Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan KDP
Laporan Pendahuluan KDP
Tugas Mandiri
Disusun Oleh:
2210149011541
Mengetahui,
(………………………….…) (………………………….…)
BUKITTINGGI
TA 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
Tugas Mandiri
Disusun Oleh:
2210149011540
Mengetahui,
(………………………….…) (………………………….…)
BUKITTINGGI
TA 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusiamemerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tandakesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktivitasseperti berdiri, berjalan dan bekerja. Aktivitas
fisik yang kurang memadaidapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem
muskuloskeletalseperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga
menyebabkanketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.(Towarto, Wartonah 2007)
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkanuntuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihandapat memelihara pergerakan dan
fungsi sendi sehingga kondisinya dapatsetara dengan kekuatan dan fleksibilitas
oto.(Towarto, Wartonah 2007)
B. Fisiologi Pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistemskeletal,
otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan
mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapatdianggap sebagai satu unit fungsional.
Sistem skeletal berfungsimenyokong jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh yang
lunak, sebagaitempat melekatnya otot dan tendon, sebagai sumber mineral dan
berperandalam proses hematopoeisis (proses pembentukan dan perkembangan sel-sel
darah). Sedangan otot berperan dalam proses pergerakan,memberi bentuk pada postur
tubuh,dan memproduksi panas melalui aktivitaskontraksi otot. (Potter dan Perry, 2005)
Pengaturan pergerakan dapat dibedakan menjadi gerak yang disadari atauvolunter,
dan gerak yang tidak disadari atau involunter atau yang disebutdengan refleks. Proses
gerak yang disadari mekanismenya melalui jaluryang panjang mulai dari reseptor, saraf
sensorik, kemudian dibawa ke otakuntuk selanjutnya diasosiasi menjadi respons yang
akan dibawa oleh sarafmotorik dan efektor. Sedangkan gerakan refleks atau involunter
berjalandengan sangat cepat dan respons terjadi secara otomatis terhadaprangsangan,
tanpa memerlukan kontrol dari otak. (Tarwoto dan Wartonah,2006)
C. Nilai Nilai Normal
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat Aktivitas / Mobilisasi Kategori
Mampu merawat diri sendiri secara
Tingkat 0
penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaaan alat
Memerlukan bantuan atau
Tingkat 2
pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan
Tingkat 3
orang lain dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan aktivitas dan latihan adalah
rasa nyeri, lemas, pusing, mengeluh sakit kepala berat, badan terasa lelah, muntah
tidak ada, mual ada, bab belum lancar terdapat warna kehitaman dan merah segar
hari belum bab, urine keruh kemerahan, parese pada ekstermitas kanan ataupun
fraktur.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
nyeri/fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap
klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya nyeri/fraktur tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi
apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti saat ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Perlu dikaji penyakit riwayat keluarga yang berhubungan dengan penyakit
tulang atau tidak. Penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic
e. Riwayat kesehatan lingkungan klien
f. Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari
atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan
keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah
meninggal dunia serta pasien yang sakit.
3. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
a. Persepsi Terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan
1) Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit dan selam
sakit
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan selam
sakit
3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
b. Pola Aktivitas Dan Latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi,
mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga, serta berikan
keterangan skala dari 0 – 4 yaitu :
0 : Mandiri
1 : Di bantu sebagian
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang dan peralatan
4 : Ketergantungan / tidak mampu
c. Pola Istirahat Tidur
Ditanyakan :
1) Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
2) Sonambolisme
3) Kualitas dan kuantitas jam tidur
d. Pola Nutrisi - Metabolic
Ditanyakan :
1) Berapa kali makan sehari
2) Makanan kesukaan
3) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
4) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
e. Pola Eliminasi
1) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
2) Nyeri
3) Kuantitas
f. Pola Kognitif Perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
g. Pola Konsep Diri
1) Gambaran diri
2) Identitas diri
3) Peran diri
4) Ideal diri
5) Harga diri
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit berat, keadaan umum tampak lemah, kesadaran compos mentis
mengarah apatis, Tekanan darah mmHg, suhu tubuh …O◦C, pernapasan ..x/menit,
nadi ..x/menit (regular), GCS : E=.. M=… V=.., BB ( sakit ), BB ( Sblm Sakit ),
hasil pengukuran lainnya, seperti LL dll.
b. Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, rambut hitam dan
berminyak , tidak botak, perubahan warna kulit; muka tampak pucat.
c. Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala/sakit kepala, benjolan tidak ada.
d. Muka
Asimetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan lemah , sianosis tidak ada
e. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor, sclera
ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai, mata tampak cowong.
f. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
g. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung
tidak ada.
h. Mulut dan faring
Bau mulut , stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah merah mudah,
kelainan lidah tidak ada. Terpasang NGT
i. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, vena jugularis 5 + 2cm H2O. tidak ada benjolan
limphe nodul.
j. Thoraks
Gerakan dada simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi
resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak
teridentifikasi.
k. Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal
kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan S2 tunggal;
dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik .
l. Abdomen
Bising usus; hiperperistaltik, bunyi bruit sangat jelasa, tidak ada benjolan, nyeri
tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites (-).
m. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe tidak ada.,
tidak ada hemoroid, terpasang kateter hr.III
n. Ekstrimitas
Akral hangat, edema -/-, kekuatan 2/2, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-,
capillary refill 3 detik, atropi -/-. Perifer tampak pucat.
o. Tulang belakang
Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Keletihan
4. Nyeri akut
5. Resiko gangguan integritas kulit
M. Intervensi
No Diagnosa Intervensi
1 Intoleransi aktivitas Terapi aktivitas
Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
c. Identifikasi sumberdaya untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas rutin dan waktu
luang
f. Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
a. Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan defisit
yang dialami
b. Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
c. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan
fisik, psikologis dan social
d. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
e. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
f. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
g. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
h. Fasilitasi aktivitas fisik rutin ( mis. Ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan diri) sesuai kebutuhan
i. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak
j. Fasilitasi aktivitas motoric untuk merelaksasikan
otot
k. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori
implisit dan emosional untuk pasien demensia,
jika perlu
l. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur, dan aktif
m. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi
dan diversifikasi untuk menurunkan kecemasan
n. Libatkan keluarga dalam aktivitas fisik, jika
perlu
o. Fasilitasi pengembangan motivasi dan
penguatan diri
p. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
q. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
r. Berikan penguatan positif atas partisipasi
aktivitas
Edukasi
a. Jelaskan metode aktifitas fisik sehari-hari, jika
perlu
b. Ajarkan cara melakukan aktifitas fisik yang
dipilih
c. Melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan
kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
d. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika perlu
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
b. Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
2 Gangguan mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan
fisik lainnya
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
d. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
a. Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat bantu
(mis. Pagar tempat tidur)
b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
3 Keletihan Manajemen energi
Tindakan :
Observasi
a. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus seperti cahaya, suara, dan kunjungan
b. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
d. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
4 Nyeri akut Manajemen nyeri
Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
a. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
e. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5 Resiko gangguan Perawatan integritas kulit
integritas kulit Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
(mis: perubahan sirkulasi, perubahan status
nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan
ekstrim, penurunan mobilitas)
Terapeutik
a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,
jika perlu
c. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
selama periode diare
d. Gunakan produk berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
e. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitive
f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kulit kering
Edukasi
a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis: lotion,
serum)
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada diluar rumah
g. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
DAFTAR PUSTAKA
Adi W. Gunawan. 2004. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika
Gunawan, Adi. 2001. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot. INTEGRAL, vol.6, no. 2.
Jakarta
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification Fifth Edition.
Mosby, Inc : Missouri.
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teoridan Aplikasi
dalam praktik . Jakarta : EGC
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition.
Mosby, Inc : Missouri.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta :EGC
Tucker, Susan, Mary, Eleaner, Majorie. 1998. Standar perawatan pasien : proses
keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Jakarta : EGC
Towarto, Wartonah. 2007. KebutuhanDasar& Prose Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medik
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
LAPORAN PENDAHULUAN
TIDUR DAN ISTIRAHAT
A. Pengertian
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan
gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas
(Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang
penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto,
2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya
melibatkan istirahat untuk bagiantubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203).
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (Herdman, 2013:603).
B. Fisiologis Tidur
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi
tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam system
saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular. Tiap rangkaian
diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti
elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral,
elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang
mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur. Kontrol
dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang
mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur
dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan
tertidur.
System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercaya
terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima
stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks serebral (mis. Proses
emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron
dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan
dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam system tidur raphe pada pons dan otak
depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar
synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup
mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan
tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil
alih, yang menyebabkan tidur.
C. Nilai normal
Kebutuhan dan pola tidur normal menurut Potter dan Perry (2010), yaitu :
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
e. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
f. Mudah berespons terhadap stimulus
g. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30%
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%
4. Prasekola
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
7. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
D. Faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut
(Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan
tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat
dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan
tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula
yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan
menurunkan tidur REM
E. Gangguan Tidur
1. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara
kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum
cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
d. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
e. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau
keadaan sering terjaga tidur.
f. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu,
menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara.
Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada
anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti
belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti
gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang
banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan mengantuk
yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur
(kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga
terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat
dikendalikan.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau
lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat
dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan
mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut
menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia.
Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara
pernapasan.
F. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
1. Riwayat tidur
a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa
bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klie
b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang
air kecil, dan lain-lain
c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya
d. Kebiasaan tidur siang
e. Lingkungan tidur klien.
f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup.
g. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap
kemampuan klien untuk istirahat dan tidur.
h. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai
akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
1) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak
di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung
2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau
terlihat bingung;
3) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
2. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih,
perhatian tidak fokus, sakit kepala.
3. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi,
night terrors, mendengkur, dll
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
b. Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat
c. Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosokgosok mata, bicara
lambat, sikap loyo
5. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas,
deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
G. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pola tidur
2. Kesiapan meningkatkan tidur
3. Keletihan
H. Intervensi
No Diagnosa Intervensi
1 Gangguan pola tidur Dukungan tidur
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
c. Identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur (mis. Kopi, teh, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minum bayak air sebelum
tidur)
d. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
a. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
b. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
c. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
d. Tetapkan jadwal tidur rutin
e. Lakukan prosesur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
f. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan obat tidur mengandung
supresor terhadap tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis. Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja)
f. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
2 Kesiapan Edukasi aktivitas/istirahat
meningkatkan tidur Tindakan
Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
a. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas
dan istirahat
b. Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk bertanya
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
b. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok,
aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
c. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
istirahat
d. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis: kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
e. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
aktivitas sesuai kemampuan
3 Keletihan Manajemen energi
Tindakan :
Observasi
a. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus seperti cahaya, suara, dan kunjungan
b. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
d. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
C. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan penyakit dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat
nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu
serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
1. P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat,
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri,
4. S (severity) adalah keparahan atau itensitas nyeri,
5. T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri
berikut:
3. Basic promoting physiologi of health
a. Aktivitas dan Latihan : meliputi gerakan (mobilisasi) pasien
b. Tidur dan Istirahat : meliputi pola tidur dan istirahat pasien
c. Hygiene dan Nyeri : meliputi kebiasaan menjaga kebersihan tubuh dari
penampilan yang baik serta melindungi kulit, kebiasaan mandi, gosok gigi,
membersihkan genitalia dll untuk menjaga kesehatan dan tingkat keluhan nyeri
pasien
d. Nutrisi : asupan nutrisi, pola makan, kecukupan gizi.
e. Cairan, elektrolit dan asam basa : meliputi frekuensi minum, intake cairan,
ouput cairan dan balance cairan pasien
f. Oksigenasi : meliputi pola nafas, bersihan jalan nafas, keluhan sesak nafas.
g. Eliminasi fekal : meliputi pola BAB, konsistensi feses, volume output.
h. Eliminasi urin : meliputi pola BAK, warna urin, volume output.
i. Sensori, persepsi dan kognitif : meliputi penglihatan, penciuman, pendengaran,
pengecapan .
4. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran
b. TD
c. Nadi
d. Suhu
e. Respiratory rate
5. Pemeriksaan fisik
a. Rambut : keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok,
keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
b. Kepala : botak/alopesia, ketombe, berkutu, adakah eritema, kebersihan.
c. Mata : apakah sclera ikterik, apakah konjugntiva pucat, kebersihan mata, apakah
gatal/mata merah.
d. Hidung : adakah pilek, alergi, perubahan penciuman, kebersihan hidung,
keadaan membrane mukosa, adakah septum deviasi.
e. Mulut : keadaan mukosa mulut, kelembapan, kebersihan.
f. Gigi : adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
g. Telinga : adakah kotoran, adakah lesi, bentuk telinga.
h. Kulit : kebersihan, adakah lesi, keadaan turgor kulit, warna kulit, suhu.
i. Kuku : bentuk, warna, adanya lesi, pertumbuhan.
j. Genitalia : kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, keadaan kulit
D. Diagnosa
1. Defisit perawatan diri
2. Nyeri akut
3. Gangguan mobilitas fisik
E. Intervensi
No Diagnosa Intervensi
1 Defisit perawatan diri Dukungan perawatan diri
Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia
b. Monitor tingkat kemandirian
c. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis:
suasana hangat, rileks, privasi)
b. Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum sikat
gigi, dan sabun mandi)
c. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
d. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
e. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
f. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
a. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
2 Nyeri akut Manajemen nyeri
Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
a. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
e. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Wartonah, Tarwoto, ( 2006 ), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan, Edisi 3,
Jakarta : Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
NUTRISI
A. Pengertian
Tubuh memerlukan energi dan fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme
dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecahan).
Nutrisi adalah zat-zat gisi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut
untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi,
reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto,
Wartonah, 2006 :26).
Menurut Alimul (2015) masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan
metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang memengaruhinya.Secara umum faktor yang
memengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme
basal, faktor patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan
atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
B. Fisiologis
Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai elemen yang dibutuhkan untuk proses dan
fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat,
protein, lemak, air, vitamin, dan mineral
Elemen Nutrisi
Menurut Tarwoto, Wartonah (2006), Elemen nutrient/zat gizi terdiri atas:
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan
dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat mengahasilkan 4 kilokalori (kkal).
Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan
jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa. Pemecahan
energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk
asam lemak.
2. Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti
jaringan tubuh. Setiap 1gram protein menghasilan 4 kkal. Bentuk sederhana
dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan dalam
bentuk hormone dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam
tubuh tetapi harus didapat dari makanan. Jenis asam amino esensial
diantaranya lisin, triptofan, fenilalanin, leusin.
3. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar. Berdasarkan ikatan
kimianya lemak dibedakan menjadi:
a. Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan gliserol.
b. Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid yaitu ikatan
lemak dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan
glikogen.
Fungsi lemak :
a. Memberikan kalori, di mana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa
oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal.
b. Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
c. Memberikan asam-asam lemak esensial.
4. Vitamin
Vitamin adalah sustansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada makanan
dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses
metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator. Vitamin dapat
dikasifikasikan menjadi:
a. Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12,
folic acid, serta vitamin C.
b. Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A, D, E, K.
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan kesehatan.
5. Mineral
Mineral adalah elemen anorganik esensial untuk tubuh karena perannya
sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat diklasifikasikan menjadi
makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100mg atau lebih; dan mikromineral
jika kebutuhan tubuh kurang dari 100mg. Termasuk dalam makromineral
adalah kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang termasuk dalam
mikromineral adalah klorida, yodium, iron, zinc.
Secara umum fungsi dari mineral adalah:
1) Membangun jaringan tulang.
2) Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh.
3) Memberikan elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf.
4) Membuat berbagai enzim.
6. Air
Air adalah komponen tubuh yang sangat penting karena fungsi sel
bergantung pada lingkungan air.Air membentuk 60-70% berat tubuh total.
Persentase air dalam seluruh tubuh lebih besar untuk orang kurus daripada
orang yang obesitas karena otot terdiri atas lebih banyak air daripada jaringan
yang lain, kecuali darah. Bayi memiliki persentase total air yang paling besar
dalam tubuh, dan lansia memiliki persentase total air yang paling sedikit. Saat
kehilangan air, seseorang tidak akan mampu bertahan hidup lebih dari
beberapa hari.
Individu memenuhi cairan yang dibutuhkan dengan minum air dan
makan makanan yang tinggi air, seperti buah-buahan, dan sayur-sayuran segar.
Air juga di produksi selama proses pencernaan saat makanan dioksidasi. Pada
individu yang sehat, asupan cairan dari berbagai sumber sama dengan
keluaran cairan melalui eleminasi, respirasi dan keringat. Seseorang yang sakit
memiliki kebutuhan cairan yang meningkat.Sebaliknya, seseorang yang sakit
juga mengalami penurunan kemampuan untuk mengekskresikan cairan yang
menyebabkan dibutuhkannya restriksi cairan.
C. Nilai Normal Nutrisi
1. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan:
atau
2. Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi
dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain:
1) Vital kehidupan, pernapasan sirkulasi darah, suhu tubuh, dan lain-lain.
2) Kegiatan mekanik otot.
3) Aktivitas otot dan saraf.
4) Energi kimia untuk membangun jaringa, enzim, dan hormon.
5) Sekresi cairan pencernaan.
6) Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan.
7) Pengeluaran hasil metabolisme
Faktor-faktor yang memengaruhui kebutuhan energi:
1. Peningkatan basal metabolism rate.
2. Aktivitas tubuh.
3. Faktor usia.
4. Suhu lingkungan.
5. Penyakit atau status kesehatan.
D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Alimul (2015) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah sebagai
berikut:
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi
pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
2) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan
yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah, terdapat
larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja.Padahal, makanan
tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.Ada pula larangan makan
ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal
ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
4) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada
remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.Oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluargannya dibandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.
E. Jenis Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Alimul, Aziz (2015) menuliskan secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi
terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes militus,
hipertensi, jantung coroner, kanker, dan anoreksia nervosa.
1) Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko
penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
2) Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih.
3) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari
20% berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan
kalori.
4) Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5) Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari obesitas, serta asupan
kalsium, natrium dan gaya hidup yang berlebihan.
7) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan
oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan
lain-lain.
8) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh konsumsi
lemak secara berlebihan.
9) Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
F. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat keperawatan dan diet
a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
d. Adakah toleransi makan/minum tertentu?
3. Faktor yang memengaruhi diet
a. Status kesehatan.
b. Kultur dan kepercayaan.
c. Status social ekonomi.
d. Faktor psikologis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik: apatis, lesu.
b. Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
c. Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
a) Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
b) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran
liver/lien.
c) Kariovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi.
d) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
e) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
f) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat.
g) Gusi: pendarahan, peradangan.
h) Lidah: edema, hiperemis.
i) Gigi: karies, nyeri, kotor.
j) Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
k) Kuku: mudah patah.
l) Pengukuran antropometri:
- Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
A. Pengertian
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologi
dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Asam adalah molekul yang mengandung atom hidrogen yang dapat melepaskan ion
hidrogen dalam larutan, contohnya HCL, H2CO3. Sedangkan basa adalah ion atau
molekul yang dapat menerima ion hidruogen seperti HPO4.
Fungsi cairan antara lain:
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2. Transpor nutrien ke sel
3. Transpor hasil sisa metaboplisme
4. Transpor hormon
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler.
B. Fisiologi
Mekanisme pergerakan cairan dan elektrolit tubuh ada 4 macam yaitu:
1. Difusi
Difusi adalah perpindahan larutan dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi yang
rendah dengan melintasi membrane semipermeable.
2. Osmosis
Perpindahan pelarut murni melalui membran semipermeable berpindah dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
3. Filtrasi
Perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersama sebagai respon karena
tekanan cairan. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang
dihasilkan likuid dalam sebuah ruangannya disebut hidrostatik
4. Transpor aktif
Transpor aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi rendah ke tinggi karena
adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung. Membutuhkan energi dalam
proses transpor. Contohnya pompa Na untuk keluar dari sel dan kalium masuk ke
sel.
Pada keseimbangan asam dan basa, berkiatan dengan Pengaturan pernafasan
untuk membuang CO2 melalui proses ekspirasi di paru-paru akan mengimbangi
pembentukan Co2 metabolik. Peningkatan ventilasi alveolus akan menurunkan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan meningkatkan pH.
Sedangkan kontrol keseimbangan asam basa oleh ginjal yang berperan penting
dalam keseimbangan. Ginjal merupakan pengatur keseimbangan asam basa yang
paling kuat dan dapat bekerja dalam waktu lama setelah upaya pengaturan oleh
sistem penyangga dalam cairan tubuh dan pernafasan. Sekresi ion hidrogen dan
reabsorbsi ion bikarbonat terjadi di tubulus ginjal. Ion ion hidrogen disekresikan
oleh transpor aktif sekunder di segmen tubulus.
C. Nilai normal cairan
Kebutuhan cairan manusia:
April 2010)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
H. Rencana Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk efektif
tidak efektif keperawatan selama:……….jam, Observasi:
Maka Bersihan Jalan Nafas a. Identifikasi
Meningkat , dengan kriteria kemampuan batuk
hasil : b. Monitor adanya
a. Batuk efektif meningkat retensi sputum
b. Produksi sputum c. Monitor tanda dan
menurun gejala infeksi
c. Mengi menurun saluran napas
d. Weezing menurun d. Monitor input dan
e. Meconium (pada output cairan (mis.
neonatus) menurun Jumlah dan
f. Dyspnea menurun karakteristik)
g. Sulit bicara menurun Terapeutik:
h. Sianosis menurun a. Atur posisi semi-
i. Gelisa menurun fowler atau fowler
j. Frekuensi nafas membaik b. Pasang perlak dan
k. Pola nafas membaik bengkok
dipangkuan pasien
c. Buang secret pada
tempat sputum
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk
efektif
b. Anjurkan tarik napas
dalam melalui
hidung selama 4
detik, ditahan
selama 2 detik
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan) selama
8 detik
c. Anjurkan
mengulangitarik
napas dalam hingga
3 kali
d. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika
perlu
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
efektif keperawatan selama…....jam, Observasi:
diharapkan pola nafas a. Monitor pola nafas,
meningkat sesuai dengan monitor saturasi
kriteria: oksigen
a. Dipsnea meningkat b. Monitor frekuensi,
b. Penggunaan otot bantu irama, kedalaman dan
nafas upaya napas
c. Frekuensi nafas c. Monitor adanya
d. Kedalaman nafas sumbatan jalan nafas
Terapeutik:
a. Atur Interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pmemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada Pasien
Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA Penyakit Dalam RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2017. Padang; Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.
Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.
LAPORAN PENDAHULUAN
ELIMINASI FEKAL
A. Pengertian
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran
pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya
untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan (pengunyahan, penelanan, dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. Organ utama yang
berperan dalam eliminasi fekal adalah usus besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi
utama yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan
mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan
aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi.
(Kozeir barbaa 2011)
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini
terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya feses dalam
rectum. (Tarwoto & Wartonah, 2006).
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Saluran gastrointestinal bagian atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di mulut dan
di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah
dalam bentuk chyme di dorong ke usus halus.
2. Saluran gastrointestinal bagian bawah
Saluran gastrointestinal bagian bawah meliputi usus halus dan usus besar.
Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum yang panjangnya kira-kira 6
meter dan 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, colon dan rektum yang kemudian
bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6
cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk chyme (setengah padat) dari
lambung untuk mengabsorpsi air, nutrien dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi
mucus, potassium, bikarbonat dan enzim. Chyme bergerak karena adanya peristaltik
usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai
rektum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu : Haustral Shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
absorpsi air, Kontraksi Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan
semipadat sepanjang kolon, Gerakan Peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan
maju ke anus.
C. Nilai Normal
Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter / 24 jam. Jenis
gas yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan nitrogen. Feses terdiri atas 75 %
air dan 25 % materi padat. Feses normal berwarna khas karena pengaruh dari
mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.
Pemantauan Cairan
Tindakan
Observasi
a. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
b. Monitor frekuensi napas
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor berat bdan
e. Monitor waktu
pengisian kapiler
f. Monitor elastisitas atau
turgor kulit
g. Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
h. Monitor kadar albumin
dan protein total
i. Monitor hasil
pemeriksaan serum
j. Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik
a. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
Latihan Eliminasi Fekal
2 Inkontinensia Fekal Setelah diberikan asuhan Tindakan :
keperawatan selama …jam Terapeutik
diharapkan kontinensia a. Anjurkan waktu yang
fekal normal dengan konsisten untuk buang
kriteria hasil air besar
b. Berikan privasi,
1. Kemampuan kenyamanan dan posisi
mengontrol yang menigkatkan
pengeluaran feses proses defekasi
meningkat c. Gunakan enema rendah,
2. Frekuensi BAB jika perlu
menurun d. Ubah program latihan
eliminasi
Edukasi
a. Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tertentu,
sesuai program atau
hasil konsultasi
b. Anjurkan asupan cairan
yang adekuat sesuai
kebutuhan
c. Anjurkan olahraga
sesuai toleransi
Kolaborasi
a. Kolaborasi penggunaan
supositoria, jika perlu
Perawatan Inkontinensia
Fekal
Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi penyebab
inkontenensia fekal baik
fisik maupun psikologis
b. Identifikasi perubahan
frekuensi defekasi dan
konsistensi fese
c. Monitor kondisi kulit
perianal
d. Monitor keadekuatan
evakuasi feses
e. Monitor diet dan
kebutuhan cairan
f. Monitor efek samping
pemberian obat
Terapeutik
a. Bersihkan daerah
perianal dengan sabun
dan pakaian
b. Laksanakan program
latihan usus jika perlu
c. Berikan celana
pelindung/pembalut/pop
ok, sesuai kebutuhan
d. Hindari makanan yang
menyebabkan diare
Edukasi
a. Jelaskan definisi, jenis
inkontinensia, penyebab
inkontinensia fekal
b. Anjurkan mencatat
karaktristik feses
kolaborasi pembeerian
obat
Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan
yang membantu
meningkatkan keteraturan
peristaltik usus
b. Anjurkan mencatat
warna, frekuensi,
konsistensi, volume feses
c. Anjurkan meningkatkan
aktifitas fisik, sesuai
telorensi
d. Anjurkan pengurangan
asupan makanan yang
meningkatkan
pembentukan gas
e. Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang
mengandung tinggi serat
f. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan, jika tidak
ada kontraindikasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
b. obat supositoria anal, jika
perlu
Manajemen Konstipasi
Tindakan :
Observasi
a. Periksa tanda dan gejala
konstipasi
b. Periksa gerakan usus,
karaktristik feses
c. Identifikasi faktor risiko
konstipasi monitor tanda
dan gejala ruptur usus dan
/atau peritonitis
Terapeutik
a. Anjurkan diet tinggi
serat
b. Lakukan masase
abdomen , jika perlu
c. Lakukan evakuasi feses
secara manual, jika perlu
d. Berikan enema atau
irigasi, jika perlu
Edukasi
a. Jelaskan etiologi masalah
dan alasan tindakan
b. Anjurkan peningkatan
asupan cairan jika tidak
ada kontraindikasi
c. Latihan buang air besar
secara
d. Jelaskan etiologi masalah
dan alasan tindakan
e. Anjurkan peningkatan
asupan cairan, jika tidak
ada kontraindikasi
f. Latihan buang air besar
secara teratur
g. Ajarkan cara mengatasi
konstipas /impikasi
Kolaborasi
a. Konsultasi dengan tim
medis tentang penurunan/
peningkatan frekuensi
suara usus
b. Kolaborasi penggunaan
obat peencahar, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume
2. Jakarta : EGC
Mubarok, Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. Jakarta :
EGC
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi
4. Jakarta : Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
SENSORI, PERSEPSI, KOGNITIF
A. Pengertian
Persepsi sensori adalah proses sadar terhadap seleksi, organisasi dan mengartikan
data dari indera ke informasi yang berarti atau kemampuan untuk menerima kesan
sensori, melalui asosiasi kortikal, menghubungkan stimuli ke pengalaman masa lalu dan
membentuk kesan dasar dari stimuli.. Macam-macam indera antara lain: olfaktori
(penghidu), visual (penglihatan), taktil (perabaan), auditori (pendengaran), gustatori
(pengecap), kinestetik (merasakan posisi tubuh) dan viseral (merasakan organ-organ
dalam tubuh). (Kozier & Erb’s 2008)
B. Fisiologis Sensori, Persepsi Dan Kognitif
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan
lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke
otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh
anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina. Fungsinya menyampaikan
semua informasi visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya
meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara sistem auditor dengan
perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka
perkembangan bahasanya juga akan terganggu.
3. Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya
meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi
tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan
lain-lain).
5. Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi
yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini.
6. Otot dan persendian (Proprioceptive)
Proprioseptif merupakan sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia, yaitu
terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor yang berhubungan dengan tulang.
Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana
otot berkontraksi (contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi
dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditarik (being pull) atau ditekan
(compressed). Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan mengenal bagian
tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak.
7. Keseimbangan / balance (Vestibular)
Sistem vestibular disebut juga “business center”, karena semua sistem sensorik
berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini terletak pada labyrinth di dalam
telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan informasi mengenai gerakan dan
gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi gerakan kepala dalam hubungannya
dengan gravitasi dan gerakan cepat atau lambat, gerakan bola mata (okulomotor),
tingkat kewaspadaan dan emosi.
C. Nilai-Nilai Normal
Resepsi dan persepsi sensori adalah dua komponen dari proses sensori, yang
keduanya dikontrol oleh sistem saraf. Normalnya sistem saraf dapat menerima ratusan
stimulus. Diawali oleh stimulus yang memacu receptor sensori, stimulus kemudian akan
diteruskan oleh neuron sensori I kepada sistem saraf pusat. Dari spinal cord atau batang
otak, impuls kemudian diteruskan oleh neuron sensori II kepada thalamus. Disini neuron
sinaps dengan neuron sensori III bertemu dan menghantarkan impuls dari thalamus ke
area somatosensori dari postcentral gyrus lobus parietal otak, yang juga disebut dengan
area sensori primer. Segera setelah itu, jaras sensori mulai berproses dan meneruskan
sensasi dari sisi yang berlawanan dari tubuh. Biasanya proses tersebut terjadi pada tingkat
neuron sensori II.
Kesadaran terhadap stimulus terletak pada korteks serebri, dimana stimulus
dipersepsikan dan diinterpretasikan. Untuk dapat menerima dan menginterpretasikan
stimulus, otak harus terjaga. Reticular activating system (RAS) pada batang otak berperan
dalam menyalurkan mekanisme desakan (arousal). Tingkat aktivitas dari RAS tergantung
dari besarnya stimulus sensori yang diterima. Nyeri, dapat meningkatkan aktivitas RAS.
Setelah stimulus ditangkap oleh RAS kemudian diteruskan ke korteks serebri. Peran dari
korteks adalah memproses, menginterpresikan, menggunakan dan menyimpan data yang
masuk dan mengorganisasikannya. Peran dari thalamus adalah pusat distribusi sinyal dan
sinyal kembali dan selanjutnya diantara korteks serebri dan thalamus.
Area lainnya yang dapat menggambarkan aktivitas penting di otak adalah reticular
inhibitory area (RIA) yang berlokasi pada medulla. Area ini dapat menurunkan jumlah
sinyal nervus yang sedang turun pada spinal cord ke otot dan menurunkan aktivitas yang
lebih tinggi dari pusat otak. Otak mempunyai kapasitas adaptasi terhadap stimulus
sensori.
sesuatu meminimalkan
sensori
membaik Manajemen Halusinasi :
7. Perilaku Observasi:
halusinasi - Monitor perilaku yang
membaik mengindikasi halusinasi
8. Respons - Monitor dan sesuaikan
sesuai tingakat aktivitas dan
stimulus stimulus lingkungan
membaik - Monitor isi halusinasi
Terapeutik
- Pertahankan lingkungan
yang aman
- Lakukan tindakan
keselamatan ketika tidak
dapat mengintrol perilaku
- Diskusikan perasaan dan
respons terhadap
halusinasi
- Hindari perdebatan
tentang validitas
halusinasi
Edukasi
- Ajarkan memonitori
sendiri situasi terjadinya
halusinasi
- anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi dukungan
dan umpan balik korektif
terhadap halusinasi
- anjurkan melakukan
distraksi
- ajarkan pasien dan
keluarga cara mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu
2 Gangguan memori Memori Latihan memori
Kriteria Hasil : Observasi
1. Verbalisasi - Identifikasi maslaah
kemampuan memori yang dialami
mempelajari - Identifikasi kesalahan
hal baru terhadap orientasi
meningkat - Monitori perilaku dan
2. Verbalisasi perubahan memori selama
kemampuan terapi
mengingat Terapeutik
informasi
- Rencanakan metode
factual
engajar sesuai
meningkat
kemampuan pasien
3. Verbalisasi
- Stimulasi memori dengan
kemampuan
mengulang pikiran yang
mengingat
terakhir kali diucapkan
perilaku
- Koreksi kesalah orientasi
tertentu yang
- Fasilitasi mengingat
pernah
kembali pengalaman masa
dilakukan
lalu
meningkat
- Fasilitasi tugas
4. Verbalisasi
pembelajran
kemampuan
- Fasilitasi kemampuan
mengingat
konsentrasi
peristiwa
- Stimulasi menggunakan
meningkat
memori pada peristiwa
5. Verbalisasi
yang baru terjadi
pengalamn
Edukasi
lupa menurun
- Jelaskan tujuan dan
prosedur tindakan
- Ajarkan Teknik memori
yang tepat
Kolaborasi
- Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
- Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
- Anjurkan
berkosentrasiuntuk
menjaga keseimbangan
tubuh
- Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatakan
keseimbangan saat berdiri
- Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
DAFTAR PUSTAKA
Ellis, Janice, Elizabeth A. Noulis. 1994. Nursing Human Need Approach 5thEdition.
Philadelphia: J.B Lippincott Company.
DeLaune S.C., Patricia K.L. 2002. Fundamental of Nursing:Standarts and Practice. USA:
Delmar
Kozier & Erb’s 2008. Fundamental of Nursing,Concept, and Practice Pearson:Prentice Hall:
New Jersey.
LeMone, Priscillla, Karen M. Burke. 1996. Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in
Client Care. Canada: Addison-Wesley Nursing.
North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2007-2008. Philadelpia.