You are on page 1of 10

MAKALAH TENTANG AHLU HADITS

TUGAS MATA KULIAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu


pada Mata Kuliah Aliran-Aliran dalam Islam 1

DOSEN PENGAMPU
Daden Robi Rahman, M.A

Disusun Oleh :
Fachrizal Nur Hidayatulloh
NIM : 202001004

PROGRAM STUDI ILMU HADIST

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) PERSIS GARUT

2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “makalah tentang ahlu Hadits ”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Aliran-aliran dalam islam 1 yang telah memberikan dukungan sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan program studi
yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan sebagian pengetahuannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini
masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Garut,11Oktober 2021

Fachrizal Nur Hidayatulloh


PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Konsonan

Fenomena konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab


dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan
huruf, sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan
tanda sekaligus.

Di bawah ini daftar huruf arab itu dan transliterasinya dengan huruf latin

Konsonan
a/’ = ‫ا‬ d= ‫د‬ ḍ=‫ض‬ k=‫ك‬

b=‫ب‬ ż=‫ذ‬ ṭ=‫ط‬ l=‫ل‬

t=‫ت‬ r=‫ر‬ ẓ=‫ظ‬ m=‫م‬

ṡ=‫ث‬ z =‫ز‬ ‘=‫ع‬ n=‫ن‬

j=‫ج‬ s=‫س‬ g=‫غ‬ w=‫و‬

ḥ=‫ح‬ sy = ‫ش‬ f=‫ف‬ h=‫ه‬

kh = ‫خ‬ ṣ=‫ص‬ q=‫ق‬ y=‫ى‬

Vokal panjang (Maddah) Vokal Pendek

...‫ـَا‬ Ā ََ A

‫ ـِي‬... Ī َِ I

‫ـُو‬... Ū َُ U

Diftong
‫أَو‬ Au

‫أَي‬ Ai
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ....................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................iv

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................. 5

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 5

BAB II: PEMBAHASAN .............................................................................................. 6

A. Pengertia Ahlul Hadist ...................................................................................... 6

B. latar Belakang Kemunculan ............................................................................. 7

C. Keistimewaan Ahlul Hadist .............................................................................. 8

D. Tokoh- tokohnya ................................................................................................ 8

E. Pengambilan Hukum ......................................................................................... 8

BAB III: KESIMPULAN .............................................................................................. 9

A. Kesimpulan......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 10


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sepeninggal Nabi Muhammad SAW sebagai sumber utama rujukan ketika
muncul permasalahan dikalangan kaum muslimin, para sahabat banyak yang
menyebar ke daerah-daerah Islam yang baru. Mereka banyak berbeda pendapat
dalam merumuskan jawaban-jawaban atas permasalahan yang muncul akibat
perbedaan latar belakang.
Seperti diketahui bahwa para sahabat pada masa khalifah ke tiga yaitu Utsman
bin Affan banyak dari mereka yang menyebar ke berbagai wilayah Islam.
Mereka banyak membawa riwayat hadits Nabi ke Yaman, Iraq, Syam, dan hijaz
sekaligus membawa hukum syariat Islam yang kemudian diikuti oleh para tabiin
di berbagai daerah yang berbeda.
Di daerah-daerah ini latar belakang kehidupan yang banyak timbul masalah-
masalah baru dan sedikit nash-nash hadist yang sampai pada mereka
mengakibatkan perbedaan metode pembentukan hukum Islam dengan para
sahabat yang menetap di sekitar Hijaz dimana banyak terdapat nash-nash hadith
dan tidak banyak muncul masalah-masalah baru.
Oleh karena itu dalam makalah ini, pemakalah akan membahas mengenai
ahlul hadist.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Ahlul Hadist?

2. Bagaimana munculnya Ahlul Hadist?

3. Bagaimana keistimewaan Ahlul Hadist?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui apa itu Ahlul Hadist

2. Untuk mengetahui munculnya Ahlul Hadist

3. Agar mengetahui keistimewaan Ahlul Hadist


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ahlul Hadits


Ahlul Hadits adalah mereka yang mempunyai perhatian terhadap hadits baik
riwayat maupun dirayah, mereka bersungguh-sungguh dalam mempelajari hadits-
hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan menyampaikannya serta
mengamalkannya, mereka berkomitmen dengan As Sunnah, menjauhi bid’ah dan ahli
bid’ah serta sangat berbeda dengan para pengikut hawa nafsu yang mendahulukan
perkataan manusia di atas perkataan Rasulullah SAW dan mendahulukan akal-akal
mereka yang rusak yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah”.

Para ulama ahlul al-hadits membatasi kajian fiqihnya hanya merujuk pada al-
Quran dan hadits Nabi serta tidak mau melangkah lebih jauh dari keduanya, mereka
cenderung tidak menyukai kajian nalar juga sangat berhati-hati ketika mengemukakan
fatwa suatu permasalahan. Golongan ini mayoritas berdomisili di Madinah,
kecenderungan ini dapat dipahami karena di tempat inilah Nabi bermukim, sehingga
masyarakat yang tinggal di wilayah ini diyakini mencerminkan tipe ideal yang
mengacu pada Sunnah Nabi.

Mereka berpegang pada kedua sumber hukum, al-Quran dan Hadits secara
ketat. Jika tidak ditemukan hukumnya dalam keduanya, mereka berpaling pada
praktek dan pendapat para sahabat. Mereka menggunakan rasio pada situasi yang
sangat terpaksa. Hal itu tercerminkan ketika mereka tidak menemukan hukum suatu
masalah pada nash-nash qurani atau hadits dan praktek sahabat, mereka sepakat
menggunakan ijtihad.

Madrasah ini cenderung tidak memberikan ruang yang luas bagi nalar dan
banyak bersandar pada bukti-bukti atsar atau nash-nash. Mereka ketika ditanya
mengenai suatu permasalahan, jika mereka mengetahui ada ayat quran atau hadis
yang menerangkan hukumnya, maka mereka akan berfatwa. Jika tidak menemukan
ayat quran atau hadits, mereka cenderung tawaqquf1.

2. Latar Belakang Kemunculan.

Ahlu hadits atau aliran Madinah atau madrasah al-Hijaz adalah ulama yang
lebih banyak menggunakan hadis dan sangat hati-hati serta selektif dalam
menggunakan ra’yu. Madrasah Al-Hijaz dikenal sangat kuat berpegang kepada hadits,
karena mereka banyak mengetahui hadits Rasulullah dan juga kasus-kasus yang
mereka hadapi lebih sederhana dan tidak banyak memerlukan logika. Ahlul Hadits

1
Ahmad, Abd al-Hay. Syazarat al-Zahab fi Akhbar Imam Mazhab, jil. I. Kairo: al-Maktabah al-Qudsy, 1350 H..
memahami hukum berdasarkan lahirnya nash tanpa memahami ‘illatnya dan sedikt
sekali berfatwa dengan logika. Mayoritas penduduk Hijaz adalah Ahlul Hadits.2

Sesuai dengan namanya, maka ahlu al-hadis merupakan kelompok di masa


tabi’in yang dalam pelegeslasian hukum Islam lebih dominan menggunakan hadis
ketimbang ra’yu. Kelompok ini merupakan kebalikan dari ahl ra’yu. Kelompok ini
berkembang di Hijaz (Mekkah, Madinah dan Thaif) dan memperoleh fiqh dari Zaid
bin Tsabit, Aisyah, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar.

Menurut para ulama, munculnya kelompok ini di wilayah Hijaz karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. adanya ketertarikan terhadap metode yang digunakan guru-guru mereka terutama


Abdullah bin Umar yang sangat kuat berpegang pada hadis.
b. banyaknya hadis yang mereka peroleh, sebab para sahabat yang hiudp pada zaman
nabi banyak yang tinggal di Hijaz terutama di Mekkah dan Madinah.
c. gaya hidup orang Hijaz yang sangat eksklusif dan tidak sedinamis dan
seheterogen di wilayah Iraq.
d. masalah-masalah baru yang memerlukan fatwa sangat minim sekali, hal ini di
samping karena penduduknya cukup homogen dan juga jarang terjadi pergolakan
seperti di Iraq
e. Banyaknya para sahabat yang menghafal hadis Rasulullah saw. di Madinah karena
yang menetap dikota ini ternyata lebih banyak daripada yang berhijrah ke negeri
lain. Dengan demikian, sangat mudah untuk mendapat hadis Nabi saw.
f. Sedikitnya problematika yang muncul, karena syariat turun di negeri ini selama
dua puluh tiga tahun sehingga semua bisa diberikan corak Islam yang murni.
Munculnya masalah baru yang tidak ada nas-nya sangat sedikit sekali, terutama
pada masyarakat yang pada saat itu (zaman tabi’in) mereka hidup dalam suasana
perkampungan dan tidak perlu menggunakan pendapat pribadi.
g. Para tabi’in yang ikut dengan gaya guru-gurunya dari kalangan sahabat seperti
Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, dan Aisyah. Mereka ini sangat terkenal
berkomitmen tinggi dengan sunah dan tidak memakai pendapat pribadi.3
3. Keistimewaan Ahlul Hadist.

Di antara bentuk-bentuk keistimewaan yang dimiliki kelompok ahl hadis adalah:

1) Sangat kuat berpegang terhadap hadis dan tidak memberikan kriteria yang
sangat ketat dalam penukilan hadis, sebab mereka berpandangan bahwa
riwayat yang berasal dari penduduk Hijaz adalah siqat.
2) Tidak suka mempersoalkan atau mendiskusikan masalah-masalah yang belum
muncul karena akan mendorong penggunaan ra’yu.

2Khon Abdul Majid. Ikhitisar Tarikh Tasyri’. Jakarta : Amzah . 2013.


3Rasyad Hanan Khalil, Tarikh Tasyri’ al-Islami, alih bahasa: Nadirsyah Hawari, TarikhTasyri’ Sejarah Legislasi
Hukum Islam (Jakarta: Azmah, 2009), hlm. 93-94
3) Dalam memahami suatu nash, sangat berpatokan kepada makna zahir nash dan
tidak mendiskusikan lebih lanjut tentang alasan dan hikmah yang terkandung
di dalam nash tersebut4.
4. Tokoh-Tokohnya.

Di antara tokoh-tokoh terkemuka dari kelompok ahl al-hadis adalah para fuqaha yang
tujuh, yaitu:

1) Abu Bakar bin Abd al-Rahman bin Haris bin Hisyam (w. 94 H.)
2) al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar (w. 107 H.)
3) Urwah bin Zubeir bin Awwam (w. 94 H.)
4) Sa’id bin al-Musayyab (w. 94 H.)
5) Sulaiman bin Yasar (w. 107 H.)
6) Kharij bin Zaid bin Tsabit (w. 100 H.)
7) Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud (w. 98 H.)

Ketujuh ulama yang termasuk generasi pertama dalam komunitas Ahlul Hadis
tersebut membina dan melahirkan generasi kedua, yaitu: Abdullah binAbdullah bin
Umar, Salim bin Abdullah bin Umar, Aban bin Ustman bin Affan, Abu Salamah bin
Abdurrahman bin A’uf. Generasi kedua membina kader- kadernya yang kemudian
menjadi generasi ketiga, yaitu, Abu Bakar binMuhammad bin ‘Amr bin Hazm,
Muhammad bin Abu Bakar, Abdullah bin AbuBakar, Abdullah bin Ustman bin Affan.
Kemudian, mewariskan ke generasi selanjutnya.5

5. Metode pengambilan Hukum


Ahl al-Hadis, sesuai dengan namanya sangat menguatamakan penggunaan
hadis ketimbang ra’yu. Setiap permasalahan yang muncul, mereka mencari
jawabannya di dalam Alquran, bila tidak diketemukan, lalu mereka mencarinya di
dalam hadis merskipun berupa hadis ahad, dan bila juga tidak diketemukan maka
mereka tidak mengeluarkan fatwa akan tetapi mereka tunda dan mencarinya dalam
ucapan jama’ah sahabat dan tabi’in terutama pendapat para khalifah rasyidun dan para
fuqaha lainnya. Apabila terdapat perbedaan pendapat di kalangan fuqaha, maka
dilihat siapa yang paling wara’ dan paling banyak ilmunya. Bila masih ada juga
perbedaan pendapat, maka mereka memilih pendapat yang lebih mendekati
pemahaman mereka. Dengan demikian terlihatlah bahwa ra’yu digunakan dalam
keadaan terpaksa bila pada sumber-sumber hukum utama tidak diketemukan
keterangannya.6

4 Yanggo, Huzaimah Tahido. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
5 Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, h. 336.
6
Zahrah, Abu. Muhadarat fi Tarikh al-Mazahib al-Fiqhiyat . t.p.: Ma’hal ad-Dirasah al-Islamiyah, 1996.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ahlul Hadis yang berkembang di Hijaz mempunyai banyak sumber hadis


karena sahabat yang mendengar nabi lebih banyak tinggal di wilayah ini, di samping
itu, penduduknya juga termasuk homogen yang tentu tidak akan melahirkan terlalu
banyak persoalan.
Daftar Pustaka

Ahmad, Abd al-Hay. Syazarat al-Zahab fi Akhbar Imam Mazhab, jil. I. Kairo:
al-Maktabah al-Qudsy, 1350 H..

Yanggo, Huzaimah Tahido. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta: Logos


Wacana Ilmu, 1997.

Ismatullah, Dedi. Sejarah Sosial Hukum Islam. Cet. I. Bandung: CV Pustaka

Setia, 2011.

Rasyad Hanan Khalil, Tarikh Tasyri’ al-Islami, alih bahasa: Nadirsyah


Hawari, TarikhTasyri’ Sejarah Legislasi Hukum Islam (Jakarta: Azmah, 2009), hlm.
93-94

Khon Abdul Majid. Ikhitisar Tarikh Tasyri’. Jakarta : Amzah . 2013.

You might also like