You are on page 1of 34

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


“TRAUMA MUSKULOSKELETAL”

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS


NAMA : TRI THANTI SETYA
NIM : 891211026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YARSI PONTIANAK
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon.
Secara fisiologis, sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada
pergerakan dan posisi. Otot terbagi atas tiga bagian yaitu ; otot rangka, otot
jantung dan otot polos. (Joyce M Black, 2014). Trauma merupakan keadaan
ketika seseorang mengalami cedera dan mengakibatkan trauma yang
disebabkan paling umum adalah kecelakaan lalulintas, industri, olahraga, dan
pekerjaan rumah tangga. Trauma muskuloskeletal adalah kondisi dimana
terjadinya cedera atau trauma pada sistem muskuloskeletal yang
menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang
dilindungi dan penyangganya (Wijaya, 2019).
2. Etiologi
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas,
olahraga, jatuh dan kecelakaan industri.
a. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada
suatu tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak
dibandingkan yang mampu ditanggunya. (Joyce M Black, 2014)
1) Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah
tekanan misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan
patah tulang radius dan ulna.
2) Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur
dimana pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Misalnya, jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang
klavikula atau radius distal patah.
b. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung
misalnya (jatuh dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar
dari posisinya kemudian meregang. (Joyce M Black, 2014)
c. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma
tidak langsung. (Joyce M Black, 2014)
3. Klasifikasi
Klasifikasi trauma muskulo dapat dibagi menjadi berikut (Alsheihly and
Alsheikhly, 2018):
a. Trama jaringan lunak
Jaringan lunak adalah istilah yang mencakup semua jaringan yang ada
pada tubuh kecuali tulang. Trauma ini mencangkup kulit, otot, pembuluh,
ligamen, tendon, dan saraf. Trauma yang disebabkan dapat dibedakan
dariyang ringan, seperti lutut tergores, hingga kritis yang mencangkup
perdarahaninternal, yang melibatkan kulit dan otot-otot , luka ini dibagi
menjadi luka tertutup dan terbuka.
1) Luka tertutup
Cedera dimana tidak ada jalur terbuka dari luar lokasi yang terluka,
dibedakan menjadi :
a) Kontusio yaitu cedera traumatis pada jaringan di bawah kulit
b) Ecchymosis yaitu perubahan warna pada kulit yang disebabkan
darah bocor ke jaringan lunak disekitarnya menyebabkan kulit
berubah warna.
c) Edema yaitu pembekakan akibat peradangan atau caian
abnormaldibawah kulit.
d) Strain yaitu robeknya otot yang dihasilkan dari peregangan
berlebihan atau terlalu banyak tenaga.
e) Kesleo, cedera sendi yang mengakibatkan kerusakan pada
ligamen dan dislokasi sebagian atau sementara dari ujung
tulang, robekan atau peregangan ligamen penyokong.
2) Luka terbuka
Cedera dimana kulit terganggu atau rusak, mengekspos jaringan
dibawahnya dapat dibagi menjadi:
a) Abrasi yaitu hilangnya lapisan kulit atas.
b) Laserasi yaitu potongan kulit dengan tepi bergerigi.
c) Sayatan yaitu ditandai dengan tepi halus dan menyerupai
potongankertas.
d) Tusukan yaitu biasanya luka yang didalam dan sempit seperti
lukatusukan akibat paku atau pisau.
e) Avulsi yaitu dimana lipatan kulit secara paksa terkoyak dari
perekatanya
f) Amputasi yaitu pelepasan sebagian atau seluruh anggota badan
atau pelengkap tubuh lainya.
b. Fraktur
Patahnya tulang yang mengakibatakan gangguan tualng parsial atau total.
Faraktur diklasifikasikan menjadi tertutup dan terbuka.
1) Fraktur tertutup yaitu dimana tulang patah tanpa penetrasi kulit
ataukoneksi dengan permukaan luar.
2) Fraktur terbuka yaitu dimana adanya luka pada kulit atau jaringan
ikat diatasnya karena adanya paparan dari patah tulang.
c. Dislokasi
Sebuah perpindahan daru ujung tulang pada sendi yang mengakibatkan
tidak normalnya ligamen disekitar sendi, juga disebut dengan luxation,
terjadi ketika ada pemisahan abnormal pada sendi diman dua atau lebih
tulang bertemu.Gejala dislokasi meliputi :
1) Gerak terbatas bahkan hilang.
2) Nyeri saat bergerak.
3) Mati rasa disekitar area
4) Parathesia dan perasaan gili dianggota badan
4. Manifestasi Klinis
a. Fraktur
1) DeformitasPembengkakkan dari perdarahan lokal dapat
menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur. Deformitas adalah
perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya
tarikan otot-otot ekstermitas. (Joyce M Black, 2014)
2) Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak
diimobilisasi. (Brunner, 2001)
3) Pembengkakkan atau edema
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur
serta ekstravasasi cairan serosa pada lokasi fraktur ekstravasi darah
ke jaringan sekitar.
4) Hematom atau memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
5) Kehilangan fungsi dan kelainan gerak. (Joyce M Black, 2014)
b. Strain
1) Nyeri
2) Kelemahan otot
3) Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial
atau komplet bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pasien akibat
hilangya fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)
c. Sprain
1) Adanya robekan pada ligament
2) Nyeri
3) Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)
5. Patofisiologi
a. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur,
jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang
mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem,
seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat
terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang akan terganggu. Otot
dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi.
Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat dan
bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Perdarahan terjadi
karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada
saluran sumsum (medula), hemotoma terjadi diantara fragmen-fragmen
tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur
akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan terjadi
vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, esudasi plasma dan
leukosit. (Joyce M Black, 2014)
b. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma
tidak langsung, cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah, kontraksi otot yang berlebihan, otot yang belum siap terjadi pada
bagian groin muscles (otot pada kunci paha) dan otot guadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera
memar dan membengkak.
c. Sprain
Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu masalah
yang disebut sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan
mengalami robek dan kemudian akan kehilangan kemampuan
stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah pecah dan
akan menyebabkan hemotama serta nyeri.
Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang
a. X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur
b. Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler pada perdarahan; penigkatan lekosit sebagai respon terhadap
peradangan.
d. Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal
e. Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
darah atau cedera. (Amin Huda Nurarif, 2015)

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat trauma muskulo adalah sindrom


kompartemen akut yaitu peningkatan tekanan jaringan intrastitial yang
berkepanjangan didalam kompartemen yang ada di fasia yang menyebabkan
gangguan perfusi dan kerusakan jarignan. Terkait dengan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma ke ruang intraselular
menyebabkan tekanan yang lebih lanjut pada otot dan saraf
8. Penatalaksanaan
a. Fraktur
1) Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler
selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan dan
gerakan. Perkiraan waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk
penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan.
(Amin Huda Nurarif, 2015).
Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :
a) Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan
kedudukan atau fiksasi tulang yang patah. Tujuan pemasangan
bidai untuk mencegah pergerakan tulang yang patah. Syarat
pemasangan bidai dimana dapat mempertahankan kedudukan 2
sendi tulang didekat tulang yang patah dan pemasangan bidai
tidak boleh terlalu kencang atau ketat, karena akan merusak
jaringan tubuh. (Yanti Ruly Hutabarat, 2016)
b) Gips
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips
memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul
reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras.
2) Reduksi
Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah
reduksi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi. Reduksi merupakan manipulasi tulang
untuk mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang dengan
mengembalikan fragmen tulang sedekat mungkin serta tidak semua
fraktur harus direduksi. (Joyce M Black, 2014). Reduksi terbagi atas
dua bagian, yaitu :
a) Reduksi tertutup
Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Reduksi tertutup harus segera dilakukan setelah cedera untuk
menimilkan efek deformitas dari cedera tersebut. (Brunner,
2001)
b) Reduksi terbuka
Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen
fraktur disejajarkan. Reduksi terbuka sering kali dikombinasikan
dengan fiksasi internal untuk fraktur femur dan sendi. Alat
fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau
batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang.
(Brunner, 2001)
3) Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang
cedera, sementara kontratraksi akan menarik ke arah yang
berlawanan. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek
reduksi dan imobilisasi. Beratnya trasi disesuaikan dengan spasme
otot yang terjadi. (Brunner, 2001).
b. Strain
1) Istirahat, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48
jam pertama.
2) Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada
hubungan tendon-tulang.
3) Pemasangan balut tekan
4) Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus
diminimalkan. (Joyce M Black, 2014)
c. Sprain
1) Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat
penyembuhan.
2) Meninggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakkan
3) Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama
24-48 jam pertama setelah cedera. Kompres air dingin menyebabkan
vasokontriksi akan mengurangi perdarahan dan edema (Jangan
berlebihan nanti akan mengakibatkan kerusakan kulit). (Brunner,
2001)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Survey Primer
Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali dilakukan adalah
menggunakan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation,Disability Limitation, Exposure).
1) A: Airway, dengan control servikal.
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas ini. Ini
meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya
benda asing atau fraktur bagian wajah. Usaha untuk membebaskan
jalan nafas harus memproteksi tulang cervikal, karena itu tehnik Jaw
Thrust dapat digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau
GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway
definitif.

2) B: Breathing.
Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin
ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi paru – paru
yang baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa sumber
mengatakan pasien dengan fraktur ekstremitas bawah yang
signifikan sebaiknya diberi high flow oxygen 15 / m lewat non –
breathing mask dengan resevoir bag.
3) C: Circulation.
Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan adalah
volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarah sering
menjadi permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama
patah tulang terbuka. Patah tulang ( fraktur) femur dapat
menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit darah dan
membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang terbaik
adalah menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi
atau ekstremitas yang mengalami pendarahan diatas level tubuh.
Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril umumnya
dapat menghentikan pendarahan.
4) D: Disability,
Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat
terhadap keadaan neurologis, yang dinilai disini adalah tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupii, tanda – tanda lateralisasi dan
tingkat cedera spinal.
5) E: Exposure
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
mengguntig, guna memeriksa dan evaluasi pasien. Setelah pakaina
dibuka, penting bahwa pasien diselimuti untuk mencegah hipotermia
pada pasien.
Pemeriksaan tambahan pada pasien trauma musculoskeletal seperti
fraktur adalah imobilisasi patah tulang yang berttujuan untuk
meluruskan ekstremitas yang cedera dalam posisi seanatomis
mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah
fraktur. Hal ini dapat tercapai dengan melakukan traksi untuk
meluruskan ekstremitas dan dipertahankan dengan alat imobilisasi,
pemakaian bidai yang benar akan membantu menghentikaan
pendarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan
lunak lebih lanjut. Pada fraktur femur dilakukan imobilisasi
sementara dengan traction splint. Pada cedera lutut pemakaian long
leg splint atau gips dapat membantu kenyamanan dan stabilitas.
b. Survey Secondary
Bagian dari survey secondary pada pasien cedera muskoluskeletal
adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tujuan dari survey secondary
adalah mencari cedera lain yang mungkin terjadi pada pasien sehingga
tidak satupun terlewat dan tidak terobati.
Apabila pasien sadar dan dapat bicara maka kita harus mengambil
riwayat AMPLE dari pasien yaitu, Allergies, Mediaction, Past Medical
History, Last Ate and Even ( kejadian, atau mekanisme kecelakaan).
Mekanisme kecelakaan penting untuk ditanyakan untuk mengetahui dan
memperkirakan cedera apa yang yang dimiliki oleh pasien, terutama jika
kita masih curiga ada cedera yang belum diketahui saat primary survey.
Selain riwayat AMPLE, penting juga untuk mencari informasi mengenai
penanganan sebelum pasien sampai dirumah sakit.
Pemeriksaan fisik pasien, beberapa hal penting yang penting untuk
dievaluasi adalah: kulit yang melindungi pasien dari kehilangan cairan
dan infeksi, fungsi status neuromuscular, status sirkulasi, dan integritas
ligamentum dan tulang. Cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan Look,
Feel, Move.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Trauma
Muskuloskeletal sesuai dengan hasil pengkajian keperawatan adalah (Tim
Pokja PPNI, 2017) :
a) Nyeri Akut (D.0077)
b) Gangguan Mobilitas Fisik (D0054)
c) Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Observasi:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
3 x 24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil: - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Nyeri membaik
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Frekuensi nadi membaik memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
- Pola nafas membaik
nyeri
- Keluhan nyeri berkurang - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurang
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
3x24 jam diharapkan mobilitas fisik meningkat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
dengan kriteria Hasil : lainnya
1. Memburuk: 1 - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
2. Cukup memburuk: 2 - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
3. Sedang: 3
- Monitor kondisi umum selama melakukan
4. Cukup membaik: 4 mobilisasi
5. Membaik: 5 Terapeutik
a) Pergerakan ekstremitas - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
b) Kekuatan otot - Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
1. Meningkat: 1
meningkatkan pergerakan
2. Cukup meningkat: 2 Edukasi
3. Sedang: 3 - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
4. Cukup menurun: 4 - Anjurkan melakukan mobilisasi dini
5. Menurun: 5 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. Duduk di tempat tidur)
a) Nyeri
b) Kaku sendi
c) Gerakan terbatas
d) Kelemahan fisik
3. Gangguan Integritas kulit / Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Integritas Kulit
jaringan 3x24 jam diharapkan Integritas Kulit Dan Jaringan Observasi:
meningkat - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Kriteria Hasil : Terapeutik:
- Elastisitas Meningkat - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Hidrasi meningkat - Gunakan produk berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
- Kerusakan lapisan kulit menurun
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
- Perdarahan menurun kulit
- Nyeri menurun Edukasi
- Hematoma menurun - Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan mandi dan menggunkan sabun
secukupnya
Perawatan Luka
Observasi:
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Alsheihly, A. S. and Alsheikhly, M. S. (2018) ‘Musculoskeletal Ijuri : Type and


Management Protocol For Emergency Care’,Intechopen.
Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks, (2014). Medical Surgical Nursing vol 2.
Jakarta: Salemba Medika
Burner dan Sudarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta; EGC
Nuririf Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2.Jogjakarta;
Medication Jogja
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Edisi 1. Jakarta : PPNI
Wijaya, saferi andra. (2019). Kegawatdaruratan Dasar. Jakarta: CV. Trans Info
Media
ANALISA RUANG GAWAT DARURAT
Nama Mahasiswa : Tri Thanti Setya
Tanggal : 23 – 5 – 2022
Inisial Pasien : Tn. G
Dx IGD : Close Fraktur digit V metacarpal sinistra
1. Pengkajian Primer & Sekunder:
Pengkajian Primer
Airway : Temuan:
Jalan nafas bersih, tidak terdapat sumbatan pada jalan
nafas dan tidak ada tanda-tanda perdarahan pada jalan
nafas
Breathing : Frekuensi:
Frekuensi pernafasan 20x/menit dan tidak ada bunyi
nafas tambahan
Circulation : Temuan:
Tekanan darah saat diperiksa 130/90 mmHg, pulsasi nadi
kuat, frekuensi 96 x/menit, suhu 37˚Celcius, irama
jantung teratur, kulit dan membran mukosa tidak pucat,
seluruh permukaan tubuh teraba hangat
Disability : GCS: 15
E : 4, V : 5, M : 6
Pasien dalam kondisi sadar dan masih bisa
berkomunikasi, terdapat sepasme otot, terdapat
diskontinuitas, terdapat kelemahan mobilitas fisik
Eksposure : Temuan:
Terdapat fraktur pada kaki kirinya ( fraktur digit V
metacarpal sinistra), oedem pada punggung kaki kiri,
klien merasa kakinya sangat nyeri bila berjalan
Folley Catheter : Klien tidak terpasang selang kateter, masih bisa BAK
dengan bantuan minimal

Gastric Tube : Tidak terpasang selang NGT/OGT, klien masih bisa


makan dengan mandiri

Heart Monitor & : Tidak dilakukan EKG


Pulse Oxymetri
SPO2 : 98%
Imaging : Rencana Diagnostik: Rontgen
Hasil : fraktur digit V metacarpal sinistra
Pengkajian Sekunder
Anamnesa : Keluhan:
Pasien masuk ruang IGD dalam keadaan  tampak
kesakitan, kaki kiri bengkak
Obat (Riwayat):
Obat yang diminum pasien bila ada masalah kesehatan
biasanya berasal dari dokter setempat atau puskesmas
Makan Terakhir:
Klien sebelumnya sarapan nasi goreng sebelum pergi
kerja
Penyakit Penyerta:
Klien pada tahun 2017 pernah menderita Thypoid dan
dirawat di rumah sakit
Alergi (riwayat):
Klien tidak pernah mengalami alergi baik obat obatan
maupun makanan
Kejadian:
Klien mengeluh nyeri di kaki kiri sejak 1 hari yang
lalu, klien terjatuh saat turun dari tangga. Klien merasa
kakinya terkilir, terasa sangat nyeri tetapi masih dapat
dikontrol oleh klien
TTV : Nadi : 96 x/m
TD : 130/90 mmHg
RR : 18 x/m
Suhu : 37˚Celcius

Nyeri (PQRST):
- P    : profokatif, paliatif, pencetus
Klien merasa nyeri di kaki kiri sejak 1 hari yang
lalu, klien terjatuh saat turun dari tangga. Klien
merasa kakinya terkilir, terasa sangat nyeri
tetapi masih  dapat  dikontrol oleh klien.
Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena nyeri
pada kakinya
- Q   : Kualitatif/kuantitatis
Sifat sangat nyeri, tetapi masih bisa dikontrol dengan
mengusap-usap daerah sekitar lokasi nyeri
- R   : Regional
Lokasi nyeri pada daerah punggung  kaki kiri
- S    : Skala
Skala nyeri 8 (nyeri berat, sangat nyeri tetapi masih
bisa dikontrol oleh klien)
- T    : Timing
Nyeri ketika klien menggerakkan kaki kirinya, durasi
nyeri panjang bila klien menggerak-gerakkan kaki
kirinya dan ketika untuk berjalan. Nyeri masih bisa
dikontrol dengan mengusap-usap daerah sekitar
lokasi nyeri
PF Head to Toe : - Kepala : rambut bersih, tidak ada luka maupun bekas
trauma
- Mata : penglihatan masih jelas, conjungtiva pucat,
ekspresi wajah tampak menahan nyeri.
- Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
- Mulut : bibir tampak pucat
- Leher : leher teraba dingin, tidak terdapat
pembesaran kelenjar gondok
- Thorak: 
 Inspeksi : nafas cepat, tidak ada cidera
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba
dingin
 Perkusi : sonor, tidak ada nyeri ketok
 Auskultasi : tidak ada whezing/ronchi, irama
jantung teratur, cepat, tidak ada  galop

- Abdoment :
 Inspeksi: pucat, tidak ada acites, tidak ada cidera
 Auskultasi: bising usus normal
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba
dingin, tidak ada  defans muskuler
 Perkusi : timpani, tidak ada nyeri ketok
- Pelvis : Tidak ada tanda tanda cidera/jejas
- Extremitas    : Ekstrimitas atas gerakan normal tidak
ada nyeri, denyut arteri radialis teraba, terpasang
infus Ringer Laktat 20 tetes/menit di tangan
kiri. Extremitas bawah kanan gerak normal, tidak ada
nyeri gerak. Ekstrimitas bawah kiri ada fraktur pada
digital V metacarpal sinistra, klien mengatakan nyeri
bila digerakkan, klien merasa sangat nyeri bila untuk
berjalan kaki,  punggung kaki kiri tambah bengkak. 
Penjahitan Luka : - Tidak ada jahitan luka
Rencana Rujukan : -
Rencana : - Rawat inap biasa, rencana Operasi tanggal 24 Mei
OK/ICU/Rawat 2022
Inap Biasa

2. Diagnosa & Tindakan keperawatan Primer:


No Hari/Tgl
Symtom Etiologi Problem
/Jam
1 Senin Subyektif : Gerakan Nyeri akut
23/5/2022 - nyeri pada punggung kaki fragmen tulang 
Jam 10.00 kiri
- Klien mengatakan kakinya
nyeri bila untuk berjalan.
Obyektif :
- Oedem pada punggung
kaki kiri
- Seluruh permukaan  tubuh
teraba hangat
- T : 130/90mmHg
- S : 37˚Celcius
- N : 96 x/mnt
Intervensi
Manajemen Nyeri
Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Kolaborasi
Kolaborasi
- pemberian analgetik, jika perlu

3. Evaluasi hasil tindakan


A:
- Jalan nafas paten tidak ada obstruksi, tidak ada sumbatan, dan pasien masih
dapat berbicara
B:
- Nafas  spontan, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada whezing, ronchi
C:
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg, pulsasi nadi kuat, frekuensi 80 x/menit,
suhu 36.8 ˚Celcius, CRT < 3 detik, Turgor kulit elastis, membran mukosa
tidak pucat, seluruh permukaan tubuh teraba hangat
D:
- GCS : 15, E:4, V:5, M:6
Pasien dalam kondisi sadar dan masih bisa berkomunikasi
E:
- Oedem pada punggung kaki kiri, klien merasa kakinya sangat nyeri bila
berjalan, hasil Rontgen : Fraktur digit V metacarpal sinistra
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
- Darah Lengkap : Dalam batas Normal
- Swab : Negatif
b. Radiologi : Fraktur digit V metacarpal sinistra
5. Diagnose keperawatan Sekunder
No Hari/Tgl
Symtom Etiologi Problem
/Jam
1 Senin Subyektif : Gerakan fragmen Nyeri akut
23/5/2022 - Klien  mengatakan tulang 
Jam 10.00 terjatuh saat turun dari
tangga
- Klien mengatakan nyeri
pada punggung kaki kiri
- Klien mengatakan kakinya
nyeri bila untuk berjalan.
- Skala nyeri 8 (nyeri berat,
tetapi masih bisa dikontrol
oleh klien yaitu dengan
mengusap-usap daerah
sekitar lokasi nyeri
Obyektif :
- Ekspresi wajah nampak
menahan nyeri
- Oedem pada punggung
kaki kiri
- Seluruh permukaan  tubuh
teraba hangat
- T : 130/90mmHg
- S : 37˚Celcius
- N : 96 x/mnt
- Hasil Rogten : fraktur
pada digital V metacarpal
sinistra

2 Senin Subyektif : Kerusakan Gangguan


23/5/2022 - Klien mengatakan tidak integritas mobilitas fisik
struktur tulang
Jam 10.00 bisa berjalan karena nyeri
pada kakinya
Obyektif :
- Ekspresi wajah pasien
tampak menahan sakit
- Oedem pada kaki kiri
- Aktifitas klien waktu di
IGD dibantu oleh
kelaurganya.
- Ekstrimitas bawah kiri ada
fraktur pada digital V
metacarpal sinistra

No Hari/Tgl
Implementasi Evaluasi
Dx /Jam
1 Senin - Mengkaji nyeri secara S :
23-05-22 komprehensif meliputi lokasi, - Klien mengatakan nyeri pada
Jam 14.00 karakteristik durasi, frekuensi,  punggung kaki kiri
keparahan nyeri dan factor - Klien mengatakan kakinya
pencetus nyeri bila untuk berjalan.
- Menganjurkan kepada pasien - Skala nyeri 7
untuk relaksasi saat nyeri O:
mulai muncul - Ekspresi wajah nampak
- Meminta persetujuan tindakan menahan nyeri
medik pemasangan infus dan - Oedem pada punggung kaki
injeksi kiri
- Melaksanakan kolaborasi - Seluruh permukaan  tubuh
dengan dokter untuk teraba hangat
pemberian analgetik - T : 120/90mmHg
- Meminta persetujuan kepada - S : 37˚Celcius
keluarga dan klien tindakan - N : 96 x/mnt
pemasangan bidai - Hasil Rogten : fraktur pada
- Melaksakan pemasangan bidai digital V metacarpal
padatelapak kaki kiri sampai sinistra
ke tumit. A : Nyeri Akut Teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

Senin - Mengkaji kemampuan klien S :


2 23-05-22 dalam mobilisasi - Klien mengatakan masih
Jam 14.30 nyeri bila umtuk beraktifitas
- Mengajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan terutama untuk berjalan.
bantuan jika diperlukan - Klien mengatakan bila
berjalan dibantu oleh
keluarganya.
- Klien paham apa yang
dianjurkan perawat tetntang
cara merubah posisi
O:
- Aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya ketika klien
datang ke IGD
- Klien hanya bisa mirang-
miring diatas tempat tidur
- Kaki kiri terpasang bidai
- Tidak ada kebiruan
A : Masalah Hambatan mobilitas
fisik belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

6. Monitor klien
- Klien tampak tenang
- TTV
TD : 110/70
N : 80 x/m
T : 36.8
RR : 16 x/m
- Nyeri berkurang setelah diberikan intervensi

7. Evaluasi / Analisa Kasus & Tindakan Emergency


- Kaki terpasang bidai
- Klien terpasang infus RL 20 tpm drip ketorolac
Inj. Ceftriaxone
Inj. Ranitidine
- Kaki bisa digerakkan tapi dengan bantuan
- Pasien masuk ruang rawat inap
- Rencana operasi tanggal 24 – 05 - 2022

Nama & TTD Perawat


( Tri Thanty Setya)
ANALISA RUANG GAWAT DARURAT
Nama Mahasiswa : Tri Thanti Setya
Tanggal : 24 – 5 – 2022
Inisial Pasien : Tn. M
Dx IGD : Close Fraktur Femur Dextra
1. Pengkajian Primer & Sekunder:
Pengkajian Primer
Airway : Temuan:
Jalan nafas bersih, tidak terdapat sumbatan pada jalan
nafas dan tidak ada tanda-tanda perdarahan pada jalan
nafas
Breathing : Frekuensi:
Frekuensi pernafasan 18 x/menit dan tidak ada bunyi
nafas tambahan
Circulation : Temuan:
Tekanan darah saat diperiksa 120/90 mmHg, pulsasi nadi
kuat, frekuensi 86 x/menit, suhu 36.5˚Celcius, turgor
kulit baik, kulit dan membran mukosa tidak pucat, akral
hangat
Disability : GCS: 15
E : 4, V : 5, M : 6
Pasien dalam kondisi sadar dan masih bisa
berkomunikasi, terdapat spasme otot erdapat
diskontinuitas, terdapat kelemahan mobilitas fisik.
Eksposure : Temuan:
Terdapat fraktur pada kaki kananyanya ( fraktur femur
dextra), oedem pada paha kanan, klien merasa kakinya
sangat nyeri bila berjalan, adanya deformitas.
Folley Catheter : Klien terpasang selang kateter
Urin jernih, tidak ada kemerahan. Urin output : 300cc

Gastric Tube : Tidak terpasang selang NGT/OGT, klien masih bisa


makan dengan mandiri

Heart Monitor & : Tidak dilakukan EKG


Pulse Oxymetri
SPO2 : 98%
Imaging : Rencana Diagnostik:
- Rontgen Femur dextra
- Thorax

Hasil : fraktur Femur Dextra


Pengkajian Sekunder
Anamnesa : Keluhan:
Pasien masuk ruang IGD dalam keadaan  tampak
kesakitan, paha kanan bengkak, ada luka lecet dibagian
tangan dan kaki post kecelakaan lalu lintas.
Obat (Riwayat):
Obat yang diminum pasien bila ada masalah kesehatan
biasanya berasal dari dokter setempat atau puskesmas
Makan Terakhir:
Klien sebelumnya makan nasi dan lauk paukdirumah
sebelum pergi.
Penyakit Penyerta:
Klien pada tahun 2018 pernah menderita GEA dan
dirawat di rumah sakit selama 3 hari
Alergi (riwayat):
Klien tidak pernah mengalami alergi baik obat obatan
maupun makanan
Kejadian:
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas pada saat mau
pergi keluar rumah. pasien mengendarai sepeda motor
dengan lumayan kencang 80-90 km/jam dan tidak tau
kalau di depan nya ada mobil yang menyalip dari arah
sebaliknya dan pada saat itu pasien tertabrak dan
terjatuh dari sepeda motornya, saat pengkajian terdapat
luka memar, luka lecet ,luka lebam pada paha sebelah
atas, terdapat sepasme otot, terdapat diskontinuitas,
terdapat kelemahan mobilitas fisik, skala nyeri 7,
frekwensi sering sewaktu-waktu dan saat mencoba di
gerakkan, kualitas seperti di tusuk-tusuk, wajah
klien tampak menahan sakit, tampak tegang.
TTV : Nadi : 86 x/m
TD : 120/90 mmHg
RR : 18 x/m
Suhu : 36,5˚Celcius

Nyeri (PQRST):
- P    : profokatif, paliatif, pencetus
Klien merasa nyeri di paha kanan post KLL Klien
pasien tertabrak dan terjatuh dari sepeda motornya,
terasa sangat nyeri tetapi masih  dapat  dikontrol oleh
klien. Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena
nyeri pada kakinya
- Q   : Kualitatif/kuantitatis
Kualitas seperti di tusuk-tusuk, sifat sangat nyeri.
- R   : Regional
Lokasi nyeri pada daerah paha kanan.
- S    : Skala
Skala nyeri 7 (Sangat nyeri tetapi masih bisa
dikontrol oleh klien)
- T    : Timing
Nyeri ketika klien menggerakkan kaki kirinya, durasi
nyeri panjang bila klien menggerak-gerakkan kaki
kanannya . Nyeri masih bisa dikontrol dengan
mengusap-usap daerah sekitar lokasi nyeri
PF Head to Toe : - Kepala : rambut bersih, tidak ada luka maupun bekas
trauma
- Mata : penglihatan masih jelas, conjungtiva pucat,
ekspresi wajah tampak menahan nyeri.
- Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
- Mulut : bibir tampak pucat
- Leher : leher teraba dingin, tidak terdapat
pembesaran kelenjar gondok
- Thorak: 
 Inspeksi : nafas cepat, tidak ada cidera
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba
dingin
 Perkusi : sonor, tidak ada nyeri ketok
 Auskultasi : tidak ada whezing/ronchi, irama
jantung teratur, cepat, tidak ada  galop
- Abdoment :
 Inspeksi: pucat, tidak ada acites, tidak ada cidera
 Auskultasi: bising usus normal
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba
dingin, tidak ada  defans muskuler
 Perkusi : timpani, tidak ada nyeri ketok
- Pelvis : Tidak ada tanda tanda cidera/jejas
- Extremitas    : Ekstrimitas atas gerakan normal ada
nyeri, denyut arteri radialis teraba, terpasang infus
Ringer Laktat 20 tetes/menit di tangan
kiri. Extremitas bawah kiri gerak normal, tidak ada
nyeri gerak. Ekstrimitas bawah kanan ada fraktur
pada femur dextra, klien mengatakan nyeri bila
digerakkan, klien merasa sangat nyeri bila untuk
berjalan kaki,  paha kanan tambah bengkak. 
Penjahitan Luka : - Tidak ada jahitan luka
Rencana Rujukan : -
Rencana : - Rawat inap biasa, rencana Operasi tanggal 25 Mei
OK/ICU/Rawat 2022
Inap Biasa

2. Diagnosa & Tindakan keperawatan Primer:


No Hari/Tgl
Symtom Etiologi Problem
/Jam
1 Selasa Subyektif : Gerakan fragmen Nyeri akut
24/5/2022 - Nyeri pada paha tulang 
Jam 14.30 kanan
- klien mengatakan
nyeri bila
digerakkan
- klien merasa sangat
nyeri bila untuk
berjalan kaki
- paha kanan tambah
bengkak.
Obyektif :
- Oedem pada paha
kanan
- Px tampak meringis
kesakitan
- Nadi : 86 x/m
- TD : 120/90 mmHg
- RR : 18 x/m
- Suhu : 36,5˚Celcius
Intervensi
Manajemen Nyeri
Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Kolaborasi
Kolaborasi
- pemberian analgetik, jika perlu

3. Evaluasi hasil tindakan


A:
- Jalan nafas paten tidak ada obstruksi, tidak ada sumbatan, dan pasien masih
dapat berbicara
B:
- Nafas  spontan, frekuensi nafas 18x/menit, tidak ada whezing, ronchi
C:
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg, pulsasi nadi kuat, frekuensi 68 x/menit,
suhu 36.3 ˚Celcius, CRT < 3 detik, Turgor kulit elastis, membran mukosa
tidak pucat, seluruh permukaan tubuh teraba hangat
D:
- GCS : 15, E:4, V:5, M:6
Pasien dalam kondisi sadar dan masih bisa berkomunikasi
E:
- Oedem pada paha kanan, klien merasa kakinya sangat nyeri bila berjalan,
hasil Rontgen : Fraktur Femur Dextra
4. Pemeriksaan penunjang
c. Laboratorium
- Darah Lengkap : Dalam batas Normal
- Swab : Negatif
d. Radiologi : Fraktur Femur Dextra
5. Diagnose keperawatan Sekunder
No Hari/Tgl
Symtom Etiologi Problem
/Jam
1 Senin Subyektif : Gerakan fragmen Nyeri akut
23/5/2022 - pasien tertabrak dan tulang 
Jam 10.00 terjatuh dari sepeda
motornya
- P    : Klien merasa
nyeri di paha
kanan post KLL
Klien pasien
tertabrak dan
terjatuh dari sepeda
motornya
- Q   : Kualitas
seperti di tusuk-
tusuk, sifat sangat
nyeri.
- R   : Lokasi nyeri
pada daerah paha
kanan.
- S    : Skala nyeri 7
- T    : Nyeri ketika
klien menggerakkan
kaki kirinya, durasi
nyeri panjang bila
klien menggerak-
gerakkan kaki
kanannya 
Obyektif :
- Ekspresi wajah
nampak menahan
nyeri
- Oedem pada paha
kanan
- Nadi : 86 x/m
- TD : 120/90 mmHg
- RR : 18 x/m
- Suhu : 36,5˚Celcius
2 Senin Subyektif : Kerusakan Gangguan
23/5/2022 - Klien mengatakan tidak integritas struktur mobilitas fisik
Jam 10.00 bisa berjalan karena tulang
nyeri pada kakinya
Obyektif :
- Ekspresi wajah pasien
tampak menahan sakit
- Oedem pada paha
kanan
- Aktifitas klien waktu di
IGD dibantu oleh
keluarganya.
- Ekstrimitas bawah
kanan ada fraktur
Femur Dextra

No Hari/Tgl
Implementasi Evaluasi
Dx /Jam
1 Selasa - Mengkaji nyeri secara S :
24-05-22 komprehensif meliputi lokasi, - Klien mengatakan nyeri pada
Jam 18.00 karakteristik durasi, frekuensi,  paha kanan
keparahan nyeri dan factor - Klien mengatakan kakinya
pencetus nyeri bila untuk berjalan.
- Menganjurkan kepada pasien - Skala nyeri 7
untuk relaksasi saat nyeri O:
mulai muncul - Ekspresi wajah nampak
- Meminta persetujuan tindakan menahan nyeri
medik pemasangan infus dan - Oedem pada paha kanan
injeksi - T : 120/80mmHg
- Melaksanakan kolaborasi - S : 37˚Celcius
dengan dokter untuk - N : 84 x/mnt
pemberian analgetik - Hasil Rogten : fraktur pada
- Meminta persetujuan kepada Femur Dextra
keluarga dan klien tindakan - Terpasang bidai d paha kanan
pemasangan bidai A : Nyeri Akut Teratasi sebagian
- Melaksakan pemasangan bidai P : Lanjutkan Intervensi
pada paha kanan
Selasa - Mengkaji kemampuan klien S :
2 24-05-22 dalam mobilisasi - Klien mengatakan masih
Jam 18.30 - Mengajarkan klien bagaimana nyeri bila umtuk beraktifitas
merubah posisi dan berikan bergerak
bantuan jika diperlukan - Klien mengatakan bila
berjalan dibantu oleh
keluarganya.
- Klien paham apa yang
dianjurkan perawat tetntang
cara merubah posisi
O:
- Aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya ketika klien
datang ke IGD
- Klien hanya bisa mirang-
miring diatas tempat tidur
- Kaki kanan terpasang bidai
- Tidak ada kebiruan
A : Masalah Hambatan mobilitas
fisik belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

6. Monitor klien
- Klien tampak tenang
- TTV
TD : 120/80
N : 84 x/m
T : 37
RR : 18 x/m
- Nyeri berkurang setelah diberikan intervensi
- Terpasang bidai

7. Evaluasi / Analisa Kasus & Tindakan Emergency


- Kaki terpasang bidai
- Klien terpasang infus RL 20 tpm drip Tramadol,
ketorola, Ondansentron
Inj. Ceftriaxone
Inj. Ranitidine
- Kaki sulit digerakkan
- Pasien masuk ruang rawat inap
- Rencana operasi tanggal 25 – 05 - 2022

Nama & TTD Perawat

( Tri Thanty Setya)

You might also like