You are on page 1of 9

Gambaran Tingkat Risiko Prediabetes Pada Aparat Kepolisian

Di POLRES Padang Panjang Tahun 2022

An Overview of Prediabetes Risk Levels in Police Officers


in Padang Panjang Police Station in 2022

Nurul Febri Gustina1, Aulia Putri2, Junaidy Suparman Rustam3

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi

Email: nurulfebrigustina0@gmai.com

ABSTRACT

Prediabetes is a condition in which a person with blood glucose levels that do not meet the
criteria for diabetes mellitus but are high enough to be considered normal. Prediabetes also has
precipitating risk factors and therefore the importance of controlling risk factors and efforts to
reduce fatality rates This study aims to describe the level of prediabetes risk in police officers at
the Padang Panjang police attention in 2022. The population in this study were all police
officers at the Padang Panjang police station with a sample of 232 respondents using a
descriptive study approach. The instrument of this research is the FINDRISC questionnaire
which was conducted in the month of coolies in 2022. The results of this study show that the
frequency distribution of the risk level of prediabetes among police officers at the Padang
Panjang police station in 2022 slightly increased by 124 people (53.4%). The conclusion in this
study is that the level of prediabetes risk in police officers at the Padang Panjang police station
in 2022 is at a slightly increased risk level. Suggestions in this study are to be able to pay
attention to the risk factors that cause prediabetes in police officers at the Padang Panjang
police station.

Keywords: Prediabetes Risk, FINDRISC, Police Officers, DM

Reading List: 2012-2022


ABSTRAK

Prediabetes merupakan suatu kondisi dimana seseorang dengan kadar glukosa darah yang tidak
memenuhi kriteria diabetes mellitus namun cukup tinggi untuk bisa dikatakan normal.
Prediabetes juga memilki faktor risiko pencetus dan karena itu pentingnya upaya pengendalian
faktor risiko dan upaya menurunkan tingkat fatalitas . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat risiko prediabetes pada aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang tahun
2022. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang
dengan jaumlah sampel sebanyak 232 responden dengan menggunakan deskriptif dengan
pendekatan studi. Instrumen penelitian ini adalah kuisioner FINDRISC yang dilakukan pada
bulan kuli 2022. Hasil penelitian ini diketahui bahwa distribusi frekuensi tingkat risiko
prediabetes pada aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang tahun 2022 sedikit meningkat
sebesar 124 orang (53,4%). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu tingkat risiko prediabetes pada
aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang tahun 2022 yaitu pada tingkat risiko sedikit
meningkat. Saran pada penelitian ini adalah agar dapat memperhatikan faktor-faktor risiko
penyebab prediabetes pada aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang.

Kata Kunci : Risiko Prediabetes, FINDRISC, Aparat Kepolisian, DM

Daftra Bacaan : 2012 - 2022

PENDAHULUAN tergolong prediabetes yaitu kadar gula darah


puasa antara 100-125 mg/dl dan gula darah
Prediabetes merupakan suatu kondisi 2 jam setelah makan 140 - 200 mg/dl
dimana seseorang dengan kadar glukosa (Mihardja et al., 2014)
darah yang tidak memenuhi kriteria diabetes Menurut International Diabetes
mellitus namun cukup tinggi untuk bisa Federation (2017) pada tahun 2030
dikatakan normal (ADA, 2016). Istilah diperkirakan sekitar 398 juta orang di dunia
prediabetes diperkenalkan pertama kali akan mengalami prediabetes. Menurut
tahun 2002 oleh Departement of Health and Aschner (2017) mengatakan prevalensi
Human Service (DHHS) dan the American tolensi glukosa terganggu mencapai 16,7%
Diabetes Association (ADA). Sebelum dan pada tahun 2045 diperkirakan angkanya
istilah prediabetes istilahnya ialah toleransi akan turun hingga menjadi 15,9%. Data
glukosa terganggu (TGT) dan gula dardah Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa
puasa terganggu (GDPT). Setiap tahunnya angka prediabetes di Indonesia cukup tinggi
4-9% orang dengan prediabetes menjadi yaitu pada keadaan glukosa darah puasa
penderita Diabetes Mellitus (DM). terganggu (GDPT) sebesar 26,3% dan pada
seseorang dikatakan prediabetes atau keadaan toleransi glukosa terganggu (TGT)
sebesar 30,8% dan di Sumatera Barat polisi mengalami prediabetes (Kemenkes
didapatkan prevalensi prediabetes yaitu RI, 2018)
sebesar 1,8%. Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis tertinggi di Kota Padang Seperti penyakit tidak menular lainnya,
Panjang sebesar 1,89% dan diperkirakan prediabetes juga memiliki faktor risiko atau
bahwa prevalensi prediabetes di Kota faktor pencetus yang berkontribusi terhadap
Padang Panjang 2 kali lipat dibandingkan kejadian penyakit. Upaya pengendalian
dengan jumlah penderita DM di kota faktor risiko dapat mencegah prediabetes
tersebut. dan menurunkan tingkat fatalitas. Faktor
risiko yang dapat menyebabkan prediabetes
POLRI adalah suatu pranata umum sipil dibagi menjadi dua yaitu faktor yang dapat
yang menjaga ketertiban, keamanan, dan dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat
penegak hukum di Indonesia. Polisi dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
memiliki beban kerja dan tanggung jawab dimodifikasi .
yang sangat besar dan karena itu pentingnya
petugas kepolisian untuk selalu menjaga Faktor risiko yang tidak dapat
kesehatannya agar bisa menjalankan tugas dimodifikasi adalah ras, etnik, umur, jenis
secara baik dan professional. Namun polisi kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes
juga merupakan populasi yang rentan mellitus, riwayat melahirkan bayi > 4000
menderita prediabetes. Pada Global Journal gram, riwayat lahir dengan berat badan lahir
of Medicine and Public Health rendah ( BBLR atau < 2.500 gram). Faktor
memperlihatkan polisi dapat memiliki faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu berat
risiko prediabetes, dilihat dari populasi yang badan lebih, obesitas, kurangnya aktiftas
diteliti terdapat polisi dengan indeks masa fisik, hipertensi, dislipdemia, diet tidak sehat
tubuh overweight ( 35%) dan obesitas (7%). dan tidak seimbang dan merokok
Sebanyak 64 % populasi polisi yang diteliti (Kemenkes, 2020).
tidak melakukan kegiatan aktivtas fisik ( Menurut Lorga, dkk (2012) faktor risiko
olah raga) diwaktu luang mereka (Jahnavi yang berhubungan dengan kejadian
et all ., 2018). prediabetes terdiri menjadi 2 faktor yaitu
Selain itu polisi juga memiliki pekerjaan faktor yang dapat diubah dan yang tidak
yang cukup melelahkan dan memiliki shift dapat diubah, dimana faktor yang dapat
kerja termasuk malam hari, , menurut diubah seperti indeks masa tubuh (IMT),
mantan perwira dan penulis terkenal yaitu lingkar pinggang, hipertensi, perilaku
Dr. Gilmartin mengatakan bahwa polisi merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik
mengalami peningkatan respons stress serta pola diet.
simpatis yang menyebabkan diabetes Kota Padang Panjang merupakan salah
(Kumar et al., 2018). Berdasarkan data dari satu kota dengan angka kejadian prediabetes
Riskesdas yang diambil dari pengukuran tertinggi di Sumatera Barat Lembaga
gula darah puasa didapatkan bahwa 28,7% kepolisian merupakan salah satu unit kerja
lembaga hukum POLRES Padang Panjang
terletak di Pusat Kota Padang Panjang yang prediabetes pada aparat kepolisian di
memiliki 4 polsek. Dari studi pendahuluan POLRES Padang Panjang tahun 2022.
yang dilakukan di Polres Kota Padang
Panjang terhadap 7 orang anggota Teknik sampling yang digunakan dalam
kepolisian, dimana 6 dari 7 orang berjenis penelitian ini adalah total sampling, yaitu
kelamin laki – laki yang mana memiliki Teknik tersebut merupakan teknik
usia antara 25-40 tahun. Ke 7 orang polisi pengumpulan sampel bila semua anggota
ini mengatakan bahwa tidak memiliki populasi digunakan sebagai sampel
riwayat keturunan DM. Sedangkan itu 4 (Sugiyono, 2014).
dari 7 anggota kepolisan tersebut memiliki Jumlah sampel yang diteliti pada
IMT ≥ 25 kg/m2. Kemudian 5 dari 7 penelitian ini sebanyak 232 responden yaitu
anggota kepolisian tersebut mengatakan aparat kepolisian di POLRES Padang
memiliki aktivitas yang kebanyakan duduk Panjang tahun 2022 yang memenuhi syrat
dan tidak berolahraga secara teratur dan 2 kriteria inklusi.
dari 7 orang polisi tersebut mengatakan
jarang mengkonsumsi buah dan sayur. HASIL
Berdasarkan data diatas pentingnya untuk
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
mengetahui faktor risiko prediabetes untuk
distribusi karakteristik responden ditinjau
sebagai langkah awal dalam pencegahan
dari usia, rata-rata umur responden (36,90),
dini agar tidak terdiagnosis penyakit
pada karakteristik jenis kelamin sebagian
diabetes mellitus yang dikarenakan diabetes
besar responden berjenis kelamin laki – laki
merupakan penyakit kronis yang tidak hanya
sebanyak 199 orang (85,8%). Pada
mempengaruhi kesehatan jangka panjang
karakteristik status perkawinan sebagian
tetapi juga mempengaruhi kehidupan secara
besar responden menikah sebanyak 187
pribadi dan juga professional.
orang (80,6). Pada karakteristik pangkat
Penelitian ini bertujuan untuk sebagian besar berpangkat Aiptu sebanyak
mengetahui gambaran tingkat risiko 37 orang (15,9%). Pada karakteristik masa
prediabetes pada aparat kepolisian di kerja sebagian besar mempunyai masa kerja
POLRES Padang Panjang Tahun 2022. selama 1-10 tahun sebanyak 76 orang (32,8).

METODE Tabel 1. Karakteristik responden pada aparat


Jenis penelitian ini adalah penelitian kepolisian di POLRES Padang Panjang
kuantitatif yaitu data berupa angka-angka Tahun 2022
dan analisis menggunakan statistic
(Sugiono, 2014). Metode penelitian ini Karakteristik f %
menggunakan metode deskriptif Jenis kelamin
menggunakan pendekatan study survey. Laki-laki 199 85.8
Metode ini digunakan karena peneliti ingin Perempuan 33 14.2
mengetahui gambaran tingkat risiko Umur 37 23.613
Status Perkawinan
Menikah 187 80.6 PEMBAHASAN
Belum menikah 45 19.4
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
Pangkat
sebanyak 232 aparat kepolisian yang
Kompol 6 2.6
menjadi responden di dapatkan hasil bahwa
AKP 9 3.9
tingkat risiko prediabetes di POLRES
Ipda 19 8.2
Padang Panjang berada pada tingkat risiko
Iptu 23 9.9
sedikit meningkat yaitu sebesar 124 orang
Aiptu 37 15.9
(53.4%).
Aipda 25 10.8
Bripka 21 9.1 Hasil ini sejalan dengan penelitian
Brigpol 24 10.3 Jamaludddin (2016) dalam penelitiannya
Briptu 33 14.2 yang berjudul gambaran tingkat risiko
Bripda 35 15.1 diabetes mellitus tipe 2 pada pekerja
Masa kerja berdasarkan FINDRISC di RS X tahun 2016
1-10 tahun 76 32.8 terhadap 690 responden menunujukkan 303
11-20 tahun 63 27.2 orang (43,9%) masuk dalam tingkat risiko
21-30 tahun 42 18.1 sedikit meningkat. Hasil ini juga sejalan
31- 40 tahun 51 22.0 dengan penelitian Panna,dkk (2021) dalam
penelitiannya yang berjudul deteksi risiko
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui diabetes mellitus tipe 2 menggunakan
distribusi frekuesi tingkat risiko prediabetes FINDRISC terhadap 15 responden 5 orang
pada aparat kepolisian sebagian besar 124 masuk dalam kategori risiko sedikit
responden dengan tingkat risiko sedikit meningkat. Penelitian ini juga sejalan
meningkat dengan persentase (53,4%) di dengan hasil penelitian Widayanti (2020)
POLRES Padang Panjang Tahun 2022. terhadap 136 responden menunjukkan 69
responden (50,7%) masuk dalam tingkat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko risiko sedikit meningkat.
Prediabetes pada Aparat Kepolisian di
POLRES Padang Panjang Tahun 2022 Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
Sahayati, (2019) dalam penelitiannya yang
berjudul faktor risiko kemungkinan
Tingkat risiko f % timbulnya diabetes di Kabupaten Sleman
Rendah 70 30.2 (skoring DM menggunakan FINDRISC)
Sedikit meningkat 124 53.4 terhadap 45 responden menunjukkan
Sedang 18 7.8 73,33% masuk dalam kategori tingkat risiko
Tinggi 12 5.2 rendah. Penelitian ini bertolak belakang
dengan hasil penelitian Handayani, (2018)
Sangat tinggi 8 3.4
dalam penelitiannya yang berjudul
gambaran risiko kejadian DM tipe 2 dengan
kuisioner FINDRISC pada karyawan di PT
X tahun 2018 terhadap 261 responden menderita DM 1,5 kali, obesitas derajat I
menunjukkan 91,6% memiliki risiko rendah. memilki risiko 2,5 kali, obesitas derajat II
memilki risiko 3,6 kali, dan obesitas derajat
Berdasarkan hasil penelitian yang III memilki risiko sebanyak 5,1 kali
menjadi alasan lebih tingginya tingkat risiko dibandingkan orang yang memilki IMT
sedikit meningkat dibandingkan dengan normal. Keadaan berat badan berlebih atau
yang lainnya adalah karena di POLRES obesitas membuat tubuh mengalami
Padang Panjang lebih banyak pada peningkatan asam lemak, penumpulakn
kelompok usia tidak berisiko (<45 lemak di intra sel serta pembentukan setokin
tahun),IMT normal (lebih rendah dari 25 yang menyebabkan kerusakan fungsi
kg/m2), memiliki lingkar pinggang yang insulin.
berisiko (94-102cm untuk laki-laki, 80-
88cm untuk perempuan), lebih banyak tidak Lingkar pinggang sering dikaitkan
melakukan aktivitas aktivitas fisik minimal dengan penumpukan lemak sentral dan
30 menit dalam sehari, lebih banyak tidak memicu terjadinya penurunan fungsi insulin.
mengkonsumsi sayur atau buah setiap hari, Lemak perut yang berlebihan akan memicu
lebih banyak tidak memiliki riwayat tekanan masalah kesehatan yang serius, seperti
darah tinggi, lebih banyak tidak memiliki serangan jantung, stroke dan diabetes. Untuk
riwayat kadar gula darah tinggi dan lebih mengecilkan ukuran lingkar pinggang ada
banyak tidak memiliki riwayat keluarga beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu
yang mengidap DM. seperti mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung tinggi gula, mengkonsumsi
Faktor usia mempengaruhi penurunan lebih banyak sayur dan buah, pola makan
pada semua sistem tubuh, tidak terkecuali yang sehat dan melakukan aktivitas fisik
sistem endokrin. Penambahan usia seperti berjalan, berlari, berenang, senam
menyebabkan kondisi resistensi pada insulin aerobic yang terbukti efektif untuk
yang berakibat tidak stabilnya level gula mengurangi jumlah lemak pada perut dan
darah sehingga banyaknya kejadian DM menurunkan berat badan (Tandra, 2017).
salah satu diantaranya kejadian DM salah
satu diantaranya yang secara degenerative Aktivitas fisik/olahraga berperan utama
menyebabkan penurunan fungsi tubuh. Usia dalam pengaturan kadar glukosa darah serta
menjadi salah satu faktor yang melandasi untuk menurunkan berat badan dan lemak
terjadinya prediabetes karena adanya tubuh. Olahraga yang dapat dilakukan yaitu
peningkatan komposisi lemak dalam tubuh seperti senam diabetes, jalan biasa, jogging,
yang terakumulasi pada abdomen yang berenang dan bersepeda. Jenis senam yang
memicu terjadinya obesitas sentral dan dilakukan adalah senam aerobik low impact
memicu terjadinya resistensi insulin dan rithmic, aktivitas fisik yang dimaksud
(Widayanti, 2020). disini adalah aktivitas fisik yang dilakukan
setiap hari minimal dengan waktu 30 menit
Menurut Ganz et al. (2014) seseorang (Utama,2011).
yang memilki berat badan berlebih memiliki
berat badan berlebih memilki risiko
Bagi tubuh serat berfungsi dalam darah tinggi dipengaruhi oleh usia individu.
penyerapan zat makanan yang masuk Semakin rendah usia semakin sedikit
kedalam tubuh, semkain tinggi serat individu yang memilki kadar gula darah
makanan yang dikonsumsi maka proses tingginya individu yang memilki kadar gula
penyerapan dan pengosongan lambung juga darah tinggi. Hasil penelitian di POLRES
akan semakin lama, dengan demikian rasa Padang Panjang menunjukkan bahwa lebih
kenyang yang dirasa akan semakin lama. banyak aparat yang tidak memilki kadar
Tetapi jika seseorang kurang mengkonsumsi gula darah tinggi, tetapi beberapa tahun
makanan yang berserat maka proses kemudian bagi aparat yang tidak memiliki
penyerapan makanan menjadi cepat dan riwayat kadar gula darah yang tinggi
lambung akan cepat memberikan sinyak kemungkinan dapat memilki kadar gula
untuk makan sehingga terlalu banyak gula darah yang tinggi di kemuddian hari. Hal ini
dan lemak yang diserap oleh tubuh, dikarenakan adanya penambahan usia setiap
kemudian akan terjadi peningkatan kadar individu dan pola hidup yang kurang baik
glukosa darah dalam tubuh yang selanjutnya yang menyebabkan individu bisa memiliki
akan menyebabkan DM. untuk penderita risiko yang lebih besar
DM sebaiknya memilih buah yang tdak
manis seperti apel, pisang, jambu atau DM dapar menurun menurut silsilah
papaya (Tandra, 2017). keluarga karena DNA diinformasikan pada
gen berikutnya terkait dengan penurunan
Hipertensi merupakan faktor risiko produksi insulin. Sebanyak 19 gen telah
vascular yang utama pada diabetes usia divalidasi berhubungan dengan DM tipe 2.
lanjut yang mana tekanan darah yang tinggi Dari 19 varian tersebut, varan gen yang
dapat menyebabkan pendistribusian gula terkuat adalah TCF7L2, sebesar 15% orang
pada sel tidak berjalan optimal sehingga dewasa Eropa membawa dua salinan gen
akan terjadi akumulasi gula dan kolestrol yang tidak normal sehingga berisiko dua kali
dalam darah. Sebaliknya jika kondisi menderita DM tipe 2 sepanjang hidupnya
tekanan darah berada pada rentang normal dibandingkan dengan 40% orang yang
karena insulin bersifat sebagai zat bukan sebagai pembawa salinan gen.
pengendalian dari system renin dan Hampir semua gen yang tidak normal
angiotensin. Kadar insulin yang cukup tersebut mempengaruhi massa dan sebagian
menyebabkan terjaga, tekanan darah diatas tampak berpotensi menimbulkan resistensi
120/90 mm Hg memiliki risiko diabetes dua insulin yang kemudian akan menyebabkan
kali lipat dibandingkan dengan orang yang terjadinya DM (Bilous dan Donelly, 2015).
tekanan darahnya normal (Brunner dan
Suddarth, 2013). KESIMPULAN

Menurut WHO seseorang dapat Karakteristik responden berdasarkan


didiagnosa DM jika kadar gula darah pada jenis kelamin sebagian besar laki – laki
saat puasa ≥ 126 mg/dl dan 2 jam sesudah dengan persentase 85,8%, berdasarkan umur
makan ≥200 mg/ dl. Riwayat kadar gula rata- rata berumur 37 tahun dan mayoritas
polisi memilki riwayat perkawinan sudah
menikah dengan persentase 80,6% dan The Kolkata policeman study. Journal
sebagian besar polisi memilki pangkat Aiptu of Association of Physicians of India,
dengan persentase 15,9 % dan memiliki 56(NOV.), 841–844.
masa kerja paling banyak yaitu pada rentang Lorga, T (2012). Predicting prediabetes in a
1- 10 tahun dengan persentase 32,8%. rural community: A survey among the
Karen ethnic community,
Tingkat risiko prediabetes pada aparat Thasongyang, Thailand. International
kepolisian di POLRES Padang Panjang Journal of General Medicine, 5, 219–
berada pada tingkat risiko sedikit meningkat 225.
yaitu sebesar 124 responden (53.4%). https://doi.org/10.2147/IJGM.S27876

REFERENSI Mihardja, L, dkk (2014). Follow-Up


Toleransi Glukosa Terganggu
Aschner, P. (2017). New IDF clinical Riskesdas 2007 di DKI Jakarta pada
practice recommendations for Tahun 2009. Buletin Penelitian Sistem
managing type 2 diabetes in primary Kesehatan, 17(3), 233–239.
care. Diabetes Research and Clinical
Pasha, dkk (2018). Prevalence of obesity
Practice, 132, 169–170.
and it’s associated risk factors among
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2017.0
policemen of Chitradurga district,
9.002
Karnataka, India. International Journal
Handayani, S. N. (2018). Gambaran Risiko of Advances in Medicine, 5(5), 1280.
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 https://doi.org/10.18203/2349-
Dengan Kuesioner The Finnish 3933.ijam20183908
Diabetes Risk Score (FINDRISC) Pada
Panna, dkk (2021). Deteksi risiko diabetes
Karyawan Di Pt.X Tahun 2018. 1–15.
mellitus tipe 2 menggunakan findrisc.
I D F Diabetes. (2017). Eighth Edition 2017. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2),
In IDF Diabetes Atlas, 8th edition. 357–362.
https://www.idf.org/aboutdiabetes/type- https:///jms/article/view/5978/2062
2-diabetes.html
Recommendations, C. P. (2016). Standards
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan of Medical Care in Diabetes—2016
Dasar Tahun 2018. Kementrian Abridged for Primary Care Providers.
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699. Clinical Diabetes, 34(1), 3–21.
https://doi.org/10.2337/diaclin.34.1.3
Kementrian kesehatan republik indonesia.
(2020). Tetap Produktif, Cegah Dan Sahayati, S. (2019). faktor risiko
Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data kemungkinan timbulnya diabetes
dan informasi kementrian kesehatan melitus pada remaja di kabupaten
RI. sleman (skoring DM menggunakan
findrisc). Jurnal Formil (Forum
Kumar,dkk . (2008). Prevalence of diabetes Ilmiah) Kesmas Respati, 4(2), 201.
and impaired fasting glucose in a https://doi.org/10.35842/formil.v4i2.27
selected population with special 1
reference to influence of family history
and anthropometric measurements - Widayanti, M. R. (2020). Hubungan Antara
Finnish Diabetes Risk Score (Findrisc)
Dan Gula Darah Sewaktu (Gds)
Sebagai Prediktor Risiko Penyakit
Diabetes Mellitus Pada Komunitas
Becak Lestari Surabaya. Jurnal Ilmiah
Keperawatan (Scientific Journal of
Nursing), 6(1), 137–142.
https://doi.org/10.33023/jikep.v6i1.565

You might also like