karakter peduli social, karena peduli social sangat berpengaruh bagi kehidupan
anak. Salah satu dampak dari kurangnya rasa peduli social adalah anak tidak
peduli terhadap lingkungan social, keluarga maupun masyarakat dalam hal
apapun terhadapan kemanusiaan. kondisi saat ini membuat anak tidak memiliki
rasa peka terhadap lingkungan sosial dan anak akan selalu bersikap egosentris

2
maupun susah dibentuk karakter anak dikelak dewasa nantinya. Pada umumnya
kebanyakan guru maupun orangtua lebih mementingkan tercapainnya
perkembangan akademik anak dibandingkan perkembangan karakter atau
perilaku anak itu sendiri. Sehingga saat ini banyak anak yang bagus dalam
bidang akademisnya, namun tidak dengan karakter maupun sikap dan
perilakunya, padahal sikap dan perilaku, serta kepribadian anak inilah yang
nantinya akan menentukan karakter anak tersebut dan menjadi manusia yang
berakhlak baik dan budi pekerti kelak nanti.
Mengingat pentingnya penanaman pendidikan karakter peduli sosial di usia
dini, maka penanaman pendidikan karakter peduli sosial merupakan upaya cara-
cara pembentukan karakter melalui prinsip bermain sambil belajar dengan
melaksanakan penanaman sharing behaverior dengan melalui bermain anak.
Peneliti telah melakukan observasi di lingkungan sekitar rumah maupun di
lapangan. Berdasarkan pada observasi tersebut, peneliti belum menemukan
penerapan pembelajaran karakter peduli sosial terhadap anak.
Sementara itu berdasarkan observasi awal, Ditemukan bahwa sikap perilaku
berbagi pada anak-anak usia dini yang belum berkembang sesuai tahapan
usianya, yang terlihat dari beberapa anak-anak yang tidak ingin berbagi kepada
anak lainnya seperti tidak ingin berbagi makanan, alat tulis, dan berbagi benda-
benda lainnya seperti mainan. Bahkan, untuk sekedar meminjamkan sesuatu
kepada sesama, anak-anak tersebut masih saling enggan satu sama lain.
Meskipun ada sebagian anak-anak yang mudah berbagi, namun pada
kenyataannya anak-anak yang berbagi tersebut menganggap bahwa mereka akan
mendapat balasan berbagi pula dengan yang lainnya berupa benda lain.
Misalnya, seorang anak membagikan sebuah makanan kepada anak lainnya
karena tidak ada makanan, setelah itu di lain waktu anak yang membagikan
makanan tersebut akan meminta balasan kepada anak yang dibagikannya
makanan waktu itu dengan hal lainnya. Hal tersebut menimbulkan sikap pamrih
atas segala sesuatu yang telah dilakukan pada anak usia dini. Selain itu, juga
terdapat beberapa anak-anak yang memilih berbohong kepada anak-anak lainnya

3
daripada harus berbagi antar sesama. Maka dari itu, penanaman sikap perilaku
berbagi (sharing behavior) kepada anak usia dini sangat diperlukan.
Sehubungan dengan hal di atas, maka diharapkan untuk menanamkan
karakter peduli sosial melalui pelaksanaan penanaman Sharing Behavior sejak
usia dini. Pentingnya penanaman Sharing Behavior sejak usia dini diterapkan
agar anak mengenal dan peduli dengan lingkungan sekitar serta memiliki
karakter yang baik serta dermawan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan perilaku berbagi yang
dapat menarik perhatian anak yaitu dengan bermain anak yang melalui bermain
peran, menonton video bersama, membaca buku cerita, belajar bersama. Agar
anak tidak mudah bosan, maka dengan melalui pelaksanaan penanaman Sharing
Behavior dapat mengembangkan karakter anak secara optimal. Kegiatan
bermain peran yang dicoba dengan mengaitkan semua anak serta memakai
ketentuan pada saat kegiatan berlangsung bisa meningkatkan keterampilan
social anak. Anak-anak akan merasa bahagia serta tidak merasa lagi belajar buat
berkolaborasi dalam menuntaskan permasalahan tanpa merasa adanya paksaan
serta dituntut. Sehingga dengan bermain peran ini diharapkan perilaku berbagi
(sharing behavior) bisa tumbuh sesuai dengan tahap perkembangan usia anak.
Dari latar belakang masalah di atas maka, fokus pembahasan pada makalah
ini adalah "Perilaku Sikap Berbagi Terhadap Perkembangan Sosial AUD"
Tentang bagaimana manfaat sikap berbagi atau sharing behaviour terhadap
perkembangan sosial, faktor pendukung, serta metode yang diginakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Perkembangan Sosial dan Perilaku Berbagi?
2. Bagaimana Manfaat Berbagi dalam Proses Perkembangan Sosial AUD?
3. Bagaimana Faktor-Faktor Pendukung Penanaman Perilaku Berbagi?
4. Bagaimana Metode-Metode dalam Penanaman Perilaku Berbagi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk melibih memahami
lebih luas mengenai apa yang telah dijabarkan pada rumusan masalah
sebelumnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial dan Perilaku Berbagi


Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan mereka
yang erat dengan orang tua atau pengasuh di rumahnya, terutama anggota
keluarga. Interaksi sosial kemudian diperluas dari rumah tangga ke tetangga dan
kemudian sampai ke sekolah perkembangan sosial sangat dipengaruhi oleh
proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan
berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma kehidupan masyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan
norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan sosial adalah upaya penumbuh kembangan sumber daya
manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi,dalam hal ini
masyarakat pendidikan dan keluarga. Positif atau negativenya persepsi peserta
didik terhadap guru dan teman-teman nya itu sangat memengaruhi kualitas
hubungan sosial para peserta didik dengan lingkungan sosial kelasnya dan
bahkan mungkin dengan lingkungan sekolahnya.
Seperti dalam proses perkembangan lainnya, proses perkembangan sosial
peserta didik juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya,
kualitas hasil perkembangan sosial peserta didik sangat tergantung pada kualitas
proses belajar (khususnya belajar sosial) peserta didik tersebut baik di
lingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas. Ini
bermakna, bahwa proses belajar itu amat menentukan kemampuan peserta didik
dalam bersikap dan berprilaku sosial yang selaras dengan norma agama,moral
tradisi,moral hukum, dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat
peserta didik yang bersangkutan. Perkembangan sosial dapat di pastikan juga
perkembangan moral.
Berbagi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata
dasar bagi pecahan dari sesuatu yang utuh; penggal; pecah. Jika ditambahkan

5
imbuhan ber- maka maknanya menjadi membagi sesuatu, memberikan sesuatu.
Berbagi dalam bahasa Arab dimaknai sebagai sedekah, berasal dari kata
“shadaqa” yang berarti “benar” atau “jujur”.Ketika kata shadaqa diberikan
penambahan huruf ta marbuta di akhir katanya, maka menjadi kata shadaqatun
yang. bermakna “sedekah” atau “sesuatu yang diberikan dengan maksud
mengharapkan keridahan dari Allah”. Di dalam Al-Qur’an, dapat ditemukan
bahwa kata sahdaqatun yang mempunyai sinonim dengan kata ihsan berarti
“kedermawanan atau kemurahan hati”. Hafidhuddin menjelaskan kata sedekah
didefinisikan “benar‟. Jadi orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar
pengakuan imannya.
Secara umum sedekah/berbagi ini dapat didefinisikan sebagai suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Misalnya anak
memberikan/berbagi bekal makanannya kepada teman yang tidak membawa
bekal.
Litbangpuskur (2010:41) mengatakan kalau kepedulian ialah empati kepada
orang lain yang diwujudkan dalam wujud memberi pertolongan sesuai
kemampuan. Sementara itu, Tabi’ in (dalam Darmiyati Zuchdi, 2011: 170)
menerangkan kalau peduli sosial ialah sikap serta tindakan yang senantiasa mau
menolong orang yang memerlukan. Sedangkan kepedulian social merupakan
sikap mau menolong orang lain yang memerlukan serta dilandasi oleh rasa sadar
(malik, 2008:423). Pendidikan karakter kepedulian sosial ialah salah satu dari
pendidikan untuk mengembangkan aspek sosial emosional, dalam penelitian ini
indikatornya antara lain adalah anak mau berbagi makanan/mainan, anak mau
membantu teman dan anak yang mau bekerja sama dalam membereskan mainan.
Pembelajaran karakter kepedulian sosial dapat ditingkatkan oleh guru melalui
pembiasaan. Melalui kegiatan sosio drama, bermain peran dan melalui metode
bercerita yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh kasabaran dan
memberikan pujian atau reward pada anak yang telah melakukan karakter yang
baik tersebut.

6
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980:118) berbagi adalah anak mau membagi
yang miliknya ke pada sesama teman sebayanya, contoh anak berbagi alat
permainan, meminjamkan alat belajar dan mau berbagi makanan kepada
temannya. Sehingga, prilaku berbagi (sharing behavior) dapat didefinisikan
sebagai sebuah bentuk perilaku atau sikap dalam pemberian izin secara
sementara kepada seseorang untuk menggunakan benda yang merupakan
miliknya. Suatu tindakan yang ditujukan buat mengurangi kebutuhan material
orang lain.
B. Manfaat Berbagi dalam Proses Perkembangan Sosial AUD
Teman sebaya memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan
sosial dan kepribadian anak. Teman sebaya memberikan sebuah dunia tempat
para anak melakukan sosialisasi dan interaksi dalam suasana yang mereka
ciptakan sendiri. Dengan teman sebaya anak bersosialisasi dan menjalin
keakraban, sehingga mampu meningkatkan hubungan denganteman,serta anak
mendapatkan rasa kebersamaan. Apabila anak tidak berinteraksi dengan yang
lain maka anak akan menyendiri dan itu sangat tidak menyenangkan. Jika
mereka mencari hubungan yang akrab dengan teman sekelas atau peduli akan
kebaikan teman yang lain, mereka akan antusias terlibat dalam aktivitas di
sekolah, baik itu dalam pergaulan maupun dalam menerima materi pelajaran.
Dengan berinteraksi dengan teman sebaya, anak dapat belajar untuk saling
menghargai orang lain, memiliki sikap tanggungjawab, belajar bekerja sama,
saling berbagi dan peduli terhadap kondisi teman yang lain. Mereka belajar
untuk berempati danmulai belajar membantu teman yang kesusahan.
Menurut Beaty dalam Susanto (2011:137), menyatakan bahwa
perkembangan sosial anak berkaitan dengan perilaku prososialdan bermain
sosialnya. Aspek perilaku sosial meliputi :
a. Empati, yaitu menunjukkan perhatian kepada orang lain yang kesusahan atau
menceritakan perasaan orang lain yangmengalami konflik.
b. Kemurahan Hati, yaitu berbagi sesuatu dengan yang lain atau memberikan
barang miliknya.

7
c. Kerja Sama, yaitu bergantian menggunakan barang, melakukan sesuatu
dengan gembira.
d. Kepedulian, yaitu membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan

Manfaat interaksi teman sebaya terhadap perilaku sosial anak usia dini
memberikan dukungan social, moral, dan emosional, anak dapat belajar untuk
saling menghargai orang lain,memiliki sikap tanggung jawab, belajar bekerja
sama, saling berbagi dan peduli terhadap kondisi teman yang lain. Merekabelajar
untuk berempati dan mulai belajar membantu teman yang kesusahan.
Jika perkembangan sosial anakdiberikan dukungan oleh lingkungan
sekitarnya maka anak akan dapat mengembangkan ketermapilan sosial untuk
beradaptasi dengan mudah terhadap lingkungan sekitarnya. Keterampilan sosial
adalah kemampuan dan kecakapan dalam mengatur emosi,pikiran melalui
komunikasi, kerja sama,berbagi dan berinteraksi dengan lingkungan sesuai
dengan norma yang berlaku (Setiawan, 2016; Perdani,2014).
Keterampilan sosial dapat di peroleh melalui teman sebaya, makadari itu anak
usia dini harus diberikan kebebasan yang cukup untuk bermain baik
dilingkungan rumah maupun lingkungan sekolah. Ketika anak bermain
cenderungakan mengurangi sifat egosentris padaanak bahkan anak akan sering
berbagi dengan teman yang lain (Rohmah, 2016; Kuswanto, 2016).
Egosentrisa dalah memandang sesuatu hanya dengan sudut pandang dirinya
sendiridan tidak dapat membedakannya. dengan sudut pandang orang lain
(Mu’min, 2013; Rohmah, 2016). Dengan bermain juga anak dilatih dalam rasa
tanggung jawabnya, kejujuran, bekerja sama dengan kelompok serta melatih
kedisiplina pada anak.
C. Faktor-Faktor Pendukung Penanaman Perilaku Berbagi
1. Peran Orang Tua
Perilaku sosial pada manusia tidak tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya. Melainkan melalui proses panjang sejak anak usia dini hingga
dewasa. Bisa dikatakan, pembentukan perilaku prososial orang dewasa atau
tua, sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh proses pembentukan di masa

8
anak usia dini, atau anak-anak. Demikian pentingnya pembentukan perilaku
sosial anak, lembaga pendidikan maupun lembaga riset sudah lama
memikirkan cara-cara pembentukan perilaku sosial anak.
Sebagai orang yang terdekat, orang tua sangat berpengaruh besar dalam
pembentukan perilaku prososial anak. Boleh dikatakan, ada-tidaknya perilaku
sosial pada anak sangat ditentukan oleh ada-tidaknya perilaku sosial pada
orang tuanya.Oleh karena itu, orang tua harus memberi dan menjadi contoh
konkrit bagi anak-anaknya dalam perilaku sosial. Pada anak-anak usia dini,
memberi contoh konkrit terkadang jauh lebih besar pengaruhnya daripada
sekadar dalam bentuk nasihat.
Untuk mendukung hal itu orang tua juga harus memenuhi fasilitas yang
dibutuhkan anak, mengontrol dan memastikan anak tetap mempunyai
perilaku prososial baik di dalam dan di luar rumah serta memberikan motivasi
ketika anak tidak semangat dalam menjalankan perilaku prososial yang
diajarkan oleh orang tua. Ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Nur &
Ahmid (2015: 22-23) bahwa peran orang tua dalam pendidikan mencakup:
a. Orang tua sebagai pendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh
potensi anak, baik potensi afektif, kognitif dan potensi psikomotor;
b. Orang tua sebagai pendorong(motivator), yaitu daya penggerak atau
pendorong untuk melakukan sesuatu (menumbuhkan motivasi pada anak
dalam berperilaku);
c. Orang tua sebagai fasilitator, yaitu tugas orang tua yang menyediakan
berbagai fasilitas belajar seperti tempat belajar, meja, kursi, penerangan,
buku, alat tulis, dan lain-lain; dan
d. Orang tua sebagai Pembimbing, yaitu peran orang tua yang tidak hanya
memberikan fasilitas di rumah maupun di luar rumah tetapi juga harus
mengarahkan atau mengajarkan anak untuk berperilaku baik di dalam
rumah maupun di luar rumah secara konsisten.

Selain itu, peranan lingkungan sosial yang baik pada anak akan berdampak
positif sehingga anak memiliki penyesuaian diri yang baik. Perkembangan
sosial dibutuhkan oleh anak usia dini untuk belajar mengetahui dan

9
memahami lingkungan. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk
memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka
berada. Anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik terhadap keluarga,
teman sebaya, dan orang lain akan menampakkan perilaku menolong, dan
berbagi yang dikenal dengan perilaku prososial.
Orang tua dapat melaksanakan perannya sebagai pendidik dengan cara
mencontohkan, mengajarkan menasehati anak agar memiliki perilaku
berbagi, menggunakan metode bercerita dan bermain peran.
2. Peran Guru
Peranan guru dalam menanamkan perilaku berbagi dapat dengan menarik
perhatian anak seperti dengan bermain anak yang melalui bermain
peran,menonton video bersama, membaca buku cerita, belajar bersam. Agar
anak tidak mudah bosan, maka dengan melalui pelaksanaan penanaman
Sharing Behavior dapat mengembangkan karakter anak secara optimal.
Kegiatan bermain peran yang dicoba dengan mengaitkan semua anak serta
memakai ketentuan pada saat kegiatan berlangsung bisa meningkatkan
keterampilan social anak. Anak-anak akan merasa bahagia serta tidak merasa
lagi belajar buat berkolaborasi dalam menuntaskan permasalahan tanpa
merasa adanya paksaan serta dituntut. Sehingga dengan bermain peran ini
diharapkan perilaku berbagi (sharing behavior) bisa tumbuh sesuai dengan
tahap perkembangan usia anak.
3. Metode-Metode dalam Penanaman Perilaku Berbagi
1. Bercerita
Pendidikan karakter merupakan proses menanamkan karakter tertentu
sekalian berikan bekal supaya peserta didik sanggup menumbuhkan karakter
khasnya dalam menjalani kehidupan. Dengan kata lain, peserta didik tak
cuma menguasai pendidikan selaku wujud pengetahuan, tetapi juga
menjadikannya sebagai bagian dari hidup serta secara sadar hidup bersumber
pada pada nilai tersebut.
Menurut Kirl Patrick (dalam Fauziah,2011) menyatakan kalau pendidikan

10
karakter tak bisa terlepas dari moral absolute, ialah nilai- nilai positif yang
berasal dari bermacam agama yang jadi sumber dalam bersikap serta
berperilaku. Pendidikan karakter ialah proses yang sangat panjang sebab
pendidikan karakter tidak cuma melaksanakan transfer of value, namun
menanamkan kerutinan yang baik hingga jadi karakter individu yang akan
ikut membentuk identitas diri, sehingga memerlukan proses sebab dituntut
tak cuma mengenali, tapi melakukan kebiasaan positif.
Menurut Melati (2012: 68) kepedulian, empati, juga sikap mengalah ialah
hal yang sering belum dimiliki oleh anak. Mereka belum paham apa itu
“berbagi” serta belum mengerti tentang makna kepemilikan.
Kegiatan penanaman sharing behavior terhadap karakter peduli sosial anak
dapat dilakukan dengan berbagai cara dan berbeda-beda setiap harinya yaitu
melalui pelaksanaan pembelajaran penanaman sharing behavior melalui buku
cerita/dongeng. Melalui kegiatan bercerita atau dongeng kita dapat
memberikan pembelajaran melalui cerita yang ada dalam buku tersebut guru
atau orang tua bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut yang memiliki
makna, hingga anak dapat memetik dari sebuah cerita tersebut dan agar anak
dapat mencontoh hal kebaikan.
2. Bermain
Honing dan Wittmer (1996) mengungkapkan bahwa anak mampu berbagi
(sharing) kepada teman, karena berbagi ialah salah satu keterampilan
prososial yang penting di pusat pra sekolah, setiap orang harus meluangkan
waktu membantu anak-anak individual mempelajari kemampuan ini.
Beberapa anak akan berbagi mainan, makanan, dan saat diminta oleh anak
lainnya, banyak anak yang masih membutuhkan guru untuk mengajukan
permintaan. Kebanyakan anak mau berbagi jika guru menjadikan berbagi itu
perlu pada setiap orang.
Pelaksanaan penanaman sharing behavior terhadap karakter peduli sosial
anak dilaksanakan melalui kegiatan bermain peran serta dapat
mengembangkan karakter peduli sosial anak secara optimal dan dilaksanakan
melalui kegiatan audio visual yakni menonton film tentang berbagi terhadap

11
anak yang berhubungan sharing behavior. Peneliti menayangkan film tentang
berbagi serta melihatkan video berhubungan sharing, setelah selesai
menonton film tentang berbagi peneliti meminta anak untuk bercrita kembali
mengenai film yang ditonton oleh anak yang telah ditayangkan secara
bergantian. Setelah itu anak akan berbincang-bincang tentang berbagi
tersebut.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan sosial adalah upaya penumbuh kembangan sumber daya
manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi,dalam hal ini
masyarakat pendidikan dan keluarga. Salah satu perilaku sosial yang perlu
ditanamkan ialah berbagi, secara umum sedekah/berbagi ini dapat didefinisikan
sebagai suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain secara
spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Untuk Anak
Usia Dini upaya penanaman perilaku ini dapat diimplementasikan melalui teman
sebaya, engan berinteraksi dengan teman sebaya, anak dapat belajar untuk saling
menghargai orang lain, memiliki sikap tanggungjawab, belajar bekerja sama,
saling berbagi dan peduli terhadap kondisi teman yang lain. Mereka belajar
untuk berempati danmulai belajar membantu teman yang kesusahan.
B. Saran
Kami selaku penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini.
Maka dari itu pula, kami akan sangat berterima kasih apabila teman-teman
pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun guna kepentingan
penyusunan makalah dimasa yang mendatang agar bisa lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Umayah. 2017. “Perkembangan Sosial Pada Anak Usia Dini” dalam Jurnal As-
sibyan: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 2 No. 1 (85-96)

Farida, N. & Friani, D. 2018. “Manfaat Interaksi Teman Sebaya Terhadap


Perilaku Sosial Anak Usia Dini Di RA Muslimat Nu 007 Gandu 1 Mlarak
Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur” dalam Jurnal Sosial: Jurnal
Penelituan Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 19 No. 2 (169-175)

Rahmadianti, N. 2020. “Pemahaman Orang Tua Mengenai Urgensi Bermain


Dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial Anak Usia Dini” dalam Jurnal
Pendidikan: Early Childhood Vol. 4 No. 1 (57-64)

Sari, M. & Eliza, D. 2021. “Pelaksanaan Penanaman Sharing Behavior Terhadap


Karakter Peduli Sosial Anak” dalam Jurnal Tunas Cendikia Vol. 4 No. 1 (242-
252)

Khairunnisa, F. & Fidesrinur. “Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Perilaku


Berbagi dan Menolong pada Anak Usia Dini” dalam Jurnal Audhi Vol. 4 No.
1 (33-42)

14

You might also like