You are on page 1of 11

MAKALAH

SWAMEDIKASI TENTANG OBAT

DISUSUN OLEH :

Nama : SRI DEWI RAMA DANI LUBIS


Nim : P07539021036
Kelas : 2A - SEMESTER III

DOSEN PENGAMPU :
Dra.Masniah,M,Kes,Apt

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TAHUN AJARAN 2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya la sehingga makalah ini dapat disusun hingga selesai dengan
lancar.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Peranan kegiatan kesmas di masyakarakat indonesia”, yang saya sajikan
berdasarkan berbagai sumber informasi.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Semoga makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi pembaca umumnya,khususnya saya sendiri
untuk kedepannya dapat memperbaiki susunan dan isi makalah menjadi lebih
baik.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya , saya tahu masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca kepada saya.

Medan, 11 Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3

LATAR BELAKANG.........................................................................................................4

RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5

TUJUAN..............................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7

DEFINISI SWAMEDIKASI...............................................................................................9

ALASAN DAN TUJUAN...................................................................................................10

KEUNTUNGAN DAN RESIKO........................................................................................11

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN SWAMEDIKASI...........................12

SWAMEDIKASI YANG RASIONAL...............................................................................13

HAL HAL YANG DIPERHATIKAN SAAT MELAKUKAN SWAMEDIKASI.............14

DEFINISI OBAT.................................................................................................................15

PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN JENIS......................................................16

OBAT WAJIB APOTEK....................................................................................................17

BAB III PENUTUP...........................................................................................................18

KESIMPULAN...................................................................................................................19

SARAN................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Swamedikasi (self medication) adalah pemilihan dan penggunaan obatobatan oleh


individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang diketahuinya.Swamedikasi seringkali
dilakukan dalam mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan seperti
demam,dismenorea,pusing,batuk,influenza,sakit maag,cacingan,diare,penyakit kulit dan
lain-lain.Tindakan swamedikasi ini banyak menjadi pilihan masyarakat karena praktis,
mudah didapat dan juga murah.
Swamedikasi hanya boleh menggunakan obat yang termasuk dalam golongan bebas
dan bebas terbatas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, dan beberapa jenis obat keras
yang temasuk dalam daftar obat wajib apotek.
Swamedikasi adalah upaya mengobati diri sendiri dengan penggunaan obat-obatan
tanpa konsultasi medis sebelumnya mengenai indikasi,dosis dan lama pengobatan.
Penggunaan resep lama ,berkonsultasi dengan teman,membeli obat sendiri tanpa resep,
berbagi obat-obatan yang pernah digunakan kepada tetangga ataupun teman, ini
merupakan hal-hal yang sering terjadi dalam praktek swamedikasi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan rasionalitas swamedikasi pada
masyarakat.

1.3 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
swamedikasi pada masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Swamedikasi


Swamedikasi menurut World Health Organization didefinisikan sebagai upaya untuk
menggunakan atau memperoleh obat tanpa diagnosa, saran dokter, resep, pengawasan
terapi ataupun penggunaan obat untuk mengobati diri sendiri tanpa konsultasi dengan
petugas kesehatan. Sebelum melakukan konseling kesehatan pada tenaga kesehatan,
swamedikasi sering dilakukan oleh masyarakat ketika mengalami gejala penyakit ringan.
Data Susenas Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 60% masyarakat
melakukan pengobatan sendiri. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
bahwa 35,2% masyarakat Indonesia menyimpan obat di rumah tangga, baik diperoleh dari
resep dokter maupun dibeli sendiri secara bebas, di antaranya sebesar 27,8% adalah
antibiotik. (Kementerian Kesehatan, 2013)

Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang
sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat
dokter (Rahardja,2010).

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan
sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan.Lebih dari 60% dari
anggota masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat
modern(Anonim,2010).

Swamedikasi merupakan bagian dari self-care di mana merupakan,usaha pemilihan


dan penggunaan obat bebas oleh individu untuk mengatasi gejala atau sakit yang
disadarinya (WHO,1998).

Untuk melakukan pengobatan sendiri secara benar,masyarakat harus mampu.


(Binfar,2008):

1. Mengetahui jenis obat yang diperlukan untuk mengatasi penyakitnya.


2. Mengetahui kegunaan dari tiap obat,sehingga dapat mengevaluasi sendiri
perkembangan sakitnya.
3. Menggunakan obat tersebut secara benar (cara,aturan,lama pemakaian) dan tahu
batas kapan mereka harus menghentikan self-medication dan segera minta
pertolongan petugas kesehatan.
4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan
apakah suatu keluhan yang timbul kemudian itu suatu penyakit baru atau efek
samping obat.
5. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut.

2.2 Alasan Dan Tujuan

Alasan masyarakat melakukan swamedikasi antara lain kepraktisan waktu,murah,


mudah didapat,dan pengalaman swamedikasi sebelumnya.Adapun tujuan swamedikasi ini
dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan,mengobati penyakit kronis, dan menangani
sakit yang diderita terutama pada malam hari.

Tujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal menolong dirinya


sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan (kasus penyakit ringan) Swamedikasi yang
bertanggung jawab dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati gejala dan penyakit
yang tidak memerlukan konsultasi atau pengawasan medis.Penyakit-penyakit ringan yang
sering diatasi dengan swamedikasi antara lain seperti demam,pusing,perut
kembung,diare,cacingan,dan lain-lain.

2.3 Keuntungan dan Resiko

Banyak keuntungan yang didapat bila swamedikasi dilakukan dengan tepat,misalnya


dapat mengobati gejala penyakit ringan, mudah dijangkau oleh berbagai lapisan
masyarakat, dan juga mengurangi beban pelayanan medis.Pemerintah juga diuntungkan
bila swamedikasi dilakukan dengan tepat karena sejalan dengan program pembangunan
kesehatan nasional.

Swamedikasi selain dapat meningkatkan perluasan dan pemerataan jangkauan obat,


tetapi dapat beresiko bila dilakukan secara tidak tepat dalam penggunaan ataupun takaran
obatnya.Swamedikasi yang tidak tepat dapat menyebabkan timbulnya keluhan lain yang
disebabkan karena kesalahan mengenali gejala yang muncul, memilih obat, cara
penggunaan,dosis, dan keterlambatan dalam mencari pertolongan tenaga kesehatan saat
keluhan berlanjut.Timbulnya keluhan lain tersebut bisa disebabkan karena efek samping
obat seperti reaksi alergi, mual, dan lain lain.Risiko dari swamedikasi antara lain dapat
mengalami efek samping obat, resistensi antibiotik, hipersensitivitas, gejala putus zat, dan
dapat menutupi gejala utama penyakit sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis
yang benar.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Swamedikasi

Praktek swamedikasi menurut World Health Organization (WHO) dalam Zeenot (2013),
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Faktor sosial ekonomi


Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada semakin tinggi tingkat
pendidikan dan semakin mudah akses untuk mendapatkan informasi.

b. Gaya hidup
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak dari gaya hidup tertentu seperti
menghindari merokok dan pola diet yang seimbang untuk memelihara kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit (WHO, 1998).

c.Kemudahan memperoleh produk obat


Saat ini pasien dan konsumen lebih memilih kenyamanan membeli obat yang bisa
diperoleh dimana saja, dibandingkan harus menunggu lama di rumah sakit atau klinik.

d.Faktor kesehatan lingkungan


Dengan adanya praktek sanitasi yang baik,pemilihan nutrisi yang tepat serta lingkungan
perumahan yang sehat,meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat menjaga dan
mempertahankan kesehatan serta mencegah terkena penyakit.

e.Ketersediaan produk baru


Saat ini,semakin banyak tersedia produk obat baru yang lebih sesuai untuk pengobatan
sendiri.Selain itu, ada juga beberapa produk obat yang telah dikenal sejak lama serta
mempunyai indeks keamanan yang baik, juga telah dimasukkan ke dalam kategori obat
bebas, membuat pilihan produk obat untuk pengobatan sendiri semakin banyak tersedia.

2.5 Swamedikasi yang Rasional

Swamedikasi yang benar harus diikuti dengan penggunaan obat yang rasional. World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penggunaan obat rasional mensyaratkan
bahwa pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka atau peresepan
obat yang sesuai dengan diagnosis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan dan durasi
yang tepat, untuk jangka waktu yang cukup, dan pada biaya terendah. Kriteria yang
digunakan dalam penggunaan obat yang rasional adalah sebagai berikut (SIHFW, 2010).

a. Tepat diagnosis
b. Tepat pemilihan obat
c. Tepat dosis
d. Waspada efek samping
e. Efektif,aman,mutu terjamin,dan harga terjangkau
f. Tepat tindak lanjut

2.6 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Saat Melakukan Swamedikasi

Berikut ini merupakan beberapa hal yang penting untuk diketahui masyarakat ketika
akan melakukan swamedikasi (Depkes RI, 2006)

1. Untuk menetapkan jenis obat yang dipilih perlu diperhatikan :

a. Pemilihan obat yang sesuai dengan gejala atau keluhan penyakit.


b. Kondisi khusus.Misalnya hamil, menyusui, lanjut usia, dan lain-lain.
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap penggunaan obat tertentu.
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping, dan
e. Interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat
f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada apoteker
(Depkes RI,2006).

2. Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :

a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.


b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
d. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
f. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada
Apoteker. (Depkes RI, 2007)

3. Kenali efek samping obat yang digunakan agar dapat diperkirakan apakah suatu keluhan
yang timbul kemudian merupakan suatu penyakit baru atau efek samping dari obat
(Depkes RI, 2006).

4. Cara penggunaan obat harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Obat tidak untuk digunakan secara terus-menerus.


b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur obat.
c. Bila obat yang diminum menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaannya dan tanyakan kepada apoteker atau dokter.
d. Hindari menggunakan obat orang lain, walaupun gejala penyakit sama.
f. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lengkap, tanyakan kepada
apoteker (Depkes RI, 2007)

5. Gunakan obat tepat waktu sesuai dengan aturan penggunaan,Contoh :

a. Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali.


b. Obat diminum sebelum atau sesudah makan (Depkes RI, 2007)

6. Pemakaian obat secara oral adalah cara yang paling lazim karena praktis, mudah, dan
aman. Cara yang terbaik adalah meminum obat dengan segelas air putih (Depkes RI, 2007)

7. Cara penyimpanan obat harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti
yang tertera pada kemasan.
c. Simpan obat di tempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan
kerusakan obat.
d. Jangan menyimpan obat yang telah kedaluarsa atau rusak.
e. Jauhkan dari jangkauan anak-anak (Depkes RI, 2006).

2.7 Definisi Obat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No. 917/MENKES/PER/X/1993, obat adalah


sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Setiap obat mempunyai manfaat, namun obat
juga memiliki efek samping yang merugikan bila digunakan tidak sesuai dengan aturan pakai.

2.8 Penggolongan Berdasarkan Jenis

Penggolongan obat bertujuan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta
pengamanan distribusinya. Menurut PERMENKES No. 6 917/MENKES/PER/X/1993 tentang wajib
daftar obat jadi, penggolongan obat terdiri dari :

a. Obat bebas : Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Contoh dari obat golongan bebas adalah paracetamol, vitamin/multivitamin.

b.Obat bebas terbatas : Obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk obat keras akan tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.
Tanda peringatan diberi kotak dengan latar belakan berwarna hitam yang tertulis pemberitahuan
berwarna putih. Contoh dari obat golongan bebas terbatas adalah anti histamin
(CTM/Chlorpheniramine Maleate), anti mabuk (Antimo), antiinfluenza (Noza).

c.Obat keras dan psikotropika : Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan disertai resep dokter. Contoh dari obat golongan keras adalah anti nyeri (asam
mefenamat), semua obat antibiotik (ampisilin, tetrasiklin, sefalosporin, penisilin, dan lain-
lain). Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah ataupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh dari obat
golongan psikotropika adalah diazepam, amfetamin, dan lain-lain.

2.9 Obat Wajib Apotek

Obat Wajib Apotek Obat wajib apotek adalah beberapa obat keras yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter, namun harus diserahkan oleh apoteker di apotek. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri
guna mengatasi masalah kesehatan yang ringan, maka perlu ditunjang dengan sarana yang
dapat meningkatkan kemampuan swamedikasi secara tepat, aman, dan rasional.

Daftar obat wajib apotek dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan, terbagi
mejadi tiga daftar obat yaitu :

1. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib


Apotek berisi Daftar Obat Wajib Apotek no. 1.
2. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/MenKes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat
Wajib Apotek no.2.
3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat
Wajib Apotek no. 3.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan: Swamedikasi memainkan peran yang penting sebenarnya dalam sistem
pelayanan kesehatan. Perilaku swamedikasi yang tepat sesuai penggunaan obat rasional
akan memberikan manfaat. Resiko perilaku swamedikasi akan muncul jika dilakukan
dengan tidak tepat.
3.2. Saran
Adapun saran guna lebih meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap swamedikasi
adalah sebagai berikut :

1. Untuk Dinas Kesehatan : Diharapkan dapat sering melakukan sosialisasi ke desa-desa


tentang swamedikasi influenza, agar semakin banyak masyarakat yang memahami
bagaimana cara swamedikasi yang baik.

2. Untuk Masyarakat : Diharapkan agar lebih memahami cara swamedikasi (pengobatan


sendiri) yang baik karena akan lebih berbahaya jika terjadi kesalahan pengobatan
(medication error).

3. Untuk Peneliti Selanjutnya : Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemahaman


masyarakat terhadap penyakit maag, dan penyakit lainnya.

Edukasi perlu diberikan untuk beberapa masyarakat terkait dengan swamedikasi yang
benar sehingga masyarakat dapat lebih optimal dalam mengetahui informasi pada obat yang
digunakan. Kepercayaan masyarakat terhadap swamedikasi juga masih minim, sehingga
perlu ditingkatkan untuk meningkatkan upaya swamedikasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/27901/F.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
2.https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/2646/Tata%20Clarista.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
3.http://eprints.ums.ac.id/60104/5/BAB%20I.pdf
4.https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/15437/05.5%20bab%205.pdf?
sequence=9&isAllowed=y
5. Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat bebas dan Obat Bebas Terbatas,
Direktorat bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesahatan,
Jakarta.
6.Anief, M., 1997, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Cetakan Ketiga (Revisi), Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

You might also like