Professional Documents
Culture Documents
HALAMAN SAMPUL
OLEH :
KELOMPOK I
KELAS XI MIPA I
- ADITA RAHMATIA
- NUR FADILAH
- SITI NUR RAFIZA
- TIARA
- WARDANIA RAMADANI
- WA ODE MUTIA RAHA
- NABILA NUR AGUSTIA SAMIL
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Analisis Unsur Intrinsik....................................................................................2
BAB III. PENUTUP................................................................................................8
A. Kesimpulan.......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
iii
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah karya sastra.
Dengan membaca karya sastra kita akan memperoleh sesuatu yang dapat
memperkaya wawasan dan atau meningkatkan harkat hidup. Dengan kata lain,
dalam karya sastra ada sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Karya sastra (yang baik) senantiasa mengandung nilai atau value. Nilai-
nilai itu dikemas dalam wujud stuktur karya sastra yang secara implisit terdapat
dalam alur, latar, tokoh, tema dan amanat. Begitu pula dalam sastra prosa. Novel
dan cerpen yang baik mengandung nilai-nilai kehidupan. Nilai itu dapat kita
pahami melalui kegiatan mengapresiasi karya sastra novel dan cerpen. Di dalam
cerpen terdapat dalam alur, latar, tokoh, tema dan amanat atau yang sering disebut
unsur instrinsik.
Dari permasalahan di atas, penulis mencoba mengangkat sebuah cerpen
yang cukup fenomenal berjudul “Robohnya Surau Kami” karya A.A Nafis.
Dengan maksud agar kita dapat mengapresiasi cerpen tersebut melalui analisis
unsur yang terkandung di dalamnya. Dalam penulisan makalah ini, penulis
menggunakan referensi yang diperoleh dari internet. Referensi-referensi tersebut
berupa beberapa artikel yang kreditnya telah penulis tuliskan dalam daftar pustka
pada halaman terakhir makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan agar masalah menjadi lebih jelas dan
tidak melebar sehingga membantu memudahkan dalam pemecahan. Adapun
masalah yang akan di analisis adalah : Bagaimana unsur instrinsik yang
terkandung dalam cerpen “Robohnya Surau Kami”?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana unsur
instrinsik yang terkandung dalam cerpen “Robohnya Surau Kami”.
2
….Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak
ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar
bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya
yang aneh-aneh sepanjang hari.,,,
c) Si Kakek
Tokoh ini merupakan tokoh sentral. Tokoh ini digambarkan sebagai orang
yang mudah dipengaruhi dan gampang mempercayai omongan orang, pendek akal
dan pikirannya, serta terlalu mementingkan diri sendiri dan lemah imannya.
Penggambaran watak seperti ini karena tokoh kakek mudah termakan
cerita Ajo Sidi. Padahal yang namanya cerita tidak perlu ditanggapi serius tetapi
bagi si kakek hal itu seperti menelanjangi kehidupannya. Seandainya si kakek
panjang akal dan pikirannya serta kuat imannya tidak mungkin ia mudah termakan
cerita Ajo Sidi. Dia bisa segera bertobat dan bersyukur kepada Tuhan sehingga dia
bisa membenahi hidup dan kehidupannya sesuai dengan perintah tuhannya. Tetapi
sayang, dia segera mengambil jalan pintas malah masuk ke pintu dosa yang lebih
besar.
Gambaran untuk tokoh si Kakek yang terlalu mementingkan diri sendiri
melalui ucapanya sendiri, seperti berikut:
“ Sedari mudaku aku di sini, bukan ? tak kuingat punya istri,
punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak
terpikirkan hidupku…sendiri…
d) Haji Saleh
Tokoh ini adalah ciptaan Ajo Sidi. Secara jelas terlihat watak tokoh ini
digambarkan sebagai orang terlalu mementingkan diri sendiri.
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui
bahasa yang digunakan. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing. Pada
cerpen ini pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam bidang
keagamaan (Islam), seperti garin, Allah Subhanau Wataala, Alhamdulillah,
Astagfirullah, Masya-Allah, Akhirat, Tawakal, dosa dan pahala, Surga, Tuhan,
beribadat menyembah-Mu, berdoa, menginsyafkan umat-Mu, hamba-Mu, kitab-
Mu, Malaikat, neraka, haji, Syekh, dan Surau serta fitrah Id, juga Sedekah.
Majas yang digunakan dalam cerpen ini di antaranya majas alegori karena
di dalam cerita ini cara berceritanya menggunakan lambang, yakni tokoh Haji
6
Saleh dan kehidupan di akhirat, atau lebih tepatnya menggunakan majas parabel
karena majas ini berisi ajaran agama, moral atau suatu kebenaran umum dengan
mengunakan ibarat. Majas ini sangat dominan dalam cerpen ini.
Selain majas alegori atau parabol, pengarang pun menggunakan majas
Sinisme seperti yang diucapkan tokoh aku: ”…Dan yang terutama ialah sifat
masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak
dijaga lagi”.
6. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan
secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam
tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan
dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran,
peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan
utama cerita. Jadi amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra dan
sekaligus pesan yang ingin disampaikan pengararang kepada pembaca atau
pendengar.
Amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca atau
pendengar yang terdapat dalam cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis
adalah:
a) Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau menasehati kita
karena ada perbuatan kita yang kurang layak di hadapan orang lain. Amanat
ini dibuktikan pada kutipan:
“Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tetapi aku sudah tua. Orang
tua menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut
aku kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya.
Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah bertawakkal
kepada Tuhan .…”
b) Jangan cepat bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal ini bisa
saja baik di hadapan manusia tetapi tetap kurang baik di hadapan Tuhan itu.
Dibuktikan pada:
“Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di Neraka itu
banyak teman-temannya didunia terpanggang hangus, merintih
kesakitan. Dan tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya,
karena semua orang-orang yang dilihatnya di Neraka itu tak
kurang ibadahnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang
yang telah sampai 14 kali ke Mekkah….
7
B. Saran
Berdasarkan uraian diatas kami penulis meyarankan agar sebaiknya kita
sebagai siswa bisa meningkatkan pemahaman tentang analisis dan apresiasi sastra.
Dalam mengapresiasi karya sastra kita tidak hanya memandangnya sebagai bahan
bacaan yang menarik namun kita harus bisa menyerap makna yang di sampaikan
oleh pengarang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, A. S. & Nuur, I. S. 2015. Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.
A. Navis. [Makalah]. SMK Negeri 1 Juwiring.
http://islatifah98.blogspot.com/2014/09/analisis-cerpen-robohnya-surau-
kami_15.html
Hidayatulloh, A. 2016. Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A. A.
Navis. https://azatalhidayat.blogspot.com/2016/07/analisis-cerpen-
robohnya-surau-kami.html