You are on page 1of 16

LISTIYONO, T.

MESIN (TOE), POLINEMA

BAB V
LAS ACETYLENE

5.1 Pengertian

Las oxygen acetylene welding (OAW) adalah proses penyambungan logam dengan
logam (pengelasan) yang menggunakan las asetilen (C2H2) sebagai bahan bakar,
prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan oksigen
(O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu sekitar 3.500 °C yang dapat
mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan
gas-gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling
banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan
sebagai las oksi-asetilen. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-
asetilen banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las
busur elektrode terbungkus.
Gas Asetilen diproduksi melalui reaksi antara Kalsium (CaC 2) dengan air
(H20).CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2 + C2H2. Memproduksi gas Asetilen untuk
keperluan pribadi dengan mencampurkan Kalsium asetilen dengan air tidak
disarankan. Gas Asetilen dapat bocor dari tabung produksi dan menyebabkan
ledakan jika tersulut api. Cara yang lebih disarankan adalah membeli gas Asetilen
dalam tabung logam.
Las cair busur cair gas biasa disebut sesuai dengan bahan bakar gas yang
dipakai misalnya las asetilen karena menggunakan bahan bakar gas asetilen, las
elpiji karena gas elpiji yang dipakai dan seterusnya. Bahan bakar yang biasa
dipakai pada pengelasan busur cair gas antara lain : gas asetilen, gas propan, gas
hydrogen, gas elpiji dll. Las asetilen termasuk pengelasan leleh yaitu bagian yang
akan dilas dipanasi pada lokasi sambungan hingga melampaui titik lebur dari
kedua logam yang akan disambung. Dengan meleburnya kedua logam tersebut
akan menyatu (tersambung) dengan atau tanpa adanya bahan tambah.
Ikatan dengan prosedur tersebut biasa disebut sebagai ikatan Metalurgi.
Las Oxy-Acetylene (las asetilen) adalah proses pengelasan secara manual,
dimana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair
oleh nyala (flame) gas asetilen (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau
tanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan. Disamping
untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan
sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi
(production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair &
maintenance).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon,
terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun
demikian hampir semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat di las dengan
las gas, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal). Disamping gas asetilen
dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane, untuk logam–logam dengan
titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut diperlukan adanya
oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri mengandung
oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon, hydrogen,
carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.

5.2 Gas Yang Dipakai

Las Oxy-Gas adalah semua proses pengelasan yang menggunakan campuran oxygen
dan bahan bakar gas untuk membuat api sebagai sumber panas untuk mencairkan benda
kerja. Oxygen dan gas campur dalam suatu alat dengan komposisi tertentu sehingga api
yang dihasilkan bisa mencapai suhu maksumum. Api tersebut berada pada moncong
alat pembakar sehingga dapat secara efektif kearah bagian benda kerja yang
disambung. Hanya sebagian kecil (bagian ujung) benda kerja yang mencair dan
menyatu sehingga setelah membeku membentuk suatu sambungan yang kuat, kalau
bisa menyamai kekuatan benda tersebut.

Keuntungan las dibanding proses yang lain adalah pengelesan dapat mengontrol
dengan mudah panas yang masuk ke benda kerja, keenceran cairan logam, besar
kawah yang ter bentuk dan volume endapan lasan karena bahan lasa tambah terpisah
dengan sumber panas. Las oxy-gas sesuai untuk mengelas benda kerja tipis dan
pekerjaan reparasi. Ditijau dari segi biaya awal dan oprasional las ini lebih jauh murah.
Disamping itu, peralatan yang murah tersebut dapat dipakai untuk keperluan yang lain
seperti brasing, las brass, soldering, pemanasan awal, pemanasan akhir proses
pengelasan lain dan memanasi pipa yang bengkok serta keperluan lainnya. Volume
peralatan yang relatif kecil dan portabel memungkinkan dibawa kelapangan dan tidak
tergantung keberadaan sumber energi yang lain.

Keterbatasana adalah tidak ekonomis untuk benda kerja tebal dan besar serta kurang
sesuai untuk bahan benda kerja yang relatif terhadap gas bahan bakar maupun yang
menghasilkan dari proses pembakaran.

Bahan bakar gas yang bisa dipakai untuk las oxy-gas yaitu acetylene, methylacetylene-
propadiene, proylene, propane, naturak gas (methane) dan hydrogen.

a. Acetylene (Gas Karbit)

Acetylene adalah gas tidak berwarna dengan komposisi unsur hydrogen (7,7%) dan
carbon (92,3%). Gas ini termasuk salah satu dari kelompok zat ysng hanya
mengandung unsur hydrogen dan carbon. Acetylene harus diperlakukan dengan hati-
hati karena termasuk gas yang muda meledak bila bertemu dengan udara atau disimpan
dalam tabung dengan tekanan lebih dari

15 psi (1,05 kg/cm2). Pada tekanan 28 psi (1,97 kg/cm2) Acetylene akan

terurai menjadi karbon dan hydrogen. Pada kondisi demikian sangat sensitip terhadap
goncangan atau kejutan yang kecil sekalipun yang mengenai tabung, apalagi ada
bungan api. Maka Acetylene tidak boleh disimpen pada tekanan lebih dari 1,05 kg/cm2.

Gas ini akan berbau keras (menyolok) bils bertemu denga udara. Bau inilah yang bisa
dipakai sebagai tanda adanya Acetylene disekitar kita. Oleh karena itu harap waspada
dan sensitip terhadap tanda adanya gas yang sangat mudah terbakar. Api acetylene
menghasilkan panas cukup tinggi. Acetylene mempunyai angka kalor 1433 Btu/ft3.

Pada kondisi tertentu acetylene juga mudah meledak bila membentuk ikatan dengan
tembaga, perak dan mercury. Oleh karena itu acetylene hendaknya dijauhkan dari
adanya konsentrasi unsur tersebut.

b. Methlacetylene propdiene (Mapp)

Ditinjau dari sifat mudahnya terbakar, Mapp mirip dengan acetylene walaupun tidak
sensitif terhadap goncengan tabungan. Oleh karena penyimpangan gas ini tidak
memerlukan acetone sebagai pelarut sehingga mengurangi berat total tabung atau
pada berat total yang sama bisa mempunyai volume lebih besar. Dengan kata lain
gas ini lebih mudah dihandle.

Methlacetylene Propdiene mempunyai angka kalor 2450 Btu/ft3 (21,8

kcal/liter). Bila dipakai untuk mengelas tidak mudah timbul ledakan balik namun
apinya kurang padat. Api gas ini cenderung membesar, lebih panjang dan lebih lebar,
mudah menyebar dan berlidah tidak seperti api acetylene yang mempunyai inti kecil
dan padat. Bila diapaki untuk memotong, gas ini lebih murah dan menghasilkan
potongan yang lebih halus.

c. Propylene

Propylene adalah hasil ikutan tambang minyak sehingga disebut juga gas minyak
(petroleum gas) dan sering disimpang dalam kondisi cair. Gas ini memang tidak sesuai
untuk bahan bakar las tetapi baik bila dipakai sebagai bahan bakar potong, brassing
maupun soldering. Sering juga dipakai untuk flame spraying.
d. Propane

Propane juga merupakan hasil ikutan tambang minyak dan gas alam. Gas ini disimpam
dalam tabung baja dengan kapasitas 45 kg pada kondisi cair. Oleh karena itu lebih
dikenal dengan nama LPG (liquified Potroleum Gas). Gas ini juga tidak dipakai untuk
mengelas tetapi untuk pemanasan awal atau yang sejenis.

e. Methane (Gas Alam)

Gas ini sebenarnya hampis sama dengan LPG, hanya saja sudah terbentuk menjadi gas
(memisahkan diri dari bahan minyak) sewaktu punyai angak kalor relatif tinggi yaitu
1200 btu/ft3 (302 kcal/liter) hampir sama dengan acetylene (361 kcal/liter). Gas ini
sebenarnya bisa dipakai untuk mengelas namun jarang dipakai karena menghasilkan
carbon monoksida yang beracun atau kurang baik terhdapa kesehatan. Bila dipakai
untuk mengelas maka katub harus segera ditutup sesaat setelah pengelasan selesai.

f. Hydrogen

Hydrogen adalah gas yang sangat ringan, tidak mempunyai rasa tidak berbau dan tidak
berwarna. Bila dicampur dengan oksigen akan menghasilkan api yang bisa dipakai
untuk pemanasan awal. Kadungan Hydrogen diudara bebas 4 sampai dengan 75%
sudah mudah menyala, oleh karena itu tabung Hydrogen harus benar- benar tidak
bocor, sebab kebocoran Hydrogen tidak terditeksi kecuali kalau sudah terbakar.
Tabungan gas ini biasanya diletakan di ruang terbuka atau berventilasi dengan baik
sehingga bila ada kebocoran maka kandunga Hydrogen tidak lebih dari 4 %.

Disamping kelebihan dan ketebatasan masing-masing gas seperti telah disebut di atas,
ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan bakar gas untuk
mengelas yaitu:

a. Suhu api yang dihasilkan

b. Kecepatan pembakaran
c. Gas hasil reaksinya dengan oksigen (gas hasil pembakaran).

Kecepatan pembakaran merupakan sifat yang dimiliki gas dan menentukan panas yang
dihasilkan. Pada proses pengelasan, kecepatan panas sangat ber[engaruh terhadap
pemanasan benda kerja melewati gas yang belu terbakar dantidak menimbulkan nyala
balik. Kecepatan pembakaran sangat dipengaruhi oleh proporsi campuran bahan bakar
dengan oksigen sebagai zat pembakar.

Suhu api dan nilai kalor telah digunakan sebagai kriteria bahan bakar secara exclusive
namun sebenarnya belum menggambarkan panas yang sebenarnya. Intensites
pembakaran memang memperhitungkan kedua aspek tersebut tetapi masih ditambah
besarnya volume api yang keluar dari pembakar.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa gas acetylene merupakan bahan bakar
yang paling baik untuk gas karena suhu api yang dihasilkan relatif tinggi, pembakaran
berlangsung relatif cepat dengan intesitas cukup tinggi dan gas hasil reaksinya dengan
oksigen (pembakaran) adalah carbon dioksida dan zat air. Keduamya bukan gas atau
zat yang berbahaya bagi pengelas dan tidak pula reaktif terhapad benda kerja. Beberapa
gas lain yang telah disebut di atas secara prinsip bisa dipakai sebagi bahan bakar las
gas, namun karena panasnya lebih kecil dari acetylene sehingga jarang digunakan
kecuali untuk pemanasan awal atau akhir atau untuk pemotongan oxy-gas.

Karena las gas cenderung memakai acetylene maka lebih di kenal dengan nama las
acetylene. Di indonesia acetylene untuk pengelesan di bengkel-bengkel kecil
cenderung diproduksi sendiri oleh pengelesan dengan bahan utama batu karbid
(calcium carbide) maka las gas lazim disebut las karbid.

5.3 Api Oxy-Acetylene

Peralatan utama las oxy-acetylene adalah api oxy-acetylene sehingga las ini sering
disebut las api. Kualitas api sangat berpengaruh terhadap lasan. Secara toritis,
pembakaran sempurna acetylene berlangsung menurut reaksi kimia sebagai berikut:
C₂ H₂ (s) + 2,5 O₂ (g) 2 CO₂ (g) + H₂ O (l)

Dari persamaan reaksi tersebut diketahui bahwa satu valume acetylene memerluhkan
2,5 volume oksigen menghasilkan dua volume carbon dioksida dan satu volume zat air
(uap air).

Dalam kenyataan reaksi tersebut tidak berlangsung sekali tetapi dua tahap. Tahap
pertama (reaksi primair) terjadi nyala inti dengan persamaan

reaksi.

C2H2 (s) + O2 (g) 2 CO2 (g) + H2 (g)

Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa satu valume acetylene memerluhkan


hanya satu volume oksigen. Oksigen ini diperoleh dari tabung oksigen. Hasil reaksi
primair adalah dua volumen carbon monokside dan satu volum hidrogen.

Nyala inti tersebut relatif kecil, bersinar terang berwarna kebiru-biruan. Nyala inti
inilah yang menghasilkan panas cukup tinggi yang diperluhakan untuk pengelesan. Jika
semua carbon yang terurai pada tahap pertama habis dibakar pada tahap itu pula maka
api netral. Tidak ada unsur carbon yang lepas dan bereaksi dengan benda kerja.

Reaksi tahap kedua terjadi diluar kelompok nyala inti. Pada tahap kedua ini carbon
monoksida dan hydrogen hasil reaksi tahap pertama terbakar oleh oksigen dari udara
bebas menghasilkan carbon dioksida dan uap air seperti

persamaan beriku:

2 CO (g) + H2(g) + 1,5 O2 (g) 2 CO2 (g) + H2O (l)

Panas yang dihasikan dari reaski kedua ini sebenarnya lebih besar dari tahap pertama,
namun karena kecepatan pembakaran rendah dan volumenya besar sehingga suhunya
lebih rendah dibanding suhu pada jauh lebih tinggi, karena suplay oksigen murni dari
botol yang bertekanan, sehingga suhu lebih tinggi.

Nyala api oxy-acetylene bisa dikontrol dengan mudah memakai katub yang ada pada
pembakar. Perubahan proporsi campuran oksigen dan acetylene mengalir keujung
pembakar akan merubah karakteristik kimiawi nyala inti yang akan mempengaruhi
pencairan dan komposisi benda kerja. Berbagai kualitas api bisa diperoleh dengan
merubah besar kecilnya pembukaan katub pada pembakar.

Perubahan proporsi campuran oxy-acetylene juga mempengaruhi suhu api yang


dihasilkan seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Hubungan antara proporsi campuran oxy-acetylene dengan suhu api yang

dihasilkan.

Proporsi campuran

Oksigen-acetyliene Suhu api ( C ) Karakteristik api

0.8 to 1.0 5,550 (3066) Carburizing

0.9 to 1.0 5,700 (3149) Carburizing

1.0 to 1.0 5,850 (3232) Neutral

1.5 to 1.0 6,200 (3427) Oxidizing

2.0 to 1.0 6,100 (3371) Oxidising

2.5 to 1.0 6,000 (3315) Oxidising

Berbagai macam api yang diperoleh dari berbagai proposal campuran oxy-acetylene
tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu api carburizing,
oxidizing dan nertal.
a. Api Carburizing

Api carburizing dihasilkan oleh campuran yang terlalu banyak acetylene atau
kekurangan oksigen sehingga unsur carbon yang terurai pada reaksi tahap pertama
tidak habis terbakar. Sebagai akibatnya sebagai unsur carbon tersebut akan masuk
ke cairan benda kerja. Setelah dingin benda kerja menjadi lebih keras dari semula.
Kemungkinan lain, lasan retak sewaktu membeku karena tingginya unsur C, atau
lasan menjadi brittle. tidak selamanya api carburizing

berdampak, negatif, api ini baik untuk mengelas baja lunak kadar carbon rendah,
untuk memperkeras permukaanm untuk membrasing, menyoldir dan las aluminium.

Gambar 2.1 Nyala Karburasi

Ciri-ciri api carburizing dapat dikenali dari bentuk, dimensi dan warnanya. Pada api
carburizing, ujung api inti tumpul. Api ini mempunyai api acetylene dan lidah api (api
luar) yang semakin penjang bila proporsi acetylene semakin besar. Katakan panjang
api inti sama dengan x maka panjang api acetylene sama dengan x. Bila proporsi
acetylene diperbesar, panjang apai inti tetapi panjang api acetylene menjadi tiga x.
Demikian pula lidah apinya juga semakin panjang dan semakin berjelega.

b. Api Oxidizing

Api ini merupakan kebalikan api carburizing. Api oxidizing dihasilkan oleh campuran
yang terlalu banyak oksigen atau kekurangan acetylene. Sebagai, oksigen murni yang
berasal dari tabung tidak terserap oleh reaksi tahap pertama.oksigen murni yan tidak
terikat ini akan bereaksi dengan benda kerja, misal membakar sebagai unsur c dari
benda kerja sehingga bila untuk mengelas baja lunak akan semikn lunak. Oksigen
bebas bisa masuk kawah sehingga menimbulkan kropos atau oksidasi.

Api oxidizing memang jarang dipakai kecuali untuk menbrasing besi galvanis, las dan
pemanasan awal pada pengelesan besi taung.

Ciri-ciri api oxidizing juga kebalikan api carbrizing yaitu api inti runcing dan pendek.
Api acetylene boleh dikatakan tidak ada, sedang lidah apinya pendek. Api ini
mengeluarkan suara gemerisik (mendesis). Seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Nyala Api Oxidasi

c. Api Netral

Api netral dihasilkan oleh campuran seimbang, satu bading satu, antara oksigen dan
acetylene seperti yang dibutuhkan reaksi tahap pertama. Semua unsur c yang terurai
pada tahap pertama habis terbakar oleh oksigen pada tahap pertama, tetapi juga tidak
ada oksigen yang bebas.
Api netral ini tidak mempunyai api acetylene, tidak berjelaga, tidak berdesis tetapi
intinya tidak runcing. Bila diperhatikan dengan seksama (memakai kacamata las)
terlihat sedikit kelopak disekitar api inti.

Api netral inilah yang diharapkan dipakai untuk mengelas semua jenis bahan kecuali
yang telah disebut pada api oxidizing atau api carburizing dan bahan tertentu yang
sensitif terhadap gas acetylene atau hasil reaksi dengan oksigen, misal titanium. Api
netral tidak akan menambah unsur c atau unsur lain kedalam benda kerja, tetapi juga
tidak akan mengambil unsur c atau unsur lain benda kerja. Nyala netral seperti terlihat
pada bambar berikut.

Gambar 2,3 Nyala Api Netral

1. Nyala Las
Nyala inti atau netral adalah nyala permulaan terbakarnya zat arang
(karbon) dari asetilen. Nyala luar adalah hasil pembakaran gas karbon
monoksida (CO) dan hidrogen (H2) dengan zat asam dari udara (02).kegunaan
dari nyala ini adalah :
a. Untuk pengelasan biasa
b. Untuk mengelas baja atau besi tuang.
Namun yang sering terjadi nyala api netral ini untuk heat treatment logam
agar mengalami pengerasan permukaan. Nyala api kerucut dalam berwarna
putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada. Nyala api kerucut luar
berwarna kuning.
Pada nyala oksidasi ini Jumlah oksigen yang keluar lebih besar. Nyala inti jadi
lebih pendek dan berbentuk meruncing ke ujungnya. Ada suara mendesis yang
lebih keras dibandingkan dengan desisan suara nyala netral. nyala ini sering
digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan. dan terkadang
digunakan untuk braazing, Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita kurangi
aliran gas asetilen maka kita akan dapatkan nyala api oksigen lebih. Nyala apinya
pendek dan berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek. Nyala karburasi
adalah nyala sewaktu katup zat asam mulai dibuka setelah nyala asetilen terjadi.
Nyala ini merupakan nyala campuran gas antara asetilen dan zat asam dan jumlah
asetilen masih sangat dominan atau lebih banyak Kegunaan dari nyala ini biasanya
: a. Untuk memanaskan
b. Untuk mengelas permukaan yang keras dan logam putih.

5.4 Pengunaan Las Oxy-Acetyline


Las oksigen-asetilen adalah jenis alat pengelasan yang paling dasar.
Orangorang banyak menyebutnya las karbit. Sebenarnya las oksi-asetilen dan las
karbit sedikit berbeda, yang membedakannya adalah jenis bahan bakar yang
digunakan. Las karbit menggunakan karbit/carbide yang berbentuk seperti
bongkahan batu yang jika dicampurkan ke dalam air akan mengeluarkan gas yang
mudah terbakar sedangkan asetilen adalah gas mudah terbakar yang sudah
dimasukan ke dalam tabung yang siap pakai. Terus bahan bakar apa yang harus
dipilih? Jika ingin murah tentunya pilihannya jatuh kepada karbit tetapi
kekurangannya adalah bentuknya yang kurang ringkas membuatnya sulit untuk
dipindah-pindah dan juga meninggalkan ampas sisa. Asetilen menghasilkan panas
yang lebih tinggi dibanding karbit tetapi harganya cukup mahal.
Gambar 1. Tabung Oksigen, Tabung Asetilen
(https://www.pakeotac.com/cara-menggunakan-las-oxy-acetylene/)

Gambar 2. Regulator, Selang, Blander


(https://www.pakeotac.com/cara-menggunakan-las-oxy-acetylene/)

1. Tabung Oksigen: Berfungsi untuk meningkatkan panas api


2. Tabung asetilen: Berfungsi sebagai bahan bakar untuk menyalakan api.
Biasanya tabung asetilen berukuran lebih kecil dibanding tabung oksigen.
3. Regulator oksigen dan asetilen: Untuk mengatur tekanan yang keluar dari
tabung oksigen dan asetilen
4. Selang: Untuk mengalirkan oksigen dan asetilen dari tabung ke brander las.
5. Blender: Untuk mencampur dan mengatur jumlah oksigen dan asetilen yang
digunakan.

1. Cara Memasang peralatan:


1. Pasang selang pada regulator dan brander las. Biasanya warna merah pada
brander, regulator dan selang menunjukan jika itu adalah asetilen dan biru
adalah oksigen. Setelah selang dipasang, jangan lupa juga untuk memasang
clamp selang dan kencangkan dengan kuat.
2. Pasang regulator pada tabung. Jika perlu tambahkan sedikit seal tape pipa pada
drat regulator untuk mencegah kebocoran. Gunakan kunci inggris dan putar mur
searah jarum jam untuk mengencangkan. Regulator asetilen biasanya memiliki
drat yang berlawanan arah sehingga kita harus memutar kearah berlawanan
jarum jam untuk mengencangkan.
3. Setelah regulator terpasang dengan kencang, buka keran pada tabung sedikit
saja lalu cek kebocoran menggunakan busa dan air sabun. Jika terdapat suatu
gelembung-gelembung pada busa, berati ada kebocoran pada tabung.
Kencangkan regulator atau tambahkan seal tape bila perlu.
4. Jika tidak menemukan bocor pada regulator, cek seluruh sambungan selang
hinga sama sekali tidak ada kebocoran.

2. Cara Menggunakan Las Oxy-Acetylene


Buka keran pada tabung oksigen dan tabung asetilen. Pada regulator terdapat
buah gauge atau jarum penunjuk tekanan gas. Jarum disebelah kanan menunjukan
jumlah tekanan didalam tabung sedangankan jarum disebelah kiri adalah besar
tekanan gas yang keluar dari regulator. Cara untuk mengatur tekanan output
regulator adalah dengan memutar knob pada regulator. Putar knob searah jarum jam
untuk menaikan tekanan dan sebaliknya untuk menurunkan tekanan. Tekanan output
regulator yang dibutuhkan bervariasi tergantung kebutuhan, ketebalan material yang
akan di las. Jika digunakan untuk pengelasan plat-plat tipis (0,52mm), atur tekanan
oksigen pada 10kg/cm² dan 5kg/cm² pada asetilen. Setelah tekanan oksigen dan
asetilen diatur langkah selanjutnya adalah mengatur campuran oksigen dan asetilen
pada blender las. Disini saya tidak akan menjelaskan jenis-jenis nyala api oksidasi,
karburasi. Berikut adalah cara untuk mendapatkan nyala api netral:
1. Putar sedikit keran asetilen pada brander, lalu nyalakan api menggunakan korek
api/pemantik.
2. Setelah api menyala, buka perlahan-lahan keran asetilen hingga terlihat asap
berwarna hitam.
3. Setelah itu putar sedikit lagi karena asetilen asap hitam menghilang.
4. Setelah itu buka keran oksigen pada brander perlahan-lahan hingga mendapatkan
nyala api netral (api kecil berwarna biru bersih)

Jangan lupa untuk menggunakan peralatan keselamatan sebelum melakukan


pengelasan, terutama kacamata. Mengelas menggunakan oksi-asetilen tidaklah
terlalu sulit, hanya memerlukan banyak latihan dan pengalaman. Setelah selesai
mengelas, matikan oksigen pada brander terlebih dahulu kemudian matikan asetilen.
Setelah itu matikan keran pada tabung oksigen dan tabung asetilen.

5.5 Teknik Pengelasan


Dalam las asetilen ada dua teknik pengelasan yang biasa dipakai yaitu dengan arah
maju atau arah ke belakang.

1. Teknik Pengelasan Maju


Pada pengelasan maju, bahan tambah mendahului brander. Pelelehan cenderung
dibagian permukaan, sehingga dampak bakar (penetrasi) tidak mendalam. Adanya
pemanasan pendahuluan mengakibatkan daerah panas menjadi lebih luas sehingga
dapat menimbulkan tegangan panas yang tinggi. Logamyang di las selama proses
pendinginan tidak terlindungi, sehingga jalur sambungan las yang sempurna sukar
di peroleh. Keuntungan pada teknik pengelasan maju adalah penggunaan gas yang
efisien karena adanya panas pendahuluan. Teknik pengelasan maju banyak
digunakan untuk mengelas baja (bukan baja paduan) dengan tebal sama atau lebih
kecil dari 3 mm, pipa baja dengan tebal lebih kecil 3,5 mm, besi tuang, dan logam
non fero. Untuk logam dengan ukuran tebal, lebih besar atau sama dengan 1,5 mm,
gerakan brander diayunkan/berayun. Sedangkan untuk tebal kurang dari 1,5 m
gerakan ayunan semakin berkurang.

a. Kawat bahan tambah mendahului, brander las mengikuti.


b. Pelelehan bagian atas
c. Pengelasan keseluruhan tanpa landasan.

2. Teknik Pengelasan Mundur


Teknik pengelasan kebelakang (mundur) brander las mendahului bahan
tambah. Brander dituntun lurus bergerak mundur, sedangkan bahan tambah
diselamkan dalam kampuh las sambil mengaduk-aduk (berbentuk spiral). Dampak
bakar (penetrasi) yang terjadi cukup dalam dan logam lasan selama proses
pendinginan mendapatkan perlindungan oleh gas asetilen yang belum terbakar.
Sehingga untuk mendapatkan hasil las yang sempurna lebih mudah dibandingkan
dengan arah pengelasan maju. Daerah panas lebih sempit sehingga penyusutan dan
timbulnya tegangan panas relatif kecil. Pada cara pengelasan ini celah kampuh
sambungan las dapat diperkecil, sehingga volume kampuh las menjadi kecil.
Dengan demikian penggunaan bahan tambah dapat efisien. Kekurangan dalam
pengelasan mundur ini adalah tidak adanya pemanasan pendahuluan sehingga
penggunaan las asetilen menjadi lebih banyak. Baik teknik las maju maupun
mundur jika posisi benda lasan mendatar tidak begitu menyulitkan. Pada teknik
pengelasan arah mundur dengan posisi diatas kepala, pinggiran jalur sambungan
harus dileleh lebih awal dengan baik dan kawat disodorkan benar- benar tembus
keatas.

You might also like