You are on page 1of 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

RUPTUR UTERI (S37.6)


1. Pengertian (definisi) Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada kehamilan
dengan janin yang sudah mampu hidup.
2. Anamnesis Ruptur Uteri Imminen
 Penderita gelisah
 Pernafasan dan nadi menjadi cepat serta dirasakan nyeri terus
menerus di perut bagian bawah baik ada his maupun di luar
his
 SBR tegang dan menipis
 Lingkaran retraksi (Bandle) meninggi sampai mendekati pusat
 Urin berwarna kemerahan
 Terdapat tanda-tanda gawat janin

Ruptur Uteri
 Penderita pucat dan perdarahan vaginal
 Pada saat terjadi ruptur terasa sakit yang hebat dan merasa
seperti ada yang robek dalam perutnya, setelah itu nyeri perut
menghilang
 Gejala kolaps dan kemudian syok
 Dapat diraba jelas bagian-bagian janin langsung di bawah
dinding perut
 Perut kembung, kadang-kadang kaku sehingga janin sukar
diraba dapat ditemukan uterus sebagai benda sebesar kepala
bayi disamping bagian janin
 Denyut jantung janin tidak terdengar
 His berhenti
 Pada pemeriksaan ultrasonografi terlihat tanda-tanda adanya
cairan bebas dalam kavum peritonii.
 Pada pemeriksaan dalam bagian terendah mudah didorong ke
atas.
3. Pemeriksaan Fisik Inspeksi
1. Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
2. Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.
3. Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak
terukur.
4. Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu
banyak, lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah
jauh turun, dan menyumbat jalan lahir.
5. Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar
ketungkai bawah dan di bahu.
6. Kontraksi uterus biasanya hilang.
7. Terdapat defans muskuler dan kemudian menjadi kembung
dan meteorismus.
Palpasi
1. Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya
emfisema subkutan
2. Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari
pintu atas panggul.
3. Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di
rongga perut maka  teraba bagian-bagian janin langsung di
bawah kulit perut, dan di sampingnya kadang-kadang teraba
uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
4. Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.

Auskultasi .
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi
beberapa menit setelah ruptura, apalagi kalau plasenta juga ikut
terlepas dan masuk ke rongga perut.
Pemeriksaan Dalam.
1. Kepala janin yang tadinya sudah turun kebawah, dengan
mudah dapat didorong keatas, dan ini disertai keluarnya
darah pervaginam yang agak banyak.
2. Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan
pada dinding rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat
melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus, omentum, dan
bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang di dalam
kita temukan dengan jari luar, maka terasa seperti dipisahkan
oleh bagian yang tipis sekali dari dinding perut, juga dapat
diraba fundus uteri.

Kateterisasi.
Hematuri hebat menandakan adanya robekan kandung kemih.
4. Kriteria Diagnosis - Ruptura uteri komplit
Bila robekan terjadi pada seluruh lapisan dinding
uterus.
- Ruptura uteri inkomplit
Bila robekan hanya sampai miometrium, terjadi
dehisensi dari insisi uterus dari operasi sebelumnya,
dimana peritoneum visceral masih intak. ( Diagnosis
pasti tegak dengan melakukan eksplorasi dinding
rongga uterus setelah janin dan plasenta lahir
- Ruptura uteri imminens
Bila baru ada gejala akan terjadi rupture. Penderita
merasa kesakitan terus-menerus baik waktu his maupun
di luar his. Teraba ligamentum rotundum menegang.
Teraba cincin. Bandle setinggi pusat. Segmen bawah
rahim menipis. Urine kateter kemerahan.
5. Diagnosis Kerja Ruptur uteri (S37.6)
6. Diagnosis Banding Solusio plasenta
Plasenta Previa
7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium darah hemoglobin, hematokrit, trombosit, elektrolit,
golongan darah
USG
8. Tata Laksana :  Pastikan keadaan umum
 Pada ruptura imminens presentasi kepala dan belum masuk
panggul dilakukan bedah Caesar, jika kepala sudah masuk
panggul janin hidup dilakukan ekstraksi forsep, jika janin
sudah mati dilakukan embriotomi
 Pada ruptur uteri inkomplit, dilakukan laparotomi
histeriorapi dan kalau cukup anak dilakukan tubektomi
 Pada ruptur uteri komplit, jika luka baik histerorapi, jika
cukup anak tubektomi
 Jika luka compang-camping dan keadaan umum baik,
dilakukan amputasi uteri/ histerektomi total, jika keadaan
umum jelek histerorapi

9. Edukasi : Pasien diedukasi agar mencegah:


(Hospital Health Promotion) o Persalinan dengan SC lebih dari satu kali
o SC dilakukan kurang dari 2 tahun
o Riwayat SC tanpa riwayat persalinan spontan per
vaginam
o Induksi atau akselerasi persalinan pada pasien dengan
riwayat SC
o Riwayat SC dengan janin makrosomia
o Riwayat miomektomi per laparoskop atau laparotomi

10.Prognosis Angka mortalitas yang ditemukan dalam berbagai penelitian


berkisar dari 50% hingga 75%. Janin umumnya meninggal pada
ruptura uteri. Tetapi, jika janin masih hidup pada saat peristiwa
tersebut terjadi, satu-satunya harapan untuk mempertahankan jiwa
janin adalah dengan persalinan segera, yang paling sering dilakukan
adalah laparatomi.
11.Tingkat Evidens A: Pengukuran ketebalan segmen bawah rahim dengan sonografi
merupakan prediktor kuat untuk mengetahui scar defect pada
wanita dengan riwayat seksio sesarea

B: Induksi persalinan pada pasien riwayat SC dengan oksitosin bisa


meningkatkan risiko terjadinya ruptur uterin sehingga harus
digunakan dengan hati –hati

A: Prostaglandin E1(misoprostol) mempunyai risiko tinggi


terjadinya ruptur uterin dan tidak boleh digunakan pada Trial of
labour (TOL) pasien dengan riwayat SC

B: Data yang ada menunjukan TOL pada pasien dengan riwayat SC


> 1x mungkin bisa berhasil tapi sangat berisiko tinggi terjadinya
ruptur uterin.

A: Pasien dengan suspek ruptur uterin perlu perhatian segera dan


laparotomi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi
A: Histerektomi diindikasikan pada perdarahan post partum dini
yang tidak teratasi, apabila perawatan konservatif tidak dapat
menghentikan perdarahan
12.Tingkat Rekomendasi Praktek rekomendasi terbaik berdasarkan pada pengalaman klinis
dari panduan praktik klinis
13.Penelaah Kritis -
14.Indikator Kondisi umum baik
15.Lama Hari Rawat 5-10 hari (disesuaikan dengan tindakan operasi dan komplikasinya)
16.Kepustakaan Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS,
Hoffman BL, Casey BM, Sheffield JS. William Obstetrics 24th
Edition 2014;

You might also like