You are on page 1of 46

PROGRAM KERJA PTK

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK


DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG
KURANGNYA MINAT BACA ANAK PADA SISWA KELAS VII1
SLB MUTIARA BUNDA TAHUN AJARAN 2022-2023

Oleh :

SOFIANI DEWI,S.Pd.

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


SLB MUTIARA BUNDA KABUPATEN CIREBON
2022-2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kurangnya kegemaran membaca saat ini terjadi dikalangan

remaja. Rendahnya minat baca dikalangan siswa ini terjadi khususnya

pada siswa kelas VIII SLB Mutiara Bunda Kab, cirebon. Berdasarkan

observasi yang saya lakukan di SLB Mutiara Bunda, membuktikan

bahwa minat baca siswa masih sangat rendah khususnya kelas VIII. Hal

ini terbukti dari data kunjungan perpustakaan yang menyatakan bahwa

jumlah kunjungan perpustakaan paling sedikit adalah kelas VIIl.

Meskipun hampir di setiap sekolah memiliki perpustakaan,

namun selama ini perpustakaan hanya dianggap sebagai tempat

menyimpan buku. Seperti halnya pada Perpustakaan yang berada di

SLB Mutiara Bunda Kab. Cirebon ini, hanya sedikit pelajar yang

memiliki kesadaran untuk berkunjung ke perpustakaan pada saat waktu

luang. Sebagian besarnya menggunakan waktu luang untuk sekedar

mengobrol kanan- kiri, kalaupun ada yang berkunjung ke perpustakaan

itu hanya pada saat tertentu saja, misalnya pada saat ada tugas dari para

guru. Ada juga para siswa yang berkunjung ke perpustakaan hanya

untuk membaca cerita roman, para siswa tidak memiliki kesadaran akan

arti penting membaca.

Disamping itu, siswa menganggap membaca adalah hal yang

membosankan, padahal dengan membaca cakrawala intelektual kita

bisa terbuka dan menjadikan kita lebih tanggap akan lingkungan sekitar.

2
Mengingat pentingnya membaca dalam kehidupan sehari-hari

khususnya bagi pelajar, maka tingginya minat baca bagi para pelajar

wajib dipupuk karena amat menentukan prestasi seorang pelajar.

Bagaimana prestasi belajar siswa akan tinggi jika para siswa enggan

membaca baik buku–buku yang berhubungan dengan pelajaran ataupun

buku–buku lainnya yang menunjang.

Kesimpulan dari beberapa wawancara yang saya lakukan terhadap

siswa kelas VIIl SLB Mutiara Bunda Kab. Cirebon ......................,

kurangnya kegemaran membaca di kalangan siswa ini terjadi karena

siswa sudah terbiasa memperoleh informasi instan dari siaran TV dan

media elektronik lainnya. Pengaruh budaya mendengar, menonton, dan

media elektronik yang berkembang pesat membuat siswa tidak terbiasa

mengisi waktu luang dengan membaca buku, sebaliknya tahan berlama-

lama nonton televisi.

Melihat kondisi ini peneliti sadar bahwa Sistem pembelajaran di

Indonesia belum bisa membuat pelajar atau mahasiswa harus membaca

buku, mencari, dan menentukan informasi lebih dari sumber yang

diajarkan di sekolah. Kurang tersedianya buku-buku yang berkualitas

dengan harga yang terjangkau juga menjadi faktor penyebab rendahnya

minat baca.

Hal itu diperparah dengan minimnya perpustakaan di tempat-

tempat umum yang mudah dijangkau. Juga kurang memadainya

koleksi, fasilitas, dan pelayanan yang ada. Termasuk, tidak meratanya

penerbitan dan distribusi buku ke berbagai daerah.

3
Oleh sebab itu sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa

tentang Kurangnya Minat Baca Anak, peneliti menerapkan metode

diskusi kelompok pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dengan

harapan penerapan metode diskusi kelompok dapat membuat siswa

untuk selalu berpikir kritis dan terarah dalam memecahkan suatu

masalah. Sedangkan bagi guru sendiri, penerapan metode diskusi

kelompok akan memotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam

menyiapkan diskusi, membimbing diskusi, dan menyimpulkan hasil

diskusi. Sehingga ketika pembelajaran berakhir, siswa benar-benar

memperoleh pemahaman yang bermakna.

Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Diskusi

Kelompok Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang

Kurangnya Minat Baca Anak Pada Siswa Kelas VIII SLB Mutira

Bunda Kab. Cirebon. Tahun Ajaran 2022/2023”

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan metode pembelajaran diskusi kelompok

dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang Kurangnya Minat Baca

Anak pada siswa Kelas VIII SLB Mutiara Bunda Kab, Cirebon..

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan

pemahaman siswa Tentang Kurangnya Minat Baca Anak pada siswa

Kelas VIIl SLB Mutira Bunda Kab, Cirebon.

4
1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat

bagi :

1.4.1. Siswa

Siswa akan menyadari pentingnya membaca.

1.4.2. Guru

Guru dapat melakukan inovasi dalam melaksanakan

pembelajaran dikelasnya agar selalu ada peningkatan kualitas

pembelajarannya. Selain itu, guru bisa mengukur prestasi siswa

dikelasnya sesuai dengan materi yang disampaikan di sekolah.

1.4.3. Sekolah

Bagi pihak sekolah penelitian ini akan menjadi salah satu

sumber refrensi tentang metode pembelajaran diskusi kelompok

pada mapel Bahasa Indonesia.

1.5. Pembatasan Masalah

Batasan penelitian dalam PTK yang berjudul “Penerapan Metode

Pembelajaran Diskusi Kelompok Dalam Meningkatkan Pemahaman

Siswa Tentang Kurangnya Minat Baca Anak Pada Siswa Kelas VIIl

SLB Mutiara Bunda Tahun Ajaran 2021/2022” ini adalah:

1. Penerapan Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok

2. Pemahaman Siswa Tentang Kurangnya Minat Baca Anak

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. METODE DISKUSI KELOMPOK

2.1.1. Pengertian Metode Diskusi Kelompok

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam

proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi

pembelajaran dari seorang guru kepada siswa dalam rangka

pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam definisi tersebut

terkandung makna bahwa dalam penerapannya ada kegiatan

memilih, menetapkan, menggunakan dan mengembangkan

metode yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Sedangkan diskusi adalah kata yang berasal dari bahasa

Latin yaitu “discussus” yang mempunyai arti memeriksa dan

menyelidiki. Dalam pengertian umum diskusi adalah suatu proses

yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara

varbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran 

yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar infomasi,

mempertahankan pendapat dan memacahkan masalah. Dalam

proses belajar mengajar dalam pendidikan, diskusi adalah suatu

cara penyajian/ penyampaian bahan peserta didikan yang

semuanya itu diserahkan kepada peserta didik/kelompok-

kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah

guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau

menyusun  berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

6
Sedangkan yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah

sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok yang setiap

masing-masing kelompok yang ditentukan mendapat tanggung

jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/ masalah/ judul

pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru dan mereka

selanjutnya akan membuat kesimpulan atau catatan kecil yang

berisikan tuangan pikiran atau pendapat dari kelompok tersebut,

dan itu menjadi tugas sekretaris kelompok kemudian diserahkan

oleh ketua kelompoknya kepada guru/dosen yang bersangkutan.

Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta

didik, dimana kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi

yang tidak terstruktur hingga kepada kegiataan yang terstruktur

dimana guru dapat bertindak keras dan otokratis. Dan persoalan

dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan mata

pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja

keras, bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan

mengajukan pendapat dan argumentasi yang tepat.

Apabila beberapa pengertian di atas digabungkan, maka

akan memberikan suatu kesimpulan umum bagi pengertian

metode diskusi kelompok, yakni cara yang digunakan dalam

proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi

pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama

memberikan argumentasi dan ide-ide dalam kelompok-kelompok

kecil atau kelompok besar secara kolaboratif dengan struktur

7
kelompok yang hiterogen dan memiliki kemampuan yang

berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan teman

sejawat (peserta didik lain) sebagai rekan dalam memecahkan

masalah atau mendiskusikan materi-materi yang telah ditentukan

kepada kelompok-kelompok tersebut, dan mereka dapat saling

membantu dan tukar menukar pendapat dan ide yang pada

akhirnya dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam

belajar, dan dalam sistem ini guru sebagai fasilitator dan pengarah

efektifitas pembelajaran.

Dalam berdiskusi tidak semua persoalan patut didiskusikan,

persoalan yang patut didiskusikan kehendaknya memiliki syarat-

syarat sebagai berikut:

1. Menarik perhatian peserta didik

2. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

3. Memiliki lebih dan satu kemungkinan pemecahan atau

jawaban, bukan kebenaran lunggal, dan

4. Pada umumnya tidak mencari mana jawaban yang benar,

melainkan menggunakan pertimbangan dan perbandingan.

Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok

dan diperlukan apabila kita (guru) hendak:

1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh

para peserta didik.

8
2. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk

menyalurkan kemampuannya masing-masing.

3. Memperoleh umpan balik dan para peserta didik tentang

apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai.

4. Membantu para peserta didik belajar berpikir teoritis dan

praktik lewat berbagai mata peserta didikan dan kegiatan

sekolah.

5. Membantu para peserta didik belajar menilai kemampuan dan

peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).

6. Membantu para peserta didik menyadari dan mampu

merumuskan berbagai masalah yang dilihat baik dan

pengalaman sendiri maupun dalam peserta didikan sekolah.

7. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan

atau debat biasa, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang

memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam.

Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat penting dalam

rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi.

Metode ini merupakan bentuk belajar mengajar dimana

terjadi interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan

siswa lain. Diskusi dapat digunakan dengan cara kelompok kelas

atau seluruh kelas. Diskusi kelompok akan lebih bermanfaat bagi

para setiap kelompok bila melaporkan kegiatannya kepada kelas

9
secara keseluruhan. Laporan ini dapat bermanfaat bagi para siswa,

sebab mereka dapat saling mengetahui setiap kelompok, mungkin

hasilnya sama tetapi lewat penyampaian yang berbeda, ini berarti

pengalaman belajar siswa bertambah.

Syarat-syarat Metode Diskusi kelompok adalah sebagai berikut :

1. Pendidik menguasai masalah yang didiskusikan secara utuh

2. Pokok-pokok masalah yang didiskusikan agar dipersiapkan

lebih awal.

3. Memberikan kesempatan secara bebas kepada peserta didik

untuk mengajukan  pikiran, pendapat atau kritikannya

4. Masalah yang didiskusikan diusahakan agar tetap pada

pokoknya.

2.1.2. Langkah-langkah Penggunaan Metode Diskusi

Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif,

maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

A. Langkah Persiapan

1.)    Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan

yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan

yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap

peserta didik sebagai peserta diskusi. Tujuan yang

jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam

pelaksanaan.

2.)    Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

10
3.)    Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah

dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau

masalah-masalah yang aktual yang terjadi di

lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan

materi peserta didikan sesuai dengan bidang studi

yang diajarkan.

4.)    Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan

dengan teknis pelaksanaan diskusi.

B. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan diskusi adalah:

1.)   Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat

mempengaruhi kelancaran diskusi

2.)    Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi,

misalnya menyajikan tujuan yang ingin

3.)     dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis

diskusi yang akan dilaksanakan

4.)    Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang

telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah

memperhatikan suasana atau iklim belajar yang

menyenangkan

5.)    Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap

peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-

idenya

11
6.)    Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan

yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa

pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi

melebar dan tidak fokus.

C. Menutup Diskusi

Akhir dan proses pembelajaran dengan menggunakan

metode diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sehagai berikut:

1.)    Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan

sesuai dengan hasil diskusi

2.)    Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat

dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk

perbaikan selanjutnya.

2.1.3. Kekuatan dan Kelemhan Metode Diskusi Kelompok

Kekuatan dari metode diskusi kelompok:

(a) Siswa terlibat aktif dalam proses belajar.

(b) Siswa berkesempatan berlatih berani mengemukakan

pendapat di depan umum secara sistematis, mendengarkan

dan menanti giliran secara tertib serta pendapat orang lain

secara kritis.

Kelemahan dari metode diskusi kelompok:

(a) Siswa yang pandai akan mendominasi kelasnya dan siswa

yang lemah menjadi pasif.

(b) Jika dalam kelompok tidak ada yang pandai, maka

pelaksanaan diskusi menjadi tidak efektif.

12
(c) Jika topik matematika selalu didiskusikan, maka akan

memakan waktu yang panjang.

2.1.4. Macam-Macam Diskusi

1. Diskusi Informal

Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya

terdiri dari peserta didik yang jumlahnya sedikit. Peraturan-

peraturannya agak longgar. Dalam diskusi informal ini hanya

seorang yang menjadi pimpinan, tidak ada pembantu-pembantu,

sedangkan yang lain-lainya hanya sebagai anggota diskusi.

2. Diskusi Formal

Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba

diatur dan pimpinan sampai dengan anggota kelompok. Diskusi

dipimpin oleh seorang guru atau seorang peserta didik yang

dianggap cakap. Karena semua talah diatur, maka para anggota

diskusi tidak dapat begitu saja berbicara. (berbicara spontan),

semua harus diatur melalui aturan yang dipegang oleh pimpinan

diskusi, diantaranya ialah:

1)      Adanya partisipasi peserta didik yang terarah terhadap

peserta didik tersebut.

2)      Peserta didik harus berpikir secara kritis, tidak sembarang

bicara.

3)      Peserta didik meningkatkan keberanian.

13
Kelemahannya antara lain:

1)      Banyak waktu yang terbuang

2)     Diskusi kebanyakan berlangsung di antara peserta didik

yang pandai-pandai saja.

3. Diskusi panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang

dilakukan oleh beberapa orang panulis yang biasanya terdiri dan

4-5 orang.

Diskusi juga dapat diikuti oleh banyak peserta didik

sebagai peserta, yang dibagi menjadi peserta aktif dan peserta

tidak aktif. Peserta aktif yaitu langsung mengadakan diskusi,

sedangkan peserta didik aktif adalah sebagai pendengar.

4. Diskusi simposium

Diskusi simposium adalah metode mengajar dengan

membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut

pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk

memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik. Setelah

para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang

dibahas, maka simposium diakhir dengan pembacaan kesimpulan

hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam

simposium, masalah-masalah yang akan dibicarakan diantarkan

oleh seorang atau lebih pembicara dan disebut pemrasaran.

Pemrasaran boleh berpendapat berbeda-beda terhadap suatu

14
masalah, sedangkan peserta boleh rnengeluarkan pendapat

menanggapi yang telah dikemukakan oleh pemrasaran.

Dalam buku Civic Education digambarkan  beberapa model

rancangan tata kelas yang memakai metode diskusi: 

1)      Model lingkaran

Pada model ini para peserta didik hanya duduk dalam

sebuah lingkaran tanpa meja untuk interaksi berhadap-

hadapan secara langsung. Model lingakaran ideal dapat juga

digunakan untuk diskusi kelompok penuh.

2)      Model Konferensi

Model ini dirancang untuk mengurangi dominasi peran

pengajar dan menambah peran aktif peserta didik. Susunan

ini dapat membentuk perasaan formal dan sebagai

narasumber jika dosen/guru berada berada di ujung meja.

Namun jika duduk di tengah-tengah sisi yang luas dan

membaur diantara peserta didik, maka keberadaannya sebagai

fasilitator yang mendorong dan memberdayakan potensi

peserta didik. Adapun rancangan tata ruang kelas model

konferensi adalah sebagai berikut:

3)      Model Corak Tim

Model ini dirancang untuk memudahkan dalam

interaksi dan komunikasi pembelajaran yang partisipatif.

Adapun rancangan tata ruang kelas model corak tim adalah

sebagai berikut

15
2.2 TINJAUAN TENTANG PEMAHAMAN

2.2.1 Pengertian Pemahaman

Pemahaman ini berasal dari kata ”Faham” yang memiliki

1
arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. Disini ada

pengertian tentang pemahaman yaitu: kemampuan memahami

arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan , menjelaskan

atau meringkas aatau merangkum suatu pengertian kemampuan

2
macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman juga

merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa

kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang

dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau

memperhubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. Dan

pemahaman ini dapat dibagi 3 kategori yaitu:

Tingkat Rendah : Pemahaman terjemah mulai dari


terjemahan dalam

arti sebenarnya semisal, Bahasa

asing dan bahasa Indonesia.

Tingkat Menangah : Pemahaman yang memiliki


penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian

terdahulu dengan diketahui

beberapa bagian dari grafik dengan

kejadian atau peristiwa.

Tingkat Tinggi : Pemahaman ekstrapolasi dengan


ekstrapolasi yang

16
diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis

dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas

resepsi dalam arti waktu atau masalahnya

Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap

pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar-

mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes

pemahaman. Adanya sebagaian item pemahaman dapat

diberikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, dan grafik,

sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe

pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat dijumpai

dalam tes formatif, subformatif, dan sumatif.

Jadi dari pengertian tentang pemahaman siswa diatas

dapat disimpulkan bahwa setiap siswa mengerti serta mampu

untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri materi

pelajaran yang telah disampaikan guru, bahkan mampu

menerapkan kedalam konsep-konsep lain dalam standarisasi

master learning.

Disini ada pengertian tentang Master Learning yang

diantaranya: Master Learning yaitu penguasaan secara

keseluruhan bahan yang dipelajari (yang diberikan guru) untuk

siswa, ini yang sering disebut dengan ”Belajar Tuntas”

17
2.2.2 Tolak Ukur Untuk Mengetahui Pemahaman Siswa

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar-mengajar

(PBM) dapat dikatakan berhasil, selanjutnya sikap guru

memiliki pandangan masing- masing sejalan dengan filosofnya.

Namun untuk menyamakan presepsi sebaiknya kita berpedoman

pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnkan

antara lain bahwa” Suatu proses belajar-mengajar dikatakan

berhasil apabila (TIK) tersebut dapat tercapai ”.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya (TIK) maka guru

perlu mengadakan tes formatif selesai menyajikan suatu satuan

bahasan kepada siswa. Penelitian formatif ini untuk mengetahui

sejauh mana siswa menguasai (TIK) yang ingin dicapai . fungsi

penelitian adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru

dalam rangka memperbaiki (PBM) dan melaksanakan program

remedial bagi siswa yang belum berhasil.

Sebagai suatu indikator yang dijadikan tolak ukur dalam

menyatakan bahwa dalam suatu PBM dapat dikatakan berhasil

adalah berdasarkan pada kekuatan kurikulum yang saat ini

digunakan yaitu:

a. Daya serap terhadap bahan pengajar yang diajarkan

mencapai prestasi tinggi baik secara individu maupun

kelompok.

b. Prilaku yang digariskan dan tujuan pengajaran atau (TIK)

telah dicapai siswa baik secara individu maupun

18
kelompok.

c. Kedua macam tolak ukur di atas adalah dapat digunakan

sebagai acuan dalam menentukkan tingkat keberhasilan

PBM. Namun yang banyak dijadikan sebagai tolak ukur

keberhasilan dari keduanya adalah daya serap atau

4
pemahaman siswa kepada pengajaran. Untuk mengetahui

tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses

belajar-mengajar, maka kita

menggunakan acuan tingkat keberhasilan tersebut sejauh

mana dengan kurikulum yang berlaku saat ini sebagai berikut :

Istimewa atau maksimal yaitu apabila seluruh bahan pengajaran

yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa yaitu:

1) Baik sekali atau optimal yaitu apabila sebagaian besar

(85%-94% ) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai

siswa.

2) Baik atau maksimal yaitu apabila bahan pelajaran yang

diajarkan hanya (75%- 84%) bahan pelajaran yang

diajarkan dapat dikuasai siswa Kurang dari 75%, apabila

5
bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa. Dan

untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat daya serap

pemahaman siswa, maka dapat dilakukan tes prestasi

belajar dapat digolongkan dalam jenis penilaian sebagai

berikut: Tes Formatif, tes Subsumatif dan tes Sumatif.

19
2 .2.3 Faktor Pemahaman Belajar Siswa

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

pemahaman siswa. Pencapaian terhadap tujuan intruksional

khusus (TIK) merupakan awal  dari suatu keberhasilan, karena

pencapaian terhadap tujuan intruksional khusus (TIK), berarti

seorang siswa telah mengalami frase pemahaman pada materi

yang diberikan guru, sekaligus akan mencapai suatu keberhasilan

dalam belajar melalui tes-tes yang di adalan lembaga sekolah.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman

sekaligus keberhasilan belajar siswa di tinjau dari segi

kemampuan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang

akan di capai dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan

tujuan akan mempengaruhi juga kepada kegiatan pengajaran

yang di lakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi kegiatan

belajar siswa.Dalam hal ini tujuan yang dimaksud adalah

pembuatan tujuan intruksional khusus (TIK) oleh guru yang

berpedoman pada tujuan intruksional umum (TIU).

Penulisan tujuan intruksional khusus (TIK) ini dinilai

sangat penting dalam proses belajar mengajar, dengan alasan:

20
1. Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan

kesulitan di dalam pembelajaran.

2. Menjamin dilaksanakanya proses pengukuran dan

penilaian yang

3. Tepat dalam menetapkan kualitas dan efektifitas

pengalaman belajar siswa.

4. Dapat membantu guru dalam menentukan strategi yang

optimal untuk keberhasilan belajar.

5. Berfungsi sebagai rangkuman pelajaran yang akan

diberikan sekaligus pedoman awal dalam belajar.

2. Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah

ilmu pengetahuan pada anak didik disekolah. Guru adalah

orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Di dalam

satu kelas anak didik satu berbeda dengan lainya nantinya akan

mempengaruhi pula dalam keberhasilan belajar. Dalam

keadaan yang demikian ini seorang guru di tuntut untuk

memberikan suatu pendekatan atau belajar yang sesuai dengan

keadaan anak didik, sehingga akan tercapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

3. Peserta didik

Peserta didik adalah orang yang dengan sengaja datang

ke sekolah. Maksudnya dalah peserta didik disini tidak terbatas

oleh usia, baik usia muda, usia tua atau telah lanjut usia. Anak

21
didik yang berkumpul disekolah, mempunyai bermacam-

macam karakteristik kepribadian, sehingga daya serap

(pemahaman) siswa yang dapat juga berbeda-beda dalam

setiap bahan pelajran yang di berikan oleh guru, dan oleh

karena itu, di kenallah adanya tingkat keberhasilan yaitu

tingkat maximal, optimal, minimal dan kurang untuk setiap

bahan yang di kuasai anak didik.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa anak didik

adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar

mengajar sekaligus hasil belajar yaitu pemahaman siswa.

4. Kegiatan pengajaran

Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi

antara guru dengan anak didik dalm kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan pengajran ini, meliputi bagaimana guru menciptakan

metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran.

Dimana hal-hal tersebut jika di pilih dan digunakan secara

tepat, maka akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar

mengajar.

5. Suasana evaluasi

Keadaan kelas yang tenang, aman disiplin adalah juga

mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman siswa pada materi

(soal) ujian berarti pula mempengaruhi terhadap jawaban yang

diberikan siswa jika tingkat pemahaman siswa tinggi, maka

tingkat keberhasilan proses belajar mengajar pun akan tercapai.

22
6. Bahan dan alat evaluasi

Bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat

di dalam kurikulum yang sudah di pelajari siswa dalam rangka

ulangan (evaluasi). Alat evaluasi meliputi cara-cara dalam

menyajikan bahan evaluasi di antaranya dalah: benar-salah

(true-false), pilihan ganda (multiple-choice), menjodohkan

(matching), melengkapi (completation), dan essay. Yang mana

guru dalam menggunakanya, tidak hanya satu alat evaluasi

tetapi menggabungkan lebih dari satu alat evaluasi. Hal ini

untuk melengkapi kekurangan-kekurangan dari setiap alat

evaluasi.Penguasaan secara penuh (pemahaman) siswa

tergantung pula pada bahan evaluasi yang di berikan guru

kepada siswa, hal ini berarti jika siswa telah mampu

mengerjakan atau menjawab bahan evaluasi dengan baik, maka

siswa dapat di katakana paham terhadap materi yang di berikan

waktu lalu.

Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman atau

keberhasilan belajar siswa adalah sebagai berikut:

Faktor internal (dari diri sendiri)

23
1. Faktor jasmaniah (fisiologi) meliputi: keadaan panca indera

yang sehat tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit

atau perkembangan yang tidak sempurna.

2. Faktor psikologis, meliputi: keintelektualan (kecerdasan)

minat, bakat, dan potensi prestasi yang di miliki.

3. Faktor pematangan fisik atau psikis.

Faktor eksternal (dari luar diri)

1. Faktor social meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan kelompok, dan lingkungan

masyarakat.

2. Faktor budaya meliputi: adapt istiadat, ilmu pengetahuan

teknologi, dan kesenian.

3. Faktor lingkungan fisik meliputi: fasilitas rumah dan

sekolah.

4. Faktor lingkungan spiritual (keagamaan).

2.3. KURANGNYA MINAT BACA ANAK

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kondisi rendahnya

kemampuan membaca masyarakat Indonesia diantaranya:

1. Permasalahan di Dalam Lingkungan Sekolah.

Sekolah (pendidikan) merupakan sebagai salah satu tempat yang

dipercaya untuk melahirkan masyarakat (siswa) yang mampu membaca

dan memiliki bermacam pengetahuan. Rendahnya minat dan

24
kemampuan membaca siswa akan memberi pengaruh pada kemampuan

akademik siswa yang bisa berdampak pada kualitas kelulusan. Oleh

sebab itu perlu diketahui beberapa hal yang menjadi penyebab

rendahnya kemampuan membaca siswa di sekolah antara lain yaitu:

 Terbatasnya sarana dan prasarana membaca, seperti ketersediaan

perpustakaan dan buku-buku bacaan yang bervariasi. Masih banyak

sekolah-sekolah di Indonesia yang masih mengandalkan ketersediaan

buku paket saja untuk kegiatan belajar di kelas, padahal ketersediaan

buku-buku bacaan penunjang yang menarik dan bermutu akan sangat

memotivasi siswa dalam memperluas pengetahuannya. Di beberapa

sekolah yang telah memiliki fasilitas perpustakaan juga belum memiliki

pelayanan yang baik. Koleksi buku perpustakaan masih didominasi oleh

koleksi buku paket. Bahkan fasilitas beberapa ruang perpustakaan

masih sumpek, sempit, kurang ventilasi (gerah), penataan buku tidak

teratur dan pada dasarnya belum memberikan kenyamanan, sehingga

kegiatan membaca dalam perpustakaan menjadi membosankan, tidak

mengasyikkan dan tidak nyaman.

 Situasi pembelajaran yang kurang memotivasi siswa untuk

mempelajari buku-buku tertentu di luar buku-buku paket.

Pembelajaran di kelas lebih sering masih berpusat pada guru atau

sekedar kegiatan transfer ilmu dimana siswa hanya dijejali oleh

informasi/pengetahuan dari guru dan jarang diajak berdiskusi atau

diberi permasalahan tentang materi yang dibahas untuk diselesaikan

bersama sehingga siswa tidak termotivasi untuk mencari informasi dari

25
sumber yang lain dan tidak terlatih untuk menambah pengetahuan

melalui membaca.

 Kurangnya model (dari kalangan guru) bagi siswa dalam hal

membaca.Beberapa guru belum menjadikan membaca sebagai

kebutuhan pendidikan, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan waktu

luang di sekolah bagi staf dan para guru. siswa lebih sering melihat

gurunya main catur, merokok, ngorol, bersendau gurau, dan sebagainya

pada saat waktu luang. Sehingga siswa tidak memiliki tauladan dari

guru dalam hal gemar membaca.

2. Permasalahan Di Luar Lingkungan Sekolah

Ø Meningkatnya penggunaan teknologi informasi elektronik.

 Berkembangnya teknologi informasi menggeser minat masyarakat

terhadap aktivitas membaca buku. Gencarnya siaran Televisi (TV) yang

mampu menawarkan beragam tayangan menarik sangat mampu

menyita perhatian banyak orang, namun hal ini tidak diiringi dengan

gencarnya sajian yang semakin menarik dari media cetak atau buku.

Apalagi aktivitas membaca lebih membutuhkan kemampuan kosentrasi

dan keaksaraan/kebahasaan dari pada aktivitas menonton TV atau

mendengar radio, sehingga menjadikan aktivitas membaca terkesan

lebih berat (sulit).

 Berkembangnya tehnologi ‘jempol’ (hand-phone,

internet) menggeser minat manusia terhadap buku. Munculnya

perangkat komunikasi bernama hand-phone yang menawarkan berbagai

program murah berkomunikasi menjadi salah satu penyebab rendahnya

26
kemauan membaca seseorang karena orang lebih sering menghabiskan

waktunya untuk mengirim sms dan ngobrol lewat handphone dari pada

menghabiskan waktu untuk membaca, walaupun isi komunikasi

tersebut boleh dibilang kurang penting. Demikian juga dengan

maraknya program komunikasi yang menggunakan internet

seperti Twitter, friendster dan facebookternyata juga mampu

mengalihkan perhatian sebagian besar orang dari kebutuhan membaca

buku.

Ø  Banyaknya keluarga yang belum menanamkan tradisi wajib

membaca.

Untuk membentuk anak-anak yang memiliki kemampuan gemar

membaca harus di mulai dari lingkungan terdekat anak yaitu keluarga.

Karena dalam keluargalah anak akan meniru apa yang telah menjadi

kebiasaan anggota keluarganya terutama orangtua. Tapi kenyataan yang

banyak terjadi kebanyakan orangtua terutama ibu dari anak-anak

indonesia lebih suka menonton TV dari pada membacakan buku untuk

anak-anaknya di rumah, mereka lebih sering membiarkan anak

menonton TV dari pada harus repot-repot melatih kebiasaan membaca

yang mungkin dapat dimulai dengan membacakan buku cerita, sehingga

anakpun lebih akrab dengan TV dari pada dengan buku.

Demikian juga dengan prilaku orang orangtua yang lebih menyukai

nonton TV,  ngobrol dan ngerumpi dari pada membaca buku. Masih

sangat sedikit orangtua yang mau menyempatkan diri membaca buku

saat berada dalam rumah, orangtua lebih sering menyuruh anaknya

27
belajar atau membaca buku tetapi anak tidak mendapatkan contoh nyata

bagaimana orangtuanya juga belajar/membaca buku.

Ø  Keterjangkauan daya beli masyarakat terhadap buku.

Selain memang harga buku yang masih terbilang mahal, masyarakat

juga belum bisa merasakan secara langsung keuntungan yang bisa

didapat dari banyak membaca, terbukti belum ada sosialisasi kalau

orang yang banyak membaca hidupnya akan lebih baik dan uangnya

banyak. Masyarakat menganggap buku bukan sebagai kebutuhan, harga

buku yang melebihi harga sembako dan manfaat membeli buku belum

sebanding dengan manfaat dalam membeli sembako, buku masih

menjadi barang mewah bagi sebagian besar masyarakat indonesia.

Masyarakat Indonesia memang belum banyak yang menyadari bahwa

membaca merupakan hal pokok dalam kehidupan yang penuh

pembelajaran. Oleh sebab itu kemampuan membaca menjadi hal paling

utama yang harus mendapat perhatian dari banyak pihak terutama

orangtua, orang-orang yang bergerak dalam kependidikan, masyarakat

dan juga pemerintah.

Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk membangun kegemaran dan

kemampuan membaca masyarakat Indonesia pada umumnya dan siswa

pada khususnya, diantaranya :

1. Meningkatkan Layanan Perpustakaan Di Sekolah Dan

Lingkungan Masyarakat

Ketersediaan bahan bacaan memungkinkan tiap orang untuk memilih

apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Dari situlah,

28
tumbuh harapan bahwa masyarakat kita akan semakin mencintai bahan

bacaan dan memiliki pengetahuan yang luas sehingga kemampuan

berfikir kritis  masyarakat akan semakin terasah.  Untuk itu selain perlu

dikembangkan perpustakaan di sekolah juga perlu dikembangkan

perpustakaan berbasis masyarakat yang dikelola oleh masyarakat

dengan anggaran swadaya masyarakat. Hal itu dapat dilakukan melalui :

 Dibangunnya Perpustakaan Nasional dan perpustakaan daerah (di

tingkat propinsi, kecamatan dan desa).

 Penyadaran pada masyarakat sekolah dan diluar sekolah untuk bahu

membahu dalam mengatasi keterbatasan sarana perpustakaan di

wilayahnya dengan program ”donasi buku” atau “waqaf buku” atau

pendanaan sukarela dari donatur tertentu dan dari warga yang lebih

mampu untuk biaya operasional perpustakaan tersebut.

 Penyediaan bahan bacaan yang variatif yang mendukung

pembelajaran dan mendorong siswa menyukai buku. Beberapa siswa

memiliki minat yang berbeda pada bentuk, cover, tampilan, dan desain

buku yang berbeda dari tampilan buku-buku paket pelajaran walaupun

tema dan pembahasannya sama. Karena mungkin juga minat baca siswa

tidak hanya pada materi yang tertuang dalam pelajaran tetapi pada

pengetahuan lain yang belum tersaji dalam pembelajaran dikelas. Oleh

sebab itu pemerintah perlu menyediakan buku-buku bacaan yang

variatif, menarik dan bermutu, khususnya di tingkat SDLB sebagai

penentu minat baca siswa dan tahap awal siswa memahami manfaat

buku.

29
 Peningkatan kinerja kepegawaian perpustakaan. Pelayanan

perpustakaan seperti kondisi ruangan yang cukup ventilasi,

tidak sumpek/gerah, bersih,  luas dan rapi dalam penataan indeks buku

akan membantu pengunjung merasa nyaman dan bersemangat

berkunjung keperpustakaan. Fasilitas pepustakaan juga sudah berbasis

teknologi. Koleksi ilmu pengetahuan tidak hanya dalam bentuk buku

dan kertas tetapi telah tersedia dalam berbagai sarana teknologi seperti

CD dan data online yang lebih mudah diakses.

2. Memperbaharui Sistem Pembelajaran Di Sekolah

Guru perlu memberikan tugas pembelajaran yang menantang dan

menarik untuk siswa misalnya dalam proses kegiatan belajar guru

memberikan/memunculkan masalah yang dapat diskusikan bersama

dengan siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk menggali banyak

informasi melalui aktivitas membaca.

Sekolah juga perlu membuat program membaca setiap pekan melalui

pendekatan bahasa seperti “whole language” yaitu suatu pendekatan

pengajaran bahasa secara utuh, dimana keterampilan menyimak,

membaca, menulis dan berbicara diajarkan secara terpadu. Contoh

kegiatan misalnya program membaca senyap selama 15 menit yang

dilakukan oleh semua warga sekolah, lalu membuat jurnal, ringkasan

atau hasil karya tentang isi bacaan/buku yang telah dibaca yang

selanjutnya dapat di pajang dan dikonteskan dalam bentuk tulisan atau

pidato (presentasi), sehingga siswa termotivasi dalam membaca.

30
3. Membudayakan Cinta Baca Mulai Dari Keluarga

a. Menumbuhkan minat membaca anak sejak usia dini (pra sekolah)

 Mengenalkan buku-buku bacaan yang menarik perhatian anak

seperti buku cerita atau buku bergambar. Minat membaca pada anak

dibangun mulai dari minat terhadap buku, ketertarikan pada buku akan

merangsang anak termotivasi memiliki kemampuan membaca dan

membaca lebih banyak.

 Membawa anak sesering mungkin ke pusat-pusat buku, seperti

perpustakaan, toko buku, bursa buku (book fair), dll.

 Membantu anak merancang kegiatan bermain yang melibatkan buku,

seperti bermain peran menjadi pelayan di toko buku, membuat kliping

bergambar dari buku, majalah atau koran tentang sesuatu misalnya

buah-buahan, binatang , dll.

 Memberikan reward atas keberhasilan anak dengan hadiah buku.

b. Menyediakan perpustakaan keluarga. Ketersediaan perpustakaan

kecil keluarga akan membantu anggota keluarga terbiasa akrab dengan

buku saat berada di rumah dan pada waktu-waktu berkumpul bersama

anggota keluarga, hal ini juga membantu anak mengenali dan menyukai

buku sejak dini walaupun buku tersebut sudah pernah dilihat/dibacanya,

terkadang anak tidak bosan untuk membaca ulang.

c.  Menyediakan program wajib baca dalam keluarga. Orangtua perlu

menetapkan jam wajib baca. Tiap anggota keluarga; orangtua, anak-

31
anak dan semua yang tinggal dalam rumah diminta untuk mematuhinya.

Sebaiknya orangtua menyisihkan waktunya untuk membaca buku, atau

sekadar menemani anak-anaknya membaca buku. Dengan begitu, anak-

anak akan mendapatkan contoh langsung dari kedua orang tuanya.

4. Mengontrol Penggunaan Media Elektronik (TV, vidio

game, handphone, internet).

Peran orangtua dan guru sangat dibutuhkan dalam upaya ini, dimana

guru dan orangtua bekerjasama memberi pemahaman kepada

siswa/anak tentang dampak buruk penggunaan media elektronik yang

tidak terkontrol dapat meyebabkan hilangnya waktu belajar dan

menurunnya kosentrasi.

5. Memperbaiki Kerjasama Dengan Penerbit Dan Percetakan

Buku Dalam Pengadaan Buku Murah Berkualitas.

Pemerintah perlu mengupayakan kerjasama dengan penerbit dan

percetakan buku bacaan dalam menekan harga buku yang belum sesuai

dengan kemampuan daya beli masyarakat, hal ini mungkin dapat

dilakukan dengan mengurangi atau bahkan membebaskan beban pajak

dan biaya penerbitan atau percetakan, pemberian subsidi bagi penerbit

buku sehingga harga buku dapat lebih terjangkau oleh masyarakat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; Quantum Teaching,


2005). hlm. 57-58.

Ahmadi, Abu. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka


Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2002 Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V


Yogyakarta: Rineka Cipta

B. Suryosubroto, Pross Belajar Mengajar di sekalah, (Jakarta: Rineka


Cipta, 1996), hlm. 180.

Dede Rosyada dkk. Buku Panduan Dosen Pendidikan Kewarga


Negaraan (Civic Educations), Demokratis Hak Asasi Manusia,
dan Masyarakat  Madani, (Jakarta: Kencana, 2004), hlrn. 17-19.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


(Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 17.

Dimyati dan Modjono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka


Cipta, 1999), hlm. 297.

Ghazali, Adeng. 2004. Civic Education. Bandung : Benang Merah


Press

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, Edisi


ketiga, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1992), hlm. 105

Melvin L. Silberman,  Active Learning ; 101 Strategi Pembelajaran


Aktif,(Yogyakarta: Allyn and Bacon Boston, 1996),

Muhlisin dan Sujiyanto. 2005. Praktik Belajar


Kewarganegaraan. Jakarta : Ganeca Exact

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,


1995), hlm. 57.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar


Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 73-74.

33
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1984), hlm. 849.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007). hlm.
154-155.

Wina Sanjaya, Op.Cit., hlm. 158-159.

Wina Sanjaya, Op.Cit.,, hlm. 155.

Zakiah Daradjat, Op.Cit., hlm. 294.

34
Lampiran 1

RENCANA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PRA SIKLUS

Sekolah : SLB Mutiara Bunda Kab. Cirebon.

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas /Semester : VIII/2

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit ( 2 pertemuan)

1. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menjelaskan pentingnya minat baca

 Siswa dapat menyebutkan faktor penyebab kurangnya minat baca

anak

 Siswa dapat meningkatkan minat bacanya

2. Materi Pembelajaran

 Kurangnya minat baca anak

3. Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Diskusi kelomp0k,

35
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

 Guru  Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan

keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan

pembelajaran)

 Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.

 Menanyakan pembelajaran yang dilakukan minggu yang lalu.

2. Kegiatan Inti

 Guru menjelaskan Tentang Kurangnya Minat Baca Anak 

dengan metode ceramah

 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengejakan soal

3. Kegiatan Akhir

 Guru meminta siswa mengumpulkan tugas yang telah

diberikan.

 Guru menilai tugas siswa

 Siswa dan guru melakukan refleksi

 Doa bersama dan Salam penutup

5. Sumber Belajar

 Buku Ajar Bahasa Indonesia

 Lingkungan rumah

 Lingkungan sekolah

36
6. Penilaian

a. Teknik : Porto folio

b. Bentuk instrumen : Porto folio

Cirebon , Januari 2022


Mengetahui,
Kepala SLB Mutiara Bunda. Peneliti,

S A R M I N, S,Pd, SOFIANI DEWI,S.Pd.


NIP. 196405161986101001

37
Lampiran 2

RENCANA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS I

Sekolah : SLB Mutira Bunda Kab. CIrebon

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas /Semester : VIII / 2

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit ( 2 pertemuan)

1. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menjelaskan pentingnya minat baca

 Siswa dapat menyebutkan faktor penyebab kurangnya minat baca

anak

 Siswa dapat meningkatkan minat bacanya

2. Materi Pembelajaran

 Kurangnya minat baca anak

3. Metode Pembelajaran

- Metode diskusi kelompok

38
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

 Guru  Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan

keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan

pembelajaran)

 Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.

 Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang

bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin

dicapai mesti dipahami oleh setiap peserta didik sebagai

peserta diskusi

 Mengajak siswa berpendapat sesuai dengan topik

musyawarah

 Guru menginformasikan kepada siswa materi pembelajaran

yang akan diajar.

2. Kegiatan Inti

 Guru menyampaikan materi kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan

mempelajari materi.

 Guru memberikan pokok permasalahan yang harus

didiskusikan yaitu tentang “faktor penyebab kurangnya minat

baca anak”

39
 Guru memberi tahu waktu yang tersedia untuk

mendiskusikan tugas itu, dan memberi tahu cara melaporkan

tugas, serta menunjuk pengamat diskusi apabila diperlukan.

 Guru meminta masing masing kelompok melaporkan hasil

diskusinya, memberikan komentar mengenai proses diskusi

dan membicarakannya dengan kelompok.

3. Kegiatan Akhir

 Guru menilai tugas siswa

 Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan

sesuai dengan hasil diskusi

 Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari

seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan

selanjutnya.

 Doa bersama dan Salam penutup

5. Sumber Belajar

 Buku Ajar Bahasa Indonesia

 Lingkungan rumah

 Lingkungan sekolah

40
6. Penilaian

a. Teknik : Porto folio

b. Bentuk instrumen : Porto folio

Cirebon , Januari 2022


Mengetahui,
Kepala SLB Mutiara Bunda Peneliti,

S A R M I N, S.Pd. SOFIANI DEWI,S,Pd.


NIP:196405161986101001

41
Lampiran 3

RENCANA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS II

Sekolah : SLB Mutiara Bunda Kab. Cirebon

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas /Semester : VIII/ 2

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit ( 2 pertemuan)

1. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menjelaskan pentingnya minat baca

 Siswa dapat menyebutkan faktor penyebab kurangnya minat baca

anak

 Siswa dapat meningkatkan minat bacanya

2. Materi Pembelajaran

 Kurangnya minat baca anak

3. Metode Pembelajaran

Metode diskusi kelompok

42
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

 Guru  Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan

keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan

pembelajaran)

 Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.

 Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang

bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin

dicapai mesti dipahami oleh setiap peserta didik sebagai

peserta diskusi

 Mengajak siswa berpendapat sesuai dengan topik

musyawarah

 Guru menginformasikan kepada siswa materi pembelajaran

yang akan diajar.

2. Kegiatan Inti

 Guru menyampaikan materi kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan

mempelajari materi.

 Guru memberikan pokok permasalahan yang harus

didiskusikan yaitu tentang “cara meningkatkan minat baca

anak”

 Guru memberi tahu waktu yang tersedia untuk

mendiskusikan tugas itu, dan member tahu cara melaporkan

tugas, serta menunjuk pengamat diskusi apabila diperlukan.

43
 Guru meminta masing masing kelompok melaporkan hasil

diskusinya, memberikan komentar mengenai proses diskusi

dan membicarakannya dengan kelompok.

3. Kegiatan Akhir

 Guru menilai tugas siswa

 Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan

sesuai dengan hasil diskusi

 Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari

seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan

selanjutnya.

 Doa bersama dan Salam penutup

5. Sumber Belajar

 Buku Ajar Bahasa Indonesia

 Lingkungan rumah

 Lingkungan sekolah

6. Penilaian

a. Teknik : Porto folio

b. Bentuk instrumen : Porto folio

Cirebon , Januari 2022


Mengetahui,
Kepala SLB Mutiara Bunda Peneliti,

S A R M I N. S.Pd. SOFIANI DEWI,S.Pd.


NIP. 196405161986101001

44
Lampiran 4

LEMBAR DAFTAR NILAI SISWA

No. Nilai N X

1.

2.

3.

4.

5.

Jumlah

Rata-rata

45
Lampiran 5

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

46

You might also like