A. Falsafah Wirausaha Setiap orang harus belajar banyak tentang dirinya sendiri, jika bermaksud untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang paling diinginkan dalam hidup ini. Kekuatan anda dating dari tindakan diri sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Meskipun resiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil resiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar dari pengalaman lampau akan membantu anda menyalurkan kegiatan anda untuk mencapai hasil yang lebih positif dan keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak kenal lelah. Kewirausahan bukan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir (entrepreneurship are born not made) serta tidak hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung dilapangan saja. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi entrepreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuni. Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan dan mengevaluasi peluang- peluang usaha dengan mengelola sumber-sumber daya yang ada. Oleh karena itu kewirausahaan melekat pada diri manusia, sementara keberadaan manusia didunia ini merupakan makhluk utama dan titik sentral berkembangnya peradaban masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, ada 4 elemen pokok yang perlu disadari akan eksistensi keberadaan manusia dalam memahami falsafah/hakekat wirausaha yaitu : 1. Hakekat Keberadaan Manusia Adalah pekerja dan tanpa bekerja fungsi diri sebagai manusia makhluk utama di muka bumi akan kehilangan makna, dengan demikian bekerja adalah indicator eksistensi manusia. 2. Kewajiban Manusia Dalam Hidupnya Manusia dalam hidupnya wajib bekerja, artinya bekerja disini adalah berbeuat sesuatu agar kehidupan lebih bermakna atau keperadaban, karena manusia bekerja untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup. Dengan bekerja kehidupan lebih bergairah, dinamis dan menyenangkan sehingga keberadaan diri manusia menjadi nyata dan bernilai. 3. Etos Kerja Merupakan salah satu unsur inner dynamic factor (factor dinamika yang berada dalam diri manusia). Dengan etos kerja, bekerja berarti menghasilkan sesuatu baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dalam hubungan tersebut ada 2 (dua) varabel pengukur hasil kerja yaitu : (1) manfaat/kegunaan; (2) produktivitas. 4. Kebutuhan Hidup Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup. Dari perjalanan peradaban manusia, kebutuhan manusia mengalami proses perkembangan dan sangat beragam. Maslow mempertimbangkan kebutuhan manusia sebagai motivasi dan perilaku manusia dalam sebuah model hirarki kebutuhan berdasarkan urutan kadar pentingnya sebagai berikut : B. Spirit Wirausaha Awalnya kewirausahaan didefinisikan secara sederhana. Pada zaman dahulu orang sering memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang berbeda dalam rangka melakukan pertukaran atau perdagangan yang biasa disebut go-between (Robert . Entrepreneurship.6 Edition. Boston:McGraw Hill). Ia melakukan kesepakatan kontrak kerja atas permintaan suatu barang, pada saat itu rempah-rembah dengan seseorang yang akan menukar yaitu pembeli dengan sejumlah uang atas jerih payahnya. Awal dari kewirausahaan adalah contractor yaitu orang yang melakukan kesepakatan kontrak kerja atas sejumlah pekerjaan yang ditentukan sebelumnya dengan kompensasi sejumlah uang yang segala risikonya ditanggung oleh penerima kontrak. Oleh sebab itu , kewirausahaan pada zaman dahulu disebut risk taker (pengambil risiko). Pada era industri kewirausahaan adalah orang yang berani mengambil risiko dan tidak memiliki modal yang selalu diukur oleh uang yang melakukan kesepakatan dengan pemilik modal untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu atas sumber dayanya namun tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Mereka yang berani mengambil risiko pada zamannya disebut sebagai kewirausahaanberbasis join venture capital (satu pihaknya adalah intelectual capital, pihak lainnya adalah equety capital). Pada abad ini yang menjadi tulang punggung kesuksesan dalam sebuah bisnis adalah kreativitas seorang wirausahawan itu sendiri (Creativepreneur). Perkembangan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, politik, budaya, teknologi dan kesejahteraan telah menciptakan gap diantara faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut . Misalnya gap yang terjadi akan menciptakan perubahan status sosial, perilaku, gaya hidup, kebutuhan,keinginan, selera sehingga bisamembangkitkan sebuah inspirasi bisnis yang pada akhirnya memunculkan peluang bisnis. Munculnya peluang bisnis yang baru akan akan menstimulus munculnya entrepreneur muda. Hal inilah yang mendorong timbulnya wirausaha seiring dengan perubahan dan perkembangan ekonomi. Terdapat beberapa hal yang menstimulus spirit of entrepreneurship, yaitu: 1. Evolusi Produk Perubahan produk akan menimbulkan perubahan kebutuhan yang memunculkan sebuah peluang baru. 2. Evolusi Ilmu Pengetahuan Perubahan ilmu pengetahuan akan menimbulkan keinginan akan produk yang berbeda. 3. Perubahan gaya hidup, selera dan hobi Perubahan gaya hidup yang akan mempengaruhi keinginan produk yang berbeda. 4. Perubahan teknologi Berkembangnya teknologi dan semakin canggihnya teknologi akan menciptakan produk , suasana dan gaya hidup yang berbeda. 5. Perubahan budaya Berkembangnya gaya hidup, pendapatan, selera , teknologi dan sebagainya akan mengubah budaya seseorang, sehingga hal ini mempengaruhi kebutuhan akan produk yang berbeda di setiap tempat. 6. Perubahan struktur pemerintahan dan politik Perubahan politik akan mempengaruhi perubahan struktur pemerintahan yang berujung pada perubahan peraturan, kebijakan dan arah perekonomian, sehingga muncullah sebuah gap kebutuhan akan produk yang lalu dan pasca perubahan. 7. Intrapreneurship Kemampuan intrapreneurship yang semakin baik dan kuat akan memunculkan gairah entrepreneur. Hal ini disebabkan karena kreativitas, inovasi, ketatnya persaingan, hasrati ingin tantangan yang lebih baru, perubahan organisasi dan lain-lain. Jadi organisasi secara tidak langsung mengembangkan jiwa kewirausahaan seseorang. Entrepreneur cenderung menggunakan enerjinya untuk melakukan dan membangun suatu kegiatan, ketimbang hanya melakukan pengamatan dan analisis. Dengan visinya, entrepreneur itu dengan sadar memperhitungkan risiko baik secara personal maupun finansial dan kemudian melakukan apa saja agar bisa mengurangi risiko dan kemungkinan gagal. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk mengindera (sensing) suatu peluang, ketika yang lain masih melihatnya sebagai chaos, suatu yang kontradiksi, dan membingungkan. Entrepreneur itu memiliki know-how bagaimana menemukan sesuatu, merangkai, dan mengendalikan sumber-sumber (yang kadang-kadang dimiliki oleh orang lain) untuk mewujudkan tujuannya. Modal paling mendasar menjadi wirausahawan adalah tekad dan keberanian mengambil dan menghitung resiko. Tanpa ini, diberi modal sebesar apapun, tidak akan pernah menjadi wirausahawan. Kalau sudah ada keberanian, kita beri kesempatan bagaimana mengelola bisnis dengan baik.