You are on page 1of 19

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN IBU HAMIL DENGAN


PREEKLAMSIA DI PUSKESMAS BAROS KOTA SUKABUMI

Disusun Oleh
Nama : Ona Lisliani
Nim : 4009220034

Pembimbing Stase

(Yeti Hernawati, S.ST., M.Keb.)

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Studi Kasus yang
berjudul: ”Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ibu Hamil dengan Preeklamsia Di Puskesmas
Baros Kota Sukabumi”. Laporan Kasus ini disusun dengan maksud untuk memenuhi
tugas Stase Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dan pengarahan dari berbagai pihak, laporan kasus ini tidak dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. DR. Hj. Suryani Supardan., Dra.MM selaku ketua Stikes Dharma Husada Bandung
2. Ira Kartika, S.ST., M.keb selaku ketua Program Studi Sarjana dan profesi
Kebidanan Stikes Dharma Husada Bandung
3. Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Sarjana dan profesi Kebidanan
Stikes Dharma Husada Bandung
4. Dosen pembimbing stase asuhan kebidanan kehamilan
5. Dosen pembimbing lahan praktik
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Semoga kebaikan Bapak dan ibu serta teman-teman yang diberikan mendapat
ridho dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam perbuatan dan penulisan
laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bidang
pendidikan Aamiin.

Sukabumi, November 2022

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA
DI PUSKESMAS BAROS KOTA SUKABUMI

Bandung, November 2022

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana & Profesi Penulis

Ira Kartika, S.ST., M.Keb Ona Lisliani

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................. 3
A. Definisi Pemberian Obat Secara Parenteral........................................................ 3
B. Prosedur Pemberian Obat.................................................................................... 4
C. Pemberian Obat Melalui Intra Muskular (IM).................................................... 5
D. Langkah-Langkah Tindakan Injeksi Intra Muscular........................................... 6
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................ 9
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 14
BAB V SIMPULAN............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 16
Lampiran

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi, preeklamsia masih merupakan
sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu
diagnosis dini preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak (Wiknjosastro, 2008)
Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi dengan proteinuria dan edema
atau keduanya, setelah 20 minggu masa kehamilan. Kenaikan tekanan darah yang
tidak normal adalah tanda-tanda untuk mendiagnosa preeklamsia. Ini adalah
komplikasi hipertensi yang paling serius dan merupakan ancaman bagi fetus dan ibu
jika hal ini tetap tidak terdeteksi atau jika terdapat peningkatan eklamsia. Potensi bagi
efek yang mematikan pada ibu dan fetus memerlukan diagnosa yang lebih teliti, pada
dasarnya untuk mencegah eklamsia.
Timbulnya preeklamsia hampir mencapai 7% dari semua kehamilan.
Kemungkinan besar para wanita cenderung mengalami komplikasi yang mematikan,
seperti pecahnya plasenta, DIC, perdarahan otak, kerusakan fungsi hati, dan
kerusakan ginjal yang kronis. Kematian ibu secara dominan disebabkan oleh
komplikasi, pecahnya plasenta dan yang paling sering adalah eklamsia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan tindakan penanganan ibu hamil dengan
preeklamsia secara benar dan tepat sesuai dengan langkah-langkah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengkaji data pasien.
b. Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan langkah –langkah.
c. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang akan dilakukan

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Preeklamsia
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam
Muctar, 1998).
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (Helen Varney, 2007).
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yaitu hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul pada wanita hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu, pada ibu
bersalin dan nifas.

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Carpenito
(1997:1042) menerangkan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
preeklamsia sebagai berikut :
1. Usia ibu hamil kurang dari 21 tahun.
2. Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun.
3. Mempunyai riwayat penyakit pembuluh ginjal.
4. Diabetes melitus.
5. Penyakit pembuluh darah.
6. Kehamilan kembar.
7. Mola hidatidosa.
8. Penyakit hipertensi kronik.
9. Riwayat keluarga dengan hipertensi sebagai pengaruh kehamilan.

C. Faktor predisposisi
Penyebab pre eklamsia belum diketahui secara pasti, penyakit ini masih
disebut Disease of theory (Sudhaberata, 2001). Namun demikian, perhatian harus
ditunjukan terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi terhadap pre
eklamsia. Menurut Wiknjosastro (2008) fraktor predisposisi/risiko tersebut antara

2
lain:
1) Usia/umur: primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu
dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan.
2) Paritas: primigravida memiliki insideni hipertensi hampir dua kali lipat
3) Faktor keturunan (genetic): bukti adanya pewarisan secara genetik
paling mungkin disebabkan oleh turunan resesif.
4) Status sosial ekonomi: pre eklamsia dan eklamsia lebih umum ditemui
pada kelompok sosial ekonomi rendah.
5) Komplikasi obstetrik: kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops
fetalis.
6) Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: Hipertensi, Diabetes
Melitus, penyakit ginjal, System Lupus Erytematosus (SLE), sindrom
antifosfolipid antibody.

D. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler terhadap
angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler,
akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh
darah ke semua organ, fungsi fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak
menurun sampai 40-60 %. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta
dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitivitas
terhadap oksitosin meningkat.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat menurun, garam dan air di tahan,
tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan
hemokonsentrasi. Peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan
peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah,
edema berat dan berat badan naik dengan cepat.
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan
hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau
nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi
yang hebat dari PIH, enzim enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat.
Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symptom
visual seperti skotoma (blind spot) dan pandangan kabur.

3
Patologi yang sama menimbulkan edema cerebral dan hemoragik serta
peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus
pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema dihubungkan
dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh
dekompensasi kordis kiri.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Trijatmo (2005), gejala subjektif pada preeklamsia yaitu :
1. Sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia.
2. Penglihatan kabur.
3. Nyeri di daerah epigastrium.
4. Mual atau muntah-muntah.
5. Tekanan darah akan meningkat lebih tinggi.
6. Edema dan proteinuria bertambah meningkat.
Selain gejala subjektif preeklamsia di atas, tanda dan gejala preeklamsia ringan
diantaranya:
1. Kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg;
diastolik 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg.
2. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni).
3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
Sedangkan tanda dan gejala pada preeklamsia berat diantaranya :
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg.
2. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
3. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning).
4. Trombosit < 100.000/mm3.
5. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml/24 jam).
6. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g/L).
7. Nyeri ulu hati.
8. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat.
9. Perdarahan di retina (bagian mata).
10. Edema (penimbunan cairan) pada paru.
11. Koma.

4
F. Pemeriksaan penunjang
a. Uji diagnostik dasar.
a) Pengukuran tekanan darah.
b) Analisi protein dalam urine.
c) Pemeriksaan edema.
d) Pengukuran tinggi fundus uteri.
e) Pemeriksaan funduskopik.

b. Uji laboratorium.
1. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit
pada sediaan darah tepi).
2. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotranferase).
3. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).

c. Uji untuk meramalkan hipertensi.


1. Roll-over test.
2. Pemberian infus angiotensin II.

G. Pengkajian
a) Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai dasar setelah 20
minggu kehamilan. Riwayat hipertensi kronis, nadi mungkin menurun, dapat
mengalami memar spontan, perdarahan lama, atau epistaksis
(trombositopenia).
b) Eliminasi
Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400ml/24jam) atau tidak ada.
c) Makanan/cairan
Mual, muntah. Penambahan berat badan 2+1b [0,9072kg] atau lebih
dalam 1minggu, 6 1b [2,72kg] atau lebih/bulan (tergantung pada lamnya
gestasi). Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar),
masukan protein/kalori kurang. Edema mungkin ada, dari ringan sampai

5
berat/umum dan dapat meliputi wajah, ekstrimitas dan sistim organ. Diabetes
melitus.

d) Neurosensori
Pusing, sakit kepala frontal. Diplopia, penglihatan kabur. Hiperefleksia.
Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik-klonik, diikuti dengan periode
kehilangan kesadaran. Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema
atau spasme vaskuler.
e) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan [KkaA]).
f) Penapasan
Pernapasan mungkin kurang dari 14x/menit. Krekels mungkin ada.
g) Keamanan
h) Ketidaksesuaian Rh mungkin ada.
i) Prediagnosis
Primmigravida, gestassi multipel, hidramnion, mola hidratidosa, hidrops
fetalis (Antigen-antibodi Rh). Gerakan bayi mungkin berkurang. Tanda-tanda
abrupsi plasenta mungkin ada..
j) Penyuluhan/pembelajaran
Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lansia (usia 35 tahun
atau lebih) berisiko tinggi. Riwayat keluarga hipertensi karena kehamilan
(HDK).

H. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes presor supine (tes rollever) : dapat digunakan untuk memeriksa klien-
klien berisiko terhadap HKK, antara gestasi minggu ke 28-32, meskipun
keakuratan diragukan; peningkatan 20-30 mmHg pada tekanan sistolik atau
15-20mmHg pada tekanan diastol menandakan tes positif.
b) Tekanan arteri rerata (MAP) : 90 mmHg pada trimester ke 2 menandakan
HDK.
c) Hematokrit (Ht) : Meningkat pada perpindahan cairan, atau penurunan pada
sindrom HELLP (hemolisis, peningkatana enzim hepar, hitung trombosit
rendah).
d) Hemoglobin (Hb) : Rendah bila terjadi hemolisis (sindrom HELLP).

6
e) Smear perifer : Distensi sel – sel darah atau skistosit pada sindrom HELLP
atau hemolisis intravaskuler.
f) Hitung trombosit serum : Kurang dari 100.000/mm 3 pada koagulasi
intravaskuler diseminata (KID) atau pada sindrom HELLP, seperti perekatan
trombosit pada kolagen yang dilepaskan dari pembuluh darah yang rusak.
g) Kadar kreatinin serum : Meningkat
h) AST (SGOT), laktat dehidrogenase (LDH), dan kadar bilirubin serum
(terutama yang tidak langsung) : Meningkat pada sindrom HELLP dengan
masalah hepar.
i) Kadar asam urat : Setinggi 7 mg/100mL, bila masalah ginjal berat.
j) Masa protrombin (PT), masa tromboplastin parsial (PTT), masa pembekuan :
Memanjang, penurunan fibrinogen, produk spilt fibrin (FSP) dan produk
degradasi fibrin (FDP) positif bila terjadi koagulopati.
k) Berat jenis urin : Meningkat menunjukkan perpindahan cairan/dehidrasi
vaskuler
l) Proteinuria : Dengan menggunakan dipstik pengukuran 1+ ke 2+ (sedang),
3+ ke 4+ (berat), atau lebih dari 5 gr/ l dalam 24 jam.
m) Kadar estriol urin/plasma : Menurun menandakan penurunan fungsi plasenta.
(Estriol tidak bermanfaat sebagai prediktor dari profil biofisik [BPP] karena
kesenjangan waktu antara masalah janin dan hasil tes).
n) Kadar laktogen plasenta manusia : Kurang dari 4 mEq/ml menunjukkan
fungsi plasenta abnormal (tidak sering dilakukan pada skrining HKK).
o) Ultrasonografi : Pada gestasi minggu ke 20 sampai ke 26 dan diulang
kurangdari 6–10 minggu kemudian, menentukan usia gestasi dan mendeteksi
retardasi pertumbuhan intrauterus (IUGR).
p) Tes cairan amniotik (rasio lesitin terhadap sfingomielin [L/S],
fosfatidilgliserol [pg], kadar fosfatidilklolin tersaturasi) : menggambarkan
maturitas paru janin.
q) BPP (biophysical profile), termasuk volume cairan amniotik, ”fetal tone”,
pergerakan pernapasan janin (FBM), pergerakan janin dan denyut jantung
janin reaktif/tes nonstres : menentukan kesejahteraan/risiko janin.
r) Tes stres kontraksi (CST) : Mengkaji respon janin terhadap stres kontraksi
uterus.

7
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DENGAN
PREEKLAMSIA DI PUSKESMAS BAROS KOTA SUKABUMI

No. Register : 3212


Hari/Tanggal : Selasa, 25 Oktober 2022
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Puskesmas Baros
Pengkaji : Ona Lisliani

A. Subjektif
I. Identitas pasien
Nama : Ny. H
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : GURU
Alamat : Loacopong 2/21
No. Telp :
1. Alasan Datang Ke Puskesmas:
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya karena ada keluhan pusing,sedikit
mual,kedua kaki bengkak sejak 4 hari yang lalu
2. Keluhan Utama:
Pusing,mual,bengkak pada kedua tungkai
3. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Lamanya : 7 hari
d. Banyaknya : ±1-2 pembalut
e. Dismenorhoe : Tidak ada

8
f. HPHT : 13-02-2022
g. Flour Albus : Ada, setelah menstruasi, warna putih, jernih, tidak
gatal

4. Riwayat Penikahan
Merupakan pernikahan yang pertama
5. Penyuluhan yang pernah di dapat
Kesehatan reproduksi pada calon pengantin, Tanda Bahaya Kehamilan TM 1 &
III.
6. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
ginjal, TBC, Kelainan darah. Sudah pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
IMS, dan HIV/AIDS. Tidak ada alergi obat
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, hipertensi, asma,
DM, Ginjal, alergi, TBC, HIV, Hepatitis maupun kanker.
8. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Sering mengkonsumsi makanan siap saji
9. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi: Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, jarang mengkonsumsi
buah-buahan, minum 8 gelas/hari, tidak ada pantangan makanan.
b. Eliminasi: tidak ada keluhan, BAB= 1x/hr, BAK= 5x/hr
c. Istirahat: Tidur malam 7-8 jam, tidur siang 1 jam.
d. aktivitas: kerja mulai pukul 07.30 – 16.00 WIB, olahraga tidak pernah.
e. Hygiene: Mandi 2x/hr, ganti celana dalam 2x/hr, tidak pernah menggunakan
sabun pembersih vagina.
II. Riwayat Psikososial Budaya
Hubungan dengan keluarga tidak ada masalah, kehamilan saat ini diterima
oleh seluruh anggota keluarga, tidak ada budaya yang mempengaruhi kesehatan di
rumah.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Antropometri :

9
BB: 93 kg TB: 155 cm
IMT: 30 kg/m2 LILA: 30 cm
4. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 160/95 mmHg
Nadi : 80x/mnt
RR : 24 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik

a. Bentuk tubuh : Gemuk,


b. Wajah : tidak pucat
c. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera tidak ikterik
d. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
e. Mulut : Bibir tidak pucat, lembab, dan tidak kering
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
g. Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan yang abnormal,
tidak ada retraksi, tidak ada ronkhi dan weezing
h. Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : Leopold I: TFU 28 cm, teraba bagian besar, bulat, lunak &
tidak melenting (Bokong)
Leopold II: Teraba memanjang seperti papan di sebelah kiri (punggung
kiri), dan bagian-bagian kecil janin di sebelah kanan
Leopold III: Teraba bagian besar, bulat, dan tidka melenting (Kepala)
sudah tidak dapat digoyangkan
Leopold IV: Divergen

i. Ekstremitas
Warna kuku : tidak anemis
Oedema : ada pada ekstremitas atas dan bawah
Varises : tidak ada
Refleks patella : +/+

3. Pemeriksaan Penunjang:
Golongan Darah: B, rhesus +
HB: 11,9 gr/dl
Urine protein: +1
HIV, HbsAg: non reaktif
Sifilis: -

C. Analisa
Ny. H umur 22 tahun G1P0A0 36 minggu dengan Preeklamsia

D. Penatalaksanaan
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

10
telah dilakukan bahwa hasilnya ibu mengalami preeklamsia yaitu
meningkatnya tekanan darah setelah hamil, dan kondisi janin baik.
Ibu mengetahui keadaannya.
2) Menganjurkan ibu untuk mengurangi makanan yang berlemak dan yang
mengandung banyak garam, karena makanan yang berlemak dan tinggi garam
dapat meningkatkan tekanan darah.
Ibu paham dan akan mengikuti anjuran yang diberikan.
3) Menjelaskan bahwa dari hasil pengkajian dan pemeriksaan laboratorium ibu
memerlukan rujukan lebih lanjut
Ibu paham dan segera memberitahu suaminya
4) Memberitahu keadaan kesehatan ibu hamil kepada suaminya dan memerlukan
rujukan ke Rumah sakit.
Suami setuju dan faham tentang indikasi yang harus dijalankan
5) Melakukan kolaborasi dengan dokter di puskesmas, dan dokter segera
menganjurkan ibu segera dilakukan rujukan
6) Membuat surat rujukan dan persiapan merujuk ibu hamil
Surat rujukan telah dibuat
7) Melakukan informed consent untuk melakukan penanganan awal preeklamsia
yaitu pemasangan infus, memberikan dosis awal, dan memberikan obat
penurun tekanan darah.
Ibu menandatangani form inform consent.
8) Melakukan pemasangan infus
infus telah terpasang di tangan sebelah kanan.
9) Memberikan dosis awal MgSo4 ,4 gram 40 % dilarutkan dalam 100 ml NaCl
selama 30 menit secara IV loading dose, sambil merujuk ke RS.
Penanganan awal preeklamsia telah diilakukan.
10) Melakukan pendokumentasian
Telah dilakukan

11
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus Ny.H berdasarkan data subjektif mengalami keluhan pusing, mual,
dan bengkak, dan di data objektif didapatkan tekanan darah melebihi batas normal,
IMT ibu juga termasuk kategori obesitas, sehingga ditegakkan diagnosa preeklamsia.
Hal ini sesuai teori bahwa tanda dan gejala preeklamsia menurut Trijatmo (2005)
adalah gejala subjektif pada preeklamsia yaitu Sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diplopia, Penglihatan kabur, Nyeri di daerah epigastrium, Mual atau
muntah-muntah, Tekanan darah akan meningkat lebih tinggi, Edema (penimbunan
cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan dan proteinuria bertambah
meningkat (Sarwono, 2009). Peningkatan berat badan pada Ny. H juga merupakan
faktor risiko terjadinya preeklamsia, sesuai teori bahwa penambahan BB bermakna
dan tiba-tiba (misal : lebih dari 1,5 kg/bln dalam trimester ke-2 atau lebih dari
0,5kg/minggu pada trimester ke tiga) menunjukkan retensi cairan. Gerakan cairan dari
vaskuler ke ruang interstisial mengakibatkan edema (Kartaka, 2006).
Penatalaksanaan yang telah dilakukan pada kasus ini yaitu dilakukan rujukan
dimana dalam merujuk di Puskesmas telah berkolaborasi dengan dokter dan di
Puskesmas ibu telah diberikan obat oral Tablet Tambah Darah, Vitamin C dan
nifedifin sesuai advis dokter. Hal ini sudah sesuai teori penanganan awal preeklamsia
yaitu pemberian obat penurun tekanan darah Nifedifin 10 mg (Wiknjosastro, 2008).
Penanalaksanaan rujukan dan pemberian MGSO4 ini sudah sesuai teori bahwa
penatalaksanaan Pre eklamsi untuk mencegah terjadinya eklamsia harus dilakukan
pemberian dosis awal loading dose 4 gr MgSO4 40% dalam 100 ml NaCL: habis
dalam 30 menit (73 tts/menit) (Deborah, 2009).

12
BAB V
SIMPULAN

Gangguan hipertensi kehamilan, termasuk preeklampsia, dapat menyebabkan


berbagai komplikasi dalam kehamilan baik bagi ibu maupun janinnya. Maka dari itu
pada ibu hamil yang memiliki faktor risiko preeklamsi harus mendapatkan perawatan
yang rutin, mencegah terjadinya ke preeklamsi berat maupun eklamsi dengan cara
mencegah dan mengendalikan yaitu saat kehamilan ibu melakukan pemeriksaan
antenatal yang rutin dan menjaga kesehatan baik itu berat badan maupun asupan
nutrisinya. Dengan rutin memeriksaan kehamilan, dengan preeklamsi dijalani dengan
observasi ketat dan tidak mengarah ke yang lebih parah. Serta penanganan yang tepat
pada ibu hamil dengan preeklamsia di Puskesmas dengan melakukan rujukan
merupakan Tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi dalam
kehamilan, sehingga ibu dan bayi tetap sehat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans Info
Media, Jakarta.
Doengoes, Marilynn E 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edk 2, EGC, Jakarta.
Saifuddin, Abdul B 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta.
Mochtar, Rustam 1998, Sinopsi Obstetri, EGC, Jakarta.
http://one.indoskripsi.com/node/9081,dilihat pada 06 November 2022
Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina Pustaka,
Jakarta.
M., Brown, M. A., et all (2018). Hypertensive Disorders of Pregnancy, 24–43.
https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.117.1080
Mangkuji, Betty. Dkk (2012). Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta : EGC.
Nurhayati, dkk (2013). Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Kartaka, M. K. 2006. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan.
Indonesian Journal of Obstetric and Gynecology. Jakarta : EGC pp. 30 (1), 55-
8

14
15

You might also like