You are on page 1of 2

TUGAS DUSKUSI KRIMINOLOGI -44 SESI 2

Nama :Syifa Afriani


NIM :042148435

Ilmu hukum memiliki penggolongan mengenai hukum, salah satunya adalah hukum
pidana. Hukum pidana ini bertujuan untuk mencegah perbuatan-perbuatan masyarakat
yang tidak sesuai dengan aturan-aturan hukum yang berlaku, karena bentuk hukum pidana
merupakan bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara.  Pelaku
tindak pidana akan dikenakan tindakan melalui proses pemeriksaan persidangan perkara
pidana. Dalam proses pemeriksan persidangan, dibutuhkan suatu alat bukti untuk
mengetahui bahwa telah terjadi tindak pidana dan terdakwalah pelakunya.
Dilihat dari Kasus Nenek Minah ini menjadi contoh banyak kalangan menganalogikan
fenomena penegakan hukum di Indonesia itu seperti pisau, yaitu tajam ke bawah tetapi
tumpul ke atas. Karena mereka membandingkan kasus pencurian 3 buah kakao yang
dilakukan Nenek Minah ini dengan kasus besar seperti orang yang menilap uang hingga Rp
2.8 triliun dan menyebabkan lembaga negara harus mengucurkan dana Rp 6.7 triliun hanya
divonis 4 tahun penjara yang vonis itu jauh lebih ringan dari tuntutan Jaksa. Hal yang
tentunya sangat tidak adil jika dibandingkan dengan Nenek tua yang mencuri 3 buah kakao,
justru diseret ke pengadilan.
Hukum yang dipaparkan adalah Pasal 362 KUHP yang berbunyi  “Barang siapa
mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud
untuk dimilikinya sendiri secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. Ada atau
tidaknya pencurian, terbukti atau tidak pencurian tersebut, tanpa memperhatikan keadaan
yang melingkupinya (ketidaktahuan si nenek Minah).
Kesalahan yang dilakukan oleh Nenek Minah adalah kesengajaan yang bersifat tujuan,
yaitu si pelaku dapat dipertanggungjawabkan dan benar-benar menghendaki mencapai
akibat yang menjadi pokok alasan diadakannya ancaman hukuman pidana (constitutief
gevol). Jika semua unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 362 KUHP telah terpenuhi,
maka terdakwa Nenek Minah dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tidak pidana pencurian sebagaimana dalam dakwaan, melanggar Pasal 362 KUHP
karena itu terdakwa harus dihukum sesuai dengan perbuatannya tersebut dan yang
menentukan atau deterministik dalam kasus ini bahwa Nenek Minah harus dihukum adalah
adanya Undang-Undang (KUHP), merupakan peraturan tertulis sifatnya menentukan,
memastikan bahwa hukum itu mengandung kepastian.
Menurut aliran Sosiologis, hukum bukanlah norma-norma atau  peraturan-peraturan
yang memaksa orang berkelakuan menurut tata tertib yang ada dalam masyarakat, tetapi
kebiasaan-kebiasaan orang dalam pergaulannya dengan orang lain, yang menjelma dalam
perbuatan atau perilakunya dimasyarakat. Hammaker, yang meletakkan dasar sosiologi
hukum di Negara Belanda menyatakan, hukum itu bukan suatu himpunan norma-norma,
bukan himpunan peraturan-peraturan yang memaksa orang berkelakuan menurut tata
tertib masyarakat, tetapi suatu himpunan peraturan-peraturan yang menunjuk “kebiasaan‟
orang dalam pergaulannya dengan orang lain di masyarakat.
 Menurut Soekanto, aliran sociological jurisprudence yang dipelopori oleh oleh Eugen
Erlich, bahwa ajarannya adalah berpokok pada perbedaan antara hukum positif (kaidah-
kaidah hukum) dengan hukum yang hidup ditengah masyarakat (living law). Sehingga
hukum yang positif hanya akan efektif apabila senyatanya selaras dengan hukum yang hidup
di masyarakat. Erlich juga mengatakan bahwa pusat perkembangan dari hukum bukanlah
terletak pada badan-badan legislated, keputusan-keputusan badan yudikatif atau ilmu
hukum, tetapi senyatanya adalah justru terletak didalam masyarakat itu sendiri.
Jika ditinjau dari sudut pandang sosiologis maka kasus  ini adalah kasus yang tidak
layak untuk dilanjutkan dalam proses peradilan, walaupun kenyataannya perbuatan nenek
Minah  telah memenuhi unsur melawan hukum dalam pasal 362 tentang pencurian . Secara
kemasyarakatan buah kakao yang diambil oleh nenek Minah yang nilainya tidak sebanding
dengan proses peradilan yang dijalaninya. Aparat mestinya juga menggunakan pendekatan
hati nurani dan akal sehat. Sebab, ketika aparat hanya mengacu pada teks undang-undang,
keadilan yang didapat masyarakat hanya bersifat formal. Berbeda dengan ketika
menggunakan akal sehat dan hati nurani, yang didapat adalah keadilan. Karena kerugian
yang dialami oleh PT.Rumpun Sari Antan (RSA) juga tidak sebanding dengan dampak sosial
yang diderita oleh nenek Minah.
 Kasus nenek Minah merupakan secuil kecil masalah ketidakadilan ditengah-tengah
masyarakat. Banyak substansi hukum yang ada tidak berhak kepada kepentingan
masyarakat, hukum tidak lagi mencerminkan perkembangan masyarakat sehingga banyak
masalah-masalah hukum terkini ditengah-tengah masyarakat tidak bisa dijawab oleh
hukum, karena hukum yang berlaku sudah banyak yang usang seperti hukum warisan
kolonial yang masih bersifat positivis.
Dari sudut pandang psikolog mandor atau petugas yang berpendapat bahwa nenek
minah telah melakukan pencurian atau unsur kejahatan merupakan perbuatan manusia
yang abnormal, bersifat melanggar hukum (pidana) dimana hal tersebut disebabkan oleh
faktor-faktor kejiwaan dari individu pelaku kejahatan yaitu bisa saja karna faktor usia
sehingga tidak memikirkan dampak dari perbuatan nya memetik buah diperkebuanan
tersebut

You might also like