You are on page 1of 15

KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN

PEMBELAJARAN FISIKA

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Problematika Pembelajaran Fisika
Yang diampu oleh Bapak M. Luqman Hakim Abbas, S.Si M.Pd.
NIDN.201702880189

Disusun Oleh :

1. Ardian Nita Tri Wulandari (126211202039)


2. Samsul Ma’rif (126211202066)
3. Izza Amirul Fadhilah (126211211016)

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2022
A. PENGERTIAN KEMAMPUAN GURU
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata
mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan sesuatu). Kemudian kata
mampu mendapatkan awalan ke- dan akhiran -an, sehingga kemampuan dapat
diartikan sebagai kekuatan, kecakapan, kesanggupan (Depdikbud, 1996).
Menurut John dan Shadily (1984) kata kemampuan berasal dari bahasa
inggris yaitu “competence” yang berarti “kemampuan”. Jadi kemampuan
identik dengan kompetensi. Kemajuan zaman semakin cepat maka guru
dituntut dapat beradaptasi secara menyeluruh baik terhadap pelaksanaan
pendidikan maupun keterampilan tertentu yang melingkupinya, di samping
faktor kepribadian yang semakin mantap dan meyakinkan, maka perlu adanya
kompetensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan kemampuan.
Kartini Kartono dan Dali Dula dalam kamus psikologi menjelaskan
tentang pengertian kemampuan yaitu istilah umum yang dikaitkan dengan
kemampuan atau potensi menguasai suatu keahlian ataupun pemikiran itu
sendiri. Kemampuan menurut Kunandar adalah suatu yang dimiliki oleh
seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Menurut Broker dan Stone dalam Cece Wijaya memberikan pengertian
kemampuan guru adalah sebagai gambaran hakikat kualitatif dari perilaku
guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling penting dan utama
dalam konteks pembangunan bangsa dan negeri. Hal ini dapat dilihat dari

1
tujuan nasional bangsa Indonesia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa yang
menempati posisi strategis dalam pembukaan UUD 1945. Dalam situasi
pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan
komponen yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena
itu, guru berada dibarisan yang paling depan dalam pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian, guru merupakan komponen yang paling berpengaruh
terhadap proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jadi upaya guru untuk
meningkatkan pendidikan yang signifikan tanpa di dukung adanya seorang
guru yang profesional dan berkompeten. Maka diperlukanlah sosok seorang
guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam
menjalankan tugas profesionalnya.
Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang di tetapkan bagi seorang
guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar mampu menduduki salah
satu jabatan fungsional guru, sesuai dengan bidangnya, tugas dan jenjang
pendidikannya. Dalam hubungannya dengan kegiatan dan hasil belajar siswa,
kompetensi guru berperan penting dalam proses belajar mengajar dan hasil
belajar siswa bukan hanya di tentukan oleh sekolah, pola struktur dan isi
kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh Kompetensi Guru
yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompetensi akan
lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada
tingkat optimal (Mulyasa, 2007: 173-174).
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh
guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru
mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk itu, seorang guru dituntut
mampu untuk menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-
update, dan menguasai materi pelajaran yang akan di sampaikan. Persiapan
diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui
berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet,
selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan.
Standar Nasional Pendidikan, guru dituntut untuk memiliki kompetensi
profesional diantaranya kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara

2
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik menjadi
lebih berkualitas dalam out-put akhir tentang materi fisika yang disajikan.
Kemampuan professional guru yang dimaksud adalah kemampuan penguasaan
materi dan pembelajaran secara luas serta mendalam dan memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Kemampuan
tersebut merupakan kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik
yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga
kemampuan ini mutlak di miliki oleh guru dalam menjalankan tugasnya
sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Para pakar dan ahli pendidikan
mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan salah satu syarat pokok
dalam pelaksanaan tugas guru dalam jenjang apapun.
Adapun kemampuan professional yang dikembangkan oleh proyek
Pembina Pendidikan Guru adalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh
Nana Sudjana dalam Mulyasa (2007: 176-177) sebagai berikut :
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media atau sumber belajar
e. Menguasai landasan pendidikan
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi belajar mengajar
h. Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan
pengajaran
Dari kompetensi tersebut jika ditelaah secara mendalam maka hanya
mencakup dua bidang kompetensi yang pokok bagi seorang guru, yaitu
kompetensi kognitif dan kompetensi perilaku. Jadi kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya. Guru yang professional bukanlah hanya untuk suatu
kompetensi saja yaitu kompetensi professional, tetapi seorang guru yang

3
professional meliputi semua kompetensi. Berdasarkan beberapa definisi
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan guru adalah potensi
atau kesanggupan yang dikuasai guru untuk melakukan suatu aktifitas atau
kegiatan.

B. MACAM-MACAM KEMAMPUAN GURU


Seorang guru akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik apabila
memiliki kemampuan dasar atau kompetensi keguruan yang dimilikinya. Hal
ini mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan pengajarannya.
UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8
menyebutkan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 8 kemudian dijelaskan
kembali pada pasal 10 ayat 1 yang berbunyi kompetensi guru sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi :
1) Kompetensi atau kemampuan Pedagogik.
Dalam standar nasional pendidikan pasal 28 ayat 3 bahwa
kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya (E. Mulyasa, 2008: 75).
Menurut Syaiful Sagala (2009: 31) sebelum UU 14/2005 dan pp
19/2005 diterbitkan, ada sepuluh kompetensi dasar guru yang telah
dikembangkan melalui kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK). Kesepuluh kompetensi itu kemudian dijabarkan
melalui berbagai pengalaman belajar. Adapun kesepuluh kemampuan
dasar guru diantaranya:
a. kemampuan menguasai bahan pelajaran;
b. kemampuan mengelola proses belajar mengajar;
c. kemampuan mengelola kelas;
d. kemampuan menggunakan media/sumber belajar;

4
e. kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan pengajaran;
f. kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar;
g. kemampuan menilai peserta didik untuk kependidikan pengajaran;
h. kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan;
i. kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah;
j. kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Dengan demikian tampak bahwa kemampuan pedagogik bagi guru
bukanlah hal yang sederhana, karena kualitas seorang guru harus diatas
rata-rata kualitas dari aspek intelektual.
2) Kompetensi Kepribadian.
Dalam Standar Nasional Pendidikan penjelasan pasal 28 ayat 3
bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhlak mulia (E. Mulyasa, 2008: 117). Menurut Syaiful
Sagala (2009: 33) dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian
guru menunjukkan kemampuan yang bersifat personal yang
mencerminkan sikap diantaranya :
a) Mantap dan stabil yakni memiliki konsisten dalam bertindak sesuai
norma hukum, norma sosial, dan etika.
b) Dewasa yakni mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi.
c) Arif dan bijaksana yakni dari segi penampilannya bermanfaat bagi
para peserta didik, sekolah dan masyarakat dengan menujukkan
keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
d) Berwibawa yaitu prilaku seorang guru yang segani sehingga
berpengaruh positif terhadap peserta didik.
e) Memiliki akhlak mulia dan memiliki prilaku yang dapat diteladani
oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religious, jujur, ikhlas, dan
suka menolong.

5
3) Kompetensi Sosial.
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar (E. Mulyasa, 2008: 173).
Undang-undang system pendidikan nasional No 20 tahun 2003
pasal 4 ayat 1, menyatakan “pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak deskriminatif dengan menjungjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, dan
kemajemukan bangsa”. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan tidak dapat diurus
dengan paradigm birokratik, karena paraidgam birokratik yang didepan
tentu ruang kreatifitas dan inovasi dalam penyelenggaraan pendidikan
khususnya pada satuan pendidikan sesuai semangat UUSPN 2003 tidak
akan terpenuhi.
Kompetensi sosial, masyarakat adalah seperangkat prilaku yang
merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara
objektif dan efisien. Dalam pendidikan nasional, kemampuan atau
kompetensi social mencakup prilaku yang didalamnya ada sebuah lembaga
masyarakat yang saling berinteraksi, memcahkan masalah. Dengan
demikian kompetensi sosial yakni harus mampu berkomunikasi dan
bergaul dengan peserta didik, orang tua/wali murid, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat, serta tenaga kependidikan.
4) Kompetensi Profesional.
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
bahwa kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang mebimbing peserta didik
untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam satuan
pendidikan nasional (E. Mulyasa, 2008: 173). Kompetensi profesional
meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan

6
bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab
akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.
Kompetensi ini artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari
subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan.
Kompetensi professional berkaitan dengan bidang studi terdiri dari:
a) Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk
mengajar;
b) Memhami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang
tertera dalam peraturan menteri serta bahan ajar yang ada dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);
c) Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi
materi ajar memahami hubungan konsep anar mata pelajaran yang
terkait;
d) Menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
Peranan guru sangat menentukan keberhasilan proses
pembelajaran. Guru yang digugu dan ditiru adalah suatu profesi
yang mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan,
keahlian berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi, tidak
semu orang dapat menekuni profesi keguruan dengan baik karena
jika seseorang tampak pandai dan cerdas bukan penentu
keberhasilan orang tersebut menjadi guru.
Pada dasarnya kemampuan seorang guru diartikan sebagai
kemampuan atau kecakapan. (M.c. Load kutipan dari buku Suyanto: 1990:
123) bahwasannya kemampuan sebagai perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, kemampuan guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak dimata pemangku kepentingan. Karena pada
dasarnya sebagai tenaga pendidik atau guru dituntut mempunyai
kewenangan untuk mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga
pengajar.Sebagai tenaga pengajar setiap guru harus memiliki kemampuan
secara professional dalam segala bidangnya.

7
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN GURU

Guru adalah salah satu bentuk jasa profesional yang dibutuhkan dalam
bidang pendidikan. Oleh karena itu standar guru profesional merupakan
sebuah kebutuhan mendasar yang sudah tidak bisa di tawar lagi. Hal ini
tercermin dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional yang terdiri atas 8 Standar Nasional Pendidikan dan salah satu dari
standar tersebut mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan
menjelaskan bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi sebagai agen pembelajaran, serta sertifikasi sebagai pendidik yang
profesional.
Menurut Suryobroto (1997) faktor yang mempengaruhi kemampuan
guru antara lain:
1) Kepribadian yang menyangkut tingkah laku, wibawa, karakter dan lain-
lain yang akan berpengaruh terhadap proses interaksi.
2) Penguasaan bahan pengajaran.
3) Penguasaan kelas.
4) Cara guru berbicara atau berkomunikasi dengan peserta didik.
5) Cara menciptakan suasana kelas yang kondusif.
6) Memperhatikan prinsip individualitas.
7) Standar kelulusan.
Dengan adanya faktor yang mempengaruhi kemampuan guru diatas
maka kesuksesan seorang guru atau tim pengajar di dalam menciptakan proses
belajar mengajar akan terjamin dan berhasil. Kemampuan guru dalam
membuat perencanaan pembelajaran termasuk dalam kompetensi pedagogik,
salah satunya dalam menyusun RPP. Penyusunan RPP harus dilakukan sesuai
dengan kriteria yang sudah ditentukan (Majid, 2006).

D. PROBLEMATIKA MENGENAI KEMAMPUAN GURU DALAM


MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN FISIKA
Pada saat pelaksanaan pembelajaran guru juga sering mengalami
kesulitan/permasalahan. Adapun problematika kemampuan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran fisika adalah sebagai berikut :

8
1) Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan salah satu kendala yang dihadapi
oleh guru dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan belajar yang kondusif. Suasana kelas yang kondusif akan
dapat mengantarkan siswanya pada prestasi akademik maupun
nonakademik. Adapaun ciri-ciri kelas yang kondusif, yaitu: tenang,
dinamis, tertib, suasana saling menghargai, saling mendorong, kreativitas
tinggi, persaudaraan yang kuat, berinteraksi dengan baik, dan bersaing
sehat untuk kemajuan. Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Adapun permasalahan yang terjadi di dalam pengelolaan kelas itu
dikarenakan adanya berbagai macam karakteristik atau tingkah laku yang
bervariasi dari peserta didik. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah
pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku peserta didik adalah:
a) Kurangnya kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-
kelompok, dan pertentangan jenis kelamin.
b) Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya
ribut, bercakap-cakap, pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.
c) Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut,
bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa peran guru
sangat penting dalam pengelolaan kelas. Apabila guru mampu mengelola
kelasnya dengan baik, maka tidaklah sulit bagi guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2) Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran
Menurut Syaiful Bahri Djamarah “Metode adalah cara atau siasat
yang diperlukan dalam pengajaran, sebagai strategi, metode memperlancar
kearah pencapaian tujuan pembelajaran”. Guru harus mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. Menurut Rusman dalam Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, menjelaskan bahwa “Setiap

9
metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari
bebagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang
digunakan harus jelas dengan tujuan yang ingin dicapai. Ada beberapa
metode pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk pembelajaran fisika,
antara lain sebagai berikut:
a. Metode Inquiry
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah (Sutrisno:
2008). Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.
Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator.
b. Metode Discovery
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan
pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau
prinsip.
Diantara syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru
dalam penggunaan metode pembelajaran adalah:
a. Metode yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi,
minat atau gairah belajar siswa.
b. Dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut,
seperti melakukan inovasi dan ekspotasi.
c. Harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk

10
mewujudkan hasil karya.
d. Harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
siswa.
e. Harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari
Adapun beberapa masalah guru terkait metode pembelajaran,
antara lain adalah:
a. Pemilihan metode yang kurang relevan dengan tujuan pelajaran
dan materi pelajaran.
b. Guru kurang terampil dalam menggunakan metode
pembelajaran.
c. Guru sangat terikat pada satu metode saja
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas
adalah tempat berhimpun semua anak didik dan dalam rangka
menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik
akan menunjang jalannya interaksi edukatif.
Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan
menghambat kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan
metode dalam pelaksanaan pembelajaran sangat perlu diperhatikan
agar teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru
pada saat penyajian bahan pelajaran tepat dan sesuai materi pelajaran
sehingga siswa tidak merasa jenuh/bosan terhadap pelajaran tersebut.
c. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan
menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa
menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari
guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan
sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan
siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
Praktikum fisika memegang peranan penting dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran fisika.

11
d. Metode Problem Solving
Metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau
secara bersama-sama.
e. Cooperative Learning (Belajar Bersama)
Metode pembelajaran yang membantu anak didik dalam
mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan
nyata di masyarakat. Sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di
antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,
produktivitas dan perolehan belajar.
3) Kemapuan Guru dalam Mengembangkan Media Pembelajaran
Selain permasalahan dalam hal pengelolaan kelas, yakni
menerapkan metode pembelajaran, terdapat masalah atau kendala lain
yang sering dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu
sering tidak adanya penggunaan media sebagai sarana penunjang kegiatan
pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsang untuk belajar.
Penggunaan media dalam pembelajaran fisika merupakan hal yang
sangat bermanfaat sekali bagi guru dalam hal menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik. Karena dengan adanya media dapat
memudahkan pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang
sulit dipahami jika hanya dengan mendengarkan penjelasan dari guru saja.
Kebanyakan kemampuan dalam mengembangkan media pembelajaran
yang dilakukan guru belum optimal, serta belum terlaksananya penerapan
media pembelajaran yang menarik.
Oleh karena itu, guru tidak boleh meremehkan yang namanya
media atau bahkan meninggalkan media sebagai alat bantu pembelajaran.
Akan tetapi, guru harus mampu mencari media dan menggunakan media
tersebut untuk membantu terlaksananya KBM (Kegiatan Belajar

12
Mengajar) agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran fisika di
daerah khusus (3T) yaitu minimnya sarana dan prasarana laboratorium.
Solusi yang diberikan yaitu menggunakan Laboratorium Fisika Virtual
atau maya dari portal rumah belajar, karena sekolah di daerah khusus (3T)
minim jaringan internet maka rumah belajar versi offline menjadi pilihan
utama. Tujuannya yaitu meningkatkan kreativitas guru fisika dalam setiap
proses belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui
pemanfaatan laboratorium maya pada portal rumah belajar dalam
pembelajaran fisika.
Upaya yang dapat digunakan oleh guru adalah :
a. Memanfaatkan media pembelajaran yang sudah tersedia dan yang
mudah diakses untuk mengatasi masalah penerapan media
pembelajaran.
b. Guru mengikuti pelatihan dan seminar, dengan mengikuti kegiatan
tersebut akan menambah pengetahuan serta wawasan terhadap
pelaksanaan pembelajaran.

13
DAFTAR RUJUKAN
Bahri.Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka
Cipta, 2005,
Cece Wijaya. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991,
Kartini, dkk. Kamus Psikologi Pendidika. Bandung: CV. Pionerjaya, 1987
Kosanke, R. M. (2019). Kemampuan Guru Mengembangkan Media Pembelajaran
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar 1. 16–39.
Kunandar. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi
Guru. Jakarta: Grafindo Persada, 2008
Riningsih. (2005). Kemampuan guru sma … , pend.geografi fkip, ump 2016
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007
Soeharto.Karti, dkk, Teknologi Pembelajaran(Pendekatan Sistem, Konsepsi dan
Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media), Surabaya: Intellectual
Club, 2008
Suryosubroto. B, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,
2002
Umu zulfa, anisah, Muhammad Zahron, and Yuhanidz Unmu samhah,
‘Kemampuan Guru’ (2018)

14

You might also like