You are on page 1of 6

HARI ANAK NASIONAL 2022

HENTIKAN KEKERASAN TERHADAP ANAK!!!

Hari Anak Nasional setiap tahunnya diperingati tanggal 23 Juli yang merupakan
upaya pemerintah untuk memenuhi hak dan perlindungan anak. Hari Anak Nasional
merupakan gagasan dari Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dan upaya peringatan Hari
Anak pada saat itu, ditindaklanjuti dengan digelarnya pekan kanak-kanak pada tahun
1952. Tujuan dibuatkannya hari khusus untuk anak-anak merupakan bentuk perhatian
pemerintah dalam memberikan kesempatan bagi anak untuk mendapatkan perlakuan-
perlakuan yang adil dan menyelamatkan anak dari kasus-kasus kekerasan yang ada.
Penetapan peringatan Hari Anak mengalami proses yang begitu panjang dan perjalanan
sebelum ditetapkannya sempat mengalami beberapa perubahan, karena dianggap kurang
memiliki makna dan nilai historisnya tidak merujuk tanggal atau momen tertentu. Pada
pemerintahan Soeharto dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) No. 44/1984 yang
memutuskan hari anak diperingati tanggal 23 Juli. Hal tersebut tidak serta merta tanpa
alasan, dipilihnya tanggal 23 Juli diselaraskan dengan pengesahan Undang-Undang
tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979.
Makna Hari Anak Nasional adalah sebagai bentuk kepedulian dari seluruh bangsa
Indonesia terhadap perlindungan anak Indonesia agar dapat terus tumbuh dan
berkembang secara optimal. Upaya ini akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang
sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan tetap cinta tanah air walau di masa pandemi
Covid-19 seperti sekarang ini. Secara umum peringatan Hari Anak Nasional bertujuan
sebagai bentuk penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak anak sebagai generasi
penerus. Adapun tujuan khususnya yakni memberi pemahaman bahwa anak adalah
penerus cita-cita bangsa sehingga upaya pembinaan anak perlu diarahkan untuk
menggugah dan meningkatkan kesadaran akan hak, kewajiban dan tanggung jawab
kepada orangtua, masyarakat dan negara.
Melalui penyelenggaraan Hari Anak Nasional di tahun ini, diharapkan agar setiap
anak-anak dapat memiliki kesempatan yang luas dalam menunjukkan kepedulian antar
sesama, dan agar tetap dapat merasakan kegembiraan di rumah. Anak-anak memiliki hak
yang wajib dipenuhi orang tua. Hak tersebut bahkan diamanatkan oleh Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB). Draft awal mengenai 10 hak-hak anak diinisiasi oleh Eglantine Jebb,
yakni perempuan asal Inggris yang mendirikan organisasi non profit internasional Save
The Children dan terketuk hatinya untuk membuat draft hak anak. Hal ini karena Jebb
menyaksikan penderitaan anak-anak secara langsung pada Perang Dunia ke-1. Pada tahun
1923, Jebb mengusulkan draft tentang deklarasi anak-anak di Liga Bangsa-Bangsa Jenewa.
Kemudian tahun 1954, PBB mengumumkan tentang hak-hak anak. Akhirnya pada tahun
1989, draft tersebut disahkan sebagai konvensi hak anak. Di Indonesia konvensi hak anak
tersebut disetujui melalui Keputusan Presiden No.36/1990 tanggal 28 Agustus 1990. Ada
10 hak anak diantaranya:
1. Hak Mendapatkan Nama atau Identitas
2. Hak Memiliki Kewarganegaraan
3. Hak Memperoleh Perlindungan
4. Hak Memperoleh Makanan
5. Hak Atas Kesehatan Tubuh yang Sehat Akan Membuat Anak Berkembang Optimal
6. Hak Rekreasi
7. Hak Mendapatkan Pendidikan
8. Hak Bermain
9. Hak untuk Berperan dalam Pembangunan
10. Hak untuk Mendapatkan Kesamaan
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian,
kita sebagai individu yang bermasyarakat harus lebih peka dan sigap di segala situasi
melawan tindak kekerasan anak di sekitar kita, dengan tidak membiarkan kekerasaan-
kekerasaan anak ini terjadi berarti kita ikut dalam mencerahkan dan menentukan masa
depan lebih baik bagi anak. Membangun pribadi anak dengan kasih sayang, memilih
pendidikan yang baik, pergaulan yang positif, lingkungan yang sehat dan mendukung
sudah sepantasnya menjadi kewajiban orangtua dan bagi siapapun kita.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat
setidaknya ada 11.952 kasus kekerasan anak yang tercatat oleh Sistem Informasi Online
Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) sepanjang tahun 2021. Menteri PPPA
Bintang Puspayoga menyebutkan, dari jumlah tersebut, bentuk kekerasan yang paling
banyak dialami oleh anak-anak adalah kekerasan seksual yaitu sebanyak 7.004 kasus.
"Kekerasan terhadap anak sebanyak 11.952 kasus dengan kekerasan seksual sebanyak
7.004 kasus. Hal ini berarti 58,6 persen kasus kekerasan terhadap anak adalah kasus
kekerasan seksual," kata Bintang dalam rapat dengan Badan Legislasi DPR, Kamis
(24/3/2022). Berdasarkan data yang sama, Kementerian PPPA juga mencatat ada 8.478
kasus kekerasan terhadap perempuan pasa 2021 di mana 15 persen di antaranya atau 1.272
kasus, merupakan kasus kekerasan seksual.
Tindakan berupa kekerasan terhadap anak, terutama kekerasan seksual haruslah
kita hentikan sejak dini. Sebagai informasi untuk kita, berikut merupakan beberapa
bentuk kekerasan terhadap anak yang harus kita cegah dan hentikan bersama-sama.
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah bentuk kekerasan dengan menyiksa anak secara fisik dan
terdapat tanda tanda bekas kekerasan di tubuh anak. Kekerasan bentuk fisik
terhadap anak, menyiksa anak dengan atau tanpa menggunakan benda-benda
tertentu yang mengakibatkan memar, berdarah, patah tulang, luka, luka bakar,
bengkak, pingsan, dan kondisi lain dapat menyebabkan bentuk yang lebih serius.
Selain itu, terjadi pemukulan dengan konsekuensi yang lebih serius dan paling
mematikan adalah kematian.
2. Kekerasan psikis
Kekerasan psikis adalah kekerasan yang dialami anak ketika situasi perasaan anak
tidak aman dan nyaman. Kekerasan psikis termasuk tidak menghormati harga diri
dan martabat korban, menggunakan bahasa kasar, menegur anak, memprovokasi,
mempermalukan anak di depan orang lain atau di depan umum, atau intimidasi
secara verbal.
3. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual terhadap anak merupakan bentuk kekerasan anak ketika
mengalami pelecehan/perlakuan seksual (melalui kata-kata, emosi, gambar visual,
paparan), pornografi, gerakan tubuh, film, atau lainnya). Bentuk kekerasan lewat
seks yang memuaskan hasrat (inses, pemerkosaan, pelecehan seksual). Khususnya
berkaitan dengan bentuk-bentuk kekerasan seksual terhadap anak, seperti
pemerkosaan, sodomisasi, kontak dengan alat kelamin dan bagian tubuh sensitif
lainnya, penjualan oleh mucikari, dan dipaksa menjadi PSK. 
4. Kekerasan sosial
Kekerasan sosial biasanya identik dengan penelantaran/penelantaran anak dan
tercermin dari sikap dan perlakuan orang tua/pengasuh yang tidak
memperhatikan proses tumbuh kembang anak. Contohnya anak mungkin
diasingkan, diasingkan dari keluarga mereka, atau tidak dapat menerima
pendidikan dan perawatan medis yang memadai. Kekerasan sosial juga mencakup
eksploitasi anak berupa sikap diskriminatif dan perlakuan sewenang-wenang
terhadap anak oleh keluarga dan masyarakat. Misalnya, memaksa anak untuk
melakukan sesuatu untuk keuntungan ekonomi, sosial, atau politik, terlepas dari
hak perlindungan anak, tergantung pada perkembangan fisik, psikologis, dan
status sosialnya.
Telah kita sepakati bersama bahwa kekerasan terhadap anak haruslah bisa kita
hentikan secara bersama-sama, sehingga perlu rasanya kita untuk mengetahui beberapa
langkah untuk mencegah tindak kekerasan terhadap anak di sekitar kita, yakni sebagai
berikut.
1. Memperhatikan dan mengawasi lingkungan sosial anak
Hal ini wajib dilakukan agar anak aman dari lingkungan sekitar yang
mencurigakan dan berpotensi terjadinya kekerasan terhadap anak.
2. Mengenali ciri atau tanda anak mengalami kekerasan
Pastikan dengan menanyakan dan intens berkomunikasi dengan anak-anak agar
anak terhindar dari kekerasan, baik itu secara verbal maupun non-verbal.
3. Mengenali karakter anak
Sebagai orang terdekat anak, kita sepatutnya mengenali bagaimana sifat anak dan
karakternya. Apakah anak pendiam ketika mengalami masalah atau sebaliknya
akan terbuka dan menceritakan terhadap keluarganya. Hal ini dilakukan agar
membuat anak merasa nyaman dan kita mampu memahami perasaaan anak
sehingga mereka terbuka untuk menceritakan hal yang terjadi kepada mereka.

Kalimat akhir
REFERENSI

Anonim. 2021. Makna Hari Anak Nasional serta Tujuan Peringatannya. Diakses pada 20
Juli 2022 melalui https://kumparan.com/berita-terkini/makna-hari-anak-nasional-
serta-tujuan-peringatannya-1wB0w8Ekhie.

Destriyana. 2013. Cara Mencegah Kekerasan Pada Anak. Diakses pada 19 Juli 2022 melalui
https://www.merdeka.com/gaya/cara-mencegah-kekerasan-pada-anak.html.

Raditya, I. N. & Nancy, Y. 2022. Sejarah Hari Anak Nasional & Alasan Diperingati Setiap 23
Juli. Diakses pada 18 Juli 2022 melalui https://tirto.id/sejarah-hari-anak-nasional-
alasan-diperingati-setiap-23-juli-eeSs.

Kompas. 2022. Kementerian PPPA: 11.952 Kasus Kekerasan terhadap Anak Terjadi
Sepanjang 2021, Mayoritasnya Kekerasan Seksual. Diakses pada 21 Juli 2022 melalui
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/24/15034
051/kementerian-pppa-11952-kasus-kekerasan-terhadap-anak-terjadi-sepanjang-
2021.

Sely. 2021. Stop Segala Bentuk Kekerasan Terhadap (Gambaran dan Jenis Kekerasan Pada
Anak). Diakses pada 19 Juli 2022 melalui https://puspensos.kemensos.go.id/stop-
segala-bentuk-kekerasan-terhadap-gambaran-dan-jenis-kekerasan-pada-anak.

You might also like