Professional Documents
Culture Documents
Makalah Swamedikasi Obat
Makalah Swamedikasi Obat
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Dra.Masniah,M,Kes,Apt
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
LATAR BELAKANG.........................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5
TUJUAN..............................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
DEFINISI SWAMEDIKASI...............................................................................................9
DEFINISI OBAT.................................................................................................................15
KESIMPULAN...................................................................................................................19
SARAN................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
swamedikasi pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang
sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat
dokter (Rahardja,2010).
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan
sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan.Lebih dari 60% dari
anggota masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat
modern(Anonim,2010).
Praktek swamedikasi menurut World Health Organization (WHO) dalam Zeenot (2013),
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
b. Gaya hidup
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak dari gaya hidup tertentu seperti
menghindari merokok dan pola diet yang seimbang untuk memelihara kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit (WHO, 1998).
Swamedikasi yang benar harus diikuti dengan penggunaan obat yang rasional. World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penggunaan obat rasional mensyaratkan
bahwa pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka atau peresepan
obat yang sesuai dengan diagnosis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan dan durasi
yang tepat, untuk jangka waktu yang cukup, dan pada biaya terendah. Kriteria yang
digunakan dalam penggunaan obat yang rasional adalah sebagai berikut (SIHFW, 2010).
a. Tepat diagnosis
b. Tepat pemilihan obat
c. Tepat dosis
d. Waspada efek samping
e. Efektif,aman,mutu terjamin,dan harga terjangkau
f. Tepat tindak lanjut
Berikut ini merupakan beberapa hal yang penting untuk diketahui masyarakat ketika
akan melakukan swamedikasi (Depkes RI, 2006)
3. Kenali efek samping obat yang digunakan agar dapat diperkirakan apakah suatu keluhan
yang timbul kemudian merupakan suatu penyakit baru atau efek samping dari obat
(Depkes RI, 2006).
6. Pemakaian obat secara oral adalah cara yang paling lazim karena praktis, mudah, dan
aman. Cara yang terbaik adalah meminum obat dengan segelas air putih (Depkes RI, 2007)
a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti
yang tertera pada kemasan.
c. Simpan obat di tempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan
kerusakan obat.
d. Jangan menyimpan obat yang telah kedaluarsa atau rusak.
e. Jauhkan dari jangkauan anak-anak (Depkes RI, 2006).
Penggolongan obat bertujuan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta
pengamanan distribusinya. Menurut PERMENKES No. 6 917/MENKES/PER/X/1993 tentang wajib
daftar obat jadi, penggolongan obat terdiri dari :
a. Obat bebas : Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Contoh dari obat golongan bebas adalah paracetamol, vitamin/multivitamin.
b.Obat bebas terbatas : Obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk obat keras akan tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.
Tanda peringatan diberi kotak dengan latar belakan berwarna hitam yang tertulis pemberitahuan
berwarna putih. Contoh dari obat golongan bebas terbatas adalah anti histamin
(CTM/Chlorpheniramine Maleate), anti mabuk (Antimo), antiinfluenza (Noza).
c.Obat keras dan psikotropika : Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan disertai resep dokter. Contoh dari obat golongan keras adalah anti nyeri (asam
mefenamat), semua obat antibiotik (ampisilin, tetrasiklin, sefalosporin, penisilin, dan lain-
lain). Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah ataupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh dari obat
golongan psikotropika adalah diazepam, amfetamin, dan lain-lain.
Obat Wajib Apotek Obat wajib apotek adalah beberapa obat keras yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter, namun harus diserahkan oleh apoteker di apotek. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri
guna mengatasi masalah kesehatan yang ringan, maka perlu ditunjang dengan sarana yang
dapat meningkatkan kemampuan swamedikasi secara tepat, aman, dan rasional.
Daftar obat wajib apotek dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan, terbagi
mejadi tiga daftar obat yaitu :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan: Swamedikasi memainkan peran yang penting sebenarnya dalam sistem
pelayanan kesehatan. Perilaku swamedikasi yang tepat sesuai penggunaan obat rasional
akan memberikan manfaat. Resiko perilaku swamedikasi akan muncul jika dilakukan
dengan tidak tepat.
3.2. Saran
Adapun saran guna lebih meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap swamedikasi
adalah sebagai berikut :
Edukasi perlu diberikan untuk beberapa masyarakat terkait dengan swamedikasi yang
benar sehingga masyarakat dapat lebih optimal dalam mengetahui informasi pada obat yang
digunakan. Kepercayaan masyarakat terhadap swamedikasi juga masih minim, sehingga
perlu ditingkatkan untuk meningkatkan upaya swamedikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/27901/F.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
2.https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/2646/Tata%20Clarista.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
3.http://eprints.ums.ac.id/60104/5/BAB%20I.pdf
4.https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/15437/05.5%20bab%205.pdf?
sequence=9&isAllowed=y
5. Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat bebas dan Obat Bebas Terbatas,
Direktorat bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesahatan,
Jakarta.
6.Anief, M., 1997, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Cetakan Ketiga (Revisi), Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.