Makalah Perbedaan Tenaga Kerja

You might also like

You are on page 1of 11

MAKALAH

Perbedaan Tenaga Kerja

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar


manajemen

Dosen pengampu:

Desy sepiyana M.Pd

Oleh:

Arpina Mandayani (2022020102)

PRODI PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-AZHAAR LUBUKLINGGAU

TAHUN AJARAN 2022/202


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT, yang


mana dengan rahmat dan karunia-NYA lah saya mampu menyelesaikan penulisan
Makalah ini. yang membahas berdasarkan mata kuliah perbedaan tenaga
kerja.Adapun tujuan makalah ini hanyalah untuk membantu perkembangan
wawasan penalaran bagi pembaca agar lebih mengetahui gejala-gejala campuran
pada diri seperti gejala perhatian dan kelelahan.

saya menyadari bahwa dalam makalah ini tentu masih tardapat kekurangan
mengingat kemampuan serta keter- batasan saya. Karena itu kepada para
pembaca yang telah memberikan kritik serta saran yang bersifat konstruktif
demi kesempurnaan isi Makalah ini kami sampaikan banyak terima kasih.

Lubuklinggau,Oktober 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A latar belakang ...............................................................................................

B perumusan masalah ......................................................................................

C tujuan penelitian ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

..........................................................................................................................

BAB III PENUTUP

A kesimpulan ..................................................................................................

b.saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara
individu maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang
sangat penting dalam aktifitas perekonomian nasional, yaitu untuk
meningkatkanproduktivitas dan kesejahteraan masyarakat 1 Menurut
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pekerja atau
buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain. Sedangkan Pemberi kerja, adalah orang perseorangan,
pengusaha, badan hukum atau badanbadan lainnya yang mempekerjakan
tenaga kerja dengan membayar upah atauimbalan dalam bentuk lain.
Tenaga kerja merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi
factor produksi yang tidak dapat diabaikan dalam suatu perusahaan, karena
menjadi perencana dan pelaku dalam setiap aktivitas perusahaan, bahkan
menempati posisi yang strategis untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh
karenanya diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta
peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan.1
Dalam hal perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan kesempatan serta
perlakuan tanpa diskriminasi 1Adrian Sutedi. 2008. Hukum Perburuhan.
Sinar Grafika. Jakarta. Hal. 2.2 atas dasar apapun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha. Salah satu pasal dalam UUD 1945
yaitu pasal 28 D yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja.
1
Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja, memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan dan
meningkatkan kesejahteraan tenanga kerja
dan keluarganya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi hak-hak normatif tenaga kerja menurut Undang-Undang


Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di PT. Mulia Jaya Kota Malang?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dalam


implementasi hak-hak normatif tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di PT. Mulia Jaya Kota Malang?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenaga Kerja

Badan Pusat Statistik mendefinisikan tenaga kerja (manpower) sebagai


seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang berpotensi
memproduksi barang dan jasa. BPS (Badan Pusat Statistik) membagi tenaga
kerja (employed), yaitu:2

1. tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang


mempunyai jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu dengan
hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas;
2. . tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under
employed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam
seminggu; dan
3. tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja
(unemployed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam
perminggu. Menurut undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Pasal 1,

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan


baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 8 mengenai perencanaan
tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan meliputi: Kesempatan kerja,
Pelatihan kerja,

Produktivitas tenaga kerja, Hubungan industrial, Kondisi lingkungan kerja,


Pengupahan dan Kesejahteraan tenaga kerja.Masalah ketenagakerjaan terus
menerus mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga
pendidikan, masyarakat dan keluarga. Pemerintah melihat masalah
2
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2015 Tersedia Di: Www.Bps.Go.Id. Situs
Resmi Badan Pusat Statistik
ketenagakerjaan sebagai salah satu bahkan sentral pembangunan nasional,
karena ketenagakerjaan itu pada hakikatnya adalah tenaga pembangunan yang
banyak sumbangannya terhadap keberhasilan pembangunan bangsa termasuk
pembangunan di sektor ketenagaan itu sendiri. Dimana pembangunan
ketenagakerjaan bertujuan untuk:

1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimum,

2. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga


kerja yang sesuai dengan pembangunan nasional,

3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan


kesejahteraannya, dan

4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Dalam


pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah diharapkan dapat menyusun dan
menetapkan perencanaan tenaga kerja.

Perencanaan tenaga kerja dimaksudkan agar dapat dijadikan dasar dan


acuan dalam penyusunan kebijakan. Strategi dan implementasi program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Sebagian besar
manusia di muka bumi Indonesia menyadari bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang
sangat penting sebagai pelaku (actor) dalam mencapai tujuan pembangunan.
Sejalan dengan itu, pembangunan ketenagakerjaan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas dan kontribusinya dalam pembangunan serta
melindungi hak dan kepentingannya sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan. Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas
keterpaduan dan kemitraan. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau
mengerjakan sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja.
Tenaga kerja adalah semua penduduk dalam usia kerja atau usia produktif.
Dalam istilah UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003, tenaga kerja ialah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Jadi, tenaga
kerja adalah definisi umum yang mencakup penduduk yang punya kemampuan
untuk bekerja atau berusia 15 tahun ke atas.

Tenaga kerja dibedakan menjadi dua:

1. Angkatan kerja, yaitu penduduk usia produktif/usia kerja 15 tahun ke atas


yang bekerja, punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran
(unemployment). Contoh orang yang punya pekerjaan namun sementara tidak
bekerja adalah pekerja sedang cuti, sakit, mogok kerja, izin/berhalangan, dan
sebagainya. Sedangkan pengangguran meliputi orang yang:

a. Tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan

b. Tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha

c. Tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan

d. Punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja

Sedangkan pekerja adalah tanggung jawab perusahaan, di mana keduanya


terikat hubungan kerja melalui perjanjian kerja yang memuat hak dan kewajiban
para pihak. Karena itu, HR adalah ujung tombak pelaksana tanggung jawab
mengelola pekerja agar menjadi lebih berkualitas, memenuhi tugas/tanggung
jawab, mampu mendorong produktivitas, dan meningkatkan daya saing
perusahaan. Dengan demikian, tenaga kerja dan angkatan kerja merupakan
tanggung jawab pemerintah, di mana mereka berhak memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak. Kewajiban pemerintah adalah menyediakan lapangan
kerja hingga mengatur perlindungan hak-haknya melalui regulasi
ketenagakerjaan.

Pemerintah mengatur soal tenaga kerja Indonesia, dari mulai penempatan,


pelatihan, hingga perlindungan, yang diuraikan dalam pasal-pasal di UU
Ketenagakerjaan. UU juga menggunakan istilah pekerja/buruh, dalam konteks
hubungan kerja, untuk menyebut setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain. Konsep pekerja ini meliputi semua jenis
karyawan, termasuk karyawan tetap, karyawan tidak tetap, dan karyawan
harian/lepas/borongan.
2. Bukan angkatan kerja, yaitu penduduk usia produktif/usia kerja 15 tahun ke
atas yang bersekolah/kuliah, mengurus rumah tangga, pensiunan, atau
melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. Jumlah bukan angkatan
kerja menurut data Sakernas Februari 2019 adalah 60,27 juta, di mana penduduk
sekolah/kuliah 16,14 juta, mengurus rumah tangga 36,78 juta, dan lainnya 7,34
juta jiwa.

Dengan demikian, pengangguran termasuk angkatan kerja. Karena itu,


tingkat pengangguran terbuka dihitung dengan rasio terhadap angkatan kerja.
Misalnya, tingkat pengangguran 5%, berarti sebanyak 5% dari jumlah angkatan
kerja saat itu merupakan penduduk yang menganggur.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap hasil analisis BAB II tersebut diatas

dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

a. Undang Undang No 13 Tahun 2003 tidak ada menulis bahwa pekerja

waktu tertentu atau pekerja kontrak berhak atau tidak atas cuti tahunan,
tetapi jelas mengatur dalam pasal 79 ayat (2) point c yang isinya adalah pekerja
berhak untuk mendapatkan cuti tahunan, sekurang –kurangnya 12 (duabelas) hari
kerja setelah pekerja tersebu.t bekerja selama 12 (dua belas). Apabila seorang
pekerja yang statusnya pekerja waktu tertentu, dan masa kontraknya lebih dari 1
(satu ) tahun atau diperpanjang untuk jangka waktu lebih dari satu tahun maka
pekerja waktu tertentu. ini berhak untuk mendapatkan cuti tahunan. Hak cuti
antara pekerja kontrak (PKWT) dengan hak cuti pada pekerja tetap (PKWTT)
keduanya sama-sama mengacu pada Undang Undang Ketenagakerjaan No 13
Tahun 2003 yang mengatur secara tegas dalam Undang Undang ketenagakerjaan
persoalan cuti tahunan dalam Pasal 79 ayat (2) huruf c dan Pasal 79 ayat (3) yang
berbunyi: 74

a. Cuti tahunan,sekurang kurangnya 12(dua belas) hari kerja setelah


pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (da belas ) bulan secara terus
menerus.
b. Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) huruf c diatur d21alam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan hak cuti antara pekerja
kontrak dengan pekerja tetap, namun bila pekerja merasa hakhaknya telah
dilanggar oleh perusahaan maka dapat melaporkan hal ini ke disnaker guna
diselesaikan terlebih dahulu melalui jalur mediasi dengan perusahaan

b. Undang Undang No 13 Tahun 2003 tidak ada menulis bahwa pekerja waktu
tertentu atau pekerja kontrak berhak atau tidak atas kompensasi dari pengusaha
atau tempat pekerja itu bekerja, tetapi dalam pasal 156 - 160 jelas mengatur
tentang perhitungan kompensasi yang meliputi pesangon. Penghargaan masa
kerja, dan uang penggantian hak akan tetapi peryataan itu lebih ditekankan untuk
mengatur pekerja waktu tidak tertentu , tentang hak-hak pekerja yang telah
mengalami pemutusan kerja oleh pengusaha yang membedakan adalah pesangon,
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang disebabkan oleh berbagai
hal misalnya pada kesalahan-kesalahan tertentu yang

21 Diskusi-HRD@ yahoogroups. com [mailto:Diskusi- HRD@yahoogroups. com

2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan , maka penulis memaparkan


saran:

Pemerintah diharapkan untuk mengatur lebih rinci point-point yang


terdapat dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, seperti beda hak dan kewajiban yang diperoleh pekerja waktu
tertentu, agar lebih menjamin perlindungan hukum dalam mendapat hak-hak yang
seharusnya dapat pekerja terima dari pengusaha tempatnya bekerja, seperti cuti
tahunan dan kompensasi yang seharusnya diterima pekerja kerena pemutusan
hubungan kerja secara sepihak.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rachmad Budiono, 2009, Hukum Perburuhan, Penerbit PT Indeks, Jakarta.

Abdul Khakim,2007,Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia , PT Citra Aditya


Bakti,Bandung. Andrian Sutedi, 2009, Hukum Perburuhan, Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta. Agn.B.Nemen, 2009,Panduan Praktis Menghitung
Pesangon,Penerbit Forum Sadar Hukum Indonesia.Jakarta

Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika,

Jakarta. Djoko Triyanto.2004,Hubungan Kerja Di Perusahaan Jasa


Kontruksi.Penerbit Cv. Mandar Maju .Bandung19 Hardijan Rusli, 2011, Hukum
Ketenagakerjaan, Penerbit Ghalia Indonesia, Ciawi

Bogor.

Lalu Husni, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan


3,Grafindo Persada, Jakarta.] Zainal Asikin, 2004, Dasar-Dasar Hukum
Perburuhan, Penerbit PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta.

Ugo Dan Pujiyo.2011, Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial,Cetakan 1, Penerbit Sinar Grafika.Jakarta

You might also like