You are on page 1of 26

TUGAS DISKUSI PERAWATAN SALURAN AKAR (PSA)

Dosen Pengampu : drg. Raditya Nugroho, Sp.KG

Kelompok A | Konservasi Gigi I :


Gracia Remawati 211611101001
Amanda Sukmalia Cesara 211611101002
Mulia Widya Winiswara 211611101003
Afifah Firda Amalia 211611101004
Adellia Charisma Putri 211611101005
Ni Nyoman Laksmi Lestari Sabudi 211611101006
Nabela Dhea Ulhaq 211611101007
Shyntia Gabriel Paramita 211611101008
Yola Widia Putri Damania 211611101009
Dwi Amatul Firdausya 211611101010
Ericko Ichi 211611101011
Rezza Dwi Ardita 211611101012
Dhea Ayu Dewanti 211611101013
Marita Dian Pitaloka 211611101014
Maria Evata Krismawati Surya 211611101015
Silviana Indah Mantika 211611101016
Safira Annisa Yasmin Pambudi 211611101017
Roslian Ayu Mantika 211611101018
Annisa Ayah Esa Salwa 211611101019
Ananda Nabilla Noor Selina 211611101020

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2021
DESAIN OUTLINE CAVITY ENTRANCE

Outline Cavity Entrance adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di bagian cingulum
atau oklusal. Outline Cavity Entrance digambarkan pada bagian palatal / lingual gigi anterior
atau bagian oklusal gigi posterior. Outline preparasi digambarkan sesuai dengan lebar dan bentuk
ruang pulpa, serta saluran akar yang akan dituju waktu pembukaan akses dalam kavitas gigi.

Gambar 1. Macam – macam outline cavity entrance (Garg, 2010)


a. Molar Rahang Bawah
Bentuk outline cavity entrance molar rahang bawah yaitu triangular dengan alas sejajar
mesial/rhomboid.
a. Perhatikan outline cavity entrance.
b. Enamel dan dentin ditembus pada fosa sentral dengan sudut pengeburan ke arah
akar distal (kamar pulpa terbesar) menggunakan bur bulat, meluas ke arah cusp
mesiobukal untuk menemukan saluran mesiobukal.
c. Orifice dicari dengan jarum miller (orifice: lubang saluran akar yang terletak pada
dasar ruang pulpa, perhatikan letak dan jumlahnya).
d. Kemudian gunakan round bur besar, untuk menghilangkan atap pulpa dan tanduk
pulpa.
e. Membentuk cavity entrance sedemikian rupa menggunakan fissure bur sehingga
alat preparasi dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas. Cek dengan
sonde.
f. Akses berbentuk trapezoidal dengan sudut bulat/rhomboid atau persegi panjang
apabila terdapat saluran distal kedua.
b. Molar Rahang Atas
Bentuk outline cavity entrance molar rahang atas yaitu triangular dengan alas sejajar
bukal.

a. Bur bulat diletakkan pada fossa sentral dan menyudut terhadap akar palatal dan
menembus enamel
b. Bur bulat digerakkan hingga menembus dentin dan membuka atap pulpa
c. Pemotongan atap pulpa ke arah oklusal dari bagian atap pulpa terbesar yaitu bagian
palatal
d. Ganti bur dengan fissure silindris, kemudian haluskan bukaan atap pulpa dengan
bentuk dinding kavitas divergen ke arah oklusal
e. Cek dengan sonde apakah dinding kavitas sudah halus dan atap pulpa sudah
terbuka.
Pembukaan Jalan Masuk (Cavity Entrance)
Cavity entrance yang dibuat harus tegak dan bersih dari atap pulpa sehingga didapat
lapang pandang yang baik menuju ruang pulpa dan orifice. Orifice adalah lubang akses ke dalam
saluran akar yang terletak pada dasar ruang pulpa yang perlu diperhatikan letak dan jumlahnya.
a. Lakukan preparasi cavity entrance sesuai dengan gambaran outline yang telah dibuat
dengan endo access bur atau round diamond bur mulai dari fossa (cekungan) oklusal
sampai mengenai dentin dan menembus ruang pulpa pada sudut tegak lurus dengan email
b. Kemudian dilanjutkan dengan fissure diamond bur diarahkan sesuai outline preparasi
hingga atap pulpa hilang/bersih (Gambar 2)
c. Lakukan pembukaan berbentuk corong ke oklusal agar diperoleh bukaan langsung pada
saluran akar untuk menghilangkan atap pulpa dan tanduk pulpa dari arah dalam ke luar
mengikuti anatomi internal
d. Jalan masuk langsung diuji dengan menempatkan ujung lurus eksplorer endodontik ke
dalam orifice saluran (Gambar 3)
e. Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl menggunakan syringe untuk membersihkan sisa-sisa
organis, kemudian keringkan dengan cotton pellet
Gambar 2. Cavity entrance A) Preparasi jalan masuk ke ruang pulpa menggunakan round bur B)
Preparasi akses dilanjutkan dengan menggunakan fissure bur (Garg, 2010)

Gambar 3. A) Akses kavitas dipreparasi hingga ke dentin B) Preparasi dilanjutkan dengan fissure
bur C) Orifices diidentifikasi dengan endo eksplorer atau file D) Lapisan dentin yang
menghalangi orifice dihilangkan (Torabinejad et al., 2020)

Kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada waktu preparasi cavity entrance, antara
lain:
a. Preparasi salah arah menyebabkan terjadinya step atau perforasi ke lateral
b. Preparasi terlalu dalam dapat menyebabkan perforasi menembus bifurkasi
c. Jika preparasi cavity entrance terlalu lebar maka dinding kavitas menjadi tipis dan mudah
pecah jika ditumpat
PRINSIP CAVITY ENTRANCE
Menurut Black, dalam tahapan cavity entrance terdapat empat prinsip yang harus
diketahui. Prinsip tersebut adalah outline form, convenience form, pengambilan jaringan dentin
yang terinfeksi dan restorasi yang rusak dan toilet of cavity.
1. Outline Form
Outline form merupakan proyeksi dari ruang pulpa menuju ke permukaan gigi baik
di bagian lingual dan palatal (pada gigi anterior) dan bagian oklusal (pada gigi posterior).
Outline form harus dibuat dengan tepat baik bentuk dan lokasinya agar orifice dan saluran
akar mudah ditemukan, dan tidak membuang terlalu banyak jaringan. Untuk mendapatkan
bentuk yang benar, maka dalam membuat outline form haruslah mengetahui anatomi ruang
pulpa. Ada tiga faktor tentang kamar pulpa saat membuat outline form yang harus
diketahui untuk mendapatkan cavity entrance yang baik, yaitu:
a. Ukuran kamar pulpa
Pada gigi permanen muda, kamar pulpa berukuran lebih besar dan tanduk
pulpanya lebih dekat terhadap tepi insisal. Hal ini menyebabkan outline form yang dibuat
lebih meluas agar atap dan tanduk pulpa juga terambil seluruhnya. Selain itu, cavity
entrance pada gigi ini juga harus cukup luas karena tahapan preparasi saluran akarnya
nanti juga akan membutuhkan instrumen preparasi dan bahan pengisi yang lebih besar.
Sedangkan outline form gigi permanen dewasa baik bentuk dan ukurannya tidak meluas
karena ada kemungkinan ruang pulpanya sudah mengalami penyempitan akibat reaksi
terhadap adanya iritan (karies, penyakit pulpa) atau proses degeneratif.

b. Bentuk kamar pulpa


Outline form harus mendekati atau sesuai dengan anatomi kamar pulpa gigi yang
akan dirawat saluran akarnya. Contohnya, pada gigi premolar RA, anatomi kamar
pulpanya lebih memanjang ke arah bukopalatal dan lebih sempit ke arah mesiodistal. Hal
ini membuat outline formnya berbentuk oval yang memanjang ke bukolingual. Contoh
lainnya adalah gigi molar yang memiliki kamar pulpa berbentuk triangular karena posisi
orifice yang jika disatukan akan membentuk bentukan segitiga, maka proyeksi ke
permukaan oklusalnya juga harus berbentuk triangular.
c. Jumlah, posisi dan pembengkokan akar
Untuk dapat melakukan preparasi pada tiap saluran akar dengan efisien dan tanpa
gangguan, cavity entrance dapat sedikit diperluas tanpa mengurangi terlalu banyak
jaringan gigi yang sehat. Kadang cavity entrance dapat dimodifikasi dan berbeda dari
outline form awal jika saluran akar yang seharusnya ada belum ditemukan. Hal ini
dilakukan agar preparasi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan dengan akses yang
lurus (convenience form).
2. Convenience Form
Menurut Black prinsip ini didefinisikan sebagai modifikasi dari outline form
untuk mendapatkan akses yang tepat dan lurus yang memudahkan tahapan preparasi dan
pengisian saluran akar. Adanya modifikasi ini memberikan keuntungan sebelum
dilakukannya preparasi saluran akar, contohnya seperti:
a. Akses yang tidak terganggu ke orifice
Dalam melakukan cavity entrance, hal yang harus diperhatikan adalah adanya
jalan masuk yang lurus untuk instrumen preparasi. Tidak boleh ada gangguan dari
dinding dentin atau struktur pulpa yang tertinggal. Untuk menghindari hal ini, dinding
kavitas yang mengganggu masuknya alat dapat dipreparasi, tetapi struktur mahkota harus
dipertahankan sebanyak mungkin untuk menjaga kekuatan gigi. Kegagalan dalam hal ini
dapat mempengaruhi kesuksesan perawatan dan dapat memperlama durasi perawatan.
b. Kontrol sepenuhnya terhadap instrumen preparasi
Jaringan dentin dan pulpa yang tidak terpreparasi dan tertinggal dapat
menyebabkan instrumen preparasi seperti K-File bergerak tanpa terkontrol. Gerakan yang
tidak terkontrol ini dapat menyebabkan terbentuknya ledge atau step di dalam saluran
akar, bahkan dapat menyebabkan patahnya instrumen. Jaringan di sekitar orifice yang
dapat mengganggu harus diambil sehingga gerakan instrumen dikontrol hanya oleh dua
faktor, yaitu jari operator pada handle instrumen dan dinding saluran akar pada ujung
instrumen.
3. Pengambilan jaringan dentin yang terinfeksi dan restorasi yang rusak
Pada tahapan cavity entrance juga harus dilakukan pengambilan jaringan dentin
yang rusak untuk menghilangkan sebanyak mungkin bakteri dalam kamar pulpa secara
mekanis. Jaringan pulpa vital yang sudah dianastesi dan yang nekrotik juga harus diambil
seluruhnya agar kavitas bersih dan memudahkan pandangan terhadap orifice. Tahapan ini
dapat dibantu dengan menggunakan ekskavator.
4. Toilet of Cavity
Setelah jaringan nekrotik terambil, dapat dilakukan pembersihan dengan
menggunakan larutan irigasi seperti sodium hipoklorit. Larutan ini juga memiliki sifat
antibakteri yang baik sehingga dapat membantu pembersihan sisa-sisa bakteri dan
jaringan yang tidak terambil secara mekanis. Yang harus diperhatikan dalam melakukan
pembersihan dengan larutan irigasi adalah tidak boleh ada tekanan menuju saluran akar
karena debris dapat terdorong ke saluran akar.
Pengukuran Panjang Kerja
Panjang kerja adalah panjang dari alat preparasi yang masuk ke dalam saluran akar pada
waktu melakukan preparasi saluran akar. Panjang kerja alat preparasi diukur 0,5 – 1 mm lebih
pendek dari panjang gigi sebenarnya, hal ini untuk menghindari rusaknya apical constriction
(penyempitan saluran akar di apical) atau masuknya preparasi ke jaringan periapikal.
Tahapannya sebagai berikut:
a. Setelah orifice didapat, maka digunakan jarum miller atau file berukuran 10-15 ke dalam
saluran akar yang diberi tanda stopper menggunakan bahan yang bersifat radiopaque
(tampak warna putih bila dibuat foto Ro) untuk pengukuran panjang gigi.
b. Lakukan rontgen foto, untuk DWP
c. Lakukan perhitungan dengan rumus :

PGS = PGF X PAS


PAF
Keterangan :
PGS = Panjang gigi sesungguhnya
PGF = Panjang gigi pada foto
PAS = Panjang alat sesungguhnya

Ekstirpasi Jaringan Pulpa


a. Jarum ekstirpasi dimasukkan ke dalam pulpa sampai sedikit lebih pendek dari panjang
kerja.
b. Gagangnya kemudian diputar beberapa kali lalu ditarik. Jangan gunakan lagi jarum ini
jika bengkok atau telah menyangkut. Sebaiknya memakai jarum yang baru.
c. Jika jaringan pulpa tidak terangkat, cobalah dengan ukuran yang lebih besar.
d. Pada saluran akar yang lebar, gunakan teknik ‘broach wrap’ Masukkan dua jarum
ekstirpasi kecil, gagangnya dililitkan beberapa kali satu sama lain. Ini akan bisa
mengangkat jaringan pulpa.

Persiapan Alat Dan Bahan


Alat preparasi saluran akar :
1. Jarum miller
2. Jarum extirpasi
3. K-File no 06-60
4. Nitiflex no 15-40
5. Peeso reamer
6. Botol tertutup menyimpan alat irigasi
7. Alat irigasi (disposible syringe) + Maxiprobe
8. Penggaris pendek
9. Cotton pellet, paper point steril, cotton roll
10. Tempat jarum atau Endo stand
11. Endo block
Alat pengisian saluran akar :
1. Glass plate
2. Spatula semen
3. Stoper semen
4. Jarum lentulo
5. Finger spreader
6. Finger plugger
Lain-lain :
1. Plastis filling instrument
2. Gates glidden drill
3. Bunsen
4. Pisau model
5. Pisau malam
Bahan-bahan :
1. Bahan irigasi (NaOCl 2,5%, akuades, chlorhexidine)
2. Bahan pengisi: Guttap point
3. Sealer pasta: ZnO+Chkm
4. Tumpatan Sementara
PREPARASI SALURAN AKAR
A. TEKNIK KONVENSIONAL
Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada gigi dengan
saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna. Alat preparasi yang digunakan biasanya
jarum reamer atau K-file dimulai dari nomor kecil sampai besar sesuai dengan diameter saluran
akar dan sepanjang kerja preparasi saluran akar.
Tahap preparasi:
1. Untuk preparasi saluran akar gunakan File type K dengan gerakan memutar
kemudian ditarik keluar saluran akar, yang sebelumnya telah diberi stopper sesuai
panjang kerja.
2. File dimasukkan ke dalam saluran akar sebatas stopper yang diletakkan setinggi
puncak tertinggi bidang incisal.
3. File untuk preparasi digunakan secara berurutan mulai dari nomer terkecil yang
dapat masuk ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja (pada setiap gigi tidak
sama) sampai nomer terbesar seimbang dengan diameter saluran akar.
4. Setiap penggunaan file untuk preparasi digunakan pelumas/pelunak dentin untuk
mengatasi penyumbatan saluran akar (gel EDTA, RC-Prep).
5. Selama preparasi dan setiap pengeluaran file dari saluran akar perlu dilakukan
irigasi dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam syringe untuk
membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
6. Bila terjadi penyumbatan dalam saluran akar sehingga panjang kerja tidak
tercapai, maka diulangi preparasinya menggunakan file yang lebih kecil kembali.
7. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus (dapat dilihat
dari bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari dalam saluran akar).
Setelah preparasi selesai, keringkan dengan paper point yang telah disterilkan.
Trial Guttap
Pada preparasi saluran akar secara konvensional dilakukan pemilihan guttap point
yang nomernya (diameter) sesuai dengan reamer atau file terakhir yang digunakan pada
preparasi saluran akar tersebut.
- Guttap point yang dipilih diberi tanda dengan spidol OHP sesuai dengan panjang
kerja
- Kemudian guttap point tersebut dengan menggunakan pinset berkerat dimasukkan
ke dalam saluran akar sebatas tanda yang telah dibuat tadi.
- Dilakukan pengecekan apakah guttap point tersebut telah sesuai panjang dan
diameter dengan mencoba menariknya keluar dengan menggunakan pinset apakah
sudah menunjukkan initial fit di daerah apikal yang baik (bila sudah dianggap
baik initial fitnya).
- Lakukan trial foto
B. TEKNIK STEP BACK
Teknik preparasi step back atau disebut juga telescopic canal preparation/ serial root
canal preparation adalah teknik preparasi yang dapat memberikan hasil tapering. Penggunaan
teknik ini untuk mempertahankan penyempitan apikal dan menghasilkan bentuk corong bertahap
ke coronal, sehingga dapat mempertahankan bentuk anatomi akar. Preparasi ini dimulai dengan
instrumen yang kecil kemudian dibantu dengan instrumen yang berukuran lebih besar. Pada
teknik ini dilakukan pengurangan panjang kerja setiap pergantian ukuran file, sehingga dapat
mengurangi tekanan pada saat preparasi. Pengurangan panjang kerja biasanya berkisar 0,5-1 mm.
Teknik step back dapat dilakukan pada akar yang bengkok dan sempit pada ⅓ apikal dengan
menggunakan hand file stainless steel k-file atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur.
Tahap preparasi saluran akar teknik step back :
1. File dimasukkan ke saluran akar sesuai panjang kerja kemudian dilakukan gerakan pull
and push motion. Preparasi dimulai dari ukuran terkecil sampai nomor 25 sesuai panjang
kerja. File nomor 25 disebut dengan Master Apical File (MAF).
2. Preparasi dilanjutkan dengan file nomor 30 dengan panjang kerja dikurangi 1 mm dari
MAF.
3. Preparasi dilanjutkan lagi dengan file nomor 35 dengan panjang kerja dikurangi 2 mm
dari MAF.
4. File berikutnya nomor 40 dengan panjang kerja dikurangi 3 mm dari MAF, demikian
pula untuk file berikutnya nomor 45 sampai 60 atau 80.
5. Setiap pergantian file, perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja semula dengan
menggunakan file nomor 25. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyumbatan
saluran akar oleh serbuk dentin yang terasah.
6. Selama preparasi dan setiap pengeluaran file dari saluran akar perlu dilakukan irigasi
dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam syringe untuk membersihkan sisa
jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
7. Setiap penggunaan file untuk preparasi digunakan pelumas/pelunak dentin untuk
mengatasi penyumbatan saluran akar (gel EDTA, RC-Prep).
8. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus (dapat dilihat dari
bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari dalam saluran akar). Setelah preparasi
selesai, keringkan dengan paper point yang telah disterilkan.
Gambar 4. Proses teknik step back dimulai dari satu file berukuran lebih besar dari master apical
file dengan mengurangi panjangnya setiap tahap 0,5-1 mm.

C. TEKNIK CROWN DOWN PRESSURELESS


Teknik preparasi Crown Down Pressureless merupakan salah satu teknik preparasi
yang dilakukan dimulai dari daerah koronal menuju apikal dari gigi yang akan dilakukan
perawatan saluran akar. Pelebaran saluran akar dimulai dari daerah sepertiga tengah dan
sepertiga koronal dengan menggunakan instrumen rotatif. Selanjutnya daerah sepertiga apikal
dipreparasi menggunakan K-file dengan gerakan memutar tanpa tekanan, diikuti file berikutnya
dengan ukuran yang lebih kecil sampai salah satu file mencapai panjang kerja sebenarnya
(file dimulai dari ukuran besar ke ukuran yang lebih kecil).
Tahap preparasi teknik Crown Down Pressureless:
1. Melakukan penghitungan 2/3 panjang saluran akar bagian koronal dari perhitungan
DWP pada saluran akar.
2. Pada 2/3 panjang koronal dipreparasi menggunakan K-file terkecil, no 6 hingga K-
file no 20 (K-file no #8, #10, #15, #20) dan dilanjutkan dengan menggunakan
Protaper S1, S2, F1, F2 (bila memungkinkan) secara berurutan sepanjang ⅔ panjang
saluran akar bagian koronal dari perhitungan DWP. Setiap pergantian alat dilakukan
irigasi saluran akar menggunakan aquadest steril atau NaOCl dan dilakukan rekapitulasi
dengan K-file nomor kecil sesuai panjang kerja.
3. Melakukan preparasi ulang seperti nomer 2 tetapi panjang kerja disesuaikan dengan
panjang kerja dengan file terkecil no 6 hingga file no 20, Protaper S1, S2, F1, secara
berurutan. Bila Protaper F1 saluran akar masih longgar maka dilanjutkan dengan
menggunakan F2. Setiap pergantian alat dilakukan irigasi menggunakan aquadest
steril atau NaOCl dan dilakukan rekapitulasi dengan K-file nomor kecil sesuai panjang
kerja.
4. Melakukan trial guttap pada saluran akar menggunakan guttap khusus Protaper.
5. Melakukan trial foto
STERILISASI SALURAN AKAR
Sterilisasi saluran akar adalah menghilangkan mikroorganisme patogenik dengan cara
irigasi dan medikamen atau dressing saluran akar (Johnson dan Noblett, 2009). Proses sterilisasi
saluran akar bertujuan untuk mematikan sisa-sisa kuman yang ada di dalam saluran akar dan
tubuli dentin yang tidak dapat dicapai pada waktu preparasi kemomekanis saluran pulpa. Proses
pembersihan mekanis dan dengan menggunakan cairan irigasi hanya akan membersihkan 50-70
persen mikroorganisme saluran akar tergantung dari jenis bahan irigasi yang digunakan
(Athanassiadis et al., 2007). Syarat suatu bahan medikamen intra kanal antara lain mempunyai
sifat antibakterial, mempunyai tegangan permukaan yang rendah, stabil dalam larutan, suatu
antiseptik dan fungisida yang efektif, tidak mengiritasi jaringan periapikal dan tidak mengganggu
perbaikan jaringan periapikal (Iqbal, 2012). Keberhasilan perawatan saluran akar tergantung dari
debridemen dan reduksi infeksi bakteri dari saluran akar.
Penggunaan obat sterilisasi sangatlah penting untuk menunjang proses ini. Obat sterilisasi
yang digunakan harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Bersifat germisida dan fungisida yang efektif
2. Tidak mengiritasi jaringan periapikal
3. Tetap stabil dalam larutan
4. Mempunyai efek antimikrobial yang lama
5. Aktif dengan adanya darah, serum, dan derivat protein jaringan
6. Memiliki tegangan permukaan rendah
7. Tidak mengganggu perbaikan jaringan apikal
8. Tidak menodai struktur gigi
9. Mampu dinonaktifkan dalam medium biakan
10. Tidak menginduksi respon imun antar sel (Grossman, 1995; 249).

Penggunaan bahan medikamen dalam perawatan saluran akar merupakan salah satu
langkah yang penting. Pemberian medikamen saluran akar digunakan sebagai antibakteri untuk
menghilangkan bakteri yang masih tersisa di dalam saluran akar setelah proses instrumentasi dan
irigasi.
1. Golongan Fenol
Medikamen golongan fenol seperti salah satumya formokresol merupakan
kombinasi formalin dan kresol. Formokresol adalah suatu medikamen bakterisidal yang
tidak spesifik. Keduanya sama-sama mengandung kortikosteroid sebagai agen anti-
inflamasi, namun belum sesuai untuk digunakan pada perawatan saluran akar karena
spektrum kerja kedua jenis antibiotik tersebut kurang luas (Athanassiadis and Walsh,
2007). Formokresol bekerja sebagai bahan dressing yang memerlukan bahan lain untuk
mengisi kamar pulpa. Formokresol memerlukan aplikasi selama 3-5 menit sebelum
cotton pellet diangkat.

2. Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKM)


Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKM) merupakan senyawa yang terdiri dari dua
bagian paraklorofenol dan tiga bagian kamfer. ChKM memiliki sifat desinfektan yang
dapat mengiritasi jaringan lebih kecil daripada formokresol. Senyawa ini memiliki
spektrum antibakteri yang luas dan sangat efektif sebagai antijamur. Bahan utamanya
yaitu paraklorofenol dapat memusnahkan berbagai mikroorganisme yang ada dalam
saluran akar. Bahan pendampingnya yaitu kamfer berfungsi sebagai bahan pelarut dan
dapat mengurangi efek iritasi yang terdapat dalam paraklorofenol. Kamfer juga dapat
memperpanjang efek antibakterial. Menthol dalam ChKM mampu mengurangi iritasi
yang disebabkan oleh chlorophenol serta dapat mengurangi rasa sakit (Walton and
Torabinejad, 2008).
3. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) bersifat antimikroba yang dapat membunuh
bakteri setelah cleaning dan shaping, mampu menetralisir toksin yang tersisa karena
adanya ion hidroksil (OH-) dan bersifat basa dengan pH yang tinggi (>11) (Muttalada,
2010). Ion hidroksil yang dihasilkan akan membuat struktur membran sel bakteri rusak
dan menghancurkan DNA bakteri. Sifat basa dari pH yang tinggi menyebabkan
denaturasi protein pada bakteri. Kalsium hidroksida mampu membunuh bakteri-bakteri
yang mati pada keadaan basa (Iqbal, 2012).
4. Bahan medikamen zink oksida
Zink oksida adalah bahan yang berbasis zink oksida yang mengandung antibiotik
klindamisin hidroklorida 5% serta kortikosteroid yaitu triamsinolon asetonida 1%.
Mekanisme kerja medikamen saluran akar berbasis zink oksida kombinasi klindamisin
hidroklorida 5% yaitu dari kandungan klindamisin hidroklorida yang bekerja dengan cara
menghambat formasi ikatan peptida dari 5 DNA bakteri yang berujung pada kematian
sel. Selain itu kandungan triamsinolon asetonida akan membantu meredakan inflamasi
pada jaringan (Bolla et al., 2012).

5. Antibiotik pasta merupakan kombinasi antara antibiotik tetracycline, democlocycline


HCL, dan kostikosteroid, triamcinolone acetonide 1% pada polyethylene glycol base.
Kandungan demeclocycline dengan konsentrasi 3,2% yang terkandung dalam antibiotik
pasta efektif menghambat bakteri endodontik yang umum ditemukan (Prasanti, 2014).
PENGISIAN SALURAN AKAR

A. Teknik Kondensasi Lateral


Teknik ini menggunakan satu gutta percha utama, kemudian ditambahkan gutta percha
tambahan di sekelilingnya. Untuk pengisian ini diperlukan alat spreader. Biasanya di
indikasikan pada saluran akar berbentuk lonjong atau saluran akar yang dipreparasi
dengan teknik step back.

Teknik Kondensasi Lateral


Tahapan:
a. Lentulo diberi rubber stop dan diukur sesuai panjang kerja MB menggunakan
endoblock, lalu letakkan dalam endo stand.
b. Menyiapkan pasta saluran akar :
- Siapkan bubuk seng oksida dan cairan eugenol pada glass plate. Bubuk seng
oksida dibagi dalam beberapa bagian.
- Mencampurkan powder dan liquid : Geser satu bagian bubuk ke arah cairan
menggunakan spatula semen lalu campur kedua bahan dengan gerakan
memutar.
- Tambahkan satu bagian bubuk lagi ke cairan lalu diaduk dengan gerakan
memutar. Demikian seterusnya sampai didapatkan konsistensi pasta. Cara
mengetahui konsistensi sudah tepat atau belum yaitu adonan hasil
pencampuran bubuk dan cairan dikumpulkan dengan spatula semen kemudian
spatula semen diangkat setinggi 1 inch atau 2,5 cm. Jika adonan yang
terangkat bersama spatula semen tidak putus berarti konsistensi adonan sudah
benar.
c. Oleskan jarum lentulo pada adonan pasta ZnOE secukupnya, kurang lebih hanya
setengah dari panjang kerja jarum lentulo yang diberi pasta. Hal ini mengingat
bahwa hanya saluran akar yang diolesi pasta
d. Jarum lentulo + pasta saluran akar dimasukkan saluran akar MB sampai rubber
stop sebatas cusp tertinggi lalu tempelkan jarum lentulo ke dinding saluran akar
dan olesi dinding saluran akar dengan memutar lentulo searah jarum jam.
e. Gutta percha MAF diulas pasta kurang lebih sepanjang saluran akar saja (tidak
sepanjang kerja), lalu dimasukkan ke dalam saluran akar MB menggunakan pinset
sampai dengan batas tanda terletak pada cusp tertinggi (sesuai dengan panjang
kerja). Gutta percha ditekan ke lateral ke arah dinding saluran akar menggunakan
finger spreader yang sudah diberi rubber stop dan diukur sesuai panjang kerja
(besar finger spreader yang digunakan disesuaikan dengan lebar ruang kosong
saluran akar).
f. Ruang kosong pada saluran akar diisi gutta percha tambahan dengan ukuran lebih
kecil dari guttap utama (MAF). Gutta percha tambahan diberi pasta, dimasukkan
saluran akar lalu ditekan ke lateral dengan finger spreader (arah tekan harus sama
dengan sebelumnya)

Pengisian Kondensasi Lateral

g. Tindakan ini dilakukan terus menerus sampai ruang saluran akar penuh dan
finger spreader tidak dapat dimasukkan lagi.
h. Pemotongan gutta percha yaitu dengan memilih ekskavator dengan ukuran kecil
yang sesuai dengan kavitas lalu panaskan ekskavator pada bunsen sampai
membara. Setelah itu lakukan pemotongan gutta percha sampai 1 mm di bawah
dasar ruang pulpa atau sebatas orifice dengan sekali gerakan memotong. Apabila
gutta percha belum putus sempurna maka panaskan kembali ekskavator dengan
bunsen. Lanjutkan melakukan pemotongan gutta percha sampai guttap terputus
sempurna.
i. Lakukan pemampatan gutta percha dengan plugger.
j. Pengisian selanjutnya dilakukan pada saluaran akar DB dengan cara yang sama
seperti pada saluran akar MB.
k. Dilanjutkan pengisian pada saluran akar palatal. Saluran akar palatal diisi dengan
teknik single cone seperti pada gigi kaninus.
l. Kavitas diberi basis semen seng fosfat, diberi kapas tipis lalu ditumpat sementara
dengan fletcher. Tumpatan sementara fletcher diperoleh dengan mencampur
bubuk seng oksida dan cairan fletcher.

B. Teknik Kondensasi Vertikal


Teknik kondensasi vertikal atau teknik “gutta percha panas” untuk pengisian
saluran akar diperkenalkan oleh Sclider. Instrumen yang digunakan untuk kondensasi
vertikal dibagi menjadi dua yaitu instrumen untuk memanaskan gutta percha dan
instrumen untuk kondensasi gutta percha.

Teknik Kondensasi Vertikal


Prosedur kondensasi vertikal:
1. Gutta percha dipasang pada ujung plugger, lalu dipanaskan
2. Lakukan kondensasi pada gutta percha yang telah lunak ke arah vertikal sehingga
gutta percha dapat mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar

Kelebihan teknik ini yaitu menghasilkan pengisian saluran akar yang homogen
dan guta percha mampu beradaptasi secara baik dengan dentin. Kekurangan teknik ini
yaitu kontrol bahan pengisi apikal kurang dibandingkan kondensasi lateral.

C. Thermoplastic Gutta Perca


Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat ultrafil atau obtura, yaitu alat yang
bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap point serta mendorong dalam
saluran akar ke arah apikal.

Kelebihan metode ini:


1. Teknik ini menghasilkan peningkatan densitas gutta-percha di daerah apikal,
menghindari filtrasi atau ruang kosong.
2. Teknik ini memberikan fluiditas yang lebih besar di saluran lateral, mengisi saluran
aksesori.
3. Teknik ini memiliki adaptasi yang lebih baik kdaripada teknik yang lain
4. Teknik ini menghasilkan massa yang sangat homogen di seluruh saluran
5. Sistem injeksi gutta-percha termoplastik suhu tinggi dan rendah menunjukkan hasil
yang lebih baik daripada kondensasi lateral tradisional.
Metode pengisian thermoplastis dengan gutta percha di atas 45 drajat dapat
membuat kecenderungan bahan pengisi mengalami pengerutan bila gutta percha menjadi
dingin kecuali bila dimampatkan dengan instrumentasi ke arah apeks.
Metode termoplastik mempunyai kekurangan yaitu kurang dapat membawa gutta
percha dengan tepat ke foramen apikal dan tidak melebihinya walaupun metode ini dapat
mengisi saluran lateral pada semua celah-celahnya. Apabila pengisian melebihi foramen
apikal(overfilling) dapat menyebabkan Spagetthi phenomen.

D. Teknik single cone


Teknik single cone merupakan teknik pengisian akar yang dilakukan dengan
memasukkan gutta point tunggal ke saluran akar yang dikombinasi dengan sealer (Bahan
sealer yang digunakan yaitu pasta seng oksida eugenol) dengan ukuran sesuai dengan
diameter preparasi. Teknik ini membutuhkan lebih sedikit waktu, bahan, dan pengalaman
dibandingkan teknik kondensasi lateral. Gutta percha yang digunakan harus sesuai
dengan hasil akhir preparasi saluran akar. Namun, banyak menyebabkan kebocoran hasil
obturasi yang paling tinggi dibanding dengan teknik lain karena teknik ini tidak dapat
menutup saluran akar dengan sempurna.
Indikasi dari teknik ini antara lain:
a. Saluran akar berbentuk bulaT
b. Akar sudah tumbuh lengkap
c. Akar tidak terlalu sempit maupun lebar
d. Akar lurus dan bengkok
Tata cara teknik single cone:
1) Membongkar tumpatan sementara dengan bur dan ekskavator
2) Gutap yang sudah dilakukan trial direndam di alkohol
3) Mengambil jarum lentulo, kemudian ditandai dengan rubber stop sesuai panjang
kerja yang diukur dengan menggunakan endoblock, lalu letakkan dalam endo
stand
4) Menyiapkan bahan pengisian (sealer) sesuai dengan aturan pabrik
5) Melakukan asepsis dan isolasi daerah kerja (menggunakan cotton roll, saliva
ejector
6) Mengoleskan jarum lentulo dengan sealer
7) Memasukkan jarum lentulo ke saluran akar ditempelkan menempel ke dinding
saluran akar
8) Mengambil gutap sesuai dengan protaper terbesar yang sudah ada tandanya
kemudian dikeringkan dengan cotton roll
9) Mengoleskan sealer ke guttap
10) Memasukkan guttap point ke dalam saluran akar dengan menggunakan pinset
sampi stopper cusp tertinggi
11) Memotong guttap setinggi orifice dengan menggunakan ekskavator yang telah
dipanaskan
12) Menekan guttap yang telah dipotong dengan menggunakan finger plugger sampai
mampat sehingga permukaan guttap turun 1 mm dibawah orifice
13) Bersihkan kavitas dari sisa sealer dengan cotton pellet lembab
DAFTAR PUSTAKA
Athanassiadis, B., Abbott, P. V and Walsh, L. J. 2007. ‘The use of calcium hydroxide, antibiotics
and biocides as antimicrobial medicaments in endodontics.’, Australian dental journal. Australia,
52(1 Suppl), pp. S64-82.
Bolla N, Kavuri S.R, Tanniru H.I, Vemuri S, Shenoy A, 2012, Comparative Evaluation of
Antimicrobial Efficacy of Odontopaste, Chlorhexidine and Propolis as Root Canal Medicament
Against Enterococcus faecalis and Candida albican, J Int Dent Med Res, 5(1): 14-25.
Garg, N. dan Garg, A. 2010. Textbook of Endodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers.
Grossman LI, Oliet S, & Del Rio CE.1995. Endodontic Practice.263-285.
Iqbal A. 2012. Antimicrobial irrigants in the endodontic therapy. Int J Health Sci (Qassim); 6(2):
2.
Johnson WT, Noblett WC. 2009. Cleaning and shaping. In: Torabinejad M, Walton RE.
Endodontics, principle and practice. 4th Ed. St. Louis: Saunders, Elsevier
Prasanti,E.D.2014. Perbandingan efek triple antibiotic paste, pasta ledermix, dan kalsium
hidroksida terhadap viabilitas sel punca pulpa mesenkim.Tesis (Sp.KG).Universitas Indonesia.
Siti Mardewi KSA.Perawatan Endodontik konvensional. Seri I, 2009.
Torabinejad, M., Fouad, A. and Shabahang, S., 2020. Endodontics e-book: Principles and
practice. Elsevier Health Sciences.

You might also like