You are on page 1of 74

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan

antar elektro pada unsur-unsur .hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut

mempunyai nilai kelelktronegatifitas yang berbeda.sedangkan senyawa non plar

adalah senya yang terbentuk akibat adanya suatau ikatan antar elektron pada

unsur-unsur yang membentuknya.hal ini terjadi karena unsur yang berikatan

mempunyai nilai keelektronetifitas yang sama atau hampir sama.

Molekul organik non polar seperti hidro karbon dan halo karbon ditolak

dari air, senyawa tersebut dikatakan hidrob (benci air) air dan minyak tidak

bercampur ,tetapi jika kita campurkan dua cairan non polar, kreduanya

membentuk larutan. Zat yang mudah diingat zat yang melarutkan zat yang

sejenisnya, dengan prinsip tersebut alkohol.senyawa organik bahan alam adalah

senyawa organik yang merupakan hasil proses metabolisme dalam organisme

hidup.

Kelarutan didefenisikan sebagai dalam besaran kuantitatif sebagai

konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tetentu,sedangkan

kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan atau dari dua atau lebih zat untuk

membentuk dipresi molekurel homogen.

1
2

Mengedentifikasi senyawa organik dapat dilakukan pengujian dengan

menggunakkan suatu pelarut yang khusus untuk menguji suatu senyawa organik

diantaranya eter,air,larutan HCl 10%,dan NaOH 10%.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka perlu dilakukan

pengedentifikasian dimana dapat diketahui sifat-sifat dari suatu organik yang

belum diketahui namanya dengan menggunakkan beberapa sampel larutan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum identifikasi senyawa organik ini yaitu untuk

mengedetifikasi senyawa organik berdasarkan sifat kelarutannya.

1.3 Prinsip

Prinsip praktikum pada percobaann ini adalah identifikasi senyawa

organik berdasarkan sifat kelarutannya dapat dilakukan dengan melarutkan

senyawa tersebut dalam air, n-heksana, NaOH 10%, dan HCl 10%.

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perbedaan tingkat kepolaran dari pelarut yang digunakan diduga akan

menghasilkan ekstrak dengan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai anti

oksidan alami yang berbeda juga, sinokasi tersebut bertujuan agar senyawa

bioaktif dapat tertarik secara maksimal oleh pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan potensi antioksida dan alami spirulina platenis segar yang diekstarsi

dengan pelarut yang berbeda (Aziz,2014).

Pelarut etil asetat merupakan pelarut pelarut semi polar yang dapat

melarutatkan senyawa flavonoid dalam bentuk o-glikosida dan tanin. Penelitian

iini bertujuan untuk memperoleh fraksi etil asetat dari daun M. Casturi dan untuk

mengetahui jenis kelompok senyawa metabolit sekunder dari fraksi etil asetat.

Fraksi etil asetat yang diperoleh dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui jenis

kelompok senyawa metabolit sekunder yang meliputi uji flafonoid, tanin,

saponin,tritenoid dan steroid (Qorriana,2015)

Kosolvlen merupakan pelarut yang ditambah dalam suatu sistem untuk

memebantu melarutkan untuk menikatkan stabilitas suatu zat dimana pengguna

mempengaruhi kosvel yang dibutuhkan.dan senyawa non plar adalah senya yang

terbentuk akibat adanya suatau ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang

membentuknya.hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai

keelektronetifitas yang sama atau hampir sama (Denyy,2015)

Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi kehidupan manusia dari

segi pemnfaatan kegunaan air dapat dikategorikan dua kategori air rumah tangga

3
4

dan air industri.air merupakan pelaru polar kesadahan air sangat tidak dikehendaki

baik untuk penggunaan rumah tangga tingkat kesadahan yang tinggi

(Marsidih,2001)

Jenis pelarut dan konsentrasi optimal variabelini adalah jenis pelarut

etanol,(heksana,dan air ) konsentrasi etanol 40%,70%.90% dan hasil penelitian

diperoleh konsentrasi daun salam dengan pelarut etanol menghasilkan

yord.kemudian untuk pada etanol konsentrasi 40%etanol merupakan pelarut

terbaik dan yang paling optimal dalam menekstrakan daun salam (Aziz.2014)

Supercritical fluid chromatography (SFC) is frequently used for the

analysis and separation of non-polar metabolites, but remains relatively

underutilised for the study of polar molecules, even those which pose difficulties

with established reversed-phase (RP) or hydrophilic interaction liquid

chromatographic (HILIC) methodologies. Here, we present a fast SFC-MS

method for the analysis of medium and high-polarity (−7≤cLogP≤2) compounds,

designed for implementation in a high-throughput metabonom ics setting. Sixty

polar analytes were first screened to identify those most suitable for inclusion in

chro matographic test mixtures; then, a multi-dimensional method development

study was conducted to determine the optimal choice of stationary phase, modifier

additive and temperature for the separation of such analytes using SFC. The test

mixtures were separated on a total of twelve different column chemistries at three

different temperatures, using CO2-methanol-based mobile phases containing a

vari-ety of polar additives. Chromatographic performance was evaluated with a

particular emphasis on peak capacity, overall resolution, peak distribution and

4
5

repeatability. The results suggest that a new genera-tion of stationary phases,

specifically designed for improved robustness in mixed CO2-methanol mobile

phases, can improve peak shape, peak capacity and resolution for all classes of

polar analytes. A sig-nificant enhancement in chromatographic performance was

observed for these urinary metabolites on the majority of the stationary phases

when polar additives such as ammonium salts (formate, acetateand hydroxide)

were included in the organic modifier, and the use of water or

alkylamineadditives was found to be beneficial for specific subsets of polar

analytes. The utility of these findings was confirmed by the separation of a

mixture of polar metabolites in human urine using an optimised 7min gradient

SFC method, where the use of the recommended column and co-solvent

combination resulted in a significan

Kromatografi cairan superkritis (SFC) sering digunakan untuk analisis dan

pemisahan non-polar metabolit, namun tetap kurang dimanfaatkan untuk

mempelajari molekul polar, bahkan yang menimbulkan kesulitan dengan

kromatografi kromatografi interaksi reversed-phase (RP) atau interaksi hidrofilik

(HILIC). Di sini, kami menyajikan metode SFC-MS yang cepat untuk analisis

medium dan high-polaritas -7≤cLogP≤2) senyawa, dirancang untuk

diimplementasikan dalam metabolisme throughput tinggipengaturan. Enam puluh

analit polar pertama kali diperiksa untuk mengidentifikasi yang paling sesuai

untuk dimasukkan ke dalam chro- campuran uji matrik; Kemudian, sebuah studi

pengembangan metode multi dimensi dilakukantentukan pilihan optimal fase

stasioner, pengubah aditif dan suhu untuk separa dari analit tersebut menggunakan

5
6

SFC.Campuran uji dipisahkan pada total dua belas kolom yang berbeda kimia

pada tiga suhu yang berbeda, dengan menggunakan CO2-methanol berbasis fase

mobile yang mengandung vari-ety dari aditif polar. Kinerja kromatografi

dievaluasi dengan penekanan khusus pada puncak kapasitas, resolusi keseluruhan,

distribusi puncak dan pengulangan. Hasilnya menunjukkan bahwa genera-fase

stasioner, yang dirancang khusus untuk meningkatkan ketahanan pada campuran

CO2 methanol mobi fase, dapat memperbaiki bentuk puncak, kapasitas puncak

dan resolusi untuk semua kelas analit polar. Sebuah sig-Peningkatan yang

signifikan dalam kinerja kromatografi diamati pada metabolisme kemih ini

sebagian besar fase stasioner bila aditif polarseperti garam amonium (formate,

asetat dan hidroksida) dimasukkan ke dalam pengubah organik, dan penggunaan

aditif air atau alkilamin ditemukan bermanfaat untuk subset spesifik analit polar.

Kegunaan temuan ini dikonfirmasi oleh pemisahan campuran metabolit polar

dalam urin manusia dengan menggunakan gradien 7 min yang optimal Metode,

dimana penggunaan kolom yang direkomendasikan dan kombinasi co-pelarut

menghasilkan signifikan (Arundhuti.2016).

6
7

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum “Identifikasi Senyawa Organik berdasarkan Kelarutannya”

dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 8 Desember 2017, pada pukul 13.30 WITA

sampai selesai dan bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan Percobaan

Alat yang digunakan pada percoban ini yaitu tabung reaksi, pipet tetes,

gelas ukur 10 mL, pipet skala 10 mL dan 25 mL, gelas piala 50 mL, rak tabung,

botol semprot, spatula, filler dan neraca analitik. Bahan yang digunakan yaitu

aquades, garam dapur, NaOH 10%, HCl 10%, etanol, dan asam salisilat 0,1 gram.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Kelarutan dalam Air (aquades)

Langkah awal yang dilakukan untuk melarutkan senyawa orgnaik, yakni

etanol, asam salisilat, dan garam dalam air yaitu dimasukkan 0,2 mL senyawa

organik yang akan diuji pada tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan 1 mL

aquades lalu mengocoknya kuat-kuat dan ditambahkan lagi 1 mL aquades, jika

larutan tidak larut semua. Selanjutnya diamati kelarutan senyawa terrsebut,

apakah larut sempurna (tidak terdapat bidang batas antara pelarut dengan senyawa

organik), larut sebagian (terbentuk emulsi), atau tidak larut. Jika terbentuk emulsi,

7
8

diambil lapisan airnya dan uji dengan kertas lakmus untuk mengidentifikasi

golongan senyawa yang dapat larut.

3.3.2 Kelarutan dalam Larutan NaOH 10%

Perlakuan untuk menguji kelarutan senyawa organik dalam larutan

NaOH 10 % sama dengan pengerjaan pada uji kelarutan dalam air (hanya

mengganti aquades dengan NaOH 10 %). Jika pada penambahan NaOH tidak

dapat larut, maka lapisan atas diambil lalu ditambahkan settetes demi setetes

dengan larutan HCl hingga bersifat asam dan jika terjadi endapan, maka dapat

diasumsikan bahwa terdapat gugus asam dalam senyawa organik tersebut.

3.3.3 Kelarutan dalam Larutan HCl 10%

Perlakuan untuk menguji kelarutan senyawa organik dalam larutan HCl 10 %

sama dengan pengerjaan pada uji kelarutan dalam air (hanya mengganti aquades

dengan HCl 10 %). Ketika penambahan larutan HCl tidak dapat larut, maka

diambil lapisan atas lalu dimasukkan setetes demi setetes larutan NaOH 10 %

hingga bersifat basa. Jika terjadi endapan maka dapat diasumsikan terdapat gugus

basa dalam senyawa organik tersebut.

8
9

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Tabel 1 pengamatan kelarutan dalam aquades


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
0,2 mL larutan garam dapur + 1 mL
1. Larut
aquades
2. 0,2 mL etanol + 1 mL aquades Larut
3. 0,2 mL asam salsilat + 1 mL aqudes Larut

Tabel 2 pengamatan kelarutan dalam larutan NaOH 10 %


No
Perlakuan Hasil Pengamatan
.
0,2 mL larutan garam dapur + 1 mL NaOH
1. Larut
10 %
2. 0,2 mL etanol + 1 mL NaOH 10 % Larut
3. 0,2 mL asam salsilat + 1 mL NaOH 10 % Larut

Tabel 3 pengamatan kelarutan dalam larutan HCl 10 %


No
Perlakuan Hasil Pengamatan
.
0,2 mL larutan garam dapur + 1 mL HCl
1. Larut
10 %
2. 0,2 mL etanol + 1 mL HCl 10 % Larut
3. 0,2 mL asam salsilat + 1 mL HCl 10 % Larut

4.2 Reaksi Lengkap

4.2.1 Kelarutan dalam Air

a) NaCl(s) + H2O(l) NaOH(aq) + HCl(aq)

b) C2H5OH(l) + H2O(l) C2H5OH(aq) + H2O(aq)

c) C7H6O3(s) + H2O(l) C7H6O3(aq) + H2O(aq)

9
10

4.2.2 Kelarutan dalam NaOH 10 %

a) NaCl(s) + NaOH(l) NaOH(aq) + NaCl(aq)

b) C2H5OH(l) + NaOH(l) C2H5Na(aq) + H2O(aq)

4.2.3 Kelarutan dalam HCl 10 %

a) NaCl(s) + HCl(l) NaCl(aq) + HCl(aq)

b) C2H5OH(l) + HCl(l) C2H5Cl(aq) + H2O(aq)

4.3 Pembahasan

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan

antar elektro pada unsur-unsur .hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut

mempunyai nilai kelelktronegatifitas yang berbeda.sedangkan senyawa non plar

adalah senya yang terbentuk akibat adanya suatau ikatan antar elektron pada

unsur-unsur yang membentuknya.hal ini terjadi karena unsur yang berikatan

mempunyai nilai keelektronetifitas yang sama atau hampir sama.

Molekul organik non polar seperti hidro karbon dan halo karbon ditolak

dari air, senyawa tersebut dikatakan hidrob (benci air) air dan minyak tidak

bercampur ,tetapi jika kita campurkan dua cairan non polar, kreduanya

membentuk larutan. Zat yang mudah diingat zat yang melarutkan zat yang

sejenisnya, dengan prinsip tersebut alkohol.senyawa organik bahan alam adalah

senyawa organik yang merupakan hasil proses metabolisme dalam organisme

hidup.

10
11

Air merupakan senyawa polar senyawa-senyawa polar akan larut dalam

air, sementara senyawa non polar tidak dapat larut dalam air senyawa-senyawa

seperti alkohol, keton, asam karbosilat, ester, dan amina dapat larutan namun

mempunyai batas kelarutan. Senyawa-senyawa tersebut dengan jumlahatom C

sampai dengan empat dapt larut dalam air semakin berkurang

Percobaan pada identifikasi organik berdasarkan kelarutanya digunakkan

tiga pelarut yaitu air,NaOH 10%, dan HCl 10%. Pada percobaan kelarutan dalam

air terdapat senyawa dalam air yaitu larutan garam dapur, etanol, dan asam salsilat

air merupakan pelarut polar. Senyawa NaCl (garam) dapat larut dalam air karena

bersifat polar. Hal ini disebabkan kelarutan senyawa polar bergantung pada

pengaruh gugus polar yang regatif terhadap gugus non polar apabila gugus polar

lebih dominan dari pada gugus non polar maka sifat polarnya lebih kuat.sama

halnya dengan garam asam salsilat dan etanol juga dapat larut dalam air karena

keduanya merupakan pelarut polar.

Uji kelarutan dengan menggunakkan pelarut NaOH 10%. NaOH adalah

senyawa yang bersifat basa dan yang paling umum digunakan dalam

laboratorium. pada pengjian senyawa ini digunakan senyawa uji adalah asam

salsilat,etanol,dan garam ketiga senyawa ini larut dalam NaOH hal ini

dikarenakan NaOH bersifat pola sama seperti air sehingga senyawa polar akan

larut dalam senyawa ini seperti garam-garam ionik pada umumnya larut dalam air

Uji kelarutan terhadap HCl 10%. Larutan HCl merupakan larutan jernih

tidak berwarna dalam air asam ini sangat korosif, merupakan asam mineral kuat.

Dalam pengujian kelarutan HCl dengan menggunakan garam,asam salsilat,dan

11
12

etanol, ketiga dapat larut dalam air hal ini disebabkan kaeran HCl merupakan

senyawa polar sehingga mudah larut dalam air.

12
13

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Senyawa organik berdasarkan sifat kelarutanya dapat dikelompokan

menjadi senyawa polar dan non polar, senyawa polar atau senyawa yang larut

dalam air seperti etano,garam dan asam salsilat. Ketiga senyawa ini juga larut

dalut dalam NaOH dan HCl.

5.2 Saran

Praktikan hendaknya memahami alat, bahan serta langkah kerja yang

digunakan sehinga praktikum dapat berjalan dengan baik.

13
14

BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya

mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Diantara

beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang

dapat diubah gugus fungsinya. Gugus fungsi adalah gugus atom dalam molekul

yang menentukan ciri atau sifat suatu senyawa. Gugus fungsi ini merupakan atom

selain atom karbon dan atom hidrogen dalam senyawa hidrokarbon dan

membentuk ikatan rangkap. Adapun bagian-bagian dari molekul yang hanya

mengandung ikatan tunggal saja disebut gugus-gugus non fungsional.

Alkohol (ROH) begitu erat berhubungan kehidupan manusia sehari-hari

sehingga orang awam pun kenal akan istilah-istilah ini. Etanol, alkohol,

digunakan dalam minuman keras, 2-propanol (isopropyl alkohol atau alkohol

gosok) digunakan sebagai zat pembunuh kuman (bakteriosida), Metanol (metil

alkohol atau alkohol kayu) komponen utama dalam spiritus digunakan sebagai

bahan bakar dan pelarut.Dalam laboratorium dan industri,semua senyawa ini

digunakan sebagai pelarut dan reagensia.Alkohol mirip air dalam hal bersikap

sebagai suatu basa dan menerima proton.Seperti air pula,suatu alkohol dapat

bersikap asam dan melepaskan sebuah proton (menghasilkan sebuah ion

alkokosida,RO).Seperti air,alkohol adalah asam atau basa yang sangat lemah.

14
15

Fenol merupakan asam yang jenuh lebih kuat daripada alkohol. Fenol

kira-kira berada ditengah antara etanol dan asam asetat. Dalam hal kuat asam, ion

fenoksida basa yang lebih lemah dari OH. Oleh karena itu fenoksida dapat dibuat

dengan mengalah suatu fenol dengan NaOH dalam air. Reaktivitas ini berbeda

sekali dengan reakstivitas alkohol. Berdasarkan pemaparan tersebut maka perlu

dilakukan percobaan tentang sifat fisik dan reaksi kimia alkohol dan fenol

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dpat menjelaskan

mengenai perbedaan sifat-sifat senyawa alkohol dan fenol serta jenis-jenis

pereaksi untuk memebedakan senyawa-senyawa alkohol dan fenol.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini yaitu penentuan uji kelarutan alkohol dan fenol

dalam air dan n-heksana.

15
16

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Alkohol

Berdasarkan strukturnya, alkohol dikelompokkan ke dalam tiga golongan

yang didasarkan pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksil, yaitu alkohol

primer merupakan suatu alkohol dengan gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom

karbon primer. Atom karbon primer adalah atom karbon yang mengikat satu atom

karbon lain. Alkohol sekunder merupakan alkohol dengan gugus hidroksil (-OH)

terikat pada atom karbon sekunder. Atom karbon sekunder adalah atom karbon

yang mengikat dua atom karbon lain. Alkohol tersier adalah alkohol dengan

dengan gugs hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon tersier. Atom karbon tersier

adalah atom karbon yang mengikat tiga atom karbon lain (Sunarya, 2016).

2.2 Sifat Fisik Alkohol

Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya

sehingga titik didih alkohol lebih tinggi dari pada titik didih alkil halida atau eter

yang bobot molekulnya sebanding. Alkohol R-OH memiliki bagian hidrofob (R-)

dan hidrofil (-OH). Bagian hidrokarbon dari suatu alkohol bersifat hidrofob yakni

menolak molekul-molekul air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat

hidrofobnya akan dapat mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidrofil.

Peningkatan larutan sebanding dengan bertambahnya jumlah gugus hidrokfil

dalam senyawa (Wardiyah, 2016).

16
17

2.3 Fenol

Fenol merupakan senyawa yang dapat menimbulkan bau tidak sedap,

bersifat racun dan korosif terhadap kulit (iritasi), menyebabkan gangguan

kesehatan manusia dan kematian pada organisme yang terdapat pada air dengan

nilai konsentrasi tertentu (Qadeer&Rehan, 1998).Fenol terdiri dari rantai dasar

benzene aromatik dengan satu atau lebih kelompok hidroksil. Tingkat toksisitas

fenol beragam tergantung dari jumlah atom atau molekul yang melekat pada rantai

benzene-nya. Untuk fenol terklorinasi, semakin banyak atom klorin yang diikat

rantai benzena maka semakin toksik rantai tersebut. Klorofenol lebih bersifat

toksik pada biota air, seperti akumulasi dan lebih persisten dibanding dengan

fenol sederhana. Fenol sederhana seperti phenol, cresol dan xylenol mudah larut

dalam air dan lebih mudah didegradasi (Dewilda, 2012).

2.4 Pengikatan Hidrogen pada Alkohol dan Fenol

Ikatan O-H terpolarisasi oleh tingginya elektronegativitas atom oksigen.

Polarisasi ini menempatkan muatan positif parsial pada hidrogen dan muatan

negatif parsial pada atom hidrogen dan muatan negatif parsial pada oksigen.

Karena ukurannya yang kecil dan muatannya yang positif parsial atom hidrogen

dapat berhubungan denga dua atom elektronegatif seperti oksigen. Dua atau lebih

molekul alkohol dengan demikian secara lemah terikat satu dengan lainnya

melalui ikatan hidrogen (Hart, 2003)

17
18

BAB IV
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum kimia organik 1 “Sifat Fisik Dan Reaksi Kimia Alkohol dan

Fenol” dilaksanakan pada hari jumat tanggal 15 Desember 2017, Jam 13.30

WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu pipet tetes, rak tabung

reaksi, tabung reaksi, gelas kimia, pipet volum 10 ml , filler, botol semprot,

spatula, batang pengaduk, dan botol timbang

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu metanol, etanol, fenol,

dan n-heksana,aliminium foil, dan kertas lakmus.

3.3 Prosedur kerja

3.3.1 Identifikasi sifat fisik dan kimia alkohol dan fenol

Beri label tabung reaksi untuk setiap senyawa turunan alkohol dan fenol

yang tersedia di laboratorium. Masukkan 10 tetes setiap senyawa kedalam tabung

reaksi masing-masing. Untuk fenol, tambahakan 0,5 g. Dengan menggunakan

gelas ukur 10 mL, tambahkan 4,5 mL, aqua dm kedalam tiap tabung. Goyangkan

tabung untuk pengadukkan atau aduk dengan batang pengaduk. Catat apakah

senyawa terlarut sempurna, terlarut sebagian atau tak larut.

18
19

3.3.2 Identifikasi reaksi kimia alkohol dan fenol

3.3.2.1 Uji Lucas

Masukkan 5 tetes tiap sample ke dalam masing-masing tabung sesuai

label. Tambahkan 1 mL reagen lucas. Tutup tabung reaksi dengan aluminium foil

dan giyangkan dengan kuat untuk mengaduk campuran. Setelah benar-benar

tercampur, buka tutup tabung dan biarkan tabung beberapa saat (sekitar 5 menit).

Amati apakah terlihat kekeruhan ataunlapisan keduan pada larutan. Apabila

terdapat tabung yang larutannya masih bening, masukkan tabung tersebut kedalam

penaga air bersuhu 60oC selama 15 menit, kemudian amati apakah terdapat

kekeruhan atau tidak. Catat hasil pengamatan.

3.3.2.2 Uji Besi (III) Klorida

Masukkan 10 tetes tiap sample kedalam tabung reaksi berlabel, lalu

tambahkan 10 tetes kloroform kedalam tiap tabung. Tambahkan pula 5 tete larutan

besi (III) klorida dalam kloroform kedalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes

pirirdin kedalam tiap tabung. Aduk tabung reaksi, amati dan catat apa yang

terjadi.

3.3.2.3 Keasaman

Masukkan 5 tetes sample kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan masing-

masing 5 tetes aqua dm. Gunakan batang pengaduk untuk mengaduk sample

kemudian sentuhkan ujung batang pengaduk pada kertas lakmus. Setelah 15 detik,

bandingkan warna kertas lakmus dengan kertas skala pH. Catat pH tiap sample.

19
20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Tabel 4 Identifikasi sifat fisik dan kimia alkohol serta fenol


No. Perlakuan Pengamatan

1. 0,5 mL methanol + 4,5 mL aquades Larut sempurna


2. 0,5 mL tetes fenol + 4,5 mL aquades Orange keruh, larut sebagian
3. 0,5 mL 2 propanol + 4,5 mL aquades Larut sempurna
4. 0,5 mL terbutanol + 4,5 mL aquades Larut sempurna
5. 0,5 mL metanol + 6,8 mL n-heksana Larut sempurna
6. 0,5 mL 2 propanol + 6,8 mL n-heksana
7. 0,5 mL fenol + 6,8 mL n-heksana Larut sempurna
8. 0,5 tetes terbutanol + 6,8 mL n-heksana

Tabel 5 Identifikasi reaksi kimia alkohol serta fenol


No. Perlakuan Pengamatan

1. 0,5 mL fenol + 1 mL reagen lucas Sedikit gelembung + tidak


larut
2. 0,5 mL metanol + 1 mL reagen lucas Larut sempurna
3. 0,5 mL terbutanol + 1 mL reagen lucas Larut sempurna

4. 0,5 mL 2 propanol + 1 mL reagen lucas Larut sempurna

Tabel 6 uji besi(III) klorida


No Perlakuan Pengamatan
.
1. 10 tetes metanol + 10 tetes kloroform + 5 Larutan kuning keruh,
tetes FeCl3 endapan,

2. 10 tetes fenol + 10 tetes kloroform + 5 Larutan hitam


tetes FeCl3

20
21

Tabel 7 hasil uji keasaman


No Perlakuan Pengamatan
.
1. Aquades + metanol, ditambahkan kertas Tidak berubah
Ph
3. Aquades +terbutanol, ditambahkan kertas Tidak berubah
pH
4. Aquades + 2propanol, ditambahkan Tidak berubah
kertas pH
2. Aquades + Fenol, ditambahkan kertas pH Berubah menjadi pink

4.3 Reaksi Lengkap

4.3.1 Uji Kelarutan

1. Metanol + aquades

CH3OH + H2O CH4 + 2HO

2. Fenol + aquades

C6H5OH + H2O C6H5OH + H2O

3. Terbutanol + aquades

4. Terbutanol + aquades

5. Metanol + n-heksana

CH5OH + C6H14 C2H + H2 + O2

6. Fenol + n-heksana

C6H5OH + C6H14 C2H2 + H2O

7. Terbutanol + aquades

8. Terbutanol + aquades

21
22

4.3.2 Reaksi Lucas

1. CH5OH + HCL ZnCl


2. CH3OH + HCL ZnCl



CH3Cl2 + H2O

3. C6H5OH + HCL ZnCl



C6H5 + H2O

4.3.3 Reaksi Besi III Klorida

1. CH3OH + FeCl3 FeCl3 + HCl + CH2OH

2. C6H5OH + FeCl3 FeCl3 + HCl + CH2OH

4.4 Pembahasan

Perlakuan pertama yaitu uji kelarutan terlihat bahwa etanol, fenol dan

metanol dengan masing-masing 10 tetes diisi dalam tabung reaski telah larut

dalam air masing-masing 4,5 mL, namun pada fenol kelarutan yang terjadi hanya

sebagian serta menimbulkan warna orange keruh. Tapi dapat didefinisikan bahwa

fenol tetaplah larut dalam air pada percobaan ini. Kita bisa melihat bahwa etanol

dan fenol larut dalam air. Hal itu dikarenakan etanol dan fenol memiliki gugus –

OH sehingga keduanya bersifat polar, sehingga bisa larut dalam air yang juga

bersifat polar. Selanjutnya pada kelarutan alkohol, fenol dan metanol pada n-

heksana, dapat kita lihat bahwa pada perlakuan ini kelarutan terjadi hanya pada

larutan etanol dan fenol, namun alkohol tidak bereaksi. Fenol sebenarnya tidak

larut dalam n-heksana, karena n-heksana bersifat non polar, namun dalam

percobaan ini fenol larut dalam n-heksana karena fenol sudah mengalami

22
23

pengenceran, dan pada metanol tidak mengalami kelarutan pada n-heksana.

Perlakuan ini pada laritan alkohol, fenol dan fenol diisi dalam tabung reaksi

masing-masing 10 tetes serta n-heksana sebanyak 6,8 mL.

Perlakuan selanjutnya identifikasi reaksi kimia alkohol dan fenol pada uji

lucas. Telah diisi masing 5 tetes metanol, etanol dan fenol pada masing-masing

tabung reaksi yang ditambhakan dengan 1 mL reagen lucas. Pengamatan yang

terjadi yaitu pada fenol adanya sedikit gelembung dan berawarna bening,

sedangkan pada metanol dan etanol terjadi kelarutan yang sempurna. Dalam

reaksinya alkohol, fenol, dan etanol memb utuhkan ZnCl 2 agar bisa bereaksi

dengan HCl. ZnCl2 adalah suatu asam lewis yang sangat kuat dengan orbital-

orbital kosong yang dapat menerima pasangan-pasangan elektoron dan oksigen.

Pembentukkan suatu kompleks antara ZnCl2 dengan oksigen alkohol melemahkan

ikatan C-O dan dengan demikian menaikan kemampuan gugus oksigen untuk

lepas.

Perlakuan pada uhi besi (III) klorida. Etanol, fenol dan propanol masing-

masing diisi dalam tabung teaksi sebanyak 10 tetes serta di tambahakan 10 tetes

kloroform pada metanol dan propanol sedangkan pada fenol dan etanol hanya

menambahkan 5 tetes kloroform dan ditambahakan pula 5 tetes FeCl 3. Dapat kita

lihat bahwa pengamatan yang terjadi semuanya telah bereaksi dimana pada

larutan adanya endapan dan kuning keruh, pada fenol adanya didnding batas serta

berwarna hitam, pada etanol reaksi yang terjadi adanya diinding batas dan

berwarna kuning tua, sedangkan pada propanol reaksi yang terjadi yaitu adanya

endapan serta berwarna kuning keruh. Sebenrnaya alkohol dan etanol tidak dapat

23
24

bereaksi, tetapi dalam percobaan ini etanol dan fenol dapat bereaksi, dikarenakan

bahan yang digunakan sudah tidak bagus, alat yanng digunakan tidak bersih dan

pemipetan kurang teliti.

Perlakuan terakhir yaitu pada uji keasaman. Dimana larutan etanol dan

fenol ditambahkan aquades setelah dicampurkan larutan tersebut untuk

pengujiannya dimasukkan batang pengaduk kedalam tabung reaksi yang berisi

larutan masing-masing. Pada tabung yang berisi aquades dan etanol dimasukkan

batang pengaduk sebagai alat pengambilan beberapa larutan untuk ditetesi pada

kertas pH, setelah ditetesi pada kertas pH pengamatan yang terjadi tidak adanya

perubahan. Sedangkan pada aquades langkah yang dilakukan sama dengan

pengujian aquades dan etanol, namun pada larutan ini pengamatan yang terjadi

yaitu terjadi perubahan warna menjadi merah muda/pink.

24
25

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perbedaan dari alkohol dan fenol yaitu pada uji besi (III) klorida, alkohol

tidak terjadi perubahan warna sementara pada fenol terjadi perubahan warna yaitu

menjadi warna ungu kehitaman. Pada uji keasaman, fenol memiliki derajat

keasaman lebih tinggi dibandingkan dengan alkohol..

5.2 Saran

Saran saya pada pada percoban ini yaitu terkhususkan pada pihak

laboratorium agar fasilitas yang akan digunakan pada saat praktikum lebih

dilengkapi lagi baik disemua praktikum.

25
26

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari kita banyak sekali menemukan bahan

ataupun senyawa kimia yang diaplikasikan akan tetapi kita tidak mengetahui

apakah yang terkandung dalan bahan dan senyawa tersebut. Bahan – bahan kimia

banyak terdapat pada obat – obatan, sabun, sumber energi kimia, dan lain

sebagainya.

Gugus fungsi adalah gugus yang memberikan karakteristik kepada

senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekul memiliki dua gugus fungsi

berlainan dengan jarak yang berjauhan, maka senyawa itu akan mempunyai sifat-

sifat atau karakteristik dari masing-masing gugus fungsi, namun apabila letak

kedua gugus fungsi tersebut berdekatan maka gugus fungsi itu akan saling

berinteraksi sehingga akan memberikan sifat-sifat khusus pada senyawa yang

bersangkutan yaitu akan memiliki sifat hasil gabungan dari kedua gugus yang

diikatnya.

Senyawa hidrokarbon merupakan persenyawaan organik yang paling

sederhana yang hanya terdiri dari atom karbon dan atom hidrogen. Senyawa

hidrokarbon dapat berupa senyawa alifatik jenuh dan tak jenuh. Alifatik jenuh

yaitu hanya memiliki ikatan tunggal, sedangkan alifatik tak jenuh yaitu memiliki

ikatan rangkap dua dan tiga antara unsur senyawanya seperti alkena dan alkuna.

Senyawa turunan alkana dikenal gugus fungsi. Gugus fungsi adalah kelompok

26
27

gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi

karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus

fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip. Gugus fungsi yang

sering didapatkan dalam kehidupan adalah alkohol.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukan percobaan ini untuk

mengamati berbagai reaksi terhadap gugus fungsi dan mengenal bagaimana sifat

fisis maupun kimia dari masing-masing gugus fungsi, serta mengetahui apa saja

ciri khas dari masing-masing senyawa yang direaksikan, seperti apakah benar

senyawa ester itu memiliki aroma yang khassepertiwangi-wangian.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui beberapa gugus funsi

pada senyawa-senyawa organik.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini yaitu penentuan gugus fungsi pada senyawa

organik berdasarkan sifat kejenuhan dan ketidak-jenuhan melalui reaksi adisi oleh

oksidator KMnO4, Asam Kromat dan FeCl3.

BAB II

27
28

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gugus fungsi

Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang terikat bersama

dengan suatu cara tertentu sebagai bagian dari suatu molekul, dan kemudian

mempengaruhi karakteristik sifat fisik dan kimia molekul secara keseluruhan.

Kelompok gugus fungsi yang akan dipelajari pada percobaan ini adalah gugus

fungsi hidroksi (atau hidroksil), OH. Alkohol dan fenol memiliki kemiripan

dalam beberapa hal, tetapi terdapat perbedaan yang cukup mendasar sehingga

kedua kelompok senyawa ini dianggap sebagai kelompok gugus fungsi yang

berbeda. Salah satu perbedaan utama adalah bahwa fenol bersifat jutaan kali lebih

asam daripada alkohol. (Diah, 2010).

2.2 Hidrokarbon

Hidrokarbon dapat dibagi menjadi empat kelompok besar yang terdir dari

alkana, alkena, alkuna dan hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon yang ada bersifat

jenuh dan yang tidak jenuh. Hidrokarbon juga memiliki struktur dan rumus

molekul yang bermacam-macam sesuaidengan atom karbon yang berikatan pada

setiap rangkainya (Brong, 1977).

2.3 Alkohol

Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih

gugus fungsi hidroksil(-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol merupakan

28
29

salah satu pelarut yang umum digunakan setelah air. Etanol atau biasa disebut etil

alkohol adalah salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman

beralkohol dan obat-obatan serta memiliki rumus kimia CH3CH2OH [2]. Etanol

termasuk obat psikoaktif, yang berarti zat atau bahan yang bekerja secara selektif

terutama pada otak sehingga dapat menimbulkan perubahan perilaku, emosi,

persepsi dan kesadaran sistem saraf otak. Ketika bertabrakan dengan sinar

inframerah, atom-atom alkohol akan bergetar serta menyerap inframerah tersebut

(Faraha, 2016).

2.4 Fenol

Fenol merupakan senyawa yang dapat menimbulkan bau tidak

sedap,bersifat racun dan korosif terhadap kulit (iritasi), menyebabkan gangguan

kesehatan manusia dan kematian pada organisme yang terdapat pada air dengan

nilai konsentrasi tertentu.Fenol terdiri dari rantai dasar benzene aromatik dengan

satu atau lebih kelompok hidroksil.Tingkat toksisitas fenol beragam tergantung

dari jumlah atom atau molekul yang melekat pada rantai benzene-nya. Untuk

fenol terklorinasi, semakin banyak atom klorin yang diikat rantai benzene maka

semakin toksik rantai tersebut.Kloro fenol lebih bersifat toksik pada biota air,

seperti akumulasidan lebih persisten dibanding dengan fenol sederhana.Fenol

29
30

sederhana seperti phenol, cresol dan xylenol mudah larut dalam air dan lebih

mudah didegradasi (Dewilda, 2012)

2.5 Benzil Alkohol

Benzil alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksil yang

terikat pada gugus benzil. Rumus molekul dari senyawa ini adalah

C6H5CH2OH.benzil alkohol berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau, berasa

seperti terbakar. Ia memiliki beratmolekul 108,5 dengan titik didih 205 oC (401

F) dan titik beku 15oC (5 F). I tergolomg sennya yang larut dalam alkohol, eter,

kloroform, aseton, benzena, dan pelarut aromatik 2.2 Benzil Alkohol

(Faiha,2016).

30
31

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum “Penentuan Gugus Fungsi” dilaksankan pada hari Jumat, 22

Desember 2017, pukul 13.30-selesai WITA bertempat di Laboratorium Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu

Oleo Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah rak tabung reaksi, gelas

piala 50 mL, spatula, batang pengaduk, tabung reaksi, botol semprot, filler, gelas

kimia 250 mL, Pipet volume 10 mL dan pipet tetes.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah n-heksana, fenol, ,

KMnO4, HCl pekat dan K2CrO4., aseton, etanol, dan aquades.

3.3 Prosedur Kerja

31
32

3.2.1 Ketidak jenuhan

Dilarutkan 2 mL aseton dan heksana masing-masing kedalam 1 mL air

atau etanol. Kemudian tambahkan 1 mL larutan KMnO4 2 %. Kocok larutan (bila

perlu panaskan). Dimati perubahan warna.

3.2.2 Alkohol

Dilarutkan 5 gram kromat dalam 5 mL HCl pekat. Tuang perlahan-lahan

kedalam gelas kimia yang berisi 15 mL air sambil diaduk.larutan diinginkan akan

membentuk warna. Larutkan 1-2 tetes etanol dan phenol dalam 5 mL air, lalu

tambahkan 1 tetes FeCl3/H2O. Diamati yang terjadi dan bandingkan dengan

perlakuan sebelumnya.

32
33

33
34

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Tabel 8 Pengamatan ketidak jenuhan senyawa aseton


No Perlakuan Pengamatan
.
1. Dilarutkan 2 ml aseton kedalam 1 ml air Larutan bening

2. Ditambahkan 1 ml larutan KMnO4 2% Terdapat endapan warna


lalu dikocok larutan coklat

Tabel 9 Pengamatan Heksana


No Perlakuan Pengamatan
.
1. Dilarutkan 2 ml heksana kedalam 1 ml Larutan bening
air
2. Ditambahkan 1 ml larutan KMnO4 2% Tidak bereaksi, terdapat
lalu dikocok larutan dua lapisan. Lapisan
bawah ungu tua
sendangkan lapisan atas
ungu tua.

Tabel 10 Pengamatan Kromat


No Perlakuan Pengamatan
.
1. Dilarutkan 5 gram kromat dalam 5 Tidak
mL HCl pekat. larut, dan
terdapat endapan
kuning

2. Dituangkan secara perlahan-lahan Larutan berubah


ke dalam gelas kimia yang berisi menjadi warna kuning
15 ml air sambil di aduk. kecoklatan

Tabel 11 Pengamatan Alkohol dan Fenol


No Perlakuan Pengamatan
.
1. Dilarutkan 2 tetes phenol Larutan bening
dalam 5 ml air

34
35

2. Lalu ditambahkan 1 tetes Larutan berubah


FeCl3 menjadi warna ungu
3. Dilarutkan 2 tetes etanol Larutan bening
dalam 5 ml air
Lalu ditambahkan 1 tetes Larutan berubah
FeCl3 menjadi kuning
pudar

4.2 Reaksi-Reaksi

4.2.1 Uji KMnO4

C8H18 + 2KMnO4 + H2O C8H18 + 2MnO2 + 2KOH

4.2.2 Alkohol

a. C2H5OH + FeCl3

b. K2CrO4 + 2HCl + H2O KCl + H2CrO4 + H2O

c. C2H5OH + H2O + FeCl3 C2H5Cl + HCl + Fe(OH)3

d. 2K2CrO4 + 2HCl K2Cr2O7 + 2KCl + H2O

4.3 Pembahasan

Gugus fungsi adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul,

yang berperan dalam memberikarakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut.

Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau

mirip. Gugus fungsi yang sering didapatkan dalam kehidupan adalah

alkohol.Alkohol mempunyai rumus umum R-OH dengan R adalah gugus alkil.

35
36

Sedangkan fenol merupakan senyawa yang mempunyai suatu gugus hidroksil

yang terikat pada suatu cincin benzene. Fenol biasa juga disebut asam karbolat

atau alcohol aromatik dengan rumus Ar-OH.

Berdasarkan dari hasil praktikum dimana dilakukan pengujian terhadap

senyawa ketidak jenuhan menggunakan senyawa aseton dengan melarutkan 2 ml

aseton kedalam 1 mL air. Diamati bahwa larutan menjadi bening kemudian

ditambahkan 1 ml KMnO4 2% terbentuk endapan berwana coklat dalam reaksi ini

terjadi reaksi adisi, reaksi adisi adalah pemutusan ikatan rangkap dari suatu

senyawa organikynag berubah menjadi ikatan tunggal serta dari pemutusan

tersebut akan digantikan oleh unsur lainnya.

Pengamatan terhadap heksana membentuk pada uji ketidakjenuhan

menggunakan heksana dengan penambahan air 1 ml diamati ada dua lapisan. Hal

ini terjadi karena air bersifat polar sedangkan heksana bersifat non polar selain itu

heksana juga merupakan larutan jenuh sehingga membentuk dua lapisan dan

dilakukan penambahan 1 ml larutan KMnO4 2% lalu dikocok tetapi tetap terpisah

dan membentuk dua lapisan karena senyawa alkan tersebut telah jenuh atau tidak

mampu melarutkannya. Percobaan tersebut menunjukan bahwa heksana

merupakan larutan jenuh dimana alkan merupakan suatu senyawa dimana masing-

masing karbonnya telah terikat pada empat atom karbon lain sehingga atom

karbonya stabil.

Pengujian senyawa alkohol dengan menggunakan asam kromat, 5 gram

kromat yang dilarutkan dalam 5 ml HCl pekat pada data pengamatan tidak larut

36
37

dan terdapat endapan kuning dan larutan menjadi coklat dan terdapat endapan

setelah ditambahkan 15 ml aqudes karena pengaruh pengenceran oleh aquades.

Pengamatan alkohol dan phenol dengan menggunakan FeCl3. Pada

senyawa alkohol menggunakan etanol dengan perlakuan etanol dalam 5 ml

berwarna bening, lalu ditambahkan 1 tetes FeCl3 larutan berubah menjadi warna

ungu dan setelah dilaritkan dengan 2 tetes etanol larutan kembali menjadi bening

dan ditambahakan 1 tetes FeCl3 larutan menjadi kuning pudar. Hal ini terjadi

karena rantai alkil pada etanol sngat sederhana sehingga penampaknya sangat

kecil merupakan alkohol primer yng kurang reaktif terhadap FeCl 3 ion Fe terdapat

pada FeCl3 tidak dapt mensubtitusi gugus OH yang ada pada etanol dan beraada

pada atom C.

Fenol yang dilarutkan dengan 5 mL aquades terdapat adanya endapan. Hal

ini terjadi bahwa phenol dapat bereaksi dengan air.Penambahan FeCl 3pada pada

uji fenol bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa adanya senyawa alkohol.

Perlakuan ini dilakukan dengan cara mereaksikan fenol dengan FeCl3, hasil dari

reaksi ini ditandai perubahan warna kekuning-kuningan. Hal ini dapat terjadi

karena phenol mampu mematahkan gugus –OH dimilikinya dengan FeCl 3 dan

atomH yang berikatan denga Cl dan Fe akan berikatan dengan salah-satu atom C,

sehingga membentuk produk baru yaitu HCl. Karena fenol mengandung gugus –

OH yang terikat pada suatu karbon tak jenuh, sehingga dapat membentuk

senyawa kompleks. Fenol yang mengandung gugus –OH yang terikat pada cincin

aromatik dapat terdelokalisasi pada posisi orto dan pada cincin benzene melalui

resonasi, sehingga fenol dapat lebih mudah bereaksi dengan FeCl3.. Fenol

37
38

mempunyai rumus struktur yang serupa dengan alkohol tetapi gugus fungsinya

melekat langsung pada cincin aromatik, dan dengan Ar-(sebagai aril) maka rumus

umum fenol dituliskan sebagai Ar-OH. fenol lebih asam dari alkohol karena anion

yang dihasilkan dan distabilkan oleh resonansi, dengan muatan negatifnya disebar

(delokalisasi) oleh cincin aromatik.

38
39

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percoban yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang terikat bersama

dengan suatu cara tertentu sebagai bagian dari suatu molekul, dan kemudian

mempengaruhi sifat fisik dan kimia molekul secara keseluruhan.

5.2 Saran

Saran dalam percobaan praktikum ini adalah penambahan bahan agar tidak

ada percobaan yang dihilangkan karena kurangnya bahan kimia yang digunakan.

39
40

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Propilena adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dikenal juga

sebagai propena. Propilena termasuk kedalam kelompok alkena atau berada

didalam kelompok olefin. Rumus molekul dari propilena C3H6. Propilena

mempunyai bobot molekul 42,08 gram/mol pada temperatur kamar berbentuk gas

tetapi dapat dicairkan dengan penambahan tekanan dan penurunan temperatur

sehingga dalam penampungan dan penyimpanan di dalam tangki berwujud cair.

Propilena merupakan senyawa alkena yang biasa disebut propena, dan

secara struktur terdiri dari tiga atom C dan enam atom H yang ditandai dengan

satu ikatan rangkap dua. Propilena bersifat sebagai zat yang radikal. Karakteristik

atau sifat khusus dari propilena yaitu senyawaan ini sangat reaktif, kereaktifan ini

terletak pada ikatan rangkap dua, pada ikatan rangkap dua ini dapat terjadi proses

penggabungan beberapa molekul sejenis dari propilena menjadi molekul yang

lebih besar. Salah satu cara pembuatan senyawa alkena seperti propilena adalah

melalui reaksi eliminasi alkohol. Reaksi eliminasi adalah suatu jenis reaksi

organik dimana dua subtituen dilepaskan dari sebuah molekul. Dalam reaksi

eliminasi, alkohol kehilangan satu molekul H2O sehingga reaksi ini biasa

dinamakan reaksi dehidrasi.

40
41

Propilena ini dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan bahan kimia seperti

polipropilena (bahan dasar pembuatan produk-produk plastik), akliromitril (bahan

serat sintetis dan gas racun bagi serangga). Untuk mendapatkan propilena dengan

kemurnian yang tinggi dapat diperoleh dengan cara pemurnian (destilasi), yang

kemudian ditambahkan KMnO4 untuk mengidentifikasi adanya propilena yang

telah didestilasi. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan sutu percobaan

pembuatan propilena dengan cara reaksi eliminasi alkohol (dehidrasi alkohol).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah membuat gugus fungsional alkena dengan

cara reaksi eliminasi.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan praktikum ini adalah melakukan pemanasan suatu

alkohol dalam suasana asam sehingga alkohol mengalami eliminasi molekul H2O

(dehidrasi alkohol).

41
42

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Propilena

Propilena adalah suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki nama lain

propena, memiliki rumus kimia CH3-CH=CH2. Sifat-sifat propilen antara lain

adalah: berwujud gas, tidak berwarna, anaesthetic (membius), mudah terbakar,

mudah meledak, titik didih –44,7C, dan titik beku –185,2C. Propilen termasuk

dalam salah satu produk industri olefin hulu yang digunakan sebagai bahan baku

induk untuk pembuatan bahan antara (intermediate product) misalnya untuk

pembuatan polipropilen (serat plastik), polipropilen oksida (bahan baku

polyurethanes atau lebih dikenal sebagai busa padat dan fleksibel), acrolein

(bahan baku resin plastik dan nilon 6/6), dan berbagai bahan baku industri lainnya

(Hartanti, 2016).

2.2 Alkena

Sebuah alkena ialah hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap,

alkena juga disebut dengan olefin dari kata olefiant gas yang memebentuk

minyak. Ikatan rangkap pada karbom-karbon dijumpai bersama dengan sebuah

gugus fungsional yang biasa terdapat dalam alam. Lebih sering lagi, ikatan

rangkap dua ini terdapat pada gugus fungsional lain, alkena tanpa fungsional lain

sama sekali langka, dan sering dijumpai pada tumbuhan dan minyak bumi. Dua

42
43

contoh yang menarik senyawa yang terdapat dalam alam mengandung ikatan

rangkap karbon, kedua senyawa ini merupakan contoh dari feramon serangga,

senyawa ini dikeluarkan oleh suatu serangga untuk meneruskan informasi kepada

serangga lainnya dari jenis yang sama ( Fessenden, 2017).

2.3 Isopropil Alkohol

Isopropil alkohol memilki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan

metanol dan etanol dan lebih rendah dibandingkan dengan alkoholalkohollainnya

yang bersifat polar-protic. Isopropil alkohol merupakan senyawa organik yang

terdiri atas unsur karbon, hidrogen dan juga oksigen. Gugus OH dalam isopropil

membantu melarutkan molekul polar dan ion-ion dan gugus alkilnya -CH2- tidak

dapat mengikat bahan nonpolar. Isopropil alkohol merupakan senyawa alkohol

dengan jenis sekunder, kare kemampuan gugus COH-nya yang dapat mengikat 2

karbon (Thoha, 2009).

2.4 Reaksi Eliminasi

Reaksi eliminasi merupakan kebalikan dari reaksi adisi,terjadi ketika

reaktan tunggal menghasilkan dua produk pecahan. Contohnya adalah reaksi alkil

halida dengan basa menghasilkan asam dan alkena.

43
44

(Prasojo, 2014).

2.5 Destilasi Sederhana

Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia

untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih

yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk

memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan

menguap saat mencapai titik didih masing-masing (Walangare, 2013).

44
45

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum kimia organk 1 tentang “Pembuatan Propilena“ dilaksanakan pada

hari jumat, 15 Desember 2017 pukul 13.30 WITA – selesai dan bertempat di

Laboraorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Haluoleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu labu destilasi 1 buah,

termometer 1 buah, tabug reaksi 1 buah, gelas piala 50 ml 1 buah, erlenmeyer 250 ml 1

buah, pipet tetes 1 buah dan botol semprot 1 buah. Sedangkan bahan yang digunakan

dalam praktikum kali ini yaitu isopropyl alkohol, aquades, H2SO4 pekat dan kalium

permanganat.

3.3 Prosedur Kerja

45
46

Menyiapkan labu destilat kemudian memasukan aquades sebanyak 25 mL dan di

tetesi secara perlahan larutan H2SO4 pekat sebanyak 25 mL, ditutup dan didiamkan

beberapa saat hingga suhu 20 - 25° C, kemudian ditambahkan dengan isopropyl alkohol

25 mL. Merangkai alat destilasi sederahana kemudian campuran didestilasi hingga suhu

80° C, destilat yang keluar ditampung dalam erlenmeyer. Ambil beberapa ml destilat

tersebut dengan memasukannya dalam tabung reaksi dan tambahkan 1-2 mL larutan

KmnO4 kemudian amati perubahan warnanya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Tabel 12 data pengamatan pembuatan propilena


No Perlakuan Pengamatan
1 Pencampuran H2O + H2SO4 Larutan berwarna bening dan
panas, serta mengeluarkan gas.
2 Pencampuran antara aquades + Larutan berwarna bening
H2SO4 Pekat + isopropil alcohol kemerahan
3 Mendestilasi campuran Destilat yang keluar
berbentukcairan berwarna bening
4 Pencampuran destilat dengan Larutan berwarna coklat dan
larutan KMnO4 terdapat endapan
5 Pencampuran destilat dengan Larutan berwarna bening serta
H2SO4 terdapat endapan.

4.2 Reaksi-Reaksi

4.2.1 Penguraian Katalis Asam

46
47

4.2.2 Proses Pembentukan Propilena

4.2.3 Reaksi Identifikasi Propilena

4.3 Pembahasan

Alkena adalah salah satu senyawa hidrokarbon tak jenuh yang ditandai

dengan adanya ikatan rangkap dua dalam senyawanya. Menurut Fresenden

bahawa Senyawa alkena ialah hidrokarbon yang mengandung satu ikatan

rangkap, alkena juga disebut dengan olefin dari kata olefiant gas yang

memebentuk minyak. Ikatan rangkap pada karbom-karbon dijumpai bersama

dengan sebuah gugus fungsional yang biasa terdapat dalam alam. Senyawa

alkena dapat dibuat dengan adanya reaksi eliminasi alkohol seperti pada

47
48

pembuatan propilena. Propilena dapat dibuat dengan cara reaksi eliminasi

isopropil alkohol.

Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu membuat propilena (C3H6) dari

isopropil alkohol (C3H8O).Isopropil alkohol adalah nama populer dari senyawa

kimia, dimana senyawanya tidak berwarna, mudah terbakar, dan bau menyengat.

Senyawa ini merupakan alkohol sekunder yang paling sederhana, dimana atom

karbon yang mengikat gugus alkohol juga mengikat dua atom karbon lain. Untuk

membuat propilena dari isopropil alkohol maka dapat menggunakan metode

reaksi eliminasi alkohol yang dilakukan pada suasana asam dengan H 2SO4 sebagai

katalis. H2SO4 pada percobaan ini digunakan sebagai katalis sehingga alkohol

akan mengalami eliminasi molekul H2O sehingga reaksi ini sering disebut juga

reaksi dehidrasi.

Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu mengadakan proton H + yang

berasal dari H2SO4 dengan cara mengencerkan H2SO4pekat dengan air sehingga

terbentuk ion H+, hal ini dilakukan agar proton H+ nantinya akan mengikat gugus

OH- pada isopropil alcohol sehingga terjadi reaksi eliminasi.Pencampuran asam

sulfat pekat dengan air perlu diperhatikan yaitu pada saat menetesi asam sulfat

agar ditetesi sedikit demi sedikit. Hal ini dimaksudkan agar dalam mekanisme

reaksi tidak menimbulkan reaksi eksoterm (reaksi yang disertai pelepasan kalor),

dalam pencampuran asam sulfat pekat dengan aquadest maka asam sulfat akan

mengeluarkan adanya gas H2. Selanjutnya H2SO4 encer tersebut dimasukan

dalam labu destilasi yang telah berisi dan selanjutnya dengan isopropyl alkohol

yang akan diubah menjadi propilena, tetapi sebelumnya campuran tersebut

48
49

haruslah didinginkan terlebih dahulu hingga suhu 20-25 oC, (suhu kamar) yang

dimaksudkan agar reaksi yang nantinya akan bekerja pada system dalam kondisi

normal (pada suhu kamar) dalam menghindari kesalahan data yang akan

diperoleh. Maksud dari H2SO4 encer duluan dimasukkan sebelum isopropil

alkohol yaitu untuk memberikan suasana asam pada isopropil alkohol yang

dimana dari dasar percobaan yaitu memanaskan alkohol dalam suasana asam.

Setelah pemanasan terjadi pada suhu kurang lebih 80 º C, hal ini dilakukan

agar destilat yang nantinya akan diperoleh adalah berupa propilena murni, dan

yang tersisa dalam labu destilasi hanyalah air. Suhu ini dijadikan standar

pemanasan mengingat bahwa titik didih alkohol itu sendiri berkisar antara 78-80

ºC. Pada saat pemanasan campuran berubah warna dari bening menjadi warna

merah, hal ini disebabkan oleh labu destilasi yang digunakan sebelum melakukan

praktikum terdapat endapan senyawa tertentu sehingga memberikan suatu

perubahan warna. Pada perlakuan ini alkohol akan mengalami protonasi dengan

reaksi sebagai berikut.

Propilena pada keadaan normal berwujud gas, namun pada percobaan ini

justru hasil rendemen yang didapatkan dalam keadaan berwujud cair, hal ini

dikarenakan propilena yang dikeluarkan dalam destilasi ini sebelumnya

mengalami kondensasi (berubah wujudnya dari gas ke cair) dalam proses

destilasinya yang terjadi dalam suatu ruang pada alat destilasi yang disebut

dengan kondensor. Sehingga hasil rendemen yang diperoleh berwujud cair. H 2SO4

encer yang ditambahkan dengan isopropyl alkohol didestilasi pada suhu 80˚C. Hal

ini dilakukan karena titik didih alkohol berada pada suhu 80˚C, sehingga bila

49
50

dipanaskan lebih dari suhu 80˚C maka hasil destilat yang didapatkan bukan lagi

alkohol murni, melainkan sudah ada zat lain yang tercampur dengan hasil

destilasi.

Destilat yang dihasilkan dari proses destilasi tersebut berupa propilena.

Propilena yang dihasilkan dari destilat tersebut dapat diidentifikasi langsung

dengan menggunakan larutan kalium permanganat(KMnO4)melalui perubahan

warna yang dihasilkan dari identifikasi tersebut, identifikasi ini didapatkan

endapan merah bata dalam larutan, yang menunjukan dalam destilat tersebut

mengandung propilena. Propilena dibuat dengan mengikuti aturan pengikatan

gugus hidroksil dari akhol oleh katalis asam (H +) yang terjadi sebagai akibat

terbentuknya protonisasi dari alkohol sehingga air dilepaskan dalam pembentukan

senyawa ini dan disertai pelepasan satu proton dari alcohol untuk membentuk

senyawa tak jenuh (ikatan rangkap) pada kondisi normal sehingga propilena akan

terbentuk dalam proses ini.

Reaksi eliminasi merupakan reaksi yang umum digunakan untuk

menghasilkan ikatan rangkap. Reaksi dengan penghilangan hidrogen halida dari

alkil halida dikenal dengan nama reaksi dehidrohalogenasi. Metode lain yang

termasuk dalam reaksi ini, yaitu penghilangan molekul air dari alkohol untuk

menghasilkan alkena, yang disebut dengan dehidrasi. Alkohol dapat mengalami

reaksi eliminasi yang akan menghasiljkan alkena.

Pada reaksi dehidrasi alkohol, untuk dapat menghasilkan alkena, maka diperlukan

suatu katalis dari asam kuat, seperti asam sulfat pekat atau H 2SO4 pekat. Katalis

asam kuat ini merupakan sumber protonasi terhadap atom oksigen pada alkohol.

50
51

Katalis asam ini atau H2SO4 pekat ini berfungsi untuk memprotonasi gugus OH

sehingga menjadi gugus lepas yang lebih baik, yaitu H 2O. Dengan lepasnya gugus

H2O, dihasilkan karbokation yang kemudian melepaslan proton-b untuk

menghasilkan alkena. Pada proses protonasi, H+ keluar pada proses pemanasan.

Pada proses pemanasan ini, terbentuk kalor, dimana kalor sendiri merupakan salah

satu bentuk dari energi. Sehingga dalam proses ni disebut juga dengan reaksi

eksoterem karena terjadi pelepasan kalor atau energi. Apabila alkohol

ditambahkan asam kuat, khususnya asam halida (HX), sehingga akan selalu

terjadi hasil samping

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Propilena adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dikenal juga

sebagai propena, propilena termasuk kedalam kelompok alkena atau berada di

dalam kelompok olefin. Rumus molekul dari propilena C3H6. Setelah melakukan

percobaan terhadap pembuatan propilena maka dapat disimpulkan bahwa

propilena dapat dibentuk dari proses eliminasi isopropil alkohol menggunakan

asam sulfat pekat sebagai katalis. Identifikasi propilena dilakukan dengan

pemberian larutan KMnO4 yang kemudian membentuk larutan coklat dan

endapan coklat.

5.2 Saran

51
52

Saran saya pada praktikum kali ini yaitu, kepada asisten lebih memperhatikan

praktikan saat melakukan percobaan dan membimbing dari tahap ke tahap apalagi

pada percobaan ini terdapat bahan yang cukup

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salah cara memisahkan antara campuran dengan menggunakan metode

kimia yaitu melalui proses rekkristalisasi. metode ini sederhana material ini

terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi atau pada dekat titik didih

pelarutnya untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh ketika larutan panas

perlahan didinginkan kristal akan didinginkan karena padatan biasanya menurun

bila suhu diturunkan.

Pemisahan dan pemurnian adalah suatu cara yang dilakukan untuk

memisahkan atau memurnikan suatu ssenyawa atau sekelompok senyawa yang

mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala

52
53

laboratorium maupun skala industri. pada prinsipnya, pemisahan dilakukan  untuk

memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian

dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh

zat lain.

Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki manfaat yang sangat

penting dalam ilmu kimia, industri maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam

banyak kasus kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik material itu

dari alam (misalnya minyak tanah) atau yang disintesis di laboratorium,

Pemisahan atau pemurnian dengan metode tertentu perlu dilakukan.

Percobaan pemisahan dan pemurnian ini dilakukan agar kita dapat mengetahui

jeni-jenis pemisahan dan pemurnian pada campuran dan bagaimana aplikasinya

dalam kehidupan.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum pemurnian secara rekristalisasi ini adalah untuk

memurnikan zat padat yakni asm benzoat dengan cara rekristalisasi.

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini yaitu dengan melakukan pemurnian asam benzoat

tercemar dengan proses rekristalisasi berdasarkann daya larutnya dalam air

53
54

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Rekkristalisasi

Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin

meningkat, terutama setelah adanya penemuan penemuan termasuk

keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih

murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan bahan tambahan/zat aditif ke

dalam makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk meningkatkan

mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran. Bahan tambahan

tersebut di antaranya: pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksidan,

pengawet, pemanis, dan pengenta. Secara umum bahan tambahan/aditif ini dapat

dibedakan menjadi dua yaitu: aditif sengaja yaitu aditif yang secara sengaja

ditambahkan untuk meningkatkan konsistensi, citarasa, mengendalikan

54
55

keasaman/kebasaan, dan memantapkan bentuk dan rupa; (aditif tidak sengaja

yaitu aditif yang memang telah ada dalam makanan (walaupun sedikit) sebagai

akibat dari proses pengolahan (Ervin, 2011).

2.2 Sejarah asam benzoat

Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal

berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana.

Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu

merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta garam

turunannya digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah

prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya. Asam

benzoat pertama kali ditemukan pada abad ke-16. Distilasi kering getah kemenyan

pertama kali dideskripsikan oleh Nostradamus (1556), dan selanjutnya oleh

Alexius Pedemontanus (1560) dan Blaise de Vigenère (1596). Justus von Liebig

dan Friedrich Wöhler berhasil menentukan struktur asam benzoat pada tahun

1832. Mereka juga meneliti bagaimana asam hipurat berhubungan dengan asam

benzoat. Pada tahun 1875, Salkowski menemukan bahwa asam benzoat memiliki

aktivitas anti jamur.Senyawa asam benzoat dan garamnya lebih banyak

dimanfaatkan sebagai bahan pengawet makanan. Sebagai bahan pengawet, asam

benzoat dan natrium benzoat akan efektif apabila digunakan pada kisaran pH 2,5 –

4 dan menjadi kurang efektif apabila digunakan pada pH diatas 4,5 (Faiha,2016).

2.3 Kristalisasi

55
56

Kristalisasi merupakan salah satu proses pemurnian dan pengambilan

hasil dalam bentuk padat. Dewasa ini kristalisasi menjadi suatu proses industri

yang sangat penting, karena semakin banyak hasil industri kimia yang dipasarkan

dalam bentuk kristal.bentuk kristal semakin banyak diminati karena

kemurniannya yang tinggi, dengan bentuk yang menarik serta mudah dalam

pengepakan dan trasportasi. Dari segi kebutuhan energi, kristalisasi memerlukan

energi lebih sedikit dibandingkan distilasi atau metode pemisahan yang lain

(Rasyidi,2008).

2.4 Asam benzoat

Benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna

putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama

asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan

satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya

digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang

penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya (Denny, 2015).

2.5 Pemurnian

Pemurnian merupakan proses penghilangan bahan-bahan yang tidak

diinginkan dari minyak nilam hasil penyulingan. Proses ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas minyak agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.

56
57

Metode pemurnian yang dikenal adalah pemurnian secara kimia dan fisik.

Pemurnian secara kimia dapat dilakukan dengan menambahkan adsorben atau

senyawa komplek tertentu. Peralatan yang digunakan dalam pemurnian ini cukup

sederhana. Sedangkan pemurnian secara fisik memerlukan peralatan penunjang

yang cukup spesifik, akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik karena

warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi (Syarifah,

2016).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum Kimia Organik “Pemurnian Padatan Asam Benzoat Dengan

Cara Rekristalilisasi ” dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 24 November 2017,

pada pukul 13.30 WITA sampai selesai dan Bertempat di Laboratorium Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

3.2 alat dan bahan

3.2.1 Alat

57
58

Alat yang digunakkan adalah gelas kimia 25 ml, labu takar 50 ml,100 ml,

dan 500 ml, pipet volume 25 ml, filler,corong kaca,batang pengaduk,spatula pipet

tetes,kaca arloji, dan gelas timbangan.

3.2.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan adalah K2CrO4 1 M 100 ml,NaOH 0,1 N

250 ml, H2SO4 3 M 250 ml, dan indakator PP 0,5 % 500 ml

3.3 Prosedur kerja

Memanaskan air suling dalam gelas kimia hingga mendidih, memasukan

0,5 gram asam benzoat yang ter cemar dalam gelas kimia yang lain,selanjutnya

menambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai larut semua,

menyaring larutan tersebut dalam keadaan panas dengan menggunakan corong

bucher, menyiram endapan yang tertinggal daengan air panas,kemudian

mendinginkan hingga membentuk kristal , bila perlu menggunakan air es,

menyaring dengan menggunakan corong bucher dan dikeringkan , lalu diuji titik

lelehnya dan menentukan beratnya.

58
59

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data hasil Praktikum

Tabel 13 Data Pengamatan rekristalisasi


No Perlakuan Pengamatan
1 Dipanaskan air suling dalam Air mendidih
gelas kimia hingga mendidih.
2 Dimasukan 0,5 gram benzoat Asam benzoat larut dan larutan
tercemar kedalam gelas kimia berwarna putih1.
yang lain, dan tamabhakan air
panas sedikit demi sedikit
sampai diaduk larut semua.
3 Saringlah larutan tersebut Ada endapan putih
dalam keadaan panas dengan
menggunakan corong buchner,
lalu siram endapan yang
tertinggal dengan air panas.

59
60

4 Dinginkanlah hingga terbentuk Terbentuk kristal


kristal, kalau perlu guanakan air
es. Kemudian saring kristal
tersebut dengan menggunakan
corong buchner dan keringkan.
5 Kristal tersebut ditimbang 0,36 gram
6 Kadar rendemen 72 %

Analisis Data :

Dik : Berat asan benzoat secara teori = 0,5 gram

Berat kertas saring = 1,0926 gram

Berat kristal dalam kertas saring = 1,45 gram

Berat asam benzoat secara praktek = 1,45 gram – 1,0926 gram

= 0,36 gram

Dit : Rendemen= .....?

Penyelesaian :

Berat Asam Benzoat secara P raktek


Rendemen = × 100 %
Berat Asam Benzoat secara teori

0,36 gram
= × 100 %
0,5 gram

= 72 %

4.2 Pembahasan

Rekristalisasi merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan

atau leburan dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah

proses lanjut dari kristalisasi. Apabila kristalisasi dalam hal ini hasil kristalisasi

memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu

60
61

kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih tinggi. hal ini bertujuan

supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal

hanyalah kristal murni.

Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna

putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama

asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan

satu-satunya sumber asam benzoat. asam lemah ini beserta garam turunannya

digunakan sebagai pengawet makanan. asam benzoat adalah prekursor yang

penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya.

Perlakuan pertama pada percobaan ini adalah asam benzoat 0,5 gram

dimasukkan ke dalam gelas piala (50 mL). Kemudian ditambahkan air panas

sedikit demi sedikit sehingga semua asam benzoat larut (tepat larut), kelarutan

asam benzoat adalah larut dalam air kurang dari 350 bagian air.

Data pengamatan pada percobaan ini saat asam benzoat di masukkan

kedalam air suling yang sudah mendidih . Asam benzoat larut dalam keadaan

panas, apabila didinginkan, asam benzoat tersebut bisa berubah menjadi kristal.

Selanjutnya disaring asam benzoat dengan corong saring dalam keadaan

panas,tujuan dari penyaringan untuk memisahkan zat pengotor dari larutan kristal

yang murni  dan penyaringan dalam keadaan panas agar larutan tersebut tidak

mengkristal,. dan disaring kristal yang terbentuk dengan menggunakan corong

Buchner, faktor-faktor yang mempengaruhi kristalisasi adalah ukuran kristal,

temperatur, impuritis, kelarutan dan supersaturasi, dan aglomerasi.saat dipanaskan

membentuk endapan. Selanjutnya didinginkan sehingga membentuk kristal , dan

61
62

dikeringkan dengan tujuan untuk mempermudah pembentukan kristal, Langkah

selanjutnya ditimbang kristal yang diperoleh 0,36 gram. dalam percobaan

praktikum ini massa teori dan massa praktikun berbeda, massa zat asam benzoat

teori 0,5 gram, sedangkan massa asam benzoat secara praktek 0,36 gram hal

disebabkan karena asam benzoat yang digunakan telah tercemar, dan di peroleh

kadar rendemen 72%.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Simpulan dari hasil pengamatan dapt disimpulkan bahwa dalam

pemurnian asam benzoat dalam proses rekristalisasi dilakukan pada perbedaan

daya larut antara zat yang dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut

tertentu yaitu air. Berat asam bezoat kristal yang dipeoleh yaiti 0.39 gram dan

kadar rendemen yaitu 72%.

5.2 Saran

62
63

Saran untuk praktikum ini adalah untuk teman-teman tidak ribut atau

membuat kegaduhan di laboratorium karena dapat membuat pratikum tidak

efektif .

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli - ahli kimia

Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Raazi pada pemisahan

alkohol menjadi senyawa yang relative murni melalui alat alembik , bahkan

desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan destilasi

skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu

Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap

63
64

anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses

kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik

penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi. penerapan terpenting dari

metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagianbagian untuk

penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dan

lain-lain. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk

penggunaan medis dan helium pengisi balon Distilasi telah digunakan sejak lama

untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap Larutan hasil

fermentasi untuk menhasilkan minuman suling.

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.

Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini

kemudian didinginkan kembali kedalam bantuk cairan. Zat yang memliki titik

didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Metode ini termasuk sebagai

unit operasi kimia jenis perpindahan panas. Penerapan proses ini didasarkan pada

teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada

titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada hukum raoult dan hukum

dalton. Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan yunani sekitar abad

pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh

tingginyapermintaanakan spritus Hypathia dari Alexandria dipercaya telah

menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang

telah berhasilmenggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar

abad ke-4.

64
65

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini adalah memperkenalkan alat dan tehnik

destilasi sederhana.

1.3 Prinsip

Prinsip dari destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya

dari tekanan dan suhu tertentu. Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair

pada titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat uap yang dikeluarkan

dari campuran disebut sebagai uap bebas kondensat yang jatuh sebagai destilat

dan bagian cair yang tidak menguap sebagai residu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Destilasi

Destilasi merupakan salah satu tehnik pemisahan berdasarkan perbedaan

titik didih. Macam – macam destilasi meliputi destilasi sederhana, destilasi

bertingkat, (fraksimasi) destilasi uap dan destilasi vakum. Dua senyawa atau lebih

yang memiliki perbedaan titik didihnya rendah digunakan destilasi fraksinasi.

( Rudi, 2017).

65
66

Destilasi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana campuran dua atau

lebih zat liquid atau vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi yang murni,

dengan pengaplikasian dari perpindahan massa dan panas. Tekanan uap suatu

liquid pada temperatur tertentu adalah tekanan keseimbangan yang dikeluarkan

oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk pada permukaan liquid. Pada proses

pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk setelah sejumlah

cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam

waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu,

antara uap dan sisa cairan akan berada dalam keseimbangan, sebelum

campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu. Fase uap yang mengandung

lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap relatif terhadap fase cair,

berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan. Sehingga kalau uap yang terbentuk

selanjutnya diembunkan dan dipanaskan secara berulang-ulang, maka

akhirnya akan diperoleh komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni

(Leonard, dkk 2009).

Molekul polar cenderung saling berasosiasi dan molekul non polar

cenderung berasosiasi dengan molekul sejenisnya (Gritter et al., 1991). Suatu zat

dapat larut dalam pelarut tertentu jika mempunyai nilai polaritas yang sama yaitu

zat polar akan larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar.

Terdapat dua jenis ekstraksi yang terdapat pada ekstraksi pelarut menguap,yaitu

ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Salah satu faktor yang mempengaruhi

rendemen adalah lama ekstraksi, akurasi lama waktu yang digunakan berpengaruh

terhadap efisiensi proses (Putri, dkk 2016).

66
67

2.2 Jenis – Jenis Destilasi

Destilasi sederhana adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan

dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu

campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa

murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik

didih masing-masing. Destilasi fraksionasi (bertingkat), sama prinsipnya dengan

destilasi sederhana, hanya destilasi ini memiliki rangkaian alat kondensor yang

lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki

perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang

sama mudah menguap dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat, destilasi

bertingkat adalah suatu proses destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada

kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap

plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak

mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang

yang kurang atsiri lebih banyak kondensat (Sgiarso, dkk 2013).

Destilasi azeotrop, memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau

lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan

senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan

menggunakan tekanan tinggi. Destilasi uap untuk memurnikan zat / senyawa cair

yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat

cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau

mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak

dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan

67
68

harus didestilasi dengan destilasi uap. Destilasi vakum, memisahkan dua

kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang digunakan adalah

dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik

didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk

mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi (Wuwung, dkk 2013).

2.3 Pengukuran Suhu

Titik didih air tergantung pada tekanan ruang. Jika terus terjadi

pemanasan, fase gas cair berubah. Jika gas terus dipanaskan lebih lanjut akan

terjadi uap super panas. Tekanan berubah mengikuti perubahan suhu. Uap panas

diperhatikan dan terkontrol / kontak suhu langsung ke bahan baku. Untuk menjaga

uap suhu sehingga tidak melebihi (Priyadi, dkk 2013).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum Kimia Organik I percobaan VI “Destilasi Sederhana“

dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 1 Desember 2017 pukul 13:30 WITA

sampai selesai, dan pratikum dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan

Kimia Universitas Haluoleo Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

68
69

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kondensor, pemanas,

erlenmeyer, gelas ukur , corong, pipet tetes, filer, gelas kimia, pipa penghubung,

adaptor, konektor, batang pengaduk, selang

3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aquades

dan Etanol (bir bintang).

3.3 Prosedur Kerja

Merangkai alat destilasi. Mengatur aliran air pada pendingin kondensor

hinga mengalir normal. Memasukan bahan yang akan didestilasi dalam alas bulat.

Dinyalakan pemanas yang digunakan. Mengamati perubahan suhu, bila suhu tidak

naik lagi (konstan) menandakan campuran mulaimendidih. Ditampung destilat

yang keluar pada suhu konstant tersebut. Dihitung rendemen yang diperoleh.

Gambar destilasi sederhana

69
70

BAB IV

70
71

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Tabel 14 destilasi
Volume Volume Volume akhir Suhu awal Suhu akhir
campuran etanol destilat destilat
400 mL 400 mL 75 mL 2 OC 78 OC

4.2 Analisis Data

Larutan etanol yang digunakan adalah Bir Bintang dari produksi pabrik

Volume sebelum destilasi = 400 mL

Volume setelah destilasi = 75 mL

volume ak hir destilat


Rendemen = x 100%
volume campuran

75
= x 100%
400

= 18,75 %

4.1 Pembahasan  

Peracobaan ini larutan yang akan didestilasi yaitu etanol dari hasil

mestirasi. Destilasi yang digunakkan yaitu destilasi sederhana destilsi sederhana

merupakan salah satu metode yang digunakkan untuk pemurnian dan pemisahan

suatu larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih yang relatif jauh pada

etanol hasil mertilisasi ini mengandung air dan etanol keduanya merupakan

senyaa polar. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki titik didih yang

tinggi, titik didih air yaitu 1000 C sedangkan titikdidih etanol yaitu 780 C titik

didih air lebih tinggi dibandingkan etanol lebih tinggi karenaikatan hidrogen air

71
72

dapat membentuk lebih banyak ikatan hidrogen dibandingkan dengan etanol

molekul air dapat membentuk tiga ikatan hidrogen dengan molekul air yang lain

karena dimana pada satu molekul air terdapat dua atom H yang dapat yang dapat

mengikat dua atom O dari molekul air yang lain dan terdapat satu atoom O yang

dapat mengikat satu atom H dari molekul air yang lain. Semakin kuatnya ikatan

hidrogen yang terbentuk menyebabkan terjadinya kenaikkan titik

didih,disebabkan karena ikatan hidrogen sangat kuat membutuhkan energi yang

kuat pula untuk bisa memutskan ikatan hidrogen, sehingga untuk bisa membuat

air mendidih dibutuhkan suhu yang lebih besar dibandingkan suhu untuk

mendidihkan etanol.

Percobaan yang dilakukan mendistilasasi etanol dari hasil mestrisasi

dengan volume 400 ml untuk mendapatkan etanol murni, titik didih etanol lebih

rendah dari pada titik didih air sehingga pada proses pemanasan etanol akan lebih

menguap dibandingkan ddengan air.dimana pada suhu 780 C tekanan uap etanol

menjadi sama besar dengan tekanan sekelilingnya 1 atm maka molekul diseluruh

bagian cairan menguap dikarenakan terjadi peningkatan suhu dan penurunan

uapanya keadaan ini berlangsung pada seluruh bagian bagian ujung adapter

penampung destilatterdapat lubang sebagai pengurang tekanan uap etanol akan

mengarah kearah lubang tersebut menuju kondensor untuk kemudian ditampung

dalam erlenmeyer pada kondensor suhunya lebih dingin sehingga uapa etanol

pada suhu tinggi ketika melewati kondesor akan berubah wujud cair (fase gas ke

fase cair), hal ini disebabkan karena adanya suhu dan tekanan yang konstan yang

diberikan oleh aliran air dari celah masuk dan celah keluar.

72
73

Skala pada termometer berhenti naik pada saat suhu menunjukakan angka

780 C etanol akan terus menguap sampai kadar etano l murni dalam etanol

tersebuut habis hanya tersisa air, suhu harus tetap dijaga konstan antara 78 0 C dan

790 C karena bila suh dibiarkan naik hingga suhu 1000 C maka air pun akan ikkut

menguap karena titik didih air adalah 1000 C sehinggga akan menyebabkan hasil

detilsai yang diperoleh bukanlah etanol murni lagi. Hasil akhir skal pada

termometer berhenti naik pada saat suhu 780 maka dalam percobaan dapat

diktakan berhasil karena sesuai hasil teori dan praktikum bahwa titik didih etanol

ada 780 C dan etanol tersebut adalah etanol murni,hasil akhir ayng diperoleh yaitu

etanol pada rendemen adalah 18,75%.

BAB V
PENUTUP

73
74

5.1 Kesimpulan

Simpulan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu bahwa peralatan

destilasi terdiri dari pemanas, labu alas bulat, termometer, kondensor,selang

keluar dan selang masukmya air, dan tehnik destilasi yaitu pemisahan dan

pemurnian suatu campuran berdasrkan perbedaan titik didihnya. dan hasil

percobaan didapatkan hasil rendemennya etanol 18,75%.

5.2 Saran

Saran yang diajukan untuk praktikum ini agar praktikan lebih berhati-hati

dalam berkerja diruang laboratorium agar peralatan laboratorium tidak pecah,

karena peralatan laboratoriuim lebh dominan terbut dari kaca.

74

You might also like