You are on page 1of 32

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HALUSINASI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II
dengan dosen pembimbing Ns. Stephanus Prihasto, S. Kep

Disusun oleh:

1. Anastasia Yovi 30120118003


2. Debora Sari A.S 30120118007
3. Farida 30120118011
4. Indah Simajuntak 30120117044
5. Martha Br Manalu 30120118030
6. Mercy Maria 30120118031

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes SANTO BORROMEUS
Jl. Parahyangan Kav. 8 Blok B/1, Kota Baru Parahyangan,
Kab Bandung Barat Jawa Barat 40213
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah kami ini membahas tentang
“Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi” tujuan penulisan ini untuk mengetahui dan
mempelajari hal tersebut.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun
inspirasi dalam pembelajaran pembaca dan hidup pembaca.

Penulis

Padalarang, 25 September 2020

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa ialah suatu keadaan status mental yang positif, dengan
kemampuan koping yang baik terhadap stressor dalam kehidupan normal, juga
kemampuan untuk bekerja secara produktif. Kesehatan jiwa seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu: kondisi fisik, kondisi perkembangan mental dan kondisi
dilingkungan sosial. Ketidakseimbangan pada salah satu dari ketiga faktor tersebut
dapat mengakibatkan gangguan jiwa.
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus
tersebut (Nanda-1, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damaiyanti, 2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara(Kusumawati & Hartono, 2012).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam studi kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran terintegrasi dengan keluarga

3
C. Tujuan
1. Untuk melakukan pengkajian terhadap pasien dan keluarga dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dan keluarga dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
3. Untuk menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dan keluarga dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
4. Untuk melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dan keluarga dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
5. Untuk mengevaluasi pada pasien dan keluarga dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, memberi persepsi yang salah satu atau pendapat tentang sesuatu
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia
untuk membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal
(Trimelia, 2011).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa adanya stimulus yang nyata
(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua sistem penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi
adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang salah
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.

B. Proses terjadinya halusinasi


Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress
adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis:

5
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang menjadi korban, pelaku
maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari
orang-orang disekitar atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial
ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari
lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali
memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernah mengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau
adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan
atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
c. Stress Lingkung
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
d. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stress. (Prabowo, 2014)
e. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang

6
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan nyata dan tidak.
f. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
g. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi
dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
h. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak
jarang akan mengotrol semua perilaku klien
i. Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang
lain individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu
proses interakasi yang menimbulkan pengalaman.nterpersonal yang

7
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien
selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
j. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu.
(Damaiyanti, 2012)
C. Rentang respon halusinasi

Respon adaptif Respon Maladaptif

a. Pikiran logis a. Pikiran a. Kelainan


b. Persepsi terkadang pikiran
akurat menyimpang b. Halusinasi
c. Emosi b. Ilusi c. Tidak mampu
konsisten c. Emosional mengontrol
dengan berlebihan/ emosi
pengalaman pengalaman d. Ketidak
d. Perilaku kurang teraturan
sosial d. Perilaku e. Isolasi sosial
e. Hubungan ganjil
sosial e. Menarik diri

Keterangan :

1. Respon adaptif

8
Respon yang dapat di terima norma-norma sosial budaya yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif meliputi :
a. Pikiran logis : pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat : pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman : perasaaan yang timbul dari pengalaman
ahli
d. Perilaku sosisal : sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
e. Hubungan sosial : proses suatu interaksi dengan orang lain dengan lingkungan.
2. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi :
a. Proses pikir terganggu : proses pikir yang menimbukan gangguan.
b. Ilusi : penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-benar terjadi (obyek
nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi yang berlebihan dan kurang nya pengalaman.
d. Perilaku tidak biasa : sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
e. Menarik diri : percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3. Respon maladaptif
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosisal budaya dan lingkungan
Respon maladaptif meliputi :
a. Kelainan pikiran : keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi : persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
c. Tidak mampu mengontrol emosi : kerusakan proses emosi perubaha sesuatu
yang timbul dari hati.
d. Ketidak teraturan : perilaku yang tidak terorganisir merupakan sesuatu yang
tidak teratur.

9
e. Isolasi sosial : kondisi yang dialami oleh individu dan diterima sebagai
ketentuan orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

D. Jenis halusinasi

Menurut stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusianasi antara lain:

1. Halusianasi pendengaran (auditorik)


Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geonetrik, gambaran kartun dan panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusianasi penghidu
Karakteristiknya ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan
seperti: darah, urine, atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa situmulus
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang buruk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa darah seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenestetik
Karakteristik ditadai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
fena tau arteri, makan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kingesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

10
E. Penatalaksanaan Medis
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusmawadi & Hartono (2010)
adalah sebagai berikut :
1. Anti Psikotik
Jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP)
Mekanisme Kerja : Menahan kerja reseptor dopamine dalam otak,
sebagai penenang, penuun aktifitas motoric, mengurangi insomnia, sangat
efektif untuk mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan proses
berfikir.
Efek Samping :
a. Gejala ekstrapiramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur condong
kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, sakit kepala dan
kejang
b. Gastrointestinal seperti mulut kering, anoreksia, mual, muntah, berat
badan bertambah.
c. Sering berkemih, retensi urine, hipertensi, anemia dan dermatitis
2. Anti Ansietas
Jenis : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)
Mekanisme Kerja : Meredakan ansietas atau ketegangan yang
berhubungan dengan situasi tertentu
Efek Samping :
a. Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih, depresi,
sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara tidak jelas
b. Anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, kemerahan dan gatal – gatal.

3. Anti Depresan
Jenis : Elavil, asendin, anafranil, norpamin, sinequan,
tofranil, Iudiomil, pamelor, vivactil, sumortil.
Mekanisme Kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang

11
Efek Samping :
a. Tremor, gerakan tersentak – sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas,
lemas dan insomnia
b. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram abdomen, diare,
hepatitis, icterus
c. Retensi urine, perubahan libido, disfungsi ereksi
4. Anti Manik
Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal
Mekanisme Kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi
sensivitas reseptor dopamine
Efek Samping : Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori,
suara tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi.
5. Anti Parkinson
Jenis : Levodova, trihexipenidyl (THP)
Mekanisme Kerja : Meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi
gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik, menurunkan
ansietas, iritabilitas.
Efek Samping : Sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi
F. Tanda dan Gejala

Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin


muncul yaitu:

a. Menarik diri
b. Tersenyum sendiri
c. Duduk terpaku
d. Bicara sendiri
e. Memandang satu arah
f. Menyerang
g. Tiba-tiba marah
h. Gelisah.

12
G. Konsep Askep
A. Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu:
1) Faktor predisposisi
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari pasien
maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan, sosialkultural, biokimia,
psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat di bangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu akan mengelami stress dan kecemasan.
b. Faktor sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyembabkan seseorang merasa di
singkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya
stress yang berlebihan di alami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neokimia seperti buffofenon dan di
metytranferase (DMP).
d. Faktor fisikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang
bertentangan dan sering di terima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientsi realitas.
e. Faktor genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menujukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.

13
2. Faktor presipitasi
Yaitu stimulus yang di presebsikan oleh individu sebagai tantangan,
acaman/tuntutan yang memerlukan energi ektra untuk koping. Adanya ransangan
lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama
diajak komunukasi, objek yang ada di lingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah
sering sedbagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat
meningkatkan stress dan kecemasan yang meransang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik.

3. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan yidak
nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah
halusinasi terlandaskan atas hakekat keberadaan seseorang individu sebagai
mahkluk yang dibanggun atas unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga
halusinasi dapat di lihat dimensi yaitu:
a. Dimensi fisik
Manusia di bangun oleh sistem indra untuk menanggapi ransang
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan
oleh beberapa kondisi fidik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan
obat-obatan, deman hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk
tidur dalam waktu yang lama.

b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problame yang tidak dapat di
atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah maksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kodisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakuta tersebut.

14
c. Demensi interlektual
Dalam dimensi interlektual ini menerangkan bahwan individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanyan penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaab
yang dapat menggambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua prilku klien.

d. Dimensi sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukan adanya
kecenderunggan untuk menyendiri. Indvidu asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, konrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata.
Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan linggkungan dan halusinasi tidak berlangsungan.

e. Dimensi spiritual
Manusia di ciptakan tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada
individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses di atas tidak terjadi,
individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem
kontrol dalam individu tersebut, saat haulusinasi menguasai dirinya individu
kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

15
f. Sumber koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu
dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping di
lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah, dukungan sosial dan kenyakinan budaya, dapat membuat seseorang
mengintegrasikan pengelaman yang menimbukan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil.

g. Mekanisme koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesain masalah lansung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindunggi diri.

H. Askep kasus

Data Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1.1. Pengkajian Klien
I. Identitas Klien
Nama : Tn. H
Umur : 34 Tahun
Informan : Keluarga
Pendidikan : SD
Tanggal Pengkajian : 28 Maret 2019

II. Alasan Masuk


Kelarga mengatakan Tn. H mengalami mesalah kesehatan jiwa ± 17 tahun yang
lalu. Saat ini klien sudah jarang mendengar suara-suara bisikan serta klien rutin
mengkonsumsi obat yang diberikan.

16
III. Faktor predisposisi
a. Pasien mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pernah masuk RSJD sebelumnya
b. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
c. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
d. Pengalaman masa lalu yang menyenangkan

IV. Fisik
a. Keadaan umum : compos menthis
b. Tanda vital : N:90x/i S: 36⁰C P:20x/I TD:90/70mmHg
c. Ukur : TB:172 cm BB:53 kg

V. Psikososial
1. Genogram
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Tn. H mengatakan menyukai semua bagian anggota tubuhnya.
b. Identitas : klien seorang laki-laki berusia 34 tahun dan merupakan anak ke
tiga.
c. Peran : klien berperan sebagai seorang anak dan kini klien hanya
beraktivitas di rumah saja.
d. Ideal diri : klien mengatakan ingin sembuh
e. Harga diri : klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti : orang tua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien dan keluarga
mengatakan klien tidak memiliki kegiatan kelompok dalam masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien mengatakan tidak
memiliki masalah hubungan dengan orang yang disekitarnya dan orang
dilingkungannya memahami tentang penyakit yang klien miliki.
4. Spiritual dan kultural

17
a. Nilai & keyakinan : klien beragama islam, klien mengatakan orang-orang
dilingkungannya memahami tentang penyakit yang dimilikinya.
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan terkadang ia melakukan sholat
5. Status mental
a. Penampilan : klien berpenampilan sesuai, rapi dan bersih
b. Pembicaraan : klien saat diajak berbicara, berbiara lambat dengan nada
lemah dan terkadang suka berbicara ngelantur.
c. Aktivitas motorik : klien terlihat lesu
d. Alam perasaan : klien mengatakan perasaannya biasa-biasa saja
e. Afek : klien terlihat menunjukkan reaksi emosi ketika ditanya tentang
kegiatan sehari-harinya
f. Interaksi selama wawancara : selama wawancara kontak mata klien kurang
g. Persepsi : klien mengatakan mendengar suara seperti mau perang, suara itu
terkadang muncul saat klien sedang sendirian.

1.2. Pengkajian Keluarga


I. Identitas Keluarga
Nama : Tn. M
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Jalan Jambu 7 RT. 06
Penghasilan : Rp 500.000 – Rp 1.000.000
Daftar Anggota :

No Nama Jenis Hubungan Usia Pendidikan Pekerjaan


Kelamin Keluarga
1 Tn. M Laki – laki Suami 68 th SMP Wiraswasta
2 Ny. H Perempuan Istri 61 th SD IRT
3 Tn. H Laki – laki Anak 34 th SD Tidak

18
Bekerja
4 Tn. I Laki – laki Anak 24 th SMA Tidak
Bekerja

B. Analisa Data

No Data Pengkajian Masalah Keperawatan


1 DS :
1. Klien mengatakan belummendengar
suara-suara bisikan. Gangguan persepso sensori :

2. Keluarga klien mengatakan klien sering halusinasi


berbicara sendiri.

DO :
1. Klien kooperatif.
2. Kontak mata kurang saat berbicara
3. Klien berpenampilan susair, rapid an
terlihat bersih
4. Saat diajak bicara, klien berbicara
lambat dengan nada lemah dan
terkadang suka berbicara ngelantur

C. Rumusan Masalah
1. Masalah Keperawatan
Gangguan persepsi sensori halusinasi
2. Diagnose Keperawatan
Diagnose keperawatan yang muncul pada klien berdasarkan data pengkajian
yang didapt yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi

D. Tindakan Keperawatan Pada Pasien

19
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien

Tujuan Tindakan Strategi Tindakan keperawatan


pelaksanaan
1. Klien dapat SP 1 1. SP 1: membantu klien mengenal
mengenali halusinasi, menjelaskan cara
halusinasi mengontrol halusinasi, mengajarkan
yang klien mengontrol hulusinasi dengan
dialaminya. menghardik halusinasi,
SP 2
2. Klien dapat
mengontrol 2. SP 2 : melatih klien mengontrol
halusinasinya halusinasi dengan bercakap-cakap
SP 3
, bersama orang lain
3. Klien
mengikuti 3. SP 3 : melatih klien mengontrol

program halusinasi dengan melaksanakan


SP 4
pengobatan aktivitas terjawal

secara
optimal
4. SP 4 : melatih klien minum obat secara
teratur.
1

E. Intervensi Keperawatan Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


Keperawatan
28 maret Ganggan Klien dapat 1. Melakukan 1. Melakukan S:
2019 persepsi membina BHSP dengan BHSP dengan - Klien
(hari1) sensori : hubungan keluarga keluarga dan k menngatakan
halusinasi saling lien namanya Tn. H
pendengaran 2. Perkenalkan diri 2. Memperkenalka - Klien

20
percaya dengan sopan n diri mengatakan
3. Jelasan tujuan 3. Menjelaskan dirinya hanya
pertemuan tujuan di rumah saja
pertemuan - Klien
keluarga mengatakan
Klien dapat Melakukan SPIP
dengan klien kadang
mengenal gangguan persepsi mendengar
halusinasinya sensori : halusinasi
suara seperti
pendengaran ada mau
4. Identifikasi 4. Menanyakan
perang, suara
jenis halusinasi jenis halusinasi
itu munculnya
klien apa yang klien
pada saat
5. Identifikasi isi rasakan
sendirian
halusinasi klien 5. Menanyakan O:
6. Identifikasi bagaimana isi
- Klien
waktu halusinasi klien
kooperatif
halusinasi klien 6. Menanyakan - Klien
7. Identifikasi kapan waktu
mampumenyeb
nfrekuensi halusinasi klien
utkan apa yang
halusinasi klien 7. Menanyakan dia alami
8. Identifikasi berapa
situasi yang frekuensi
P:
dapat halusinasi klien
Klien :
menimbulkan 8. Menanyakan
Ajarkan klien cara
halusinasi klien bagaimana
mengontrol
9. Identifikasi situasi yang
halusinasi dengan
respon klien dapat
menghardik
terhadap menimbulkan
Perawat :
halusinasi klien halusinasi klien
Lanjutkan SPIP
9. Mengidentifikas
halusinasi pada

21
i respon klien pertemuan
terhadap berikutnya.
Kurangnya halusinasi klien
pengetahuan Keluarga
keluarga mampu Melakukan SPIK S:
dalam memahami gangguan persepsi Keluarga
mengenal pengertian sensori : halusinasi mengatakan
masalah halusinasi, pendengaran bahwa mengerti
jenis 1. Diskusikan 1. Mendiskusikan tentang pengertian
halusinasi masalah yang masalah yang halusinasi, jenis
yang dialami dirasakan oleh dirasakan oleh halusinasi
yang
klien, tanda keluarga dalam keluarga dalam dialami klien,
dan gejala merawat klien merawat klien tanda dan gejala
halusinasi, 2. Beri pendidikan 2. menjelaskan halusinasi, serta
serta proses kesehatan pengertian proses terjadinya
terjadinya tentang halusinasi, jenis halusinasi

halusinasi pengertian halusinasiyang


halusinasi, jenis dialami klien, O :
halusinasi yang tanda dan Keluarga mampu
dialami klien, gejala mengulangi yang
tanda dan gejala halusinasi, serta telah perawat
halusinasi, serta proses jelaskan
proses terjadinya
terjadinya halusinasi A:
halusinasi SPIK halusinasi
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan SPIK
halusinasi

22
29 maret Gangguan Klien dapat Melakukan SPIP S:
2019 persepsi mengontrol gangguan persepsi - Klien
(hari2) sensori halusinasinya sensori : halusinasi mengatakan
halusinasi pendengaran mampu dan
1. Mengajarkan
pendengaran 1. Ajarkan klien mau berlatih
klien cara
menghardik cara
menghardik
halusinasinya menghardik
halusinasi
2. Anjurkan klien halusinasi
2. Menganjurkan
memasukan ara - Klien
klien
menghardik ke mengatakan
memasukkan
dalam kegiatan akan
cara
harian memasukkan
menghardik ke
cara
dalam kegiatan
menghardik ke
harian
dalam kegiatan
hariannya
O:
Klien mampu
mempraktikkan
cara menghardik
halusinasi
A:
SPIP halusinasi
teratasi
P:
Klien :
Evaluasi
kemampuan klien
dalam

23
menghardik
halusinasi
Perawat :
Lanjutkan SP2P
halusinasi pada
pertemuan
berikutnya
30 maret Gangguan Klien dapat Melakukan SP2P S:
2019 persepsi mengontrol - Klien
(hari3) sensori halusinasinya mengatakan
halusinasi gangguan persepsi mampu
pendengaran sensori : halusinasi mengendalikan
pendengaran halusinasi
1. Evaluasi jadwal dengan cara
1. Mengevaluasi
kegiatan harian yang kedua
jadwal
klien yaitu bercakap-
kegiatan klien
2. Latih klien cakap
2. Melatih klien
mengendalikan - Klien
mengendalikan
halusinasi mengatakan
halusinasi
dengan cara akan
dengan
bercakap-cakap memasukkan
bercakap-
dengan orang cara
cakap
lain mengendalikan
3. Menganjurkan
3. Anjurkan klien halusinasi
klien
memasukkan dengan cara
memasukkan
kedalam bercakap-cakap
bercakap-
kegiatan harian ke dalam
cakap kedalam
klien kegiatan
kegiatan harian
hariannya.
klien

24
O:
Klien mampu
mempraktikkan
cara
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakap-
cakap
A:
SP2P halusinasi
teratasi
P:
Klien :
Evaluasi
kemampuan klien
cara
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakap-
cakap
Perawat :
Lanjutkan SP3P
Ketidakmam Keluarga halusinasi pada
puan anggota dapat Melakukan SP2K pertemuan
keluarga mengendalik ganguan persepsi berikutnya
dalam an halusinasi sensori : halusinasi
merawat dengan cara pendengaran S:
1.Melatih keluarga
anggota menghardik 1. Latih keluarga Keluarga
mempraktikkan
keluarga suara, kedua mempraktikkan mengatakan telah
cara merawat klien
yang sakit berbicara cara merawat klien mengerti dan bisa

25
dengan orang dengan halusinasi. dengan halusinasi dalam cara
lain 2. Latih keluarga 2. Melatih merawat klien
melakukan cara keluarga dengan halusinasi
merawat melakukan cara
alangsung kepada merawat langsung O :
klien halusinasi kepada klien Klien mampu
halusinasi mempraktikkan
cara merawat
klien dengan
halusinasi

A:
SP2K halusinasi
teratasi

P:
Lanjutkan SP3K
halusinasi pada
pertemuan
berikutnya
31 maret Gangguan Klien dapat Melakukan SP3P S:
2019 persepsi mengontrol gangguan persepsi Klien mengatakan
(hari4) sensori halusinasinya sensori : halusinasi mampu
halusinasi pendengaran mengendalikan
1. Mengevaluasi
pendengaran 1. Evaluasi jadwal halusinasi dengan
jadwal kegiatan
kegiatan harian cara yang ke tiga
harian klien
klien yaitu dengan cara
2. Melatih klien
2. Latih klien melakukan
mengendaikan
mengendalikan kegiatan harian
halusinasi
halusinasi O:

26
dengan cara dengan cara Klien mampu
melakukan me;akukan mempraktikkan
kegiatan kegiatan cara
3. Anjurkan klien 3. Menganjurkan mengendalikan
memaskkan ke klien halusinasi dengan
dalam jadwal memasukkan ke cara melakukan
kegiatan harian dalam jadwa kegiatan seperti
kegiatan harian menonton tv dan
membantu
anggota keluarga
yang ada dirumah
A:
SP3P halusinasi
teratasi
P:
Klien :
Evaluasi
kemampuan klien
dalam melakukan
kegiatan
hariannya
Perawat :
Lanjutkan SP4P
halusinasi pada
pertemuan
berikutnya
01 maret Gangguan Klien dapat Melakukan SP4P S:
2019 persepsi memanfaatka gangguan persepsi Klien mengatakan
(hari5) sensori n obat sensori : halusinasi mau minum obat
halusinasi

27
pendengaran dengan baik pendengaran 1. Mengevaluasi secara teratur
1. Evaluasi jadwal jadwal kegiatan O:
kegiatan 2. Memberikan Klien terlihat
2. Berikan pendidikan minum obat
pendidikan kesehatan secara teratur
mengenai mengenai A:
penggunaan penggunaan SP4P halusinasi
obat secara obat secara teratasi
teratur teratur P:
3. Anjurkan klien 3. Menganjurkan Klien :
memasukkan ke klien anjurkan klien
dalam jadwal memasukkan ke memasukkan
kegiatan harian dalam jadwal semua
kegiatan harian kemampuan yang
sudah dilatih ke
dalam jadwal
kegiatan
hariannya
Perawat :
- Evaluasi jadwal
kegiatan harian
klien
- Evaluasi SP1P
halusinasi
- Evaluasi SP2P
halusinasi
- Evaluasi SP3P
halusinasi
- Evaluasi SP4P

28
halusinasi
- Anjurkan klien
memasukkan
semua
kemampuan
yang sudah
dilatih dalam

Ketidakmam jadwal kegiatan

puan anggota Keluarga hariannya dan

keluarga paham Melakukan SP3K dilakukan setiap

dalam tentang cara gangguan persepsi hari

merawat merawat sensori : halusinasi


1.Membantu S:
anggota klien dengan pendengaran
keluarga gangguan 1.Bantu keluarga keluarga membuat -Keluarga

yang sakit persepsi membuat jadwal jadwal aktivitas mengatakan telah


dirumah termasuk bisa membuat
sensori : aktivitas dirumah
halusinasi termasuk minum minum obat jadwal aktivitas

obat 2. Membantu klien


pendengaran
2. Bantu keluarga keluarga -Keluarga

mengontrol mengontrol mengatakan

halusinasi klien halusinasi klien mengerti jadwal

dengan minum dengan minum minum obat klien

obat secara teratur obat secara teratur yaitu pagi jam


dan masukan dan masukkan 08.00 setelah

dalam jadwal dalam jadwal makan dan malam

kegiatan harian kegiatan harian. jam 20.00


Sebelum tidur,
denagn dosis obat
½ tablet obat
clorilex untuk

29
mengurangi
halusinasi yang
terjadi dan 1
tablet risperidone
untuk membantu
berfikir jernih dan
rileks dan tegang
serta marah
berkurang dan
sudah
memasukannya ke
dalam jadwal
kegiatan harian
klien.

O:
Klien terlihat
mampu membuat
jadwal kegiatan
harian

A:
SP3K halusinasi
teratasi

P:
-Evaluasi SP1K
-Evaluasi SP2K
Evaluasi SP3K
02 maret Gangguan Klien dapat Melakukan SP4P S:

30
2019 persepsi mengontrol gangguan persepsi Klien mengatakan
(hari6) sensori halusinasinya sensori : halusinasi mampu
halusinasi pendengaran melakukan cara
pendengaran 1. Evaluasi jadwal 1. Mengevaluasi mengendalikan
kegiatan harian jadwal halusinasi dengan
klien kegiatan harian cara menghardik,

2. Evaluasi SP1P klien bercakap-cakap


3. Evaluasi SP2P 2. Mengevaluasi dengan orang lain,
4. Evaluasi SP3P SP1P melakukan
5. Evaluasi SP4P 3. Mengevaluasi kegiatan harian,
6. Beri tanda pada SP2P dan minum obat
jadwal kegiatan 4. Mengevaluasi secara teratur.
kemampuan SP3P O:
yang sudah 5. Mengevaluasi - Klien mampu
dilatih SP4P
mempraktekkan
7. Anjurkan klien 6. Meminta klien
kembali cara-
memasukkan memberi tanda
cara
semua pada kegiatan
mengendalikan
kemampuan yang sudah ia
halusinasi
yang sudah lakukan
dengan benar
dilatih dalam 7. Menganjurkan
dan mampu
jadwal kegiatan klien
memasukkan ke
memasukkan
dalam jadwal
semua
kegiatan
kemampuan
hariannya
yang sudah
- Jadwal kegiatan
dilatih dalam
harian sudah
jadwal
banyak terisi
kegiatan
dengan tanda
hariannya dan

31
dilakukan centang
setiap hari. A:
SP pasien teratasi

P:
Klien :
Menganjurkan
klien untuk tetap
melakukan cara-
cara
mengendalikan
halusinasi seperti
yang sudah dilatih

Kesimpulan
Halusinasi pendengaran setelah dilakukan strategi pelaksanaan halusinasiselama
6 hari dan setiap hari dilakukan terapi ± 30 menit dan dievaluasi didapatkan
hasil yang meningkat disbanding sebelum dilakukan intervensi baik pada klien
dan keluarga klien

32

You might also like