You are on page 1of 2

FIRMAN FATHURAHMAN

106121048

KOMUNIKASI 2021

TUGAS RESUME PERTEMUAN VI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Spiritualitas Shalat Dan Zakat Dalam Membangun Modal Kebaikan Pribadi Dan Sosial.

Istilah zakat mengandung arti suci, bening, bersih, dan kata-kata yang semakna dengannya. Oleh
karenanya, seseorang yang mengeluarkan zakat ia telah mensucikan (membersihkan) kotoran-
kotoran darinya serta melepaskan dosa-dosanya dan membersihkan dirinya dari malapetaka dan
mendapatkan pujian dari Allah Swt hingga ia dapat merasakan sehatnya iman (lihat, Nihayatu al-
Zain, 167).

Sebagai ibadah pokok (fundamental), zakat termasuk salah satu rukun Islam, sebagaimana yang
diungkapkan dalam hadist Nabi, sehingga keberadaannya di anggap sebagai ma’lumun mina al-
diin bi al-dharurah (sesuatu yang dapat diketahui dengan pasti dan merupakan bagian mutlak
dari keislaman seseorang).

Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mensejajarkan kewajiban shalat dengan kewajiban zakat
dalam berbagai bentuk kalimat. Dan Allah Swt di banyak ayat dalam Al–Qur’an secara eksplisit
memuji orang–orang yang dengan sungguh–sungguh menunaikannya (ita’u al-zakat), dan
sebaliknya memberikan ancaman bagi yang sengaja meninggalkannya (tarkuha).

Untuknya, Sahabat Abu Bakar menolak berunding dengan sekelompok masyarakat (kaum yang
tergolong kaya) yang menolak mengeluarkan zakat dengan perkataannya yang masyhur, “Wa
Allahi lauqatilanna man farraqa baina al-shalati wa al-zakati. Wa Allahi law mana’uni ‘anaqan
kanu yuaddunaha ila rasulillahi shallallahu ‘alaihi wasallama laqataltuhum ‘ala
man’iha.” (Demi Allah, sesungguhnya saya memerangi orang yang memisahkan shalat dengan
zakat. Demi Allah, kalau mereka membangkang kepadaku sedikit saja, sesuatu yang semula
mereka berikan kepada Rasulullah, niscaya aku akan memerangi mereka).

Zakat adalah salah satubrukun yang memiliki muatan sosial ekonomi dari lima rukun islam yang
ada. Zakat yang dikelola dengan baik, baik penerimaan, pengambilan ataupun pendistribusian
dapat menjadi modal dalam upaya peningkatannperekonomian dan kesejahteraan masyarakat,
bahkan mengurangi masalah kemiskinan. Zakat ini dibagi menjadi dua yaitu zakat Fitrah dan
zakat mal.
Perlu dipahami, salah satu bentuk sosial zakat yang dimaksud adalah ia memiliki fungsi ta’awun
(saling menolong). Untuknya, maka dana zakat kiranya dapat dikembangkan atau dikelola
menjadi badan usaha. Bagi yang memiliki ketrampilan akan diberi modal kerja yang diambil dari
dana zakat guna memperluas usahanya sehingga tahun yang akan datang dia sudah tidak
menerima zakat lagi, tetapi dia dapat mengeluarkan zakat kepada yang berhak menerimanya.

Pengembangan pemikiran pengelolaan zakat sebagaimana yang dipaparkan di atas, pondasinya


telah dimulai oleh KH. Sahal Mahfudz dalam karyanya yang berjudul Nuansa Fiqih Sosial.
Menurutnya, zakat bukan perintah wajib yang dibatasi hanya oleh istilah muzakki (pemberi
zakat), mustahiq (penerima zakat), irdhun (harta benda) yang kemudian selesai seketika. Ia butuh
managemen khusus sehingga tidak hanya mampu mengentaskan kemiskinan, namun mampu
merubah status penerima (mustahiq) menjadi muzakki (pemberi zakat).

You might also like