Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Prediabetes
1. Definisi Prediabetes
glukosa atau gangguan glukosa puasa yang mana kondisi di mana nilai
glukosa darah lebih tinggi dari biasanya, tetapi tidak cukup tinggi untuk
(TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) atau kadar HbA1c sesuai
konkrit, dan sehingga angka dari morbiditas dan mortalitas terkait akan
tetapi tidak cukup tinggi untuk memenuhi kriteria diabetes dimana keadaan
toleransi glukosa terganggu (TGT) dan / atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) atau HbA1c sesuai peningkatan risiko DM yang mana merupakan
komplikasinya.
2. Epidemiologi Prediabetes
terganggu mencapai 16,7% dan pada tahun 2045 diperkirakan angkanya akan
turun hingga menjadi 15,9%. Data dari Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa
angka prediabetes di Indonesia cukup tinggi yaitu pada keadaan glukosa darah
puasa terganggu (GDPT) sebesar 26,3% dan pada keadaan toleransi glukosa
3. Kriteria Prediabetes
plasma puasa atau toleransi glukosa oral. Glukosa plasma puasa sering
glukosa oral diukur setelah puasa semalam dan 75 g glukosa dalam air.
Prediabetes didefinisikan sebagai gula darah puasa antara 100 dan 125 mg/dl
dan / atau kadar toleransi glukosa oral antara 140 dan 199 mg/dl (Okosun &
Lyn, 2015)..
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) adalah dimana hasil glukosa plasma
puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam
pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan
5,7-6,4% .
klinis seperti DM. pada DM didapati keluhan yang khas seperti polifagia,
ditemukan adalah meningkatnya kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa
darah 2 jam setelah makan diatas normal tetapi tidak sampai pada keadaan
2020). Screening yang dilakukan pada kelompok yang berisiko tinggi pada
(ADA, 2019):
Kelompok dengan IMT ≥ 23kg/m2 dan disertai dengan satu atau lebih
a. Faktor keturunan DM
d. Hipertensi
kadar yang tinggi dan kerja insulin tidak bekerja dengan maksimal
aatau glukosa tidak dapat diserap oleh tubuh maka akan dapat
darah.
telur yang diproduksi kecil dan tidak dapat matang atau yang
untuk mengkompensasi resistensi insulin dan keadaan kadar gula darah dalam
rentang normal. Akan tetapi dalam lama-kelamaan sel –sel tersebut tidak
peningkatan kadar gula darah dan menurunnya fungsi sekresi sel (Eikenberg
tubuh sudah mampu untuk mengkompensasi pada fase prediabetes, tidak ada
tanda dan gejala yang khusus yang dialami penderita prediabetes akan tetapi
jika sudah berlanjut ke tahap diabetes mellitus makan akan timbul keluhan
Menurut Putri dan Rustam (2021) beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan prediabetes dibagi menjadi dua yaitu, modified factor dan unmodified
factor. Seperti pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dan manajemen stress. serta
unmodified factor seperti usia, jenis kelamin, riwayat DM dalam keluarga. Menurut
Lorga, dkk (2012) faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian prediabetes terdiri
menjadi 2 faktor yaitu faktor yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah, dimana
faktor yang dapat diubah seperti indeks masa tubuh (IMT), lingkar pinggang,
hipertensi, perilaku merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik serta pola diet.
Sementara itu menurut Putri dan Rustam (2021) unmodified factor terdiri dari usia,
jenis kelamin dan riwayat DM dalam keluarga. Berikut merupakan penjelasan dari
1. Unmodified factor
a. Usia
merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berperan aktif dalam
b. Riwaya keluarga DM
salinan gen yang tidak normal sehingga berisiko dua kali menderita
bukan sebagai pembawa salinan gen. Hampir semua gen yang tidak
trjadinya DM tipe 2 selain itu, faktor- faktor risiko lain juga sangat
(95%CI, 1,81-11,71).
c. Jenis Kelamin
lebih besar atau obesitas dibandingkan dengan laki –laki dan juga
sebanyak (58%).
Sementara itu penelitian cross-sectional oleh Lorga,dkk (2012)
2. Modified factor
tubuh (IMT) lebih dari 24 dianggap kelebihan berat badan dan lebih
dari 30 adalah obesitas (J et al., 2021). IMT dikategorikan menjadi 5,
obesitas derajat II memilki risiko 3,6 kali, dan obesitas derajat III
fungsi insulin.
b. Aktivitas Fisik
kadar glukosa darah serta untuk menurunkan berat badan dan lemak
dilakukan adalah senam aerobik low impact dan rithmic, aktivitas fisik
yang dimaksud disini adalah aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari
glukosa lebih banyak masuk ke dalam sel, tanpa bantuan insulin. dan
oto dan lemak dan glukosa produksinya di tekan oleh hati. Resistensi
14,5% Menurut Boeing, dkk (2012) pola diet buah dan sayur bisa
akan semakin lama, dengan demikian rasa kenyang yang dirasa akan
banyak gula dan lemak yang diserap oleh tubuh, kemudian akan
terjadi peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh yang selanjutnya
yang tdak manis seperti apel, pisang, jambu atau papaya (Tandra,
2017).
setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah
jeruk,apel, jambu biji atau pisang. Untuk porsi konsumsi sayur atau
serat setiap hari yang terdiri dari minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
D. Lingkar Pinggang
buah, pola makan yang sehat dan melakukan aktivitas fisik seperti
E. Hipertensi
diabetes usia lanjut yang mana tekanan darah yang tinggi dapat
POLRI adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan,
dan penegak hukum di Indonesia. Polisi memiliki beban kerja dan tanggung jawab
yang sangat besar dan karena itu pentingnya petugas kepolisian untuk selalu menjaga
kesehatannya agar bisa menjalankan tugas secara baik dan professional. Namun polisi
juga merupakan populasi yang rentan menderita prediabetes. Pada Global Journal of
Medicine and Public Health memperlihatkan polisi dapat memiliki faktor risiko
prediabetes, dilihat dari populasi yang diteliti terdapat polisi dengan indeks masa
tubuh overweight ( 35%) dan obesitas (7%). Sebanyak 64 % populasi polisi yang
diteliti tidak melakukan kegiatan aktivtas fisik ( olah raga) diwaktu luang mereka
(Jahnavi et all ., 2018). Selain itu polisi juga memiliki pekerjaan yang cukup
melelahkan dan memiliki shift kerja termasuk malam hari, , menurut mantan perwira
dan penulis terkenal yaitu Dr. Gilmartin mengatakan bahwa polisi mengalami
peningkatan respons stress simpatis yang menyebabkan diabetes (Kumar et al., 2008).
Berdasarkan data dari Riskesdas yang diambil dari pengukuran gula darah puasa
Sensitivitas insulin
terganggu
Prediabetes
DM
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Zhang, dkk (2015); Riskesdas (2018); Tabák, dkk ( 2012); Eikenberg dan Davy ( 2013)