You are on page 1of 16

MAKALAH

E LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID 19

DISUSUN OLEH:
NAMA : SAIPUDDIN ALI
NIM : 045002419

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS TERBUKA
LUBUKLINGGAU
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “E Learning Pada Masa
Pandemi Covid 19”. Dalam penulisan makalah ini, penulis menemukan banyak hambatan.
Namun, hambatan-hambatan ini dapat terselesaikan dengan bantuan berbagai pihak.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Lubuklinggau, November 2022


Penyusun,

Saipuddin Ali

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 4
A. Latar Belakang……………………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 4
C. Tujuan……………………………………………………………………….. 5
D. Manfaat……………………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………. 6
A. Hakikat E Leraning…………………………………………………………. 6
B. Strategi Belajar E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19……………… 7
C. Faktor Penghambat E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19…………. 9
D. Faktor Pendukung E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19…………... 11
BAB III PENUTUP………………………………………………………………….. 13
A. Kesimpulan…………………………………………………………………… 13
B. Saran………………………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pandemi virus Covid 19 yang melanda dunia sangat banyak merubah tatanan
kehidupan manusia. Virus covid yang dapat menyebar dengan cepat membuat teknologi
digital dan internet menjadi salah satu sarana yang sangat mendukung aktivitas kehdiupan
manusia tak terkecuali pendidikan. Di masa pandemik covid 19 saat ini, siswa maupun
guru sangat membutuhkan pembelajaran secara daring karna, kondisi wabah virus corona
yang sudah menyebar luas. Hal ini menjadikan implementasi pendidikan secara
online/dalam jaringan (daring) sangat mungkin untuk dilakukan dan dikembangkan.
Di masa saat ini guru dan siswa di tuntut untuk menguasai teknologi, informasi dan
komunikasi agar dapat menjamin terlaksananya proses belajar mengajar bagi peserta didik
secara daring. perkembangan Teknologi Informasi yang semakin pesat berkembang
mengharuskan siswa dan guru menguasai dunia IT. penggunaan e-learning sebagai media
pemebelajaran pada masa pandemik COVID-19 ini, sangat cocok untuk di terapkan dan
menjadi sebuah kebutuhan untuk setiap pengguna. Nantinya e-learning ini bisa di gunakan
untuk media pembelajaran jarak jauk baik pada saat pandemik COVID-19 maupun setelah
pandemik berakhir. Dengan adanya e-learning, ini nantinya para siswa dan guru bisa
mengirim file-file yang berkaitan dengan materi pelajaran dan nantinya e-learning ini bisa
mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak hanya harus tatap muka ke
sekolah, tetapi nantinya para siswa dan guru dapat mengakses materi pelajaran melalui e-
learning ini baik di rumah maupun tempat tersedianya layanan internet.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk
mencegah ketidakpahaman setiap institusi dan juga memberikan inovasi baru dalam proses
kegiatan belajar mengajar . Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka penulis
mengambil judul “E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah karya ilmiah
makalah ini yaitu:
1. Apa hakikat e learning?
2. Bagaimana strategi belajar e learning pada masa pandemi covid 19?
3. Apa saja faktor penghambat e learning pada masa pandemi covid 19?
4
4. Apa saja faktor pendukung e learning pada masa pandemi covid 19?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu:
1. Mendeskripsikan hakikat e learning.
2. Mendeskripsikan strategi belajar e learning pada masa pandemi covid 19.
3. Mendeskripsikan faktor penghambat e learning pada masa pandemi covid 19.
4. Mendeskripsikan faktor pendukung e learning pada masa pandemi covid 19.

D. Manfaat
Beberapa manfaat dari penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritis
Berdasarkan pada penyusunan makalah ini diharapkan dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu pendidikan khususnya mengenai e learning pada
masa pandemi covid 19.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Penyusun
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penyusun untuk
mengetahui e learning pada masa pandemi covid 19 dalam rangka untuk
melakukan pengembangan dan penelitian lanjutan di kemudian hari dan menjadi
acuan dalam beberapa penelitian kuantitatif ataupun kualitatif.
b. Pembaca
Hasil penyusuna makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan bacaan tentang ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan serta
menambah pengetahuan mengenai e learning.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat E Leraning
Perkembangan sistem komputer melalui jaringan semakin meningkat. Intemet
merupakan jaringan publik. Keberadaannya sangat diperlukan baik sebagai media
informasi maupun komunikasi yang dilakukan secara bebas. Salah satu pemanfaatan
internet adalah pada sistem pembelajaran jarak jauh melalui belajar secara elektronik atau
yang lebih dikenal dengan istilah E-Learning.
Beberapa pendapat dari para ahli dibawah ini. Hakim (2016 : 2) mengemukakan
bahwa E-learning adalah kegiatan belajar mengajar yang didukung dan dikembangkan
melalui teknologi dan media digital, dan juga merupakan salah satu bentuk dari konsep
distance learning atau belajar jarak jauh. Adapun Hidayati (2010 : 154) mengemukakan
bahwa E-learning merupakan sebuah proses instruksi yang melibatkan pengguna peralatan
elektronik dalam menciptakan, membantu perkembangan, menyampaikan informasi dan
memudahkan proses belajar mengajar dimana siswa sebagai pusatnya serta dilakukan
secara interaktif kapanpun dan dimanapun. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
Hakim (2016) dan Hidayati (2010), Khamidah dan Triyono (2013 : 2) juga mengemukakan
bahwa e-learning adalah kepanjangan dari elektronic learning yang merupakan cara baru
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media elektronik khususnya internet
sebagai sistem pembelajarannya.
Sementara secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang E-Learning yaitu:
1. Electronic based e-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi, terutama yang berupa elektronik. Artinya, tidak hanya
internet, melainkan semua perangkat elektronik seperti film, video, kaset, OHP, Slide,
LCD, projector, dan lain-lain.
2. Internet Based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat
online sebagai instrument utamanya. Artinya, memiliki persepsi bahwa e-learning
haruslah menggunakan internet yang bersifat online, yaitu fasilitas komputer yang
terhubung dengan internet. Artinya pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran
tidak terbatas jarak ,ruang dan waktu, bias dimana saja dan kapan saja (any whare and
any time).

6
E-learning adalah teknologi informasi dan komunikasi untuk mengaktifkan siswa
untuk belajar kapanpun dan dimanapun (Dahiya,2012). Pembelajaran elektronik atau e-
learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah
digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik,
antara lain adalah: onlinelearning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-
based learning.Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-
learning), yaitu: (a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan, dalam
hal ini dibatasi pada penggunaan internet, (b) tersedianya dukungan layanan belajar yang
dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya External Harddisk, Flaskdisk, CD-
ROM, atau bahan cetak, dan (c) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu
peserta belajar apabila mengalami kesulitan. Di samping ketiga persyaratan tersebut di
atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya: (a) lembaga yang
menyelenggarakan dan mengelola kegiatan e-learning, (b) sikap positif dari peserta didik
dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet, (c) rancangan sistem
pembelajaran yang dapat dipelajari dan diketahui oleh setiap peserta belajar, (d) sistem
evaluasi terhadap kemajuan atau perkembanganbelajar peserta belajar, dan (e) mekanisme
umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa e-learning
tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan singkatan dari 'electronica' dan
'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi, e-learning merupakan pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika yang pelaksanaannya, elearning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.

B. Strategi Belajar E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19


Dalam penerapan teknologi seperti penggunaan e-learning, perlu di formulasikan
strategi yang jelas sebagai acuan. Empy (2005) mengemukakan bahwa penyusunan strategi
e-learning berguna untuk (1) memperjelas tujuan pelatihan atau pelatihan yang ingin
dicapai (2) mengetahui sumber daya yang dibutuhkan (3) membuat semua pihak yang
terlibat untuk tetap mengacu pada tujuan yang sama. (4) mengetahui pengukuran
keberhasilan.
Strategi e-learning melibatkan empat tahap yaitu analisis, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Analisis, factor-faktor yang perlu dianalisis diantaranya kebutuhan organisasi
dalam melihat keadaan sekarang dan keberadaan e-learning dalam memberikan dampak

7
positif. Selain kebutuhan organisasi juga perlu dianalisis tentang infrastruktur organisasi
terhadap pelaksanaan penggunaan e-learning.
Perencanaan, aspek perencanaan yang harus ditinjau yaitu network, learning
management system, materi dan manajemen pengelolaan. Pelaksanaan, tahap ini
memerlukan keahlian project management yang baik untuk memastikan koordinasi dan
eksekusi pekerjaan sesuai rencana dan tidak menyimpang dari tujuan dan strategi.
Evaluasi, setelah melaksanakan rencana penerapan e-learning, selanjutnya menilai
keberhasilan program. Proses pembelajaran secara onlinedapat diselenggarakan dalam
berbagaicara berikut:
1. Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to face meeting)dengan
tambahan pembelajaran melalui media interaktif komputer melalui internet atau
menggunakan grafik interaktif komputer.
2. Dengan metode campuran, yakni sebagian besar proses pembelajaran dilakukan
melalui komputer, namun tetap juga memerlukan face to face meeting untuk
kepentingan tutorial atau mendiskusikan bahan ajar.
3. Metode pembelajaran yang secara keseluruhan hanya dilakukan secara online, metode
ini sama sekali tidak ditemukan face to face meeting Model pembelajaran yang
dikembangkan melaluie- learningmenekankanpada resource based learning, yang juga
dikenal dengan learner-centered learning.Dengan model ini, peserta didik mampu
mendapatkan bahan ajar daritempatnya masing-masing (melalui personal computerdi
rumah masing-masing atau di kantor). Keuntungan model pembelajaran seperti ini
adalah tingkat kemandirian peserta didik menjadi lebih baik dan kemampuan
teknikkomunikasi mereka yang menunjukkan kemajuan yang
menggembirakan.Dengan model ini, komunikasi antar peserta didik dengan staf
pelatihanberlangsung secara bersamaan atau sendiri-sendiri melalui dukungan
jaringankomputer. Model pembelajaran berbasis teknologi informasi dengan
menggunakan elearningberakibatpada perubahan budaya belajar dalam kontek
pembelajarannya.
Setidaknya ada empat komponen penting dalam membangun budaya belajar
denganmenggunakan model e-learning di sekolah, keempat komponen sebagai berikut:
1. Peserta didik dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatanyang sesuai
agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinyasendiri dalam
pembelajaran.

8
2. Pendidik mampu mengembangkan pengetahuan dan Jurnal AgriWidya (Menginspirasi
Untuk Pelatihan Yang Lebih Baik) ketrampilan,memfasilitasi dalam pembelajaran,
memahami belajar dan hal-hal yangdibutuhkan dalam pembelajaran.
3. Tersedianya infrastruktur yang memadai
4. Adanya administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi
pembelajaran.
Dalam aplikasi e-learning, bukan hanya peserta didik yang dituntut untuk
menguasaikeahlian tertentu, namun seorang pendidik juga dituntut memiliki
beberapakompetensi yang harus ia miliki agar program e-learning yang dijalankannya
bisaberjalan dengan baik. Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki pendidik
untukmenyelenggarakan model pembelajaran e-learning, yaitu:
1. Kemampuan untuk membuat desain instruksional (instructional design) sesuai dengan
kaedah-kaedah paedagogis yang dituangkan dalam rencana pembelajaran.
2. Penguasaan teknologi dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet sebagaisumber
pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi ajar yang up to date dan berkualitas.
3. Penguasaan materi pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang
dimiliki.
Beberapa hal perlu dicermati dalam menyelenggarakan program e- learning digital
classroom adalah pendidik menggunakan internet dan email untuk berinteraksidengan peserta
didik dan mengukur kemajuan belajarnya, peserta didik mampu mengaturwaktu belajar, dan
pengaturan efektifitas pemanfaatan internet dalam ruangmultimedia. Dengan mencermati
perkembangan teknologi informasi dalam duniapelatihan dan beberapa komponen penting
yang perlu disiapkan dalam mengembangkan program e- learning maka program e-learning
bukanlah suatu yang tidak mungkin untuk diwujudkan.

C. Faktor Penghambat E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19


Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal (Wahyu, Tahmid Sabri dan Suparjan: 2021)
yang berjudul Analisis Faktor Pendukung Dan Penghambat Pembelajaran Daring Masa
Pandemi Covid-19 Bagi Guru Kelas VI dapat dikemukakan bahwa faktor penghambat e
learning pada masa pandemi covid 19, sebagai berikut:
1. Terbatas gawai dan kouta siswa
Faktor penghambat dalam melaksanakan pembelajaran secara daring adalah
terbatasnya gawai dan kuota siswa sehingga siswa baru bisa mengikuti pembelajaran
sehingga siswa baru bisa mengikuti pembelajaran melalui Google Classroom setelah
9
orangtuanya pulang dari bekerja, dan apabila guru melaksanakan Zoom Meeting atau
Google Meet di pagi hari maka siswa yang tidak mempunyai gawai pribadi tidak
mengikuti Zoom Meeting ataupun Google Meet. Kalau kuota siswa pada semester satu
dapat kuota belajar dari kemendikbud itu sangat membantu orangtua tetapi saat
semester dua kuota beli dan dibebankan kepada orangtua termasuk dalam ekonomi
orangtua.
2. Keterbatasan guru dalam menggunakan teknologi informasi
Faktor penghambat dalam melaksanakan pembelajaran secara daring yaitu adanya
keterbatasan guru dalam menggunakan ternkologi informasi seperti membuat video
pembelajaran dan pada awal pembelajaran secara daring ada sebagian dari guru yang
masih belum terlalu pandai untuk melakukan Zoom Meeting ataupun Google Meet
dengan siswa.
3. Tidak semua orangtua ambil peran dalam mengawasi anaknya
Menurut Leving dalam Ihroni (2004) mengatakan bahwa pengawasan orangtua adalah
suatu keberhasilan anaknya antara lain ditujukan dalam bentuk perhatian terhadap
kegiatan pelajaran disekolah dan menekankan arti penting pencapaian prestasi oleh
sang anak. Siswa yang tidak mendapat pengewasan dari orangtua disebabkan bekerja
dari pagi sampai sore, ada yang bekerja keluar kota dan selebihnya mempunya peran
terhadap anaknya untuk mengawasi pembelajaran secara daring di rumah.
4. Kedisiplinan siswa
Menurut Prujodarminto ( dalam Tu’u 2004) menjelaskan bahwa disiplin sebagai suatu
kondisi yang terciptadan terbentuk dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban, (h.31). Siswa dalam
mengikuti pembelajaran secara daring sangat tidak disiplin dilihat dari masuk Zoom
Meeting dan sampai mengumpulkan tugas.
5. Kurangnya minat dan motivasi belajar pada siswa.
Menurut Slameto (2015) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, (h.180). minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri.
Semangkin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semangkin besar minat yang
dimiliki. Sedangkan Motivasi belajar menurut Sardiman (2016:75) adalah dalam
kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
10
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi dan dukungan diberikan
oleh guru dan orangtua siswa sangat penting bagi siswa dan berpengaruh pada
pelaksanaan pembelajaran secara daring bagi guru dan siswa. Meskipun peserta didik
sudah diberikan faslitas oleh orangtua siswa terkadang siswa malas untuk mengerjakan
tugas yang sudah diberikan oleh guru sehingga harus di tagih terlebih dahulu atau
orangtuanya dihubungi dulu.
6. Keterbatasan waktu dalam menyampaikan materi.
Tidak semua pelajaran dapat dimengerti dengan baik alasannya adalah kerena tidak
bertatapan langsung dengan guru keterbatasan waktu dalam menyampaikan materi dan
tidak semua materi disampaikan oleh guru sehingga tugas yang diberikan guru kadang
susah dijawab kemudian untuk mnjawabnya harus mancari dari sumber lain.

D. Faktor Pendukung E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19


Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal (Wahyu, Tahmid Sabri dan Suparjan:
2021) yang berjudul “Analisis Faktor Pendukung Dan Penghambat Pembelajaran Daring
Masa Pandemi Covid-19 Bagi Guru Kelas VI” dapat dikemukakan bahwa faktor
pendukung e learning pada masa pandemi covid 19, sebagai berikut:
1. Ada izin dari kepala sekolah
Izin kepala sekolah merupakan faktor yang sangat penting karena izin yang diberikan
oleh kepala sekolah dapat memperlancar proses pembelajaran secara daring. Jika tidak
mendapat izin dari kepala sekolah maka pembelajaran secara daring tidak dapat
digunakan. Untuk memproleh data lebih mendalam terkait dengan pertanyaan adanya
izin dari kepala sekolah peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang Responden
dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah sangat mendukung pelaksanaan pembelajaran
secara daring selain mendukung pihak sekolah juga menyaipkan fasilitas untuk
melaksanakan pembelajaran secara daring.
2. Alat pendukung pembelajaraan secara daring
Dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring, maka yang menjadi faktor
pendukung yang terpenting adalah gawai ataupun komputer jinjing. Untuk memproleh
data lebih mendalam terkait dengan pertanyaan alat pendukung pembelajaran secara
daring peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang responden dapat disimpulkan
bahwa di SD mujahidin guru melaksanakan pembelajaran secara daring dengan
menggunakan gawai ataupun komputer jinjing.

11
3. Media pembelajaran secara daring
Dalam melaksanakan pembelajaran secara daring, media pembelajaran menjadi faktor
pendukung untuk berlangsung proses pelaksanaan pembelajaran secara daring. Untuk
memproleh data lebih mendalam terkait dengan pertanyaan media pembelajaran secara
daring maka peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang responden dapat
disimpulkan bahwa dalam melakasanakan pembelajaran secara daring guru di SD
Mujahidin menggunakan media pembelajaran secara online seperti media Power Point
dan media video pembelajaran.
4. Aplikasi pembelaajaaraan secara daring
Aplikasi pembelajaran secara daring juga merupakan faktor yang sangat mendukung
kegiatan pembelajaran daring. Untuk memproleh data lebih mendalam terkait aplikasi
pembelajaran secara daring maka peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang
responden dapat disimpulkan bahwa guru melaksanakan pembelajaran secara daring
menggunakan aplikasi berupa Google Classroom, Google Meet, Zoom Meeting,
WhatsApp, dan Google Form.
5. Fasilitas pembelajaran secara daring di sekolah
Fasilitas yang di sediakan oleh sekolah sangat penting untuk menjadi faktor
pendukung untuk melaksanakan proses pelaksanaan pembelajarn secara daring di SD.
Untuk memproleh data lebih mendalam terkait dengan pertanyaan fasilitas
pembelajaran secara daring di sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan 5
orang responden dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang diberikan oleh sekolah
berupa Wi-Fi untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara daring dan juga
mengadakan kegiatan pelatihan-pelatihan video pembelajaran.
6. Daya listrik saat pembelajaran secara daring
Listrik menjadi salah satu pendukung pada saat pelaksanaan pembelajaran secara
daring. Untuk lebih mengetahui bahwa daya listrik menjadi pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran secara daring, maka peneliti melakukan wawancara dengan
responden. Untuk memproleh data lebih mendalam terkait pertanyaan dengan daya
listrik saat pembelajaran daring maka peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang
responden dapat disimpulkan bahwa daya listrik bagus untuk melaksanakan
pembelajaran secara daring dan jika di Pontianak tidak terputus listriknya maka di
sekolah juga tidak terputus.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hakikat E-learning
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan singkatan dari
'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi, e-learning merupakan
pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika yang
pelaksanaannya, elearning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer
atau kombinasi dari ketiganya
2. Strategi Pembelajaran E-Learning Pada Masa Panemi Covid 19
Strategi e-learning melibatkan empat tahap yaitu analisis, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
3. Faktor Penghambat E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19
Faktor penghambat e learning pada masa pandemi covid 19 yaitu terbatas gawai
dan kouta siswa, keterbatasan guru dalam menggunakan teknologi informasi, Ttdak
semua orang tua ambil peran dalam mengawasi anaknya, kedisiplinan siswa,
kurangnya minat dan motivasi belajar pada siswa, dan keterbatasan waktu dalam
menyampaikan materi
4. Faktor Pendukung E Learning Pada Masa Pandemi Covid 19
Faktor pendukung e learning pada masa pandemi covid 19 yaitu ada izin dari
kepala sekolah, alat pendukung pembelajaraan secara daring, media pembelajaran
secara daring, aplikasi pembelaajaaraan secara daring, fasilitas pembelajaran secara
daring di sekolah, dan daya listrik saat pembelajaran secara daring.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penyusunan dan pembahasan dapat dikemukakan saran dalam
makalah ini yaitu:
1. Bagi pembaca, sebaiknya dapat memilih dan menambah minat baca
13
2. Bagi penyusun, menambah pemahaman dan mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang e-learning.

C. Kesimpulan yang dapat


ditarik dari pembahasan
pada BAB sebelumnya
adalah di masa
D. pandemi seperti ini
memang sulit untuk
meneruskan proses belajar
secara tatap muka.
E. Sehingga pemilihan
metode E learning adalah
metode yang tepat untuk saat
ini. Akan tetapi
F. proses pembelajaran
daring belum bisa

14
memenuhi kebutuhan
pendidikan para mahasiswa,
G. karena banyaknya kendala
baik dari segi ekonomi
sampai gaya belajar setiap
individu. Maka
H. dari itu, perlunya strategi-
strategi baru dalam metode E
learning selama masa
Pandemi.
DAFTAR RUJUKAN

Anugrahana, A. (2020). Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring Selama Masa
Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar, Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
10 (3), 282-289.

Dwi, B. C., Amelia, A., Hasanah, U., Putra, A. M., & Rahman, H. (2020). Analisis Keaktifan
Pembelajaran Secara daring Dimasa Pandemi Covid-19, Jurnal Maha Guru. 3 (1), 28-37.

Empy Effendi, Hartono Zuang . 2005. E-learning Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Andi
Yogyakarta

Firman, & Rahman, S. R. (2020). Pembelajaran Secara daring Di Tengah Pandemi Covid-19,
Indonesia Jurnal of Education Science. 02 (02), 81-89.

15
Hakim, A.B. 2016. Jurnal I-Statement. Efektivitas Penggunaan ELearning Moodle, Google
Classroom Dan Edmodo. I-STATEMENT: Information System and Technology Management
(e-Journal), 2(1).

Hamzah, B. U. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang


Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayati, N. 2010. Sistem E-Learning untuk meningkatkan proses belajar mengajar studi kasus
pada SMA Negeri 10 Bandar Lampung. Jurnal Telematika MKOM, Vol 2 No 2

Kun, K, dan Triyono, A.R. 2013. Pengembangan Aplikasi ELearning Berbasis Web Dengan
PHP dan MySQL Studi Kasus SMPN 1 Arjosari. Indonesian Jurnal On Networking and
Security 2(2) 1-3.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Muhammad, S., 2014. Efektivitas Pembelajaran Media E-Learning Berbasis Web Dan
Konvensional Terhadap Tingkat Keberhasilan Belajar Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Bina Darma Palembang). SNASTIKOM 2014, 1.

Nawawi, H. (2015). Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada Univesity


Press.

Pohan, A. E. (2020). Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah. Purwodadi-


Grobogan: CV.Sarnu Untung.

Rohmah, L., 2016. Konsep E-Learning Dan Aplikasinya Pada Lembaga Pendidikan Islam. An-
Nur, 3(2).

Romisatriawahono. (2008). [online] Available FTP: http://www.


romisatriawahono.net/2008/01/23. Tanggal akses: 6 Agustus 2016.

Wahyu, Tahmid Sabri & Suparjan. 2021. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat
Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-19 bagi Guru Kelas VI. Untan Pontianak, Vol. 10,
No. 9.

Waller, V. and Wilson, J. 2001. A definition for e-learning. TheODL QC Newsletter, pp. 1-2.

16

You might also like