You are on page 1of 17

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN


DAKWAH TAJRID DAN TAJDID

DOSEN PENGAMPU : Abdul Aziz Hasan S.Pd.I., M.Pd.I.

NAMA KELOMPOK
1. Tegar Abdi Surya (20223010011)
2. Shella Asria Safitri (20223010033)
3. Ardin Achmad Junaedi (20223010034)

FAKULTAS VOKASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI


ELEKTRO-MEDIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
Kata Pengantar

‫لساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َم ُة هللاِ َو َب َر َكا‬


َّ َ‫ا‬

Segala puji bagi allah swt atas limpahan dan rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan dengan baik makalah yang berjudul “Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Dakwah Tajdrid Dan Tajdid” . Tim Penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pemurnian dan pembaharuan
Muhammadiyah.Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniakan kepada kita semua sehingga makalahini dapat kami susun melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.
Dosen pengampu kami ,Bapak Abdul Aziz Hasan S.Pd.I., M.Pd.I dan juga kepada teman
teman semua yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami,informasi dan
materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca.

Demikian makalah ini kami buat apabila terdapat keslahan pada penulisan,
ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini kami mohon
maaf.Tim penulis menerima masukan dan saran seluas luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

ُ‫ َو َعلَ ْي ُك ْم ال َّسالَ ُم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬ 


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Masalah.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
A. Pengertian Tajrid dan Tajdid..........................................................................
B. Model Tajrid dan Tajdid Muhammadiyah.....................................................
C. Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah...............................................
D. Makna Gerakan Keagamaan Muhammadiyah..............................................
E. Gerakan Tajdid pada 100 Tahun kedua..........................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................
B.Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seiring zaman semakin maju, maka banyak aliran baru yang tidaksesuai dengan
tuntunan syari’at islam. Oleh sebab itu, didalam pembahasan ini akan dijelaskan apa
pengertian tarjid dan tajdid agar umat islam memahami secara keseluruhan. Agar tidak
salah paham, ketika saudaranya melakukan suatu perbuatan yang berkaitan dengan
agama seperti wudhu orang berbeda-beda ada yang memakai madzhab imam syafi’i ada
yang memakai madzhab imam malik tidak ada permasalahdengan keduanya, mereka
saling memiliki hukum sendiri dan umat islam jika ingin mengikutinya harus
mempunyai dasar yang kuat dan pengetahuan yang luas, sehingga ketika mendapatkan
ajaran yang baru tidak kaget, karena sesuai tuntunan Al Qur’an dan Assunnah.
Serta Muhammadiyah melakukan dalam penggerakan dakwah
denganberbagai macam cara ada yang melakukan membentuk para pemuda-
pemuda dengan penghafal Al Qur’an, pemberdayaan umat kedesa-desademi
kelancaran kebutuhan hidup saudara kita yang kurang mampu dalamsegi
prekonomiannya. Oleh karena itu, orang Muhammadiyah membentukgerakan islam
dengan menanamkan cinta kepada Al Qur’an dan Assunnahserta saling tolong menolong
kepada muslim yang sangat membutuhkanbantuan dari umatnya.
Dan pada materi ini akan dijelaskan seperti apa gerakan keislaman Muhammadiyah
dan gerakan pembaharuannya dalam keislaman pada abad 100 tahun kedua, mengapa
agar umat islam mengetahui betapa pentingnya mengatur penggerakan keagamaan
islamdalah kehidupan. Semakin hari dzaman semakin maju dan
penanamanumat islam pada generasi muda semakin berkurang. Dengan
adanyamuhammadiyah, maka dibentuk dan dididik pemuda sekarang
agarmenjadi generasi yang kuat dalam keislamannya tidak mudah runtuh
islamnya ketika berhadapan dengan aliran sesat yang tidak berpegang pada tauhid dan
keimanan kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tajrid dan tajdid dalam muhammadiyah
2. Model tajrid dan tajdid muhammadiyah
3. Model gerakan keagamaan muhammadiyah
4. Makna gerakan kegamaan muhammadiyah
5. Gerakan tajdid pada 100 tahun kedua

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tajrid dan tajdid dalam muhammadiyah
2. Untuk mengetahui Model tajrid dan tajdid muhammadiyah
3. Untuk mengetahui Model gerakan keagamaan muhammadiyah
4. Untuk mengetahui Makna gerakan kegamaan muhammadiyah
5. Untuk mengetahui Gerakan tajdid pada 100 tahun kedua
PEMBAHASAN

Persyarikatan Muhammadiyah yang melintasi perjalanan usia satu abad


senantiasa bersinggungan dan memiliki kaitan dengan berbagai permasalahan yang
sedang dihadapi oleh umat manusia saat ini, baik dalam lingkup nasional maupun
global, termasuk di dalamnya dinamika kehidupan umat Islam. Posisi Muhammadiyah
dalam dinamika dan permasalahan kehidupan nasional, global, dan dunia Islam
sebagaimana digambarkan di atas dibingkai dan ditandai dengan lima peran yang
secara umum menggambarkan misi Persyarikatan. Kelima peran tersebut adalah
sebagai berikut: 
Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid terus mendorong tumbuhnya
gerakan pemurnian ajaran Islam dalam masalah yang baku (al-tsawabit) dan
pengembangan pemikiran dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang menitikberatkan
aktivitasnya pada dakwah amar makruf nahi munkar.   
Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan semangat tajdid yang
dimilikinya terus mendorong tumbuhnya pemikiran Islam secara sehat dalam berbagai
bidang kehidupan. Pengembangan pemikiran Islam yang berwatak tajdid
tersebut sebagai realisasi dari ikhtiar mewujudkan risalah Islam sebagai rahmatan lil-
alamin yang berguna dan fungsional bagi pemecahan permasalahan umat, bangsa,
negara, dan kemanusiaan dalam tataran peradaban global.
Ketiga, sebagai salah satu komponen bangsa, Muhammadiyah bertanggung
jawab atas berbagai upaya untuk tercapainya cita-cita bangsa dan Negara Indonesia,
sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Konstitusi Negara.  
Keempat, sebagai warga Dunia Islam, Muhammadiyah bertanggung jawab atas
terwujudnya kemajuan umat Islam di segala bidang kehidupan, bebas dari
ketertinggalan, keterasingan, dan keteraniayaan dalam percaturan dan peradaban
global. 
Kelima, sebagai warga dunia, Muhammadiyah senantiasa bertanggungjawab
atas terciptanya tatanan dunia yang adil, sejahtera, dan berperadaban tinggi sesuai
dengan misi membawa pesan Islam sebagai rahmatan lil-alamin.
A. Pengertian tajdid dan tajrid

Tajrid, berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan, pengungsian, pengupasan,


Pelepasan atau pengambil alihan. (Atabik Ali, 1999:410). Sedangkan tajrid dalam
bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak se populer ketika menyebut
istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah memurnikan hal-hal yang bersifat
husus. Dalam ibadah kita tajrid, hanya ikut Nabi saw. dan tidak ada pembaruan.
Sedang dalam muamalah kita tajdid, yakni melakukan modernisasi dan pembaruan.
Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar "Jaddada-
Yujaddidu-Tajdiidan" yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian dijadikan jargon
dalam gerakan pembaruan Islam agar terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan Khurafat.
At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada menghidupkan, membangkitkan
dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran tentang tiga unsur yaitu
keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian dihidupkan dan
dikembalikan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata tajdid memiliki arti
pembaruan, modernisasi, restorasi. Adapun secara istilah, sebagaimana ditegaskan
oleh Imam al-Syatibi, seperti dikutip oleh Syaikh Alawi, tajdid berarti menghidupkan
ajaran Quran dan Sunnah yang telah banyak ditinggalkan umatnya, dan memurnikan
pemahaman dan pengamalan agama Islam dari hal-hal yang tidak berasal dari Islam.
Dengan beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa tajdid adalah
mengembalikan ajaran agama Islam kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah,
karena sekarang ini ajaran Islam mengalami penyimpangan dan pencampuran dengan
pemahaman yang bukan berasal dari Islam.

B. Model Tajrid dan tajdid


Model tajrid Muhammadiyah ada hubungan, yang bersifatdialektis-
hermeneutis (hubungan timbal balikbolak balik) bukan hubunganyang bersifat
normativitas Al-Qur’an. Tajdid dalam Muhammadiyah,dimaksudkan untuk
menghidupkan kembali ajaran Al-Qur’an dan sunnahdan memerintahkan kaum
muslimin untuk kembali kepadanya. Menurut KH. Azhar Basyir,

1. Muhammadiyah memurnikan Al-Qur’an dan sunnah dalam praktik- praktik


takhayul,khurafat, dan bid’ahyang berbentuk syirik. Dengan kata lain
Muhammadiyah berkepentingan untuk Menjunjung tinggi Islam murni. Syafi’i
Ma’arif menambahkandalam rumpun tajdid ini.

2. Muhammadiyah mentasbihkan dirinya sebagaigerakan tanpa madzhab di


tengah-tengah umat Islam yang terikat madzhab.

3. inti dari pendirian Muhammadiyah oleh Kiai Dahlan sebagaimana


dikemukakan oleh KH. Suja’ adalah sebagai jawaban terhadap surat al ma’un
yang dikaikan dengan pembebasan kaum tertindasdan al -Anfal ayat 24: wahai
orang-orang yang beriman sambutlah panggilan Allah dan Rasulnya apabila kamu
dipanggil kepada apa yang dapat menghidupkan kamu, dan Muhammadiyah reputasi
sebagai gerakanyang tujuan utamanya memperbaiki kemurnian Islam melalui
kembalikepada prinsip-prinsip dasar Al-Qur’an dan Sunah.

Model gerak Muhammadiyah yang paling utama memurnikan Al-Qur’an dan


Sunnah dan menjauhi ajaran yang tidak berdasarkan kepadatuntunan Rasulullah dan
menjauhi percaya kepada Takhayul Khurufat dansyirik kepada Allah SWT. Karena
bisa menyebabkan hilanngnya keimanankita dan ketauhidan kepada sang Maha
Pencipta.

C. Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah.


Telah diuraikan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH.
Ahmad Dahlan sebagai hasil kongkrit dari telaah, dan pendalaman (tadabbur)
terhadap Al-Qur’an. Faktor inilah yang sebenarnya menjadi faktor yang paling
utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah. Adapun faktor lainnya
sebagai penunjang atau faktor pemicu sementara. Dan apa yang digerakkan oleh
Muhammadiyah semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaranIslam dalam
kehidupan yang ril dan kongkrit. Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah baik
dalam bidang pendidikan dan pengajaran,kemasyarakatan, kerumah tanggaan,
perekonomian sebagai tanda tak bisadilepaskan dari aturan-aturan Islam. 3 Dalam
memaknai Gerakan Muhammadiyah, bisa dilihat daripendirinya Ahmad
Dahlan beliau mendalami dan mentadabburi Al-Qur’an. Dan disertai penunjang
dari berbagai faktor seperti merealisasikan ajaran Islam dari pendidikan, pengajaran,
kemasyarakatan dan kerumah tanggaan dan sebagai bukti tidak bisa lepas dari
aturan Agama Allah.
Muhammadiyah sebagai gerakan dan dakwah, sudah menjadi pemahaman umum
di kalangan masyarakat, baik di dalam atau di luar Muhammadiyah. Muhammadiyah
sendiri pun menyadarinya, bahwa predikat tersebut bukanlah merupakan asumsi yang
salah. Sebab motif utama pendirian Muhammadiyah –oleh para pendirinya, yang
dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan−adalah untuk menjadi instrumen penting untuk
pelaksanaan dakwah islamiyah secara menyeluruh. Namun apa yang dilakukan dengan
dakwah Muhammadiyah bukan dakwah dalam arti sempit. Gerakan dakwah yang
dilakukan bersifat multi wajah, sebagaimana halnya Islam yang mengatur berbagai
aspek kehidupan manusia
A. Doktrin Dakwah Muhammadiyah
Membahas doktrin berarti membahas tentang normativitas sesuatu. Secara tekstual,
dakwah sering diartikan dengan mana: “mengajak” dengan beberapa derivasi
maknanya. Bagi Muhammadiyah, dakwah itu memerlukan
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk".
maka QS. Ali Imran/3:104 dapat dimaknai bahwa “dakwah” adalah
serangkaian kegiatan manajerial “pengislaman” yang dikerjakan secara sistemik,
dengan serangkaian perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
yang matang dan dapat dipertanggung jawabkan. Dakwah sebagai salah satu
komponen penting dari tindakan manusia. sebagai khalifah haruslah dikemas
sedemikian rupa sehingga dapat menawarkan sesuatu yang berarti bagi umat
manusia dalam rangka menjadikan dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah
secara ideal. Idealitas tersebut bisa dijelaskan dengan beberapa ayat al-Qur‟an
yang secara eksplisit maupun implisit menawarkan gagasan ideal tentang: input,
proses, dan output yang diharapkan Allah dalam wilayah personal, interpersonal
dan sosial, karenanya, proses dakwah di muhammadiyah merupakan serangkaian
aktivitas manusia yang diorganisasikan dalam berbagai sektor sehingga
melahirkan sebuah gerakan nyata dan dirasakan oleh masyarakat luas.Dalam
wilayah personal, Allah memperkenalkan gagasan “taqwa”, yang ketika sifat itu
melekat pada pribadi-pribadi manusia, maka akan lahirlah hamba-hamba dan
khalifah-khalifah ideal; dalam wilayah interpersonal Allah
menawarkan gagasan “ukhuwwah”, yang ketika sikap itu dimiki oleh setiap orang
dalam relasi interpersonalnya, maka akan lahir hubungan interpersonal yang ideal;
dalam wilayah sosial Allah menjelaskan gagasan “ummatan wahidah”, sebagai
produk ideal dari kesadaran untuk bertakwa pada diri manusia dan berukhuwwah
pada diri manusia dalam relasi interpersonalnya. Kesalehan personal (ketakwaan)
dalam Muhammadiyah harus dibuktikan denga keshalehan sosial. Hal inilah yang
mendasari sebelum berdirinya pimpinan Muhammadiyah di tingkat bawah (seperti
Cabang dan
Ranting) disyaratkan sebelumnya harus memilki mal sosial, baik itu majlis ta‟lim,
sekolah, panti asuhan, tempat kesehatan dan lain sebagainya. Dengan demikian
adapula yang disebut doktrin tauhid sosial dalam Muhammadiyah. Doktrin Tauhid
Sosial Salah satu peran dakwah Muhammadiyah sejak awal kelahirannya tidak
lepas dari ketegasannya dalam meluruskan aqidah umat Islam yang pada saat itu
banyak tercampuri oleh ajaran budaya lain yang dianggap bagian dari Islam,
dahlan mencoba menyampaikan risalah kebenaran ajaran Islam melalui jalur
pemurnian ajaran Islam dengan mengembalikan kepada sumber otentiknya yaitu
Al Qur‟an dan Sunnah. Namun, melewati ajaran tauhid yang bersifat personal,
Muhammadiyah juga melakukan doktrin tauhid yang bersifat sosial. Sebagai
gerakan dakwah, Muhammadiyah tidak hanya menyadarkan umat dari aspek
personal tetapi juga membangun kesadaran tauhid sosial sebagai basis dan
komitmen dakwahnya. Di dalam perjalanannya upaya untuk
mengimplementasikan atau membumikan tauhid sosial didukung oleh empat
doktrin lainnya yang juga hidup di
kalangan warga Muhammadiyah. Empat doktrin tersebut adalah:
1. Doktrin Pencerahan Umat
Para tokoh Muhammadiyah pendahulu tidak pernah bosan
meningatkan masyarakat Islam Indonesisa bahwa ilmu pengetahuan aadalah
barang kaum muslimin yang hilang yang harus direbut kembali. Itulah sebabnya,
pada tahap awal pertumbuhannya Muhammadiyah tidak langsung membangun
kongsi-kongsi dagang tetapi membangun sekolah sebanyak mungkin.
Pertimbangannya jelas yakni kebodohan telah menjadi musuh terbesar umat Islam
dan mustahil dapat membangun masa depan yang lebih baik bilamana kebodohan
dan keterbelakangan tetap saja melekat lengket
dalam kehidupan mereka.Lewat doktrin enlightment bagi umat Islam
Muhammadiyah merintis sekolah umum sebanyak-banyaknya. Bagi
Muhammadiyah, kitab kuning dan kitab putih sama pentingnya. Anjuran tokoh-
tokoh Muhammadiyah agar ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) tidak saja disalurkan
ke mesjid, tetapi kalau perlu
lebih banyak lagi yang disalurkan ke lembaga-lembaga pendidikan.
Alasannya, yakni umat Islam yang banyak memadati masjid tidak akan
pernahdapat berangkat jauh bila mereka tetap terbelenggu dalam kebodohan dan
keterbelakangan.
2. Doktrin Menggembirakan Amal Salih Doktrin “iman tanpa amal salih” bagaikan
“pohon tanpa buah” sangat dipegang oleh seluruh warga Muhammadiyah. Dalam
benak warga Muhammadiyah, fungsi organisasi antara lain adalah untuk
memobilisasi atau dalam bahasa Muhammadiyah untuk menggembirakan amal
salih kolektif
Dilihat dari perspektif ini, lahirnya muhammadiyah merupakan
terobosan besar. Sebelum muhammadiyah lahir, umat Islam sudah terbiasa
menggerakkan amal salih dalam berbagai bidang kehidupan, akan tetapi hanya
bersifat kecil-kecilan di atas inisiatif individual belaka. Setelah Muhammadiyah
lahir, kemampuan dan semangat beramal dari berbagai individu muslim
dipadukan lewat sebuah organisasi.
3. Doktrin kerjasama untuk kebajikan
“Bekerjasamalah dalam kebaikan dan taqwa dan jangan bekerjasama
dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maidah/5:2).
lapisan masyarakat untuk menegakkan kebajikan dan mencegah
kemungkaran, Muhammadiyah menghimbau para muballighin dan
muballighat-nya untuk selalu dapat bekerjasama dengan semua pihak demi
tercapainya tujuan baik bersama. Di kalangan para da‟i Muhammadiyah ada
semacam slogan hanya dengan iblis Muhammadiyah tidak dapat bekerjasama.
4. Doktrin tidak berpolitik praktisDalam mencapai cita-cita perjuangannya untuk
membangun masyarakat yang diridhoi Allah Swt., Muhammadiyah menghindari
kegiatan politik praktis. Hal ini dikarenakan Muhammadiyah dalam membangun
masyarakatnya bersifat jangka panjang. Muhammadiyah tidak ingin mengambil
short-cut atau jalan pintas politik dengan membangun kekuasaan dan berambisi
ikut berebut kekuasaan dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada.Logika
Muhammadiyah adalah dengan membina masyarakat lewat siraman nilai-nilai
Islam, Muhammadiyah berarti telah ikut mempersiapkan manusia-manusia yang
berakhlak, memegang nilai-nilai dan norma-norma moral secara kuat, sehingga
tatkala manusia-manusia tersebut masuk ke gelanggang politik praktis, mereka
tidak akan menjadi homo politikus yang mengejar kekuasaan demi kekuasaan
semata.
D. Makna Gerakan Keagamaan Muhammadiyah
Berdasarkan model gerakan keagamaan Muhammadiyah, gerakan-gerakan tersebut
memliki makna, seperti:

1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, hal ini didasari pada Muqaddimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah. Didalam MAMD terdapat beberapa unsur yang mendasari
setiap kegiatan organisasi Muhammadiyah, dan sebagai gerakan Islam hal ini didasar
oleh Surat Ali-Imran ayat 104. Didalam surat Ali-Imran ayat 104 yang memiliki arti
“dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-
orang yang beruntung”.

Tegasnya, gerakan Muhammadiyah hendak berusaha menampilkan wajah Islam dalam


wujud yang riel, kongkrit, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati
oleh umat sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin.

2. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, masih didasarkan pada Surat Ali-Imran
ayat 104 maka Muhammadiyah meletakan khittah atau strategi dasar perjuangannya,
yaitu dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau
kancah perjuangannya. Untuk mencapai setiap lini dalam masyarakat, organisasi
Muhammadiyah memiliki 7 organisasi otonom yang mewakili setiap ini.

3. Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid, seperti yang dibahas diatas bahwa Tajdid
merupakan watak dari organisasi Muhammadiyah. Organisasi Muhammadiyah sebagai
gerakan tajdid, berupaya melakukan koreksi dan evaluasi pemikiran manusia agar
sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan tidak meninggalkan
prinsip-prinsip Islam.

Secara harfiah ada perbedaan antara kata “gerak, “gerakan”, maupun


“pergerakan”. Gerak adalah perubahan sesuatu materi dari tempat yang satu ke tempat
lainnya[2], gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak, sedangkan pergerakan
adalah usaha atau kegiatan. Pergerakan identik dengan kegiatan dalam ranah sosial.
Dengan demikian, kata gerakan atau pergerakan mengandung arti, unsur, dan esensi
yang dinamis tidak statis.
Muhammadiyah merupakan organisasi pergerakan. Kader muhammadiyah di
tuntut untuk selalu bergerak dalam menyebar syariat islam yang terinspirasi dari surat
Al-Imran ayat 104. Muhammadiyah bukanlah gerakan sosial-keagamaan yang biasa.
Tetapi sebagai gerakan Islam, pergerakan organisasi terkait erat dengan perkembangan
agama Islam di Nusantara. Tidak hanya bergerak, karena setiap dakwah yang
disampaikan dan disebarkan harus berdasarkan bingkai petunjuk ajaran agama Islam:
Islam tidak terbangun sebagai asas formal (teks), tetapi menjiwai, melandasi,
mendasari, mengkerangkai, memengaruhi, menggerakan dan menjadi pusat orientasi
dan tujuan. Tidak sekadar meng-Islam KTP, menjadikannya slogan dan simbolik
belaka, tetapi menjadikannya jalan dan ruh kehidupan.
Inilah Islam yang modern, Islam yang melintasi batas-batas kaku tradisional dan
budaya, Islam yang senantiasa melangkah maju ke depan. Sebagaimana semangat
dasar gerakan Muhammadiyah dalam menyebarkan panji-panji agama Islam dan 
menghadapi pergolakan arah global dunia.
Oleh karena itu, aktor-aktor gerakan dakwah wajib masuk dalam lingkaran
organisasi agar dapat terorganisir dan memiliki power yang kuat. Sehingga, kelelahan
dan keteteran dalam menyebarkan nilai-nilai ke-Islam-an dapat teratasi sejak dini dan
secara organisatoris. Dalam hal ini, para pendahulu Muhammadiyah memaknainya
dengan kaidah fiqhiyah “ma layatim al-wajib Illa bihi da huma wajib.” Artinya:
organisasi menjadi wajib adanya, karena keniscayaan dakwah memerlukan perangkat-
perangkat organisasi
Di sisi lain, Muhammadiyah bertujuan untuk mencetak ummat terbaik atau ummat
yang unggul. Sebagaimana pokok pikiran keenam Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Disebutkan bahwa, “organisasi adalah satu-satunya alat atau cara perjuangan yang
sebaik-baiknya.”

E. Gerakan Tajdid Pada 100 Tahun Kedua


Tajdid merupakan suatu proses, yang tidak pernah berhenti. Ia akansemakin
tumbuh dan berkembang seiring dengan kehidupan ini danperkembangan
manusia pada saat ini. Di dalam pemikiran Agama tajdiddimaknai sebagai solusi
untuk mendefinisikan makna di tengah-tengahkehidupan masyarakat sebagai
Agama yang rahmatan lil alamiin.5Muhammadiyah sebagai penggerakan tajdid,
memakai tigapemikiran dalam membaca teks yakni bayani, burhani, irfani. dan
konteksagar membuahkan hasil Islam yang rahmatan lil alamiin.Dalam pemikiran
Muhammadiyah 100 tahun kedua meninjauulang paradigma yang selama ini
dipegang merupakan suatu kewajiban.Kccendrungan ini bisa dilihat dari segi identitas
yang melekat dalam ajaranMuhammadiyah yankni gerakan Islam secara murni sesuai
tuntunan Al-Qur’an dan sunnah.Muhammadiyah 100 tahun kedua, diharapkan mampu
melangkahdengan menggunakan pandangan dan strategi yang lebih tepat
sasaranserta mencapai keberhasilan dalam mewujudkan visi dan tujuan dari
mulaipandangan menengah maupun jangka panjang dengan tujuan
membentukmasyarakat Islam yang sebaik-baiknya.Gerakan Muhammadiyah dari
bayani yakni menjelaskan terkait apayang dimaksud Islam itu murni dan Agama Islam
inilah yang paling benar. Maka diajarkanlah dan dibimbing masyarakat agar
mengetahui maknakehidupan Islam yang sebenarnya sesuai kitab Suci dan al hadits.
Pada 18 November 2018 ini Muhammadiyah genap berusia 106 tahun. Secara
psikologis, usia tersebut tergolong sangat matang dan dewasa karena telah melampaui
satu abad lebih dalam berdedikasi untuk negeri sebagai gerakan dakwah amar makruf
nahi mungkar yang bervisi tajdid (pembaruan, reformasi) menuju Islam berkemajuan
di Indonesia tercinta.

Perumusan dan elaborasi Risalah Islam yang komprehensif sekaligus dapat


menjadi jawaban atas keperluan Muhammadiyah untuk memberi substansi atas slogan
al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah sebagaimana selama satu abad perjalanannya telah
menjadi ikon sekaligus tema gerakan yang nyaring. Warga Muhammadiyah
memerlukan pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai isi dan metodologi
tentang apa, kenapa, dan bagaimana caranya harus Kembali kepada Al-Quran dan As-
Sunnah (yang maqbulah).
Jika Muhammadiyah telah meneguhkan dirinya sebagai Gerakan Islam, maka
Islam yang seperti apa yang diyakini, dipahami, dan diamalkan oleh Muhammadiyah.
Pokok-pokok pikiran tentang Islam sebagaimana terkandung dalam al-Masail al-
Khamsah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Pedoman Hidup
Islami Warga Muhammadiyah, dan sebagainya merupakan materi awal dan pokok
untuk kepentingan perumusan dan penyusunan Risalah Islam tersebut.
Umat Islam lain dan pihak luar juga dapat memiliki rujukan yang jelas apa dan
bagaimana sebenarnya pandangan Muhammadiyah tentang Islam yang bersifat
komprehensif.
Kedua, mengembangkan konsep secara tuntas dan luas tentang Manhaj Tarjih
mengenai tiga pendekatan dalam memahami Islam yaitu bayani, burhani, dan irfani.
Pengembangan yang bersifat elaborasi terhadap manhaj tarjih tersebut sangat
diperlukan untuk memperluas cakrawala metodologis dalam pengembangan pemikiran
Islam di lingkungan Muhammadiyah.
Dengan paradigma purifikasi dan dinamisasi maka pengembangan atau
elaborasi pendekatan bayani, burhani, dan irfani akan menghasilkan konstruksi
metodologis yang jelas dan luas dari manhaj tarjih. Jangan biarkan di antarea warga
Muhammadiyah terjebak pada logika saling sesat-menyesatkan tanpa ilmu hanya
karena kehilangan pegangan dan perspektif mengenai metodologi pemikiran Islam
yang dipedomani dalam Muhammadiyah.
Elaborasi metodologi bayani, burhani, dan irfani juga diperukan agar diperoleh
pedoman yang jelas sekaligus menyelesaikan kontroversi pada masing-masing
pendekatan. Ketiga pendekatan yang bersifat integratif tersebut (bayani, burhani,
irfani) sebenarnya dapat memecahkan atau merupakan jalan keluar dari kebuntuan
atau ekstrimitas yang selama ini menjadi bagian yang dianggap krusial dalam dunia
pemikiran Muhammadiyah antara garis ekstrem kelompok radikal-tekstual versus
radikal-kontekstual atau kategori lain yang sejenis yang saling berlawanan secara
diametral.
Langkah yang diperlukan ialah pertama melakukan teoritisasi di mana ketiga
pendekatan tersebut ditarik ke level epistemologi agar manhaj Tarjih, Tajdid, dan
Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah memiliki bangunan epistemologis yang kokoh
dan berada dalam paradigma perspektivisme (banyak perspektif, tidak tunggal) baik
yang terintegrasi dengan ilmu-ilmu Islam klasik maupun kontemporer. Kedua,
elaborasi metodologis, yakni menurunkan kerangka berpikir pada ketiga pendekatan
tersebut ke dalam berbagai cara berpikir (metode) yang lebih detail terutama ketika
menjelaskan dimensi-dimensi ajaran Islam seperti aqidah, ibadah, akhlak, dan
mu’amalat-dunyawiyah pada tataran praksis.
Dengan demikian diperoleh perspektif pengembangan pemikiran Islam yang
komprehensif dan memiliki landasan yang kokoh dalam ajaran Islam.
Ketiga, mengagendakan tajdid di bidang dakwah, organisasi, amal usaha,
pengembangan kader dan anggota, dan berbagai model aksi gerakan agar
Muhammadiyah tampil menjadi gerakan Islam yang unggul dan bergerak di garis
depan dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan perkembangan global.
Model modernis-reformis perlu dikembangkan menjadi model transformatif
yang lebih dinamis, kaya pemikiran, dan langsung ke jantung persoalan-persoalan
struktural dan kultural dalam mencari solusi atas masalah-masalah yang terjadi dalam
masyarakat. Muhammadiyah dengan seluruh komponen dan lini organisasinya tidak
cukup memadai hanya bertahan dengan strategi dan model gerakan seperti sekarang
ini, yang cenderung formalistik, rutin, dan bertahan dengan status-quo yang dimiliki.
Muhammadiyah sebagai organisasi dituntut untuk tampil lebih reformis,
produktif, emansipatoris, dan partisipatoris di tengah lalulintas dinamika gerakan-
gerakan keagamaan dan gerakan-gerakan sosial-kemasyarakatan yang semakin
kompetitif saat ini.  Muhammadiyah bahkan perlu memiliki militansi yang lebih kuat
agar kebesaran dirinya tidak kalah lincah dan dinamis dari gerakan-gerakan lain di
negeri ini, yang dalam bahasa Pak AR Fakhruddin (Allahu yarham) tidak menjadi
gajah bengkak yang besar tetapi lambat bergerak.
Di abad ke-2-nya, Muhammadiyah harus berfikir keras untuk merumuskan
gerakan tajdid kembali, sebagai formulasi perjuangan membangun peradaban.
Rumusan tajdid baru inilah yang kemudian di abad kedua menjadi fokus perjuangan
Muhammadiyah dalam tataran nasional dan masyarakat global. Oleh sebab itu,
mungkin yang perlu dipertimbangakan dalam menyusun agenda tajdid abad ke-2 ini
yaitu; Pertama, penegasan kebangsaan bahwa Indonesia sebagai darul ahdi wa
syahadah pada Muktamar ke-47 di Makasar lalu harus disistematisasikan. Hal ini
menimbang bahwa, konsep demokrasi di Indonesia tidak sepenuhnya berjalan baik.
bahwa sesungguhnya kehidupan di dunia ini, kita tidak benar-benar bebas dari
cengkraman dan target ‘kaum fir’aun’ dan ‘abu lahab’. Sependapat dengan buya Syafii
maarif, bahwa Muhammadiyah harus menjadi penentu dalam perjalanan demokrasi di
Indonesia. Langkah untuk menjadi penentu perjalanan bangsa harus mensisematiskan
gerakan tajdid baik dalam bidang politik dan ekonomi, sebagai formulasi perjuangan
Muahammadiyah abad ke-2. Kedua, dalam dunia Internasional, Muhammadiyah harus
menggaungkan suaranya untuk peradaban dunia yang lebih baik lagi. Misalnya khusus
untuk umat muslim di dunia, untuk mempersatukan kalender hijriyah, Muhammadiyah
telah tampil menawarkan konsep hisab dalam penetapan kalender hijriyah
internasional. Secara umum dalam dunia Internasional Muhammadiyah agaknya perlu
merumuskan agenda tajdid-nya dalam bersuara di dunia Internasional. Apa yang
dilakukan pak Din Syamsudin agaknya patut diteruskan membuka forum dialog
perdamaian antar umat agama di dunia internasional. Jika kedua agenda tajdid
Muhammadiyah abad ke-2 ini berjalan, maka dapat dibenarkan pandangan pengamat
bahwa Muhammadiyah organisasi terbesar yang membawa pengaruh di tingkat
nasional maupun Internasional.
Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwasannya tajrid, menurut Muhammadiyah pemurnian


adapun dari segi tajdid pembaharuan yang dimana Muhammadiyah membentuk
gerakan Islam yang tidak bertentangan dengan Agama Allah dan mengikuti tuntunan
Al-Qur’an dan sunnah. Dan KH. Ahmad Dahlan mengembalikan ajaran agama islam
yang duludilupakan oleh umat islam sehingga umatnya melupakan aturan-
aturanIslam dan Gerakan Muhammadiyah selalu berpegang pada Al-Qur’an dan
sunnah. Serta Gerakan Muhammadiyah menjauhi perbuatan takhayul, kahurofat,
dan syirik kepada Allah SWT.

Saran Dan Kritik

Pada kesimpulan diatas bahwasannya tajrid yaitu pemurnian keimanan dan


ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena jika kita tidak mmeurnikan hati kita maka
akan menjadi kotot seperti hati yangtidak pernah disirami dengan menyebut nama
Allah SWT. Adapun tajdid yaitu pembaharuan, seperti disekolah sudah lengkap
fasilitasnya dengan adanya fasilitas itu di perbaharui lagi agar semakin kuat rasa
keimanan dan ketaqwaan kita kepada sang Maha Pencipta. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan selalu perbaharuilah hati kita, niat kita dan rubahlah
caraberdakwah kita dengan sikap lemah lembut tanpa ada rasa kebencian dan
kesombongan kepada orang-orang Islam.
Daftar pustaka:

-Pengertian dan model Tajrid dan tajdid (2016)


https://123dok.com/document/qm0vlowy-pengertian-dan-model-tajrid-dan-tajdid.html
-Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan tajrid (2020)

https://subair3.wordpress.com/2020/11/25/muhammadiyah-sebagai-gerakan-
islam-yang-berwatak-tajdid-dan-tajrid/
- Makalah Takhrij dan tajdid
http://nurulchoziyah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-takhrij-dan-tajdid_56.html
-Nasir Haidar , Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Surya Sarana Yogyakarta:
2010. Moh.
-Kamal Musthafa Pasha, Adaby Ahmad Darban. Muhammadiyah Sebagai
GerakanIslam, Pustaka SM Yogyakarta: 2005-2009
-Rais Amin, Visi dan Misi Muhammadiyah, 1998.

You might also like