Professional Documents
Culture Documents
Referat Glaukoma Fakolitik
Referat Glaukoma Fakolitik
PENDAHULUAN
1
penatalaksanaan glaukoma adalah pencegahan fungsi visual dari rusak
dan melambatkan progresifitas kerusakan fungsi visual.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. HUMOR AQUOUS
Humor Aquous adalah cairan bening yang mengisi dan
membantu membentuk bilik mata depan dan bilik mata belakang.
Lensa dan kornea harus tetap dalam keadaa jernih untuk emungkinkan
transmisi cahaya sehingga tidak termasuk dalam kategori vascular.
Humor aquous analog dengan pengganti darah untuk struktur yang
avascular ini dan menyediakan nutrisi, menghilangkan produk
ekskteroris dari metabolism, mengangkut neurotransmitter,
menstabilkan struktur ocular dan berkontribusi pada pengaturan
hemostasis jaringan ocular. Humor Aquous juga memungkinkan sel
inflamasi dan mediator bersirkulasi di mata dalam kondisi patologis
serta obat untuk didistribusikan ke struktur ocular yang berbeda.3
Humor aquous menyediakan media transparan dan tidak
berwarna antara kornea dan lensa yang merupakan komponen penting
dari system optic mata. Humor aquous disekreiskan oleh epitel siliaris
yang melapisi prosessus siliaris dan memasuki bilik posterior.
4
Awalnya untuk mencapai bilik posterior, berbagai konsistensi humor
aquous harus melintasi tiga komponen yaitu jaringan prosessus siliaris,
dinding kapiler, stroma dan bilayer epitel. 2,3
Humor Aquous meninggalkan mata melalui aliran pasif melalui
dua jalur pada sudut bilik mata depan yang secara anatomis terletak di
limbus. Jalur konvensional terdiri dari humor aquous melewati
trabeluar meshwork melintasi dinding bagian dalam kanalis schlemm
ke dalam lumennya dan ke saluran kolektor drainase, vena aqoues dan
vena episklera. Dan untuk jalur non konvesional terdiri dari anyaman
uveal dan bagian depan otot siliaris, humor aquous masuk ke dalam
jaringan ikat antara berkas otot melalui ruang suprakoroid dan keluar
melalui sclera.2
Komposisi aquous humour normal sebagai berikut:4,5
a. Air 99,9% dan solid 0,1% yang termasuk :
Protein (Kandungan koloid). Karena blood aquous humour
barnier, kandungan protein dalam aquous humour (5-16 mg
%) lebih sedikit dibandingkan di plasma (6-7 mg%). Namun,
pada inflamasi uvea (iridosiklitis), blood aquous barrier
rusak dan kandungan protein aquous meningkat (plasmoid
aquous).
Asam amino ditemukan sebanyak 5 mg/kg air.
Non-Koloid yaitu glukosa (6 mm/kg air), urea (7 mm/kg air),
askorbat (0,9 mm/kg air), asam laktat (7,4 mm/kg air),
inositol (0,1 mm/kg air), Na+ (144 mm/kg air), K+, Cr
(10mm/kg air) HCO3- (34 mm/kg air).
Oksigen ditemukan dalam aqueous pada kondisi dissolved.
Catatan꞉ Kandungan aqueous serupa dengan plasma kecuali
di aqueous terdapat konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat
yang tinggi, sedangkan protein, urea, dan glukosa yang
rendah.4
5
Komposisi aqueous humor di kamera okuli anterior berbeda
dengan di posterior karena adanya pertukaran metabolik. Perbedaan
utama adalah HCO3 (kadar di kamera okuli posterior lebih tinggi),
Cl- (di posterior lebih rendah), Askorbat (di posterior sedikit lebih
tinggi).4
Aqueous humor berasal dari plasma dalam jaringan kapiler
prosesus siliari. Kecepatan produksi normal adalah 2,3 μl/menit.
Aqueous humor diproduksi melalui dua tahap, yaitu꞉
Pembentukan filtrat plasma dalam stroma badan siliar.
Pembentukan aqueous dari filtrat ini melewati blood-aqueous
barrier.
Ada tiga mekanisme, yaitu ultrafiltrasi, difusi, dan sekresi
berperan dalam produksi aqueous humor pada tingkat yang berbeda.
Ultrafiltrasi yaitu proses dimana kebanyakan substansi plasma keluar
dari epitel pigmen prosesus siliari. Filtrat plasma berakumulasi di
epitel prosesus siliari. Ada dua mekanisme terlibat, sebagai berikut :6
1. Sekresi Aktif
Kebanyakan oleh epitel siliar yang tidak berpigmen. Ini
adalah hasil proses metabolik yang bergantung pada beberapa
sistem enzim, terutama pompa Na+/K+/ATPase yang menyekresi
ion Na+ ke dalam ruang posterior. Ini menyebabkan adanya
perbedaan tekanan osmotik di sel epitel siliar sehingga air dapat
lewat secara pasif mengikuti gradien osmotik. Sekresi Cl - pada
permukaan sel tidak berpigmen mungkin merupakan faktor yang
menghammbat. Karbonik anhidrase juga memainkan peran,
tetapi mekanisme pastinya tidak jelas. Sekresi aqueous berkurang
akibat faktor yang menghambat metabolisme aktif seperti
hipoksia dan hipotermia tetapi tidak bergantung pada kadar
tekanan intraokular.
2. Sekresi Pasif
6
Oleh ultrafiltrasi dan difusi (yang tergantung pada tingkat
tekanan hidrostatik kapiler. Tekanan onkotik dan tekanan
intraokular diperkirakan memainkan peranan kecil dalam kondisi
normal.
7
Gambar 2. Skema yang menggambarkan aliran Humor Aquous.3
C. GLAUCOMA
D. Defenesi
Glaukoma adalah suatu kondisi peningkatan tekanan
intraocular di mana yang dapat berkembang menjadi kehilangan
penglihatan. Glaukoma didefenisikan sebagai hilangnya sel ganglion
retina, degenerasi progresif saraf optic, penipisasn lapisan serat saraf
retina dan peningkatan ekskavasi optikus.7
Glaukoma sebagai suatu kondisi abnormal peningkatan tekanan
pada satu mata yang terjadi ketika produksi aqueous humor (AH)
melebihi aliran keluarnya, menyebabkan kerusakan terhadap saraf
optic
8
Gambar 3. Gambar mata normal dan mata dengan glaukoma.
b. Epidemiologi
Menurut WHO, secara global penduduk dunia yang
mempunyai tekanan intarokular lebih dari 21 mmHg yaitu sekitar
104,5 juta penduduk dan insiden glaukoma primer sudut terbuka
sekitar 2,4 juta penduduk. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit
ini adalah 4:1 dan sering terjadi pada kedua mata.11
Diseluruh dunia, diperkirakan 60 jt orang menderita neuropati
optic akibat glaukoma. Populasi afrika memiliki prevalensi tipe sudut
terbuka yang tertinggi. Kemungkinan kebutaan dari glaukoma sudut
terbuka hingga 15 kali lebih besar pada mereka ynag keturunan Afrika
dibandingkan dengan kelompok populasi lainnya. 7,9
Prevalensi Glaukoma di Eropa pada orang berusia 40 sampai
80 tahun adalah 2,93% dan sebagian besar menderita glaucoma sudut
9
terbuka. Selain di Eropa, di Jerman juga tercatat kebanyakan orang
dengan glaucoma memiliki glaucoma sudut terbuka.
Di Indonesia glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua
setelah katarak. Glaukoma lebih sering terjadi pada umur di atas 40
tahun. Beberapa faktor resiko lainnya untuk terjadi glaukoma antara
lain14 :
- Faktor genetik, riwayat glaukoma dalam keluarga (resiko
meningkat 3x)
- Penyakit hipertensi ( peningkatan resiko 80%)
- Penyakit diabetes ( resiko meningkat 2x)
- Kelainan refraksi berupa miopi dan hipermetropi yang
ekstrim
- Cedera mata sebelumnya
- Penggunaan steroid jangka panjang ( resiko meningkat 3X)
- Tekanan bola mata yang tinggi >21 mmHg (resiko
meningkat 5X)
- Asimetri tekanan intraokular dan rasio cup disk antara
kedua mata
Glaukoma fakolitik biasanya terjadi pada orang tua. Pasien
termuda yang pernah dilaporkan berusia 35 tahun. Glaukoma ini juga
tidak didapati adanya predileksi seksual.
c. Klasifikasi
o Glaukoma Primer
Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma primer sudut terbuka adalah bentuk glaukoma
tersering. Sekitar 0,4-0,7 % orang berusia lebih dari 40 tahun
dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan
mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga glaukoma
primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif
10
pada 50% penderita, secara genetik penderitanya adalah
homozigot. Terdapat faktor resiko pada seseorang untuk
menderita glaukoma seperti diabetes melitus, hipertensi, dan
miopia.15
Gambaran patologik utama pada glaukoma primer sudut
terbuka adalah proses degeneratif di jalinan trabekular,
termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan
di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah
berkurangnya aliran keluar aquoeus humor yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.
Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka
agak lambat yang kadang-kadang tidak disadari oleh
penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan.
Pada glaukoma primer sudut terbuka tekanan bola mata
sehari-hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Mata tidak merah
atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat
gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh
penderita. Gangguan saraf optik akan terlihat gangguan
fungsinya berupa penciutan lapang pandang.
Pada waktu pengukuran bila didapatkan tekanan bola
mata normal sedang terlihat gejala gangguan fungsi saraf
optik seperti glaukoma mungkin akibat adanya variasi
diurnal. Dalam keadaan ini maka dilakukan uji provokasi
minum air, pilokarpin, uji variasi diurnal, dan provokasi
steroid.
11
Hanya glaukoma sudut tertutup akut primer yang akan
dibahas karena merupakan suatu kedaruratan oftalmologik.2,3
sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris
bombé yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior
oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran aquoeus humor
dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat,
menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan
penglihatan.
Pada glaukoma sudut tertutup, pupil berdilatasi sedang,
disertai sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam
hari, saat tingkat pencahayaan berkurang. Hal tersebut juga
dapat terjadi pada dilatasi pupil untuk oftalmoskopi.
Glaukoma sudut tertutup akut primer ditandai oleh
munculnya kekaburan penglihatan mendadak yang disertai
nyeri hebat, halo dan mual serta muntah. Temuan-temuan lain
adalah peningkatan mencolok tekanan intraokular, kamera
anterior dangkal, kornea berkabut, pupil terfiksasi berdilatasi
sedang dan injeksi siliaris.
12
Glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir pada
50% kasus, didiagnosis pada 6 bulan pertama pada 70%
kasus dan didiagnosis pada akhir tahun pertama pada 80%
kasus.7
Gejala paling dini dan paling sering adalah epifora.
Dapat dijumpai fotofobia dan pengurangan kilau kornea.
Peningkatan tekanan intraokular adalah tanda kardinal.
Pencekungan diskus optikus akibat glaukoma merupakan
kelainan yang terjadi relatif dini dan terpenting. Temuan-
temuan lanjut adalah peningkatan garis tengah, edema epitel,
robekan membran Descemet, dan peningkatan kedalaman
kamera anterior serta edema dan kekeruhan lensa.
13
spesifik diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).
Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan
permanen fungsi trabekula, sinekia anterior perifer, dan
kadang-kadang neovaskularisasi sudut, yang semuanya
meningkatkan glaukoma sekunder.
o Glaukoma absolut. 15
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma
(terbuka/tertutup) dimana sudah terjadi kebutaan total, akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.1
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata
dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering dengan mata
buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada
iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik.
Vaughan dan Asbury mengklasifikasikan glaukoma
menurut dua hal, yaitu etiologi dan mekanisme peningkatan
IOP.
d. FAKTOR RESIKO
Secara umum, Glaukoma belum diketahui secara pasti
penyebabnya tetapi ada korelasi yang jelas dengan
peningkatan tekanan mata pada sebagian besar kasus POAG.
Selain itu ada beberapa factor resiko yang mempengaruhi
terjadinya glaucoma, yaitu: 8,9
Usia: Resiko terjadinya glaucoma meningkat seiring
bertambahnya usia seseorang. Glaukoma dapat
diperkirakan terkait dengan penyakit-penyakit yang
14
terkait usia seperti degenerasi macula dan penyakit
vascular.
Jenis Kelamin: Dalam studi Pengobatan Hipertensi
Okular (OHT), Jenis kelamin laki-laki ditemukan
dengan analisis univariate menjadi prediktor yang
berguna untuk timbulnya glaucoma sudut terbuka
primer
Genetik dan Riwayat Keluarga: Dalam hal genetika
dan riwayat keluarga juga mempunyai pengaruh
dengan terjadinya glaukoma pada seseorang namun
lebih dari 50% kasus tidak dapat diandalkan
terdiagnosis glaukoma berdasarkan riwayat keluarga
karena biasanya terbatas pada pengetahuan tentang
riwayat keluarga dan meskipun sering terjadi pasien
tidak menyadari anggota keluarganya yang telah
didiagnosa dengan glaukoma.
Ras: Pada populasi kulit hitam Amerika menjadi enam
kali lebih tinggi dibandingkan dengan kulit putih.
Miopia: Miopia telah ditemukan menjadi faktor resiko
yang signifikan terjadinya glaukoma. Resiko
pengembangan dan progresif glaucoma meningkat
seiring dengan derajat miopia
Hipertensi sistemik: Hipertensi sistemik vasospasme
dan hipotensi akut telah diusulkan sebagai factor
resiko untuk glaucoma dalam studi berbasis klinik.
Beberapa studi telah melaporkan hubungan antara
tekanan diastolic yang rendah, tekanan perfui ocular
yang lebih rendah dengan prevalensi yang lebih
tinggi dan kejadian glaukoma
Diabetes Mellitus.
15
BAB III
GLAUKOMA FAKOLITIK
A. Defenisi
Glaukoma fakolitik adalah glaukoma inflamatorik yang
disebabkan oleh kebocoran protein lensa melalui kapsul lensa
katarak matur atau hipermatur. Glaukoma fakolitik merupakan
glaukoma sekunder dengan sudut tertutup.10
B. Etiologi
1. Katarak matur (seluruhnya opak)
2. Katarak hipermatur (korteks cair/morgagnian dan nukleus
yang mengambang bebas)
3. Likuefeksi fokal katarak imatur (jarang)
4. Dislokasi lensa yang katarak di vitreus
C. Patogenesis
Berbeda dengan beberapa bentuk glaukoma yang diinduksi
lensa (misalnya: glaukoma partikel lensa, glaukoma
fakoanafilaktik), glaukoma fakolitik terjadi pada lensa katarak
dengan kapsul lensa utuh. Bukti yang tersedia mengimplikasikan
obstruksi trabekular langsung oleh protein lensa, terbebas dari
cacat mikroskopis dalam kapsul lensa yang utuh secara klinis. 4,11
Apabila usia semakin meningkat, komposisi protein dalam
lensa berubah, terjadi peningkatan konsentrasi protein high
16
molecular weight. Katarak hipermatur merupakan stadium lanjut
dari katarak senilis. Pada katarak matur atau hipermatur, terjadi
pencairan korteks lensa dan pengerutan kapsul lensa, dan bilik
mata depan menjadi dalam. Pada keadaan ini dapat terjadi
kebocoran material korteks ke luar kapsul melalui lubang
mikroskopik pada kapsul lensa. Kebocoran ini sering disertai pada
awalnya dengan rasa nyeri dan inflamasi segmen anterior. Jaringan
trabekulum akan tersumbat oleh sel-sel makrofag dan protein lensa.
Protein berat molekul tinggi tidak dijumpai pada bayi dan anak-
anak, yang kemungkinan dapat menjelaskan tidak adanya
glaukoma fakolitik pada pasien muda dengan katarak.6,11
Protein mencetuskan glaukoma sekunder karena protein lensa
ini, makrofag fagosit, dan debris inflamatorik lainnya yang
menyumbat anyaman trabekular sehingga terjadi penurunan
drainase humor akuos yang menyebabkan peningkatan TIO.
Peningkatan TIO ini mendahului kelainan diskus optikus dan
lapangan pandang selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Karena terjadinya peningkatan TIO, tekanan akan menekan serat
saraf dari nervus optikus yang berfungsi mengahantarkan
gambaran ke otak. Selain itu, peningkatan tekanan ini akan
mengurangi suplai darah ke nervus optikus yang berarti suplai
oksigen dan nutrisi juga berkurang. Bila hal tersebut berlangsung
lama, maka akan menyebabkan kerusakan nervus optikus yang
ireversibel dan kebutaan. Obat untuk mengkontrol tekanan
intraokular (TIO) harus digunakan dan ekstraksi katarak harus
dilakukan. 4,11
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis glaukoma fakolitik biasanya terjadi pada
orang tua dengan riwayat penglihatan kabur secara perlahan selama
17
beberapa bulan atau tahun sebelum timbulnya onset akut nyeri
yang tiba-tiba, hiperemia konjungtiva, dan penurunan visus lebih
lanjut. Persepsi cahaya menjadi tidak akurat karena kepadatan
katarak. Rasa sakit mengenai sekitar mata dan bisa pada daerah
belakang kepala. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala
gastrointestinal berupa mual dan muntah, kadang-kadang dapat
mengaburkan gejala glaukoma akut. 6,12
E. Diagnosis
o Anamnesis: Menanyakan yang berhubungan dengan faktor-
faktor resiko yang dapat menyebabkan glaucoma
o Pemeriksaan klinis pada glauoma:
Gonioskopi
Suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui sudut
drainase mata. Tes ini penting untuk menentukan apakah
sudut terbuka, tertutup, atau sempit dan menyingkirkan
penyebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Pada glaukoma fakolitik, hasilnya normal di
mana sudut bilik mata depan terbuka. 11, 12
Tonometri
Tonometri adalah alat untuk mengukur TIO.
Tonometri yang sering digunakan adalah tonometri Goldman
yang digunakan bersamaan slitlamp. Tonometri jenis ini
mengukur daya yang dibutuhkan untuk meratakan satu
daerah di kornea. Oleh itu, ketebalan kornea mempengaruhi
akurasi pengukuran. TIO diukur karena hampir pada semua
kasus glaukoma, akan terjadi peningkatan TIO. TIO yang
normal adalah dari 10 – 21 mmHg. Nilai dianggap abnormal
apabila 22-25 mmHg dan dianggap patologik di atas 25
18
mmHg. Pemeriksaan pada glaukoma fakolitik menunjukkan
peningkatan TIO yang bermakna. 11,12
19
Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan pada glaukoma fakolitik menunjukkan
edema kornea mikrositik dan sel yang prominen dan
reaksi flare tanpa keratic precipitates, (KP). Kurangnya
KP membantu membedakan glaukoma fakolitik dari
glaukoma fakoantigenik. 11
20
Gambar 7. Karakteristik tampilan katarak
hipermatur dengan wrinkling kapsul anterior lensa, yang
diakibatkan oleh hilangnya volume kortikal. Sinekia
posterior ekstensif dijumpai, yang mengkonfirmasi adanya
inflamasi sebelumnya. 11
21
Pembesaran cup secara fokal
Pendarahan splinter superfisial, kehilangan lapisan
serabut saraf
Tembus pandang neuroretinal rim
Perkembangan pembuluh darah menyilang
Asimetri cup antara kedua mata
Atrofi peripapil
22
Pemeriksaan Histologis
Pemeriksaan pada pasien dengan glaukoma fakolitik
menunjukkan adanya peningkatan TIO yang berat, edema
kornea, injeksi siliaris, sudut terbuka, dan heavy cell dan
flare. Sel tampak lebih besar dibandingkan dengan sel darah
putih dan agak iridescent. Sel dapat terpresipitasi pada
endotel kornea, tetapi tidak dijumpai keratic precipitates
atau hipopion sejati yang dijumpai. 6
23
kumpulan protein lensa tak terlarut. Ketajaman visual
berkurang pada kondisi ini, kadang-kadang dengan tingkat
persepsi cahaya yang tidak akurat. Lensa memiliki katarak
matur, hipermatur, atau bahkan katarak Morgagni. Pada
keadaan yang jarang penyakit ini disebabkan oleh katarak
imatur dengan zona likuefaksi korteks.
F. Diagnosis Banding
1. Glaukoma primer akut sudut tertutup didapati lensa jernih,
bilik mata depan tertutup.
2. Glaukoma partikel lensa
3. Glaukoma neovaskular dijumpai neovaskularisasi pada iris.
24
4. Glaukoma fakomorfik dijumpai katarak imatur atau matur
dengan sudut bilik mata depan tertutup.
5. Glaukoma uveitik ditemukan sinekia posterior total, iris
bombans, sudut tertutup atau dapat juga berupa miosis dengan
sudut terbuka.
G. Penatalaksaan.
H. Medikamentosa.
Tujuan farmakoterapi medikamentosa adalah untuk
menurunkan morbiditas dan untuk mencegah komplikasi. Ada dua
mekanisme utama untuk menurunkan tekanan mata: 1) Penurunan
jumlah humor akuos yang masuk ke mata, yaitu mengurangi
produksi air, dan 2) meningkatkan jumlah pengeluaran air mata
dengan meningkatkan outflow. Beberapa obat menurunkan
produksi humor akuos sedangkan yang lain meningkatkan arus
keluar. Humor akuos mengalir keluar dari mata menggunakan dua
jalur: yang pertama sensitif terhadap tekanan bola mata (jalur
meshwork trabecular) dan yang kedua bekerja secara independen
dari tekanan mata (jalur uveoscleral).5
Dari semua pilihan yang tersedia, sebuah pendekatan awal
masuk akal adalah dengan memilih eyedrop yang akan dapat
menurunkan tekanan mata serendah dan relatif aman pada pasien.
Pemilihan awal tergantung oleh karakteristik pasien dan terkait
kondisi medis. Pedoman pokok adalah untuk menghindari masalah
efek samping dengan tetap menjaga kenyamanan dan penggunaan
sekali dalam sehari untuk memaksimalkan kepatuhan. Kemudian,
setiap pasien harus dipantau secara rutin untuk memastikan bahwa
TIO dipertahankan pada tingkat yang cukup rendah untuk
25
mencegah perkembangan glaucoma. Jika perlu menurunkan
tekanan mata tambahan maka yang terbaik adalah dengan
menambahkan eyedrop dengan mekanisme aksi yang berbeda
dibandingkan dengan obat awal. .5
26
bagus daripada selektif beta blockers. Non selektif beta bloker
menurunkan tekanan mata sebesar 4-6 mm Hg (20-35%), dan
selektif beta bloker menurunkan tekanan mata oleh 3-4 mm Hg (15
-25%).6
Salah satu mekanisme non selektif beta bloker adalah efek
antagonis saluran kalsium. Penggunaan selektif beta bloker telah
dilaporkan memiliki efek yang lebih baik di bidang pelestarian
visual daripada non selektif beta bloker. Hal ini berkaitan dengan
efek neuroprotektan pada non selektif beta bloker. 6
Beta bloker dapat menyebabkan bronkospasme dan dengan
demikian dapat memperburuk asma dan penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK). Mungkin bermanfaat untuk menghindari beta
bloker pada pasien yang merokok dan pada pasien dengan riwayat
gangguan bronchospastic (beta blocker selektif masih dapat
digunakan). Beta bloker harus digunakan dengan hati-hati pada
penderita diabetes karena mereka mungkin masking effect
hipoglikemia, bradycardia merupakan efek samping potensial.
Karena kontraktilitas miokard berkurang, agen ini dapat
memperburuk gagal jantung kongestif. Agen ini harus digunakan
dengan hati-hati dalam setiap pasien dengan penyakit jantung.
Baru-baru ini laporan menunjukkan bahwa beta-blocking agen
berhubungan dengan hipotensi malam hari, yang dapat menjadi
faktor risiko perkembangan kerusakan saraf optik glaucomatous.
Setelah penggunaan jangka panjang, depresi, perubahan mood,
kehilangan memori, halusinasi, penurunan libido, dan impotensi
semua bisa terjadi. Sebuah cara yang mudah dan efektif untuk
mengurangi efek samping sistemik timoptic adalah melakukan
oklusi nasolacrimal setelah aplikasi topikal. 6
27
Carbonic anhydrase adalah enzim yang dapat ditemukan di
berbagai jaringan tubuh termasuk mata. Katalisa suatu reaksi
reversibel dimana karbon dioksida menjadi terhidrasi dan carbonic
acid menjadi dehidrasi. Dengan memperlambat ion bikarbonat
dengan menurunkan sodium dan transport cairan, hal ini dapat
menghambat carbonic anhydrase pada proses siliaris di mata.
Efeknya adalah menurunnya sekresi humor akuos dan menurunkan
TIO.4
Obat ini menurunkan tekanan intraokular dengan mengurangi
pembentukan humor akuos. Meskipun sedikit kurang efektif
daripada beta-blocker, agen ini biasanya ditoleransi dengan baik.
Jika digunakan sebagai monoterapi, obat ini memerlukan dosis tiga
kali sehari, tapi dua kali sehari dosis biasanya efektif ketika
digunakan sebagai pengobatan tambahan. Ini adalah obat sulfa jadi
pasien yang alergi terhadap sulfonamides tidak boleh
menggunakan. Efek samping serious jarang terjadi, tetapi batu
ginjal, dekompensasi kornea, hypotony, dan detasemen choroidal
telah dilaporkan pada pasien dengan menggunakan inhibitor
karbonat anhydrase topikal.3
c. Acetazolamide
Dapat menghambat enzim carbonic anhydrase menurunkan
jumlah formasi pembentukan humor akuos yang dapat menurunkan
TIO. Dosis pada dewasa adalah 250 – 500 mg iv / im yang diulang
setiap 2 – 4 jam sampai maksimal 1 gram / hari. Dosis pada anak
adalah 8 – 30 mg / kgBB / hari iv / im dan terbagi dalam 3 dosis
yang diberikan setiap 8 jam.4
Efek samping dari penggunaan obat ini adaah munculnya reaksi
hipersensitivitas, gangguan hari, gangguan ginjal yang berat,
insufisiensi adrenokortikalm dan obstruksi paru.4
28
2. Fasilitasi Aliran Keluar Aquous Humour
a. Prostaglandin Analog
Prostaglandin analog merupakan obat-obat lini pertama atau
tambahan yang efektif. Semua prostaglandin analog dapat
menimbulkan hiperemia konjungtiva, hiperpigmentasi kulit
preorbita, pertumbuhan bulu mata, dan penggelapan iris yang
permanen.4
Prostaglandin analog ini seperti obat tekanan intraokuler lebih
rendah dengan meningkatkan aliran air uveoscleral humor. Obat ini
sangat efektif dalam mengurangi tekanan mata dan memiliki
keunggulan hanya membutuhkan penggunaan sekali dalam sehari.
Analog prostaglandin lebih rendah TIO hingga 50% dan 6-8 mm
Hg rata-rata. Analog prostaglandin ini tampaknya lebih efektif
dalam mata dengan iris berwarna gelap.6
Penggunaan prostaglandin analog telah dilaporkan
berhubungan dengan eksaserbasi uveitis dan edema makula
cystoid. Diperhatikan beberapa kemampuan agen ini menyebabkan
perubahan warna iris permanen. Biru atau hijau iris warna dapat
menjadi kecoklatan. Para agen juga harus dihindari pada wanita
hamil karena potensi prostaglandin untuk menginduksi persalinan. 6
b. Obat Parasimpatomimetik
Obat ini meningkatkan aliran keluar humor akuos dengan
bekerja pada trabekular meshwork melalui kontraksi otot siliaris.
Pilocarpine jarang digunakan sejak ditemukannya analog
prostaglandin, tapi dapat bermanfaat pada sejumlah pasien. Obat-
obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai penglihatan
suram, terutama pada pasien katarak, dan spasme akomodatif yang
29
mungkin menganggu pada pasien usia muda. Ablasio retina
merupakan tindakan yang jarang tapi serius.4
c. Epinephrine
Dapat meningkatkan aliran keluar aqueous humor dan sedikit
banyak disertai penurunan pembentukan aqueous humor. Terdapat
sejumlah efek samping ocular eksternal termasuk reflex
vasodilatasi konjungtiva, endapan adrenokrom, konjungtivitis
folikularm dan reaksi alergi.4
Tindakan Operatif
Pengobatan pada glaukoma fakolitik pada prinsipnya adalah
menurunkan tekanan intraokuler dengan cepat, dengan
menggunakan agen penurun TIO baik sediaan sistemik maupun
topikal. Steroid topikal selain untuk mengurangi proses inflamasi,
30
dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan dapat menurunkan
tekanan intraokuler. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan obat-
obat siklopegik. Terapi kausatif pada glaukoma fakolitik adalah
menurunkan TIO dengan cara menghilangkan penyebabnya yaitu
katarak.4,11
Katarak dapat dihilangkan dengan tindakan bedah berupa
extracapsular cataract extraction (ECCE) serta dilakukan
pemasangan lensa tanam untuk mendapatkan visus yang lebih baik.
Bila glaukoma fakolitik terjadi akibat dislokasi lensa ke dalam
rongga vitreous, maka tindakan bedah yang dilakukan adalah pars
plana vitrectomy dengan pemindahan lensa dari dalam rongga
vitreous. 4,11
Tindakan ekstraksi katarak untuk glaukoma fakolitik 13
a. Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK) / Intracapsular
cataract extraction (ICCE)
b. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK) / Extracapsular
cataract extraction (ECCE)
c. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
d. Fakoemulsifikasi
Apapun teknik operasi yang digunakan saat melakukan
ekstraksi katarak pada penderita glaukoma fakolitik, hal penting
yang harus dilakukan adalah irigasi yang adekuat untuk
mengeluarkan semua material lensa yang berada di bilik mata
depan sehingga peningkatan tekanan intraokuler setelah operasi
dapat dihindari.7
Sebelum pembedahan, TIO dan inflamasi harus dikurangi
dengan terapi medis, termasuk agen hiperosmosis, agen adrenergik
topikal, carbonic anhidrase inhibitor, obat sikloplegik, dan
kortikosteroid topikal. Bila TIO sudah turun 30 mmHg, dapat
dilakukan pembedahan ekstraksi katarak. Pemeriksaan
31
mikroskopik lensa yang diekstraksi menunjukkan karakteristik
kristal kalsium oksalat.2,6
Karena kapsul lensa cukup rapuh, iridektomi sektoral dan
α-kimotripsin dapat digunakan. Jika kapsul ruptur selama
pembedahan, ruang anterior harus diirigasi untuk mengeluarkan
protein sisa. Pada pasien dengan kondisi ini, ahli bedah
menggunakan ekstraksi katarak ekstrakapsular yang memberikan
hasil yang baik.11
Karena kerapuhan zonula dan kapsul heksis kapsul anterior
dapat dilakukan dengan Vannas scissors atau beberapa peralatan
lainnya yang meminimalisasi stress zonula dan kapsul. Pengeluaran
lensa dan aspirasi korteks lensa juga dilakukan dengan teknik yang
lebih rumit. Pada kasus-kasus yang berhasil, penempatan lensa
introkular ruang posterior dapat dilakukan dan memberikan hasil
yang baik. 11
Jika glaukoma fakolitik disebabkan oleh dislokasi lensa,
lensa sebaiknya dikeluarkan dengan instrumen vitrektomi. Kadang-
kadang lensa yang terdislokasi dapat terapung di ruang anterior
dengan irigasi cairan dan kemudian dikeluarkan melalui insisi
limbus. 11
Pada situasi yang jarang di mana glaukoma fakolitik
disebabkan oleh katarak imatur dan mata memiliki penglihatan
yang masih baik, terapi dilakukan dengan mengontrol TIO dan
inflamasi dengan obat-obatan. Jika gagal, lensa harus dikeluarkan.
11
32
glaukoma primer. Pengobatan terhadap glaukoma adalah dengan
cara medikamentosa dan operasi.4,11
I.Komplikasi
Pasien dapat kehilangan penglihatannya karena kerusakan
nervus optikus sebagai akibat dari tekanan intraokuli yang terlalu
tinggi, bila tidak diobati dan/ atau terjadi edema kornea yang
persisten. Komplikasi operasi, seperti perdarahan suprakoroid,
hyperem kapsular dengan hilangnya material lensa ke dalam
segmen posterior, luka di kornea, dan terjadi hyperemia vitreus.14
J.Prognosis
Prognosis glaukoma fakolitik baik, dimana kebanyakan pasien
dilaporkan mengalami kemajuan visus setelah ekstraksi katarak
dan implantasi lensa intraokuler, namun demikian pengobatan yang
terlambat dapat menyebabkan visus tidak mengalami kemajuan.
Sebagian besar pasien dengan hyperemi fakolitik memiliki
ketajaman visual yang baik pasca operasi dengan hyperemi remisi
total.14
Jika tidak diterapi, pasien dengan hyperemi akan menderita
kebutaan. Gangguan penglihatan yang sudah terjadi tidak dapat
dihilangkan. Oleh karena itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah
berusaha mempertahankan tekanan intraokuler dalam batas normal,
baik dengan penggunaan obat-obatan ataupun tindakan
pembedahan yang merupakan jalan terakhir untuk
mempertahankan bagian nervus optikus yang masih intak.4,11
33
BAB IV
KESIMPULAN
34
Penalaksanaan pada glaucoma dapat diberika medikamentosa
dengan tujuan adalah untuk menurunkan morbiditas dan untuk
mencegah komplikasi dan juga dengan operatif.
TINJAUAN PUSTAKA
35
10. Yi, K. 2017. Phacolytic Glaucoma. Available from꞉
http://emedicine.medscape.com/article/1204814-overview#showall
11. American Academy of Opthalmology. Glaucoma, Basic and
Clinical Sciences Course, Section 10, 2011 – 2012. Hal : 33-
42,108-110
12. Nurfifi A. 2018. RS Mata YAP. Diagnosis dan Penanganan
Glaukoma. Online, http://www.rsmyap.com diakses Oktober 2019.
13. Bell Jerald A. 2014. Primary Open-Angle Glaucoma. Online,
http://emedicine.medscape.com/article/1206147-overview diakses
pada Oktober 2019
14. Harpreet G. 2016. Glaucoma, Phacomorphic. Online
http://www.emedicine.medscape.com diakses Oktober 2019.
15. Ghanem AA, El-Kannishy AM, El-Wehidy AS, El-Agamy AF.
Intravitreal Bevacizumab (Avastin) as an Adjuvant Treatment in
Cases of Neovascular Glaucoma. 2009.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2813584/
36