You are on page 1of 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kekurangan Energi Kronis (KEK)

2.1.2.1 Definisi Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil

Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana ibu menderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat

terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).

Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bila mana LILA < 23,5 cm

(Depkes RI,2012).

Ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) dengan LILA<23,5 cm

adalah keadaan dimana ibu hamil mengalami kekurangan gizi (kalori

dan protein) yang berlangsung lama atau menahun disebabkan karena

ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan

tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh

baik fisik maupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya

(Kemenkes, 2012).

8
A. Etiologi

Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau

beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat

menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: Jumlah zat gizi

yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi

yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan

untuk tubuh (Helena, 2013).

Menurut Helena (2013) Akibat KEK saat kehamilan dapat

berakibat pada ibu maupun janin yang di kandungnya yaitu meliputi:

1. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :

a. Terus menerus merasa letih

b. Kesemutan

c. Muka tampak pucat

d. Kesulitan sewaktu melahirkan

e. Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi bayi, sehingga

akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.

2. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara

lain :

a. Keguguran

b. Pertumbuhan janin terganggu.

c. Perkembangan otak janin telambat, hingga kemungkinan nantinya

kecerdasan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (prematur).

d. Kematian bayi.

9
B. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala adalah berat badan kurang dari 40 kg atau tampak

kurus dan LILA kurang dari 23,5 cm (Supariasa, 2013).

1. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm.

2. Kurang cekatan dalam bekerja.

3. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.

4. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau

jika lahir secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan

lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.

C. Cara mengetahui risiko KEK dengan pengukuran LILA

Menurut Kemenkes (2012) Pengukuran LILA adalah suatu

cara untuk mengetahui resiko KEK ibu hamil, wanita usia subur

termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan

untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan

sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan

putih dipita LILA). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan

pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian.

Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm (dibagian merah pita

LILA) artinya mempunyai risiko KEK. Bila ibu hamil mempunyai

risiko KEK, segera dirujuk ke puskesmas/sarana kesehatan lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengukuran dengan pengukuran

LILA :

10
1. Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku

lengan yang tidak dominan digunakan dalam aktifitas.

2. Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan lengan otot

lengan dalam keadaan tidak tegang dan tidak kencang

3. Alat pengukuran dalam pengukuran baik dalam arti tidak kusut

atau sudah dilipat-lipat, sehingga permukaanya sudah tidak rata.

Menurut (Kemenkes, 2012) deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK):

1. Dilakukan pada kontak pertama dengan pelayanan kesehatan dengan

mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan memakai pita

LILA.

2. Ibu hamil dengan LILA <23,5 cm berarti menderita risiko KEK,

harus dirujuk ke Puskesmas/sarana pelayanan kesehatan lain, untuk

mendapatkan konseling dan PMT ibu hamil.

3. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh kader.

4. Konseling dapat dilakukan oleh kader atau petugas gizi di

Puskesmas atau disarana kesehatan lain.

D. Pengaruh KEK

Menurut (Waryono, 2010) Kurang energi kronik pada saat

kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun pada janin yang

dikandungnya :

1. Terhadap ibu : dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara

lain: anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal

dan terkena penyakit infeksi.

11
2. Terhadap persalinan : pengaruhnya pada persalinan dapat

mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum

waktunya (premature), perdarahan.

3. Terhadap janin : menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati,

kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR).

E. Pencegahan KEK dalam Ibu Hamil

Menurut Kemenkes (2012), untuk mencegah risiko KEK pada ibu

hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai

gizi yang baik dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA

ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut sebaiknya kehamilan

ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.

Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum

usia kehamilan 16 minggu. Pemberian makanan yang tinggi kalori dan

tinggi protein melalui pemberian PMT-ibu hamil selama 90 hari dan

dipadukan dengan penerapan porsi kecil tapi sering, akan berhasil

menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200-450

kalori dan 12-20 gram protein dari kebutuhan gizi janin.

Makan-makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan

protein (termasuk makanan pokok) seperti nasi, ubi dan kentang setiap

hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan,

telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali.

Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan

12
untuk meningkatkan pasokan kalori. PMT dan pemberian zat besi pada

ibu hamil yang menderita KEK dapat meningkatkan konsentrasi Hb.

2.1.1.2 Indikator Kejadian KEK (Kekurangan Energi Kronis)

A. LILA (Lingkar Lengan Atas)

Menurut Supariasa (2013) pengukuran LILA adalah suatu cara

untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Protein (KEP) Wanita

Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk

memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran

LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat

dilakukan oleh siapa saja. Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah

mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu,

masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral.

Adapun tujuan tersebut adalah :

a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,

untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi

berat lahir rendah (BBLR).

b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih

berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

c. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya

perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.

13
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS

yang menderita KEK.

Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia

adalah 23,5 cm apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm atau

dibagian merah putih LILA, artinya wanita tersebut mempunyai

risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat badan bayi

lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian gizi

kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan

anak (Supariasa, 2013).

Menurut Supariasa (2013) Pengukuran LILA dilakukan

melalui urut-urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan

pengukuran LILA yaitu:

a.Tetapkan posisi bahu dan siku

b. Letakan pita antara bahu dan siku.

c. Tentukan titik lengan

d. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan

e. Pita jangan terlalu ketat

f. Pita jangan terlalu longgar

g. Cara pembacaan skala yang benar

Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang

dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila <

23,5 cm berarti risiko KEK dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko

KEK (Supariasa, 2013).

14
B. Berat Badan

Sebagai pengawasan kecukupan gizi ibu hamil dan

pertumbuhan kandungan berdasarkan kenaikan berat badan wanita

hamil tersebut kenaikan berat badan wanita hamil rata–rata 6,5

sampai 16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan

sekitar ½ kg / minggu (Manuaba, 2008).

Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu

turun setelah kehamilan triwulan kedua haruslah menjadi perhatian

jika terjadi kenaikan berat badan yang berlebihan maka anjurkan ibu

untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat, lemak

jangan di kurangi apabila sayur mayur dan buah–buahan tapi jika

berat badan tetap atau menurun maka semua makanan di anjurkan

terutama yang mengandung protein, hidrat arang dan besi

(Prawiroharjo, 2007).

2.1.1.3 Cara Mengukur Kejadian KEK (Kekurangan Energi Kronis) Pada Ibu

Hamil

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur

kejadian KEK (Kekurangan energi kronis) pada ibu hamil adalah

dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas ibu hamil, Jika

LILA ≤ 23,5 dinyatakan KEK dan tidak KEK Jika LILA >23,5 cm,

sesuai dengan catatan rekam Medik dari Puskesmas, menggunakan

Skala ordinal.

Contoh mengukur Kejadian Kekurangan Energi Kronis

15
1. Apakah Ibu mengalami kekurangan Energi Kronis? *(diisi oleh

Peneliti)

0. LILA<23,5 cm.

1. LILA >23,5 cm.

2.1.1.4 Teori-teori Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana

remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein)

yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi

Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai

kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko

KEK bila mana LILA <23,5 cm (Supariasa, 2012).

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kurang energi kronis

(KEK)

1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan

manusia terhadap sesuatu apa yang belum mereka ketahui

sehingga menjadi tahu dan guna untuk meningkatkan

kehidupannya sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman

yang berkembang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

manusia baik dimasa sekarang maupun dimasa depan.

Pengetahuan hanya sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya

apa alam, apa manusia, apa air dan lainnya. (Ariani, 2014).

16
Menurut Wawan (2010) pengetahuan terjadi setelah seseorang

mengadakan penginderaanya terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera seperti

penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, peraba dengan

sendiri. Pentingnya aspek pengetahuan dalam pertolongan

persalinan, kematian ibu melahirkan lebih banyak terjadi karena

perdarahan, maka perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan

dengan pengadaan pelatihan pada para bidan dan ibu-ibu yang

akan melahirkan. Faktor- faktor personal menentukan apa yang

diputuskan antaralain kognisi, motif dan sikap, kognisi dalam hal

ini artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif dibagi

menjadi 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu (know) merupakan mengingat kembali apa yang telah

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima

2. Memahami (Comprehention)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui sehingga dapat

menginterpretasikan dengan benar. Orang yang paham terhadap

suatu objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek yang

dipelajari.

17
3. Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menanyakan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di

dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya suatu dengan

yang lain.

B. Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

Menurut Proverawati (2011) antenatal care adalah upaya untuk

mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu danmemantau

keadaan janin dimana dengan seringnya melakukan kunjungan

terhadap bidan maka semakin mudah pula asuhan dapat diberikan

bidan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dimana dengan

semakin sering melakukan ANC keadaan ibu serta janin akan selalu

terpantau serta ibu dapat memperoleh informasi yang inginibu tahu

tentang keadaan kehamilannya.

2.1.1.5 Sintesis Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil

Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah keadaan

dimana ibu hamil mengalami kekurangan gizi (kalori dan Protein) yang

18
berlangsung lama atau menahun di sebabkan karena ketidak seimbangan

asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi

dengan LILA <23,5 cm.

2.1.2 Pengetahuan

2.1.2.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan

manusia terhadap sesuatu apa yang belum mereka ketahui sehingga

menjadi tahu dan guna untuk meningkatkan kehidupannya sehingga

kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang sebagai

upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia baik dimasa sekarang

maupun dimasa depan. Pengetahuan hanya sekedar menjawab

pertanyaan what, misalnya apa alam, apa manusia, apa air dan lainnya.

(Ariani, 2014).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini hasil dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa dan raba, sebagaian besar

pengetahuan manusia diperoleh oleh mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. (over behavior) (maulana 2009).

2.1.2.2. Indikator pengetahuan

1. Tahu (know)

Tahu (know) merupakan mengingat kembali apa yang telah

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima

19
2. Memahami (Comprehention)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui sehingga dapat

menginterpretasikan dengan benar. Orang yang paham terhadap

suatu objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menanyakan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

struktur organisasi dan masih ada kaitannya suatu dengan yang lain.

2.1.2.3.Cara mengukur pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa kuesioner adalah alat

pengumpul data yang berupa pertanyaan tertulis. Kuesioner adalah

daftar pertanyaan yang telah disusun dengan baik, dimana responden

tinggal dengan memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda

tertentu. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

20
isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke

dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan

tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk

pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

Pertanyaan subjektif Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis

pertanyaan Essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor

subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap

penilai dari waktu ke waktu.Pertanyaan objektif Jenis pertanyaan

objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul salah dan

pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai

Menurut Alimul (2007), pengukuran tingkat pengetahuan dapat

dikatagorikan menjadi :

0. Jika nilai < 70 : Kurang

1. Jika nilai > 70 : Baik

Contoh butiran kuesioner dengan pernyataan pengetahuan :

1. Keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung

menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan

kesehatan pada ibu adalah..

a. Kekurangan energi kronik (KEK)

b. Kekurangan vitamin A

c. Kekurangan yodium

2. Apabila ibu mengalami kekurangan gizi selama kehamilan maka

akan memiliki bayi dengan kondisi kesehatan yang…

21
a. Baik

b. Buruk

c. Sehat

3. Kondisi kekurangan energi pada ibu hamil harus segera di tindak

lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai…

a. 16 minggu

b. 20 minggu

c. 32 minggu

2.1.2.4. Sintesis pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini hasil

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa dan raba,

sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh oleh mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (over

behavior) (maulana 2009).

2.1.3 Sosial Ekonomi

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang

adalah tingkat social ekonomi. Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam

pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seseorang

dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar

sekali gizi yang dibutuhan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan

membuat gizi ibu hamil semakin terpantau (Proverawati, 2011). Sosial

22
ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam

masyarakat yang ditentukan dengan variable pendapatan, pendidikan dan

pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk

pemeliharaan kesehatan. (Notoatmodjo, 2012).

2.1.3.1 Indikator Sosial Ekonomi

A. Pendapatan

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara

lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan

makanan itu sendiri, serta tingkat penggelolaan sumber daya lahan

dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan

besarakan kurang dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya

terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.

Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Pendapatan

merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas

hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik

makanan yang diperoleh dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,

semakin besar pula presentase dari penghasilan tersebut untuk

membeli buah, sayuran dan beberapa jenis bahan makanan lainnya

(Azwar, 2007).

B. Jumlah Anggota Keluarga

Pada zaman modern seperti sekarang ini, tuntunan kebutuhan

keluarga semakin tinggi, tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer

tetapi kebutuhan lainnya sangat dibutuhkan Kebutuhan-kebutuhan

23
tersebut akan memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota

rumah tangga berjumlah kecil (Rezky Amelia, 2009).

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu

upaya membenahi dan memperbaiki kesejahteraan keluarga yang

patut dilihat dalam hubungannya dengan masalah gizi. Apabila

pendapatan keluarga hanya pas-pasan, sedangkan anak banyak maka

pemertaan dan kecukupan makanan dalam keluarga kurang bisa

dijamin keluarga ini dapat disebut keluarga rawan karena kebutuhan

gizinya hamper tidak pernah tercukupi dan dengan demikian penyakit

pun akan terus mengintai (Apriadji,1986 dalam Rezky Amelia 2009).

2.1.3.2 Cara Mengukur Sosial Ekonomi

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur

sosial ekonomi pada ibu hamil adalah dengan menggunakan kuesioner.

Cara ukur dengan membandingkan pendapatan dengan Upah

Minimum Regional (UMR) Kabupaten Lebak, yaitu sebesar Rp.

2.127.122, Status ekonomi dikatakan rendah jika pendapatan <UMR

(Rp. 2.127.122) dan tinggi jika pendapatan ≥UMR (Rp. 2.127.122).

Contoh Butiran Kuesioner dengan pertanyaan Sosial Ekonomi :

1. Berapa pendapatan keluarga ibu selama 1 bulan?

0. Kurang <UMR Rp. 2.127.122

1. Baik > UMR Rp. 2.127.122

24
2.1.3.3 Teori – teori Sosial Ekonomi

Lahan pekarangan memiliki potensi besar dalam mewujudkan

ketahanan pangan berbasis keluarga, hanya saja, pemanfaatannya

belum dilakukan secara maksimal. Mayoritas masyarakat masih

memanfaatkan lahan pekarangan seadanya saja. Padahal jika

dioptimalkan dapat ditanami beragam jenis tanaman yang bisa

memenuhi ketersediaan pangan bagi keluarga misalnya (sayuran

kangkung, pepaya dan lain-lain) (Tarigan, 2017).

A. Pendapatan

Tingkat pendapatan akan mempengaruhi pola makan yang

selamjutnya berperan dalam prioritas penyediaan pangan berdasarkan

nilai ekonomi dan nilai gizinya. Bagi mereka dengan pendapatan

yang sangat rendah hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan pokok

berupa sumber karbohidrat yang merupakan pangan prioritas utama.

Apabila tingkat pendapatan meningkat, maka pangan prioritas kedua

berupa sumber protein yang murah dapat dipenuhi. Pada masyarakat

yang lebih mampu lagi, setelah terpenuhi semua kebutuhan pangan

dan gizinya, dapat menginjak pada pangan prioritas terakhir yaitu

bahan pangan komplemeter, yang merupakan bahan makanan yang

mahal harganya, dapat berupa hasil hewani dan produksi (Handajani,

1993 dalam Rezky Amelia 2009).

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara

lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan

25
makanan itu sendiri, serta tingkat penggelolaan sumber daya lahan

dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan

besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya

terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.

Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Pendapatan

merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas

hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik

makanan yang diperoleh dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,

semakin besar pula prosentase dari penghasilan tersebut untuk

membeli buah, sayuran dan beberapa jenis bahan makanan lainnya

(FKM UI, 2007)

B. Jumlah anggota keluarga

Pada zaman modern seperti sekarang ini, tuntunan kebutuhan

keluarga semakin tinggi, tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer

tetapi kebutuhan lainnya sangat dibutuhkan Kebutuhan-kebutuhan

tersebut akan memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota

rumah tangga berjumlah kecil (Rezky Amelia, 2009).

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu

upaya membenahi dan memperbaiki kesejahteraan keluarga yang patut

dilihat dalam hubungannya dengan masalah gizi. Apabila pendapatan

keluarga hanya pas-pasan, sedangkan anak banyak maka pemertaan

dan kecukupan makanan dalam keluarga kurang bisa dijamin keluarga

ini dapat disebut keluarga rawan karena kebutuhan gizinya hamper

26
tidak pernah tercukupi dan dengan demikian penyakit pun akan terus

mengintai (Apriadji, 1986 dalam Rezky Amelia 2009).

Berdasarkan hasil penelitian dari Lubis, dkk (2015) dalam

jurnal faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan

energi kronis (KEK) pada ibu hamil di puskesmas lama kota langsa

terdapat Ada hubungan yang signifikan antara pendapatan ibu dengan

kejadian KEK pada ibu hamil. Jadi, semakin tinggi pendapatan

keluarga ibu hamil semakin kecil resiko ibu hamil akan mengalami

KEK.

Menurut Indriany (2015) dalam jurnal hubungan antara tingkat

sosial ekonomi dengan kejadian kurang energi kronis (KEK) pada ibu

hamil di kecamatan sedayu kabupaten bantul provinsi Yogyakarta,

yang mengatakan tentang sosial ekonomi terdapat hubungan yang

signifikan antara pendapatan keluarga dengan kurang energi kronis

(KEK).

2.1.3.3 Sintesis Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi adalah ekonomi seseorang mempengaruhi

dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari - harinya.

Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka

kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhan tercukupi ditambah

lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu hamil semakin terpantau.

27
2.1.4 Pola Makan

2.1.4.1 Definisi Pola Makan

Asupan makanan adalah sejumlah makanan yang dikonsumsi

seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh. Tiap zat gizi yang masuk akan memberikan

fungsi yang penting bagi tubuh, misalnya sebagai sumber tenaga yang

dapat digunakan untuk menjalankan aktivitas (Almatsier, 2009).

Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi

yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara

umum. Sedangkan gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer,

apabila susunan makanan seseorang salah dalam segi kuantitas

maupun kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan,

kemiskinan, ketidak tahuan, kebiasaan makan yang salah, dan faktor

sekunder, meliputi faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai

di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi (Almatsier, 2009).

Status gizi seorang ibu hamil mempunyai pengaruh yang

sangat penting baik terhadap kesehatan ibu dan janinnya maupun

terhadap kemampuannya memproduksi ASI. Kebutuhan gizi normal

seorang wanita akan meningkat selama hamil untuk memenuhi

kebutuhan janin dan perubahan jaringan tubuh sehubungan dengan

28
kehamilannya (Proverawati, 2011). Status gizi ibu pada waktu

pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin

yang sedang berkembang, jadi demi suksesnya kehamilan keadaan gizi

pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik dan selama hamil

mendapatkan tambahan energi, protein, dan beberapa mineral seperti

zat besi (Sayogo, 2012).

2.1.4.2 Indikator Pola Makan

A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil ʽ̔tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca  indera manusia yaitu: indera

penglihatan, pendengaran, penciuman,  rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoadmodjo, 2012). 

Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi

masalah-masalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita

khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap

konsumsi makanan bagi keluarga. Ibu harus memiliki pengetahuan

tentang gizi baik diperoleh melalui pendidikan formal, maupun non

formal (Berg, 2011). Pengetahuan dikatakan baik jika ibu dapat

menjawab pertanyaan lebih dari 75% dari pertanyaan yang diajukan.

Pengetahuan yang harus dimiliki ibu hamil diantaranya adalah

kebutuhan gizi ibu selama hamil, dimana kebutuhan gizi akan

29
meningkat dari biasanya oleh karena itu peningkatan jumlah

konsumsi makanan perlu ditambah terutama konsumsi makanan

sumber energi, protein serta beberapa mineral seperti zat besi (Fe)

untuk memenuhi  kebutuhan ibu hamil itu sendiri beserta janinnya.

Kekurangan konsumsi energi tersebut pada ibu hamil akan

menyebabkan terjadinya malnutrisi atau biasa disebut gizi kurang.

Kontribusi dari terjadinya gizi kurang pada ibu hamil akan

mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain dapat

meningkatkan resiko terjadinya bayi berat lahir rendah (Latief,

2013).

2.1.4.3 Cara Mengukur Pola Makan

Penilaian Konsumsi Pangan Individu Metode Semi

Quantitative Food Frequency Quitionare(SQ-FFQ) Konsumsi pangan

individual dinilai dengan beberapa metode yaitu secara garis besar

terdiri dari metode konsumsi harian kuantitatif dan kualitatif atau

gabungan keduanya. Metode-metode tersebut yaitu food recall, food

record, food weighing, metode diet history, dan metode food

frequency (Supariasa dkk, 2012).

Metode food recall 2x24

Penilaian konsumsi pangan individu menggunakan metode

food recall 2x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi pada periode 2x24 jam yang lalu dengan

meminta responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum

30
selama 2x24 jam yang lalu. Metode food recall 2x24 jam memiliki

beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ini adalah

Mudah Melaksanakannya dan tidak membebani responden, biaya

relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus, prosesnya cepat

sehingga dapat mencakup banyak responden dan dapat memberikan

gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat

dihitung intake zat gizi sehari. Kekurangan dari metode ini adalah bila

hanya dilakukan sekali tidak dapat menggambarkan asupan makanan

sehari-hari, ketepatan hanya bergantung pada daya ingat responden.

Oleh karenanya responden harus mempunyai daya ingat yang baik

sehingga metode ini tidak cocok untuk responden usia di bawah 7

tahun, di atas 70 tahun dan responden yang hilangingatan atau orang

yang pelupa (Rahmawati 2011).

Klasifikasi tingkat konsumsi di bagi menjadi tiga dengan

masing-masing sebagai berikut (WNPG, 2004).

a. Kurang : <80% AKG

b. Baik : 80-110% AKG

2.1.4.4 Teori-teori Pola Makan

31
Status gizi ibu hamil dapat diukur secara antropometri/pengukuran

komposisi tubuh dengan mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas),

disebut KEK bila LILA kurang dari 23,5 cm. LILA merupakan faktor

yang dominan terhadap risiko terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR). Bayi yang lahir BBLR (< 2500 gram) mempunyai ukuran

proporsional kecil seperti kepala, badan, tangan, kaki dan organ-organ

lainnya dalam tubuh. Dalam keadaan kekurangan gizi yang lebih berat,

retardasi otak dapat mencapai 10-20%. (Supariasa, 2012).

32
Nutrisi yang baik selama kehamilan erat hubungannya dengan

proses pertumbuhan berbagai organ pendukung proses kehamilan

seperti alat kandungan mammae dan lain–lain, untuk mendukung

berbagai proses pertumbuhan dan peningkatan penggunaan energi

maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat,

peningkatan metabolisme berbagai zat gizi membutuhkan peningkatan

suplai vitamin dan mineral hal ini berhubungan dengan pengetahuan

gizi pada ibu hamil (paat, 2008).

33
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

melakukan pekerjaan. Tubuh memperoleh energi dari makanan yang

dimakan. Energi dalam makanan merupakan energi kimia yang dapat

dibuat menjadi energi bentuk lain (Budiyanto, 2011). Besaran energi

yang dibutuhkan seorang ibu hamil kira-kira 300 kkal tiaphari, di atas

kebutuhan wanita yang tidak hamil (Lubis, 2012). Nilai ini dihitung

berdasarkan kesetaraan dengan protein dan lemak yang tertimbun

untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu. Kebutuhan energi

disuplai terutama oleh karbohidrat dan lemak, walaupun protein dapat

memberikan energi untuk keperluan tersebut, tetapi fungsi utamanya

adalah untuk menyediakan asam amino bagi sintesa protein sel,

hormon maupun enzim untuk mengatur metabolisme (Budiyanto,

2011). Fungsi karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi bagi

tubuh, melangsungkan proses metabolisme lemak, memberi volume

pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus, simpanan energi

dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen, melangsungkan aksi

penghematan terhadap protein, pemberi rasa manis pada makanan dan

memberi aroma serta bentuk khas makanan (Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2012). Protein merupakan suatu zat

makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping

berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat

pembangun dan pengatur. Protein merupakan unsur utama dalam otot,

darah, matriks tulang, gigi, kulit, kuku dan rambut. Sumber protein

34
dapat berasal dari protein hewan, seperti : protein daging, susu dan

sebagainya. Protein nabati yaitu protein yang berasal dari bahan

makanan tumbuhan yaitu protein dari jagung dan sebagainya.

Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180

kkal. Kebutuhan wanita akan protein membumbung sampai 68%.

Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan

diperkirakan 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta serta

bayi. Bahan pangan yang dijadikan sumber sebaiknya 2/3 nya

merupakan bahan pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging

tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang

berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) sebanyak 1/3 bagian

(Arisman, 2012).

Untuk menilai tingkat konsumsi makanan (energi dan zat lain)

diperlukan suatu standar kecukupan yang dianjurkan atau

Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk populasi yang diteliti.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah angka kecukupan gizi rata-rata

yang dianjurkan perhari menurut golongan umur, jenis kelamin,

ukuran tubuh, kondisi fisiologis dan aktivitas fisik untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal.

Kecukupan energi zat gizi yang dianjurkan pada wanita seperti

Tabel berikut :

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Pada Wanita Dewasa
Kebutuhan Kebutuhan
Zat Gizi Sumber makanan
wanita dewasa wanita hamil

35
Energi Padi-padian, jagung, umbi-umbian,
2500 + 300
(kalori) mie, roti.
Protein Daging, ikan, telur, kacang-kacangan,
40 + 10
(gram) tahu,tempe.
Kalsium Susu, ikan teri, kacang-kacangan,
0,5 + 0,6
(mg) sayuran hijau.
Zat besi
28 +2 Daging, hati, sayuran hijau.
(mg)
Hati, kuning telur, sayur dan buah
Vit. A (SI) 3500 + 500
berwarna hijau dan kuning kemerahan.
Vit. B1 Biji-bijian, padi-padian, kacang-
0,8 + 0,2
(mg) kacangan, daging.
Vit. B2
1,3 + 0,2 Hati, telur, sayur, kacang-kacangan.
(mg)
Vit. B6 Hati, daging, ikan, biji-bijian, kacang-
12,4 +2
(mg) kacangan.
Vit. C (mg) 20 + 20 Buah dan sayur.
Sumber : Arisman (2012)
Besaran energi yang terasup merupakan faktor gizi yang paling

penting pada masa hidup. Usia diperlukan untuk menentukan besaran

kalori serta zat gizi yang diberikan. Masalah kekurangan dan

kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan

masalah penting, karena menimbulkan resiko penyakit dan

mempengaruhi produktivitas (Supariasa, 2012).

36
Kesuburan seorang wanita dipengaruhi faktor keturunan, usia

dan gizi. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada

penurunan fungsi reproduksi. Keadaan kekurangan nutrisi khususnya

energi dapat dilihat dari LILA (Paath, 2011). Gizi ibu hamil

mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan fisiologis mempunyai

dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan nutrisi (Departemen

Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2012).

A. Kebutuhan Gizi Pada Ibu Hamil

Jenis makanan yang perlu dikonsumsi oleh ibu hamil tentunya

makanan yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan

ketentuan gizi seimbang, sedangkan makanan yang tidak dianjurkan

dikonsumsi selama hamil antara lain adalah minuman yang

mengandung zat kafein misalnya kopi, makanan yang banyak

mengandung bahan tambahan pangan (BTP) seperti pengawet,

pemanis, pewarna, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan

pengental serta menghindari makanan yang tercemar (pestisida,

logam berat).

Menurut (Kemenkes, 2012) Ada 3 manfaat makanan yang

dimakan oleh ibu hamil yaitu :

1. Penyedia energi untuk ibu dan janin selama hamil agar ibu

tidak terjadi Kurang Energi Kronis (KEK).

2. Agar terjadi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,

termasuk pembentukan jaringan saraf pusat dan otak janin.

37
3. Untuk mempersipkan pembentukan Air Susu Ibu

Menurut Romauli (2011) Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil

secara garis besar adalah sebagai berikut:

1) Asam folat

Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada

masa pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak,

kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil

yang normal maupun yang beresiko. Asam folat juga berperan

untuk membantu memproduksi sel darah merah, sintesis DNA

pada janin dan pertumbuhan plasenta. Pemberian multi vitamin

saja tidak terbukti efektif untuk mencegah kelainan neural.

Minimal pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan

sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama

kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk preventif adalah

500 kilo gram atau 0,5-0,8 mg, sedangkan untuk kelompok

dengan faktor resiko adalah 4 mg/hari. Karena kekurangan asam

folat dapat menyebabkan anemia pada ibu dan cacat pada bayi

yang dilahirkan.

2) Energi

Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein

saja tetapi pada susunan gizi seimbang energi dan juga protein.

Hal ini juga efektif untuk menurunkan kelahiran BBLR kematian

38
perinatal. Kebtuhan enrgi ibu hamil adalah 285 kalori untuk

proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

3) Protein

Bagi ibu hamil protein berguna untuk menambah jaringan

tubuh ibu. Seperti jaringan dalam payudara dan rahim. Protein

digunakan juga untuk pembuatan cairan ketuban. Protein bayi

bagi ibu hamil diperoleh anatara lain dari susu, telur dan keju

sebagai sumber protein terlengkap.

4) Zat besi (Fe)

Setiap hari ibu hamil membutuhkan tambahan 700-800 mg

zat besi. Jika kekurangan, bisa terjadi perdarahan sehabis

melahirkan. Kebutuhan berzat tinggi ibu hamil lebih meningkat

pada kehamilan trimester II dan III. Zat besi bukan saja penting

untuk memelihara kehamilan. Ibu hamil yang kekurangan zat besi

dapat terganggu proses persalinannya. Mungkin terjadi

perdarahan sehabis persalinan.

5) Kalsium

Janin yang tumbuh memerlukan banyak kalsium untuk

membentuk tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil

adalah sebesar 500 mg sehari.

6) Vitamin D

Vitamin D berkaitan dengan zat kapur. Vitamin ini dapat

memasuki tubuh bayi jika ibu hamil kekurangan Vitamin D, anak

39
akan kekurangan zat kapur. Pembentukan gigi-geliginya tidak

normal. Lapisan luar gigi anak tampak buruk.

7) Yodium

Yodium mencegah gondongan dan masalah lain pada orang

dewasa. Kurangnya yodium pada wanita hamil dapat

menyebabkan janin menderita kretenisme, sebuah ketidak

mampuan yang mempengaruhi pemkiran.

8) Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc, magnesium,

dan menyakitkan selama hamil.

9) Vitamin A

Vitamin A mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu

tubuh melawan infeksi. Seorang wanita memerlukan banyak

vitamin A selama kehamilan dan menyusui.

Menurut Indriarti (2010) pola makan ibu hamil pada trimester

pertama, kedua dan ketiga adalah sebagai berikut :

a.Trimester Pertama

Kenaikan berat badan ibu hamil selama trimester pertama

belum begitu signifikan, berkisar antara 1 sampai 2 kg. Hal itu

berkaitan dengan munculya gejala mual muntah. Rasa mual dan

muntah dapat di atasi dengan menghindari makanan berlemak,

dingin atau terlalu asam, dan menghindari bau-bauan yang dapat

memancing rasa mual muntah. Sebaiknya ibu hamil

mengkonsumsi makanan dengan porsi kecil tetapi sering. Pilihlah

40
makanan kering atau tidak berkuah, jangan biarkan perut kosong

karena akan meningkatkan asam lambung yang dapat memicu

rasa mual muntah.

b. Trimester Kedua

Trimester kedua ibu hamil biasanya sudah dapat menyesuaikan

diri. Nafsu makannya mulai membaik. Kenaikan berat badan ideal

rata-rata untuk trimester kedua adalah 0,35 - 0,4 kg/minggu.

Kenaikan berat badan yang baik adalah kenaikan berat badan

yang naik secara perlahan dan terus-menerus. Sebaiknya ibu

hamil trimester kedua makan tiga kali/hari dengan mengkonsumsi

makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral.

c. Trimester Ketiga

Trimester ketiga sesuaikan konsumsi makanan dengan kondisi

tubuh ibu hamil tersebut, apakah ibu hamil harus meningkatkan

berat badan atau tidak. Jika ibu hamil mempunyai berat badan

yang berlebih sebaiknya mengurangi konsumsi makanan pokok

dan tepung-tepungan dan mengganti dengan banyak

mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan segar.

2.1.4.5 Sintesis Pola Makan

Pola makan ialah asupan nutrisi sejumlah makanan yang

dikonsumsi seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah

zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

41
2.2 Kerangka Teori

Faktor internal:

1. Jarak Kehamilan
2. Paritas
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pengetahuan
6. Pola Makan

Ibu Hamil dengan


KEK
Faktor external:
1. Sumber Informasi
Media Massa
2. Sosial Budaya
3. Status Ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Manuaba (2010), (Proverawati, 2011), Prawirohadjo (2007).

2.3 Kerangka Konsep

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dengan mengungkapkan

permasalahan krakteristik responden, pengukuran di lakukan terhadap ibu hamil

42
(Pengetahuan, ststus ekonomi dan pola makan) sebagai variabel independen dan

ibu hamil dengan KEK sebagai variabel dependen. Sehinga secara umum

skematis kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Independen Variabel Dependen


Pendidikan

Pengetahuan Ibu hamil dengan KEK


Status Ekonomi

Pola Makan Gambaran 2.2 Kerangka Konsep


Paritas

2.4 Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara faktor pengetahuan pada ibu hamil dengan KEK di

Puskesmas Curugbitung Kabupaten Lebak pada tahun 2020.

2. Ada hubungan antara faktor status ekonomi pada ibu hamil dengan KEK di

Puskesmas Curugbitung Kabupaten Lebak pada tahun 2020.

3. Ada hubungan antara faktor pola makan pada ibu hamil dengan KEK di

Puskesmas Curugbitung Kabupaten Lebak pada tahun 2020.

43

You might also like