You are on page 1of 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN “ATONIA UTERI”

disusun guna Memenuhi Tugas Mata kuliah KeGawat Daruratan Maternal


Neonatal

Dosen Pengampu : Nunik Hindrawati ,M.Kes

Disusun Oleh :

Nanda Paramita Kartika Sari

NIM. 200550010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER
Tahun Ajaran 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan berjudul:

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Atonia Uteri

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Maternal


Neonatal dengan Atonia Uteri

Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Dosen PJMK

Nunik Hindrawati,M.Mkes Sultanah Zahariah, Bd, M.Keb

I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena penulisan Laporan ini
dapat diselesaikan dengan baik. diharapkan dapat memberi pengetahuan serta
menambah wawasan bagi siapapun yang membaca makalah ini.
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Nurul Aini ,M.Kes , selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember.
2. Ibu Nunik Hindrawati,M.MKes selaku pengajar mata kuliah Asuhan
persalinan Akademi Kebidanan Jember.
3. Ibu Nunik Hindrawati,M.Kes selaku Walikelas tingkat 2 Akademi
Kebidanan Jember.
4. Teman-teman tingkat 2 Akademi Kebidanan Jember.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama bagi
penulis sendiri untuk mempermudah pemahaman dan peningkatan pengetahuan.

Jember, 3 April 2022

Tim Penulis

II
DATAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang………………..…………………………...……….….2
1.2 Tujuan Makalah….................................................................................3
1.2.1 tujuan Umum………………………………………………3
1.2.2 Tujuan Khusus…………………………………………….3
1.3 Manfaat …...………………………………………………...………...4
1.3.1 Bagi Institusi...........................................................................4
1.3.2 Bagi Lahan Praktek.................................................................4
1.3.3 Bagi Pasien..............................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA….........................................................................4
2.1 Tinjauan Teori…………...………………..…………………………...5
2.1.1 Pengertian Atonia Uteri…..……...………………….……..5
2.1.2 Klasifikasi Atonia Uteri…………….………………..…....8
2.1.3 Tanda Gejala Atonia Uteri…...……………….………….10
2.1.4 Etiologi Atonia Uteri.................………………………….20
2.1.5 Penatalaksanaan Atonia Uteri………...…………...……..23
2.2 Manajemen Varney…..........................................................................38
2.2.1 Pengkajian Data Subjektif dan Objektif.............................39
2.2.2 Interpretasi Data.................................................................41
2.2.3 Diagnosa Potensial.............................................................42
2.2.4 Antisipasi Penanganan Segera...........................................43
2.2.5 Intervensi............................................................................44
2.2.6 Implementasi......................................................................45
2.2.7 Evaluasi..............................................................................46
DAFTAR PUSTAKA…………………...………………………………………47

III
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2017).

Berdasarkan penelitian Mochtar, 1995 menyatakan penyebab perdarahan


postpartum antara lain, atonia uteri (50-60%), retensio plasenta (16-17%), sisa
plasenta (23-24%), laserasi jalan lahir (4-5%), dan kelainan darah (0,5-0,8%).
Pada penelitian Varney tahun 2007, didapatkan 80-90% kasus perdarahan
postpartum penyebabnya adalah atonia uteri. Laporan dari negara maju
danberkembang didapatkan angka kejadian perdarahan postpartum dengan
atonia uteri sebagai penyebabnya yaitu berkisar 5-15% pada negara maju dan
50-60%pada negara berkembang (Mochtar, 2018).

Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan postpartum


akibat atonia uteri diantaranya adalah distensi berlebihan pada uterus
(kehamilan kembar, polihidramnion, atau bayi besar), induksi persalinan,
persalinan dan pelahiran cepat, kala satu dan dua persalinan yang memanjang,
riwayat atonia uteri pada saat melahirkan anak sebelumnya, penggunaan agens
relaksan uterus, usia ibu hamil (kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun),
paritas(multiparitas), kelainan pada uterus dan faktor sosio ekonomi yaitu
anemia dan malnutrisi (Varney, 2007; Saifuddin, 2010; Mochtar, 1998 dalam
Kristi, 2011).

Dari berbagai faktor predisposisi atonia uteri yang telah disebutkan


sebelumnya, berdasarkan penelitian Anggrainy, dkk di RSUP NTB tahun 2012
menyatakan bahwa diantara peregangan uterus berlebihan, usia ibu hamil,
paritas, persalinan tindakan, induksi persalinan dan anemia, didapatkan variabel
yang berhubungan dengan kejadian atonia uteri adalah induksi persalinan
dengan drip oksitosin dan persalinan tindakan. Penelitian Rudiati, dkk tahun
2011 di RSUD Nganjuk menyatakan bahwa terdapat data dari 81 persalinan
yang ada 24,69% dilakukan tindakan induksi persalinan dan didapatkan data
perdarahan pascapersalinan sebesar 2,04%. Sebesar 64% ibu bersalin dengan

1
induksi oksitosin kategori berhasil, 11,1% diantaranya mengalami perdarahan
postpartumsedangkan 36% induksi oksitosin kategori kurang berhasil, 80%
diantaranya mengalami perdarahan postpartum.

Upaya yang dilakukan untuk meengurangi AKI dan AkB Melihat masih
banyaknya kasus persalinan dengan induksi dan pentingnya pemahaman ibu
terhadap usia dan paritas aman dalam kehamilan untuk mencegah terjadinya
perdarahan pascapersalinan yang dapat mengancam jiwa ibu, maka peneliti
akan melakukan penelitian mengenai usia, paritas dan induksi persalinan
terhadap kejadian atonia uteri periode Januari – Juni 2015

1.2 Tujuan
1.2.1 tujuan umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal Neonatal dengan Atonia Uteri Sesuai Wewenang dan Kompetensi
Bidan

1.2.1 Tujuan Khusus

Melakukan asuhan persalinan dan bayi baru lahir pada ibu bersalin dengan

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian atonia uteri


2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Klasifikasi atonia uteri
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tanda Dan Gejala atonia uteri
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi atonia uteri
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Penatalaksanaan atonia uteri
6. Mahasiswa Mampu MelakukanAsuhan Kegawatdaruratan atonia uteri
dengan 7 langkah varney

1.3 Ruang lingkup


1.3.1 Sasaran

Sasaran asuhan persalinan ditujukan kepada ibu bersalin dengan atonia uteri

2
1.3.2 tempat praktek

Asuhan Kegawatdaruratan dengan atonia uteri Dilaksanakan Oleh bidan

1.3.3 waktu pelaksanaan

Waktu yang diperlukan untuk penyusunan laporan dimulai pada tanggal 3


April 2022

1.4 Manfaat
1.4.1 bagi institusi
Asuhan ini dapat memberikan pemahaman bagimahasiswa DIII Kebidanan
Akademi Kebidanan Jember mengenai Asuhan Persalinan Normal,
sehingga dengan adanya penyusunan laporan diharapkan siswa dapat
meningkatkan Kompetensinya , yang selanjutnya akan meningkatkan mutu
kualitas institusi Akademi Kebidanan Jember.

1.4.2 bagi lahan praktek


Sebagai Acuan Untuk dapat Meningkatkan Pelayanan Termasuk Pada
Asuhan Kegawatdaruratan dengan atonia uteri

1.4.2 bagi pasien


Pasien Mendapat Asuhan Sesuai Wewenang dan Kompetensi Bidan

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori
2.1.1 pengertian Atonia Uteri

Pengertian Atonia Uteri Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah


uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus
uteri (plasenta telah lahir). (Depkes Jakarta : 2012)

Pengertian Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam


15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.
Perdarahan postpartum dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai
karena penerimaan gerakan keluarga berencana makin meningkat (Manuaba
& APN).

Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium


uterus untuk berkontraksi dan memendek.

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya kegagalan otot


rahim yang menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta
terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.

Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat


berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2017).

Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium


uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab
perdarahan post partum yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah
bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan
perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjdainya syok hipovolemik.

4
2.1.2 Tanda dan Gejala Atonia Uteri

Tanda Atonia Uteri Yaitu :

Tanda dan gejala atonia uteri menurut Saifuddin (2018) adalah :

a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering
terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan
tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah
b. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan
atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya
c. Fundus uteri naik
d. Terdapat tanda-tanda syok
1) nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
2) tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
3) pucat
4) keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
5) pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
6) gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
7) urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)

2.1.3 Etiologi Atonia Uteri

Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan


karena persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama bila
mendapatkan stimulasi. Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dariinhibisi
kontraksi yang disebabkan oleh obat-obatan, seperti agen anestesi
terhalogenisasi, nitrat, obat-obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium
sulfat, beta-simpatomimetik dan nifedipin. Penyebab lain yaitu plasenta
letak rendah, toksin bakteri (korioamnionitis, endomiometritis, septikemia),
hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus couvelaire pada abruptio plasenta
dan hipotermia akibat resusitasi masif. Data terbaru menyebutkan bahw

5
grandemultiparitas merupakan faktor resiko independen untuk terjadinya
perdarahan post partum.

Adapun faktor penyebab dari atonia uteri adalah sebagai berikut :

a. Pemisahan plasenta inkomplet.


Jika plasenta tetap melekat secara utuh pada dinding uterus, hal ini
cenderung tidak menyebabkan perdarahan. Namun demikian, jika
pemisahan telah terjadi, pembuluh darah maternal akan robek. Jika
jaringan plasentasebagian tetap tertanam dalam desidua yang
menyerupai spon, kontraksi dan retraksi yang efisien akan
terganggu.
b. Retensi kotiledon,
pragmen plasenta atau membaran. Hal ini juga mengganggu kerja
uterus yang efisien.
c. Percepatan persalinan. Jika uterus telah berkontraksi dengan kuat
dan menyebabkan durasi persalinan kurang dari satu jam,
kesempatan otot untuk beretraksi tidak cukup.
d. Persalinan lama.
Dalam persalinan yang fase aktifnya berlangsung lebih dari 12 jam
inersia uterus dapat terjadi akibat kelelahan otot.
e. Polihydramnion atau kehamilan kembar
Miometrium menjadi sangat regang sehingga menjadi kurang
efisien.
f. Plasenta previa
Sebagian atau seluruh plasenta berada di bawah tempat lapisan
ototyang lebih tipis mengandung sedikit serat oblik : mengakibatkan
control perdarahan yang buruk.
g. Abrupsio plasenta
Darah dapat meresap diantara serat otot mengganggu kerja efektif.
h. Anastesi umum
Agen anastesi dapat menyebabkan relaksi uterus, terutama agen
inhalasi yang mudah menguap seperti halotan.

6
i. Kesalahan penatalaksanaan kala III persalinan.
Faktor ini tetap menjadi penyebab perdarahan pasca partum yang
paling sering. Gesekan fundus atau manipulasi uterus dapat
mencetuskan terjadinya kontraksi aritmik sehingga plasenta hanya
sebagian terpisah dan kehilangan retraksi.
j. Kandung kemih penuh : kedekatannya dengan uterus di dalam
abdomen setelah kala II persalinan dapat mengganggu kerja uterus.
Hal ini juga merupakan kesalahan
k. Riwayat perdarahan pasca partum atau retensi plasentaTerdapat
resiko kekembuhan pada kehamilan berikutnya. riwayat obstetric
yang detail yang diperoleh pada pemeriksaan neonatal yang pertama
akan memastikan dilakukannya pengaturan agar ibu dapat
melahirkan di unit konsultan.
l. Paritas tinggi pada setiap kehamilan
Jaringan fibrosa menggantikan serat otot di dalam uterus. Hal ini
akan menurunkankontraktilitasnya dan pembuluh darah menjadi
lebih sulit dikompresi. Ibu yang pernah mengalami lima kelahiran
atau lebih, mengalami peningkatan resiko.
m. Fibroid (fibromiomata)
Fibroid normalnya adalah tumor benigna yang terdiri atas otot dan
jaringan fibrosa. Yang dapat mnggangu efektifitas kerja uterus.
n. Anemia
Ibu yang memasuki persalinan dengan konsentrasi hemoglobin yang
rendah (dibawah 10 gr/dl) dapat mengalami penurunan yang lebih
cepat lagi jika terjadi perdarahan, bagaimanapun kecilnya anemia
berkaitan dengan debilitas yang merupakan penyebab lebih
langsung terjadinya atonia uterus.
o. Ketosis
Pengaruh ketosis terhadap kerja uterus masih belum jelas. Fouleks
& Dumoulin mengemukakan bahwa dalam sejumlah orang yang
terdiri atas 3500 wanita, 40% mengalami ketonuria selama
persalinan. Mereka melaporkan bahwa jika persalinan mengalami

7
kemajuan yang baik, hal ini tampaknya tidak membahayakan
kondisi janin atau ibu. Namun demikian, terdapat hubungan yang
segnifikan antara ketosis dan kebutuhan penambahan oksitosin,
pelahiran dengan bantuan alat dan perdarahan pasca partum jika
persalinan berlangsung lebih dari 12 jam. Oleh karena itu, koreksi
ketosis dianjurkan dan dapat difasilitasi dengan memastikan bahwa
ibu mendapatkan asupan cairan dan nutrisi yang agak padat sesuai
toleransi selama persalinan. Tidak ada yang menunjukan bahwa
batasan makanan atau cairan perlu dilakukan perjalanan normal
p. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
q. Multiparitas yang sangat tinggi
r. Umur
Ibu dengan usia yang terlalu muda dan terlalu tua serta keadaan
umum ibu yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
Terjadinya peningkatan kejadian atonia uteri sejalan dengan
meningkatnya umur ibu yang diatas 35 tahun dan usia yang
seharusnya belum siap untuk dibuahi. Hal ini dapat diterangkan
karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi perdarahan yang
terjadi (Prawirihardjo, 2016)
s. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
t. Bekas operasi Caesar.
u. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu sebaiknya
melahirkan dirumah sakit, dan jangan di rumah sendiri.Dapat terjadi
akibat melahirkan plasenta dengan memijat dan mendorong uterus
kebawah sementara uterus belum terlepas dari tempat implannya
atau uterus.Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat dapat
diketahui. Tetapi, bila perdarahan sedikit dalam waktu banyak tanpa
disadari, pasien (ibu) telah kehilangan banyak darah sebelum ibu
tanpak pucat dan gejala lainnya. Perdarahan karena atonia uteri,
uterus tanpak lembek membesar (Anik-Yulianingsih 2019)

2.1.4 Penatalaksanaan Atonia Uteri

8
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien.
Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok
berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung pada
keadaaan klinisnya.

NO Langkah penatalaksanaan Alasan


1 Masase fundus uteri segera setelah Masase merangsang kontraksi
lahirnya plasenta(maksimal 15 uterus. Saat dimasase dapat
detik) dilakukan penilaia kontraksi uterus
2 Bersihkan bekuan darah adan Bekuan darah dan selaput ketuban
selaput ketuban dari vaginadan dalam vagina dan saluran serviks
lubang servik akan dapat menghalang kontraksi
uterus secara baik.

3 Pastikan bahwa kantung kemih Kandung kemih yang penuh akan


kosong,jika penuh dapat menghalangi uterus
dapat dipalpasi, lakukan berkontraksi secara baik.
kateterisasi menggunakan teknik
aseptik
4 Lakukan Bimanual Internal (KBI) Kompresi bimanual internal
selama 5 menit memberikan tekanan langsung pada
pembuluh darah dinding uterusdan
juga merangsang miometrium untuk
berkontraksi.
5 Anjurkan keluarga untuk mulai Keluarga dapat meneruskan
membantu kompresi bimanual kompresi bimanual eksternal selama
eksternal penolong melakukan langkah-
langkah selanjutnya
6 Keluarkan tangan perlahan-lahan Menghindari rasa nyeri

9
7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM Ergometrin dan misopostrol akan
(kontraindikasi hipertensi) atau bekerja dalam 5-7 menit dan
misopostrol 600-1000 mcg menyebabkan kontraksi uterus
8 Pasang infus menggunakan jarum Jarum besar memungkinkan
16 atau 18 dan berikan 500cc pemberian larutan IV secara cepat
ringer laktat + 20 unit oksitosin. atau tranfusi darah. RL akan
Habiskan 500 cc pertama secepat membantu memulihkan volume
mungkin cairan yang hilang selama
perdarahan.oksitosin IV akan cepat
merangsang kontraksi uterus.
9 Ulangi kompresi bimanual KBI yang dilakukan bersama
internal dengan ergometrin dan oksitosin
atau misopostrol akan membuat
uterus berkontraksi
10 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontaksiselama
1 sampai 2 menit, hal ini bukan
atonia sederhana. Ibu membutuhkan
perawatan gawat darurat di fasilitas
yang mampu melaksanakan bedah
dan tranfusi darah
11 Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kompresi uterus ini memberikan
Teruskan melakukan KBI tekanan langung pada pembuluh
darah dinding uterus dan
merangsang uterus berkontraksi
12 Lanjutkan infus RL +20 IU RL dapat membantu memulihkan
oksitosin dalam 500 cc larutan volume cairan yang hilang akibat
dengan laju 500 cc/ jam sehingga perdarahan. Oksitosin dapat
menghabiskan 1,5 I infus. merangsang uterus untuk
Kemudian berikan 125 cc/jam. berkontraksi.
Jika tidak tersedia cairan yang
cukup, berikan 500 cc yang kedua

10
dengan kecepatan sedang dan
berikan minum untuk rehidrasi

2.2 Manajemen Kosep Asuhan Persalinan (Varney)


2.2.1 Pengkajian Data Subjektif dan Objektif
A. SUBJEKTIF
1. Biodata/Identititas

Nama : Untuk identifikasi / mengenal penderita

Umur : Ibu dengan usia yang terlalu muda dan


terlalu tua serta keadaan umum ibu yang
jelek, anemis, atau menderita penyakit
menahun. Terjadinya peningkatan
kejadian atonia uteri sejalan dengan
meningkatnya umur ibu yang diatas 35
tahun dan usia yang seharusnya belum
siap untuk dibuahi. Hal ini dapat
diterangkan karena makin tua umur ibu,
makin tinggi frekuensi perdarahan yang
terjadi (Prawirihardjo, 2016).

Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang


digunakan dan bahasa apa yang
dipakai sehingga memudahkan dalam
memberikan asuhan terutama dalam
memberikan konseling

11
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang
dianutnya dalam rangka memudahkan
dalam memberikan asuhan

Pendidikan : Untuk memudahkan bidan melakukan


konseling terhadap oasien

Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien


dan keluarga, sehingga memudahkan
menghubungi suami/ keluarga

No. Telp : Untuk memudahkan menghubungi klien/


keluarga klien

2. Keluhan
Ibu dengan Atonia Uteri Akan tidak adanya Kontraksi, Perdarahan
pervaginam,Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes,
Konsistensi rahim lunak,Fundus uteri naik, Terdapat tanda-tanda syok,
nadi cepat dan lemah
3. Riwayat kehamilan yang lalu
Ibu dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun juga menjadi sebab
adanya Atonia uteri karena organ organ termasuk uterus belum kembali
sempurna
4. Riwayat Obstetri (Jika kehamilan kedua/lebih)
Ibu dengan paritas Tinggi akan menjadi salah satu factor Atonia
Uteri,karena jika melahirkan lebih dari 5x maka Rahim dan kontraksi
uterusnya menurun
5. Kegiatan terakhir
Nutrisi : dikaji ibu sudah makan dan minum atau tidak sebelum
bersalin agar tidak terjadi kekurangan tenaga saat
melahirkan
Eliminasi : dikaji ibu apakah sudah bak atau tidak karena kandung
kemih yang penuh mempengaruhi HIS

12
a. Macam Penyulit Kehamilan
Ibu yang pernah abortus, dan kelainan dalam placenta seperti placenta
previa , gemeli akan menjadi salah satu faktorAtonia uteri
b. Macam Penyulit Persalinan
Adanya retensio placenta, abrupsio placenta, perdarahan ,persalinan
lama dan partus presipitatus menjadi faktor adanya Atonia Uteri
6. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan ibu dikaji karena ibu dengan riwayat gemeli bisa
menjadi salah satu factor terjadinya Atonia uteri
 Jantung  Ginjal  Asma  Hepatitis
 DM  Hipertensi  HIV  TBC
 Gemeli

7. Riwayat operasi ataupun rawat inap di Rumah Sakit


Ibu dengan Riwayat SC Juga menjadi factor penyebab Atonia Uteri
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji
 Jantung  Ginjal  Asma  Hepatitis
 DM  Hipertensi  HIV  TBC
 Gemeli

B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Pada ibu dengan Atonia Uteri Keadaan nya lemah
karena kehilangan banyak darah saat persalinan
dengan Atonia Uteri
b. Kesadaran :Ibu dengan Atonia Kesadarannnya Apatis-
Somnolen karena Ibu sudah kehilangan banyak
darah dan syok
c. Keadaan emosional : Ibu dengan Atonia Uteri keadaan
Emosionalnya cemas ,dan termasuk pada tanda tanda syok akibat
perdarahan karena Atonia Uteri
d. TTV

13
1) TD : pada ibu dengan atonia uteri tekanan sistolik rendah
<90mmHg yang termasuk pada gejala syok akibat
perdarahan karena Adinia Uteri
2) Nadi : pada ibu dengan Atonia Uteri nadi cepat dan lemah
(110/menit atau lebih) yang termasuk pada gejala syok
akibat perdarahan karena Atinia Uteri
3) RR : pada ibu dengan Atonia uteri nafas cepat (30x/mnt atau
lebih) yang termasuk pada gejala syok akibat
perdarahan karena Atinia Uteri

2. Pemeriksaan fisik
a. Wajah : pada ibu dengan Atonia Uteri wajahnya pucat
karena sudah kehilangan banyak darah dan terjadi
syok
b. Mata : Konjungtiva pada ibu dengan atonia uteri pucat
karena tanda tanda syok akibat perdarahan
c. Abdomen : ibu dengan Atonia uteri ada riwayat bekas SC,
fundus uteri teraba semakin tinggi (naik) ,
konsistensi rahim lunak
Leopod : untuk menentukan tfu, jika tfu semakin nak maka
curiga adanya Atonia Uteri
HIS :ibu dengan Atonia Uteri yaitu his tidak ada karena
bisa disebabkan retensio placenta, partus
presipitatus , persalinan lama,kandung kemih penuh,
,bekas CS, riwayat Abortus
:
d. Ano-Genetalia
1) Keluaran : pada ibu dengan Atonia uteri mengalami
perdarahan karena Rahim tidak bisa
berkontraksi
3. Pemeriksaan Penunjang

14
a. Pemeriksaan ultrasonografi,menggambarkan keadaan janin dalam
kandungan
b. CTG : untuk memantau DJJ, pergerakan janin dan kontraksi rahim
c. Pemeriksaan laboratrium : gol.darah, Cek hemoglobin, urine (reduksi
dan protein urin)

2.2.2 Interpretasi data

Diagnosa :

GPAPAH dengan Atonia uteri

G= Gravida

P =Paritas, hamil anak ke berapa

A= Aterm , apakah persalinan sebelumnya di lahirkan cukup bulan

P =Prematur, apakah persalinan sebelumya di lahirkan prematur

A= Abortus , apakah pernah mengalami abortus

H= Hidup , berpa jumlah anak yang hidup

Masalah aktual adalah sebuah peristiwa atau hal yang benar benar
terjadi pada masa kini.

tergantung dari keluhan atau penyulit/ komplikasi ibu contoh

Keuhan/penyulit/komplikasi Masalah aktual


Atonia Uteri 1. Perdarahan pervaginam
2. Tidak ada kontraksi pada kala
III
3. Terdapat tanda tanda syok
seperti nadi cepat dan lemah,

15
tekanan sistol<90 mMHg ,
pernapasan cepat ,
4. Konsistensi rahim lunak
5. Fundus Uteri naik
2.7.1 Diagnosa potensial
Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangakaian masalah dan diagnosa yang sudah di
identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial benar-benar terjadi.

Contoh diagnosa potensial dari kasus berikut :

Keuhan/penyulit/komplikasi Diagnosa Potensial

Atonia Uteri Syok haemorage, kematian ibu

2.7.4 Antisipasi penanganan segera :


Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi dan melakukan rujukan. (Hidayat, 2016)

Contoh Antisipasi Penaganan Segera

Keuhan/penyulit/komplikasi Antisipasi Penaganan Segera


Atonia Uteri 1 Stabilisasi pasien
Untuk mengantisipasi jika terjadi
syok karena perdarahan
3 Masase fundus Uteri
Masase fundus merangsang
adanya kontraksi uterus
4 Suntik Oxitosin

16
Suntik oksitosin agar terjadi
kontraksi uterus
5 lakukan bimanual eksterna
Langkah ini kompresi
bimanual internal
memberikan tekanan
langsung pada pembuluh
darah dinding uterusdan juga
merangsang miometrium
untuk berkontraksi
6 berikan ergometrin
Berikan ergometrin 0,2 mg
IM (kontraindikasi hipertensi)
atau misopostrol 600-1000 m
7 jika placenta tidak lahir maka
lakukan rujukan
8 drip oksitosin 20 unit
dilakukan oleh dokter

2.7.5 Intervensi
Intervensi perencana adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh
tenaga kesehatan yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan.
Pengklasifikasian rencana dilakukan berdasarkan analisis kesehatan
(similiarity analysis) dan penilaian klinis (clinical judgement).
Rencana keperawatan yang bersifat multikategori
contoh intervensi :

Keluhan Intervensi
Atonia Uteri 1 Stabilisasi pasien
Untuk mengantisipasi jika terjadi syok karena
perdarahan

17
9 Masase fundus Uteri
Masase fundus merangsang adanya
kontraksi uterus
10 Suntik Oxitosin
Suntik oksitosin agar terjadi kontraksi
uterus
11 lakukan bimanual eksterna
Langkah ini kompresi bimanual internal
memberikan tekanan langsung pada
pembuluh darah dinding uterusdan juga
merangsang miometrium untuk
berkontraksi
12 berikan ergometrin
Berikan ergometrin 0,2 mg IM
(kontraindikasi hipertensi) atau
misopostrol 600-1000 m
13 jika placenta tidak lahir maka lakukan
rujukan
14 drip oksitosin 20 unit dilakukan oleh
dokter

2.7.6 Implementasi
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. (Hidayat, 2016)

Contoh implementasi :

Keluhan Implementasi
Atonia Uteri 1. Mengobservasi keadaan umum vital
sign

18
2. Mengobservasi kontraksi uterus dan
tfu

3. Mengobservasi pengeluaran
pervaginam

4. Melakukan masase uterus sampai


kontraksi keras dan ajarkan ibu dan
keluarga cara masase uterus

5. Menjelaskan kepada ibu mengenai


keadaan fisiknya secara umum dan
dukungan moril

6. Memberikan terapi uterotonika dan


antibiotika

2.7.7 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan.
Contoh evaluasi :

Keuhan/komplikasi Evaluasi
Atonia Uteri 1. Ibu dan keluarga paham tentang
keadaan nya sekarang

2. Ibu dan keluarga paham dan mau


melakukan masase uterus

19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017, persalinan, 1 rd edn, bumi medika, Jakarta , hh 1-128

Andriani, M, 2016, buku materi Atonia Uteri , vol. 1, No.1, mei 2016

Amlia, R, 2013, Persalinan normal pada ibu bersalin dengan pAtonia Uteri ,2019

Endjun, J.J. 2007. Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:


Fakultas Kedokteran UI.

Hidayat A,& Mufdlilah. 2009. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendekia


Pres.

Irwan, Ashari.Atonia Uteri . http://irwanashari.blogspot.com, diakses tanggal 9


Maret 2010. Khoman, Jhon Slamet. Perdarahan Hamil Tua dan Perdarahan
Postpartum. http://www.kalbe.co.id, diakses tanggal 9 Maret 2010.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001.
Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan Ginekologi,dan Keluarga Berencana.
Jakarta: Arcan.

Martaadisoebrata. 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Norwitz, Errol. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi kedua. Jakarta:
Erlangga.Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Edisi 1. Cetakan 4. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

20

You might also like