You are on page 1of 9

Lapor Dok, pasiennya tiba-tiba gelisah berat

Seorang pria, 26 tahun, dirujuk ke RSJ Tampan dengan keluhan gelisah sejak 2 hari ini. Pasien
diketahui terkonfirmasi covid-19 dan telah dirawat 4 hari di RSUD Selasih. Pasien tampak
bingung, acuh tak acuh, tidak mengetahui namanya sendiri dan tidak tahu keberadaannya saat
diperiksa. Pasien juga mengatakan melihat banyak anak-anak yang bermain dikamarnya
padahal pasien sendiri di kamar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: Tekanan darah
100/60 mmHg, RR 32 x/menit, Nadi 100 x/menit, Suhu tubuh 38 0C. Status mental ; kontak
tidak adekuat, disorientasi, halusinasi visual dan asosiasi longgar.
Apakah ada (Penurunan kesadaran? Siklus tidur bangun? PENTING!)
Data tambahan:
Anamnesis
Identitas pasien : (pasien tidak tahu namanya) pria 26 th
Keluhan utama : gelisah
RPS
 Onset : 2 hari
 Faktor yang mencetuskan : sejak ia tahu terkonfirmasi covid-19
 Faktor yang memperberat:
 Faktor yang memperingan : minum obat?
 Apakah ada melihat hal-hal lain dikamar? Ia melihat banyak anak-anak yang bermain
dikamarnya
 Apakah pasien sendiri dikamar? iya
 Apakah ada gangguan tidur?
 apakah sebelum tidur ia ada melihat bayangan? Halusinasi hipnogogik
 Apakah setelah bangun tidur ia ada melihat bayangan? Halusinasi hipnopompik
 Apakah ada mendengar suara-suara tertentu ditelinganya?
 Apakah ada sumber suara yang nyata?
 Apakah ada keluhan lain seperti demam? Iya, mudah lelah? Puisng? gemetar?
palpitasi? Sesak nafas? Nyeri ulu hati? Perasaan seperti takut gila atau takut mati?
 Apakah ada gangguan makan dan minum?
RPD
 Apakah pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya?
 Apakah ada riwayat terjatuh?
 Apakaha ada riwayat penyakit lain? Iya covid-19
 Dulu semasa kecil apakah pasien ada riwayat kejang?
 Bagaiaman kehidupan pasien sewaktu masa sekolah?
 Apakah pasien mudah bergaul atau tertutup?
 Apakah pasien pernah mendapatkan kekerasan dari orang disekitarnya?
RPK
 Apakah pasien sudah berkeluarga? Jika iya
 Sudah sejak kapan menikah?
 Apakah pasien punya anak?
 Jika ada berapa anakanya?
 Bagaiaman keseharian anaknya?
 Apakah pasien sangat mencintai pasangannya?
 Apakah pasien pernah mendapatkan tindakan kekerasan dari keluarganya?
 Bagaimana hubungan pasien dengan orangtuanya?
RP SOSIAL
 Apakah pasien merokok? Atau minum alkohol? Atau menggunakan obat-obat terlarang?
 Saat ini apakah pasien mudah bergaul dengan orang disekitar?
 Apakah pasien ada teman curhat untuk menceritakan kesedihannya?
STATUS MENTAL
(DESKRIPSI UMUM)
Penampilan :
- Jenis kelamin : laki-laki
- Usia : 26 th
- Perbandingan penampilan terhadap usia
Apakah pasien Lebih mudah dari usianya?
Apakah pasien Sesuai usia?
Apakah pasien Lebih tua dari usia?
- Perawatan diri pasien bagaimana?
Apakah Baik / cukup atau Kurang atau Buruk ?
Kesadaran
- Apakah Composmentis coperatif? Atau delirium?
Motoric
- Apakah pasien Hipoaktif atau Normoaktif atau Hiperaktif? Motoric nya halus atau kasar?
Pembicaraan
- apakah spontan? Jelas? Cepat atau lambat spt gagap?
Sikap pasien terhadap pemeriksa bagaimana?
- Apakah koperatif atau tidak koperatif?
Mood : hypotimia? Eutimia? Dysforia? Hipertimia?
Afek:
- apakah datar? Tumpul? Yerbatas?
- Apakah serasi atau tidak serasi?
Proses piker
- koheren atau inkoheren?
- Apakah asosiasi longgar? iya
- Apakah ada dispersonalisasi?
Isi pikiran pasien
- apakah ada waham?
Gangguan persepsi
- Apakah halusinasi visual? Iya, auditorik?
Orientasi
- Apakah ada diorientasi? Iya
Daya ingat
- u/ ingatan jangka panjang : apakah bapak ingat masa kecil atau masa sekolah bapak
bagaiamana?
- u/ ingatan jangka menengah : apakah bapak ingat lebaran baru baru in bapak kemana?
- u/ ingatan jangka pendek/baru : apakah bapak ingat semalam bapak makan siangnya apa?
- u/ ingatan segera : bapak masih ingat siapa nama saya?
Konsentrasi
- apakah ada gangguan perhatian/ konsentrasi?
Pikiran abstrak
- bagaiaman menurut bapak perbedaan apel dengan durian?
Pengendalian impuls
- apakah pasien bisa mengendalikan keingannya untuk marah atau bersedih yg berlebihan?
Judgment/daya nilai
- apakah terganggu atau tidak?
(apa yang bapa lakukan jika bapak menemukan surat dijalan yang sudah ada alamat dn nama
lengkap pemiliknya ?)
Reatlity testing ability (RTA)
- apakah pasien meyakini kenyataan yang terjadi disekitar pasien? Tilikan atau insight pasien?
Tilikan
- Tilikan 1 : pasien menyangkal sepenuhnya
- Tilikan 2 : pasien bingung kadang-kadang menerima keadaan kadang-kadang menyangkal
- Tilikan 3 : pasien menyalahkan faktor lain atas penyakit yang dideritanya
- Tilikan 4 : pasien mengetahui penyakitnya tapi tidak tahu apa penyebabnya
- Tilikan 5 : pasien mengetahui penyakitnya, gejala dan pengobatannya tapi ketika sakit pasien tidak
melakukan pengobatan
- Tilikan 6 : pasien mengetahui penyakitnya, gejala dan pengobatannya
Atau
- Full insight : Pasien menyadari bahwa gejala psikiatrik yang timbul merupakan suatu gangguan
dalam hidupnya.
- Partial insight : mengenali gangguan yang terjadi tetapi menyalahkan pada lingkungan atau orang
lain.
- No insight : Penyangkalan penuh terhadap sakitnya.
Taraf kepercayaan
- Apakah pasien dapat dipercaya atau tidak?
PF:

TTV PASIEN :

Tekanan darah 100/60 mmHg, RR 32 x/menit, Nadi 100 x/menit, Suhu tubuh 38 0C (DEMAM).

PP:

Darah rutin :

 HB = LK (13-16 gr/dl) pr= (12-14 gr/dl),


 Ht= lk (40-48 persen) pr (37-43 prsn)
 Eritro= 4,5-5 juta/micron liter
 Leuko= 5rb-10rb
 Trombo= 150rb-400rb/ml
 Led lk(0-10 ml/jm) pr (0-20 ml/jm)

PCR COVID : +

TERMINOLOGI:

1. Gelisah :
a. perasaan tidak tenang dan selalu merasa khawatir (berhubungan dengan suasana hati) dan
biasanya diekspresikan dengan gerakan tubuh seperti tangan atau kaki yang terus menerus
bergerak. Gelisah biasanya menunjukkan rasa tidak nyaman dan kurang istirahat.
b. Gelisah adalah suatu kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan tubuh dan pikiran untuk
beristirahat, rileks, atau berkonsentrasi. Rasa gelisah dapat muncul dengan atau tanpa sebab.
Kegelisahan yang bersifat ekstrem disebut dengan agitasi.
c. Gelisah disini diartikan oleh perasaan tidak tenang dan selalu merasa khawatir (berhubungan dengan
suasana hati) dan biasanya diekspresikan dengan gerakan tubuh seperti tangan atau kaki yang terus
menerus bergerak.
d. Gelisah biasanya menunjukkan rasa tidak nyaman dan kurang istirahat. 

e. Covid-19 : penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 Sebagian besar orang
yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa
penanganan khusus. Namun, sebagian orang akan mengalami sakit parah dan memerlukan
bantuan medis.

f. Bingung :
a. ilang akal (tidak tahu yang harus dilakukan)
b. Bingung adalah perasaan seseorang yang tidak mampu berpikir jernih

c. Acuh tak acuh : tidak menaruh perhatian. Arti lainnya dari acuh tak acuh adalah tidak mau tahu
dan masa bodoh terhadap sesuatu. idak peduli dan tidak tahu.

d. Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah dan terjadi tanpa adanya rangsangan yang nyata.
Ada beberapa macam halusinasi sensorik yaitu :
 Halusinasi penglihatan (visual) : Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan. Isi dari
halusinasi dapat berupa apa saja (seperti bentuk, warna, dan hilatan cahaya),
 halusinasi pendengaran (auditorik), misalnya merasa mendengar suara sesorang, musik atau bunyi
lainnya
 Halusinasi pengecapan (gustatorius) :Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa.
Biasanya, pengalaman ini tidak menyenangkan. Misalnya, seorang individu mungkin mengeluh telah
mengecap rasa logam secara terus-menerus. Jenis halusinasi ini sering terlihat di beberapa
gangguan medis (seperti epilepsi), dibandingkan dengan penderita gangguan mental.
 Halusinasi penciuman (olfaktori):Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada. Bau ini
biasanya tidak menyenangkan, seperti bau muntah, urin, feses, asap, atau daging yang membusuk.
Kondisi ini juga sering disebut sebagai phantosmia dan dapat diakibatkan oleh adanya kerusakan
saraf di bagian indra penciuman. Kerusakan mungkin disebabkan oleh virus, trauma, tumor otak,
atau paparan zat-zat beracun atau obat-obatan. Phantosmia ini juga dapat disebabkan oleh epilepsi.
 Halusinasi atau sentuhan (taktil):Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan
atau sesuatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini umumnya merasa
seperti ada sesuatu yang merangkak di bawah atau pada kulit (ini juga dikenal sebagai formikasi).
Contoh lain termasuk perasaan tersetrum pada tubuh, atau merasa disentuh orang lain tetapi
sebenarnya tidak ada orang di sekitarnya.
 Halusinasi somatic : Ini mengacu pada saat seseorang mengalami perasaan tubuh mereka
merasakan nyeri yang parah, misalnya akibat mutilasi atau pergeseran sendi. Pasien juga
melaporkan bahwa ia mengalami penyerangan oleh hewan pada tubuh mereka, seperti ular merayap
ke dalam perut.

e. Kontak tidak adekuat : hubungan antara dokter dan pasien dalam hal proses diskusi atau
wawancara mengenai keluhan pasien menjadi tidak kuat karena bisa dipengaruhi oleh ketidak
konsentrasiaan pasien dalam memberikan respon terhadap dokter.

f. Disorientasi

 kondisi mental yang berubah di mana seseorang yang mengalami ini tidak mengetahui
waktu atau tempat mereka berada saat itu, orang-orang disekitarnya seprti seorang pasien
yg tidak mengathui dokter yang membantu mengobatinya bahkan tidak mengenali
identitas dirinya sendiri.
 Disorientasi adalah perubahan kondisi mental yang membuat seseorang kebingungan dan
tidak mengetahui lokasinya berada, identitas dirinya, dan tanggal atau jam di situasi tersebut
 Disorientasi adalah gangguan kesadaran berupa kesadaran menurun dimana seseorang
tidak mampu mengenal dan merespon lingkungan sekitar serta kehilangan ingatan jangka
pendek.

g. Asosiasi longgar : Gangguan pikiran dan pembicaraan dimana ide-ide berpindah dari subjek
satu ke yang lain tanpa alasan jelas sehingga proses berfikir menjadi tidak sistemastis dan proses
pembicaraan tidak nyambung atau sesuai.
 Tidak adanya hubungan antar ide

TERMINOLOGI MASALAH

1. Apa hubungan penyakit covid-19 yang diderita pasien dengan keluhan gangguan mental
pasien?
Jawab :
Pada pasien ini sebelumnya ia sudah terdiagnosis covid-19 baru kemudian mengalami gangguan
mental jadi tentu sangat berhubungan dg sakit yg dideritanya sebelumnya gangguan mental ini
terjadi karena kondisi fisik pasien yang sakit covid dimana pasien secara mental tidak siap untuk
terdiagnosis covid selain itu pada pasien covid virus corona itu dapat menyerang sistem saraf
sebagaiman dari sumber yang saya baca Callosum Neurology Journal2020 ada hubungan infeksi
covid dg neuropsikiatrik yaitu bahwa ternyata SARSCoV-2 memiliki spike protein surface yang
memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor angiotensin converting enzyme 2 ACE2. Reseptor ACE2
ini juga diekspresikan oleh sel neuron dan glia di otak sehingga otak dapat menjadi target
potensial SARS-CoV-2. Mekanisme penyebaran SARS-CoV-2 ke otak belum diketahui secara
pasti, tetapi terdapat 2 kemungkinan mekanisme penyebaran virus ini yaitu: (1) penyebaran
secara hematogen dan (2) penyebaran melalui lamina kribiformis dan bulbus olfaktori. SARS-
CoV-2 dalam sirkulasi sistemik dapat menyebar ke sirkulasi serebral di mana perlambatan aliran
darah pada mikrosirkulasi memungkinkan terjadinya interaksi spike protein SARS-CoV-2 dengan
ACE2 yang diekspresikan pada endotel kapiler. Partikel virus yang berkembang dalam endotel,
kerusakan dinding endotel, dan kerusakan sawar darah otak memfasilitasi masuknya virus ke
dalam otak Setelah invasi sistem saraf pusat (SSP), infeksi SARS-CoV-2 mencetuskan respon
neuroinflamasi masif yang ditandai dengan terjadinya astrogliosis reaktif dan aktivasi mikroglia.
Infeksi SARS-CoV-2 dapat mencetuskan proses inflamasi dan cedera pada jaringan SSP, selain
itu juga hubungan infeksi covid dg neuropsikiatrik bisa disebabkan karena keadaan hipoksia
Kerusakan paru karena virus dapat menyebabkan terganggunya proses ventilasi yang akhirnya
mencetuskan terjadinya hipoksia Kombinasi proses neuroinflamasi dan hipoksia berat
menyebabkan kerusakan hipokampus dan area kortikal yang berperan dalam fungsi
neuropsikiatrik dan kognitif sehingga pasien bisa delirium.
SUMBER : Callosum Neurology Journal, Volume 3, Nomor 3: 86-92, 2020

2. Kenapa pasien tampak bingung, acuh tak acuh dan sampai tidak mengetahui namanya
sendiri?
Jawab :
Gejala bingung, acuh tak acuh bahkan smpai tidak mengenali dirinya sendiri merupakan
beberapa gejala dari gangguan mental yang disebbakan oleh gangguan organik yang mana pada
pasien ini sudah terdiagnosis covid-19.
Bingung merupakan keluhan yang menandakan adanya gangguan perhatian pada pasien. Acuh
tak acuh atau apatis erat kaitannya dengan gangguan emosional. Sedangkan Tidak mengetahui
nama dan lokasi atau disorientasi merupkan gejala yang menandakan adanya ganggguan
kognitif.
pasien covid virus corona itu dapat menyerang sistem saraf dan bisa memicu penggumpalan
darah di otak sehingga mengganggu fungsi sistem syaraf dan menyebabkan gangguan
neuropsikiatri.

Mekanisme timbulnya delirium pada kasus COVID-19 diperkirakan dapat terjadi melalui tiga
mekanisme. Mekanisme yang pertama adalah masuknya SARS-CoV-2 ke jaringan otak dan
selaput otak (meninges) melalui reseptor ACE-2, yang mana, akan menyebabkan neuron-
neuron di otak terinfeksi. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya peradangan otak
(encephalitis) dan selaput otak (meningitis), yang mana akan menyebabkan gangguan
fungsi otak yang menyebabkan gejala2 delirium.

Mekanisme yang kedua adalah infeksi SARS-CoV-2 pada paru-paru akan mengakibatkan
gangguan fungsi paru, yang mana menyebabkan terjadinya gangguan asupan oksigen ke
berbagai organ tubuh, termasuk di antaranya otak. Gangguan asupan oksigen pada otak
inilah yang dapat mencetuskan terjadinya gejala2 delirium

Mekanisme yang ketiga adalah infeksi SARS-CoV-2 yang meluas dapat menyebabkan
pengentalan darah, yang mengakibatkan sirkulasi oksigen pada bagian tubuh lain –
termasuk otak- menjadi terganggu. Sama seperti pada mekanisme sebelumnya, hal inilah
yang dapat mencetuskan terjadinya gejala2 delirium

3. Mengapa pasien bisa berhalusinasi melihat anak-anak bermain dikamarnya padahal pasien
sendiri di ruang kamarnya?
Jawab :
Psikopatologi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang menderita halusinasi akan
menganggap sumber dari halusinasinya berasal dari lingkungannya atau stimulus eksternal
(Yosep, 2011). Pada fase awal masalah itu menimbulkan peningkatkan kecemasan yang terus
dan sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk
membedakan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun.

Meningkatnya pada fase comforting, klien mengalami emosi yang berlanjut seperti cemas,
kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila kecemasan dapat diatur. Pada
fase ini pasien cenderung merasa nyaman dengan halusinasinya. Pada fase condermning klien
mulai menarik diri. Pada fase controlling pasien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya
berhenti. Pada fase conquering pasien lama kelamaan sensorinya terganggu, pasien merasa
terancam dengan halusinasinya terutama bila tidak menuruti perintahnya
Halusinasi ini tjuga terjadi karena gangguan organik pada pasien yang ter dx covid-19 karena
proses neuroinflamasi dan hipoksia yg menyebabkan kerusakan hipokampus dan area kortikal
yang berperan dalam fungsi neuropsikiatrik dan kognitif halusinasi ini bisa juga disebabkan oleh
stres yang tubuh alami saat menahan beragam keluhan akibat COVID-19-nya (seperti sesak,
menggigil, lemas, muntah, diare, pusing, dan sebagainya), bisa juga karena jenuh saat
diharuskan mengisolasi diri, dan efek samping pengobatan yang dijalani.

4. Apa makna riwayat penyakit pasien, pemerikaan status mental dn pemeriksaan fisik
pasien?
Jawab :
 Makna Riwayat penyakit pasien yaitu terinfeksi covid-19 artinya nnati untuk penegakan
diagnosi bisa dijadikan fokus bahwa gangguan mental pasien ini bisa karena penyakit covid
nya yg merupakan masalah organik pada pasien
 Pada Status mental pasien ini adalah ; kontak tidak adekuat artinya sat melalui proses
wawancara terkiat keluhannya dg dokter pasien kurang koperatif dan nyambung sehinga
komunikasi dua arah antara dokter dn pasien menjadi terganggu kemudian ada disorientasi
artinya pasien tidak bisa mefokuskan konsentrasi fikirannya sampai-sampai pasien tidak
mengetahui namanya sendiri, lalu ada halusinasi visual yaitu pasien melihat anak-anak
bermain dikamarnya padahal pasien sendiri di ruang kamarnya yang berarti persespsi fikiran
pasien terganggu dan asosiasinya longgar artinya adanya gangguan pikiran dan
pembicaraan dimana ide-ide berpindah dari subjek satu ke yang lain tanpa alasan jelaseh
sehinggat proses berfikir menjadi tidak sistemastis dan proses pembicaraan tidak nyambung
atau sesuai.
 Sedangkan makna pemeriksaan fisik pada pasien ini adalah Tekanan darah 100/60 mmHg
(normal), RR 32 x/menit (meningkat), Nadi 100 x/menit(normal), Suhu tubuh 38 0C(tinggi
artinya pasien dalam keadan demam).
 Peningkatan frekuensi napas pasien merupakan respon tubuh terhadap perasaan
kegelisahan yang sedang dialami. Sedangkan demam subfebris ini berhubungan
dengan riwayat infeksi covid-19 yang saat ini sedang diderita pasien.

5. Apa dx?
Jawab :
BERDASRKN ANAM, PEM STATUS MENTAK DAM PF MAKA DITEGAKKAN DX DENGAN
BERPERODMAN PADA PPDGJ III YAITU: F05 DELERIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL DAN
ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
.

6. Apa tx yg harus dilakukan pada pasien ?


Jawab :

Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan delirium adalah untuk mencegah terjadinya bahaya akibat penurunan
kesadaran dan menangani penyebab munculnya delirium. Metode pengobatannya antara lain:

 Obat-obatan : Obat-obatan dapat diberikan untuk meredakan gejala cemas, takut, atau halusinasi.
Beberapa obat yang dapat diberikan berdasarkan gejalanya adalah:
 Antidepresan, untuk mengatasi depresi
 Obat penenang atau sedatif, untuk mengatasi gangguan kecemasan
 Antipsikotik, untuk mengatasi gejala psikosis, seperti halusinasi
 Thiamine atau vitamin B1, untuk mencegah terjadinya kebingungan parah
 Dokter juga Harus memberikan obat untuk mengatasi penyakit yang mendasari delirium.

Terapi pendukung

selain obat-obatan, terapi pendukung juga dibutuhkan untuk mencegah komplikasi. Beberapa bentuk terapi
pendukung yang bisa diberikan adalah:

 Menjaga saluran pernapasan agar tidak tertutup


 Menyediakan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh penderita
 Membantu penderita untuk bergerak atau beraktivitas
 Menangani rasa nyeri yang dialami penderita
 Pasien delirium yang hiperaktif mungkin akan membuat kegaduhan atau mengompol beberapa kali.
Namun, tidak disarankan untuk mengikat pasien atau memasangkan kateter urin pada pasien. Hal
ini hanya akan membuatnya semakin cemas dan memperburuk gejala.
 Keluarga atau orang terdekat pasien juga sebaiknya tetap berinteraksi dengan pasien dan
membuat lingkungan sekitar nyaman bagi pasien. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
membantu mengendalikan gejala pasien adalah:
 Bicara kepada pasien dengan kalimat singkat dan sederhana
 Ingatkan pasien tentang waktu, tanggal, dan situasi yang terjadi pada saat itu
 Tetap tenang saat pasien berbicara dan jangan berdebat dengannya meskipun apa yang dikatakan
tidak jelas atau tidak masuk akal
 Bantu pasien saat makan dan minum
 Bawakan benda-benda di rumah yang dikenali pasien
 Nyalakan lampu di waktu malam agar pasien dapat melihat kondisi sekitar saat terbangun.

You might also like