Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH KLP 7 Teknik2 Dan Hambatan DLM Komunikasi Terapeutik
MAKALAH KLP 7 Teknik2 Dan Hambatan DLM Komunikasi Terapeutik
Salsabila : K.21.01.039
FAKULTAS KESEHATAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah
komunikasi ini dengan judul “Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik dan Hambatan
Dalam Komunikasi Teraupektik” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak dan sumber-sumber yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan kami sebagai penyusun. Ibarat “tak ada
gading yang tak retak”, kami senantiasa memerlukan kritik dan saran yang membangun guna
meningkatkan daya cipta dan daya guna dari laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua yang membacanya.
Kelompok VII
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................. 1
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat
menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar informasi
yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama informasi yang berkenaan dengan
kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Oleh karena itu, komunikasi
adalah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan antara
perawat dengan klien.
Namun, seringkali seringkali informasi informasi yang seharusnya seharusnya sampai
kepada orang yang membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya
suatu komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien,
hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal – hal tersebut
tidak hanya berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh pola komunikasi yang
salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak efektif juga dapat disebabkan
kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri. Kegagalan itu dapat terjadi pada saat
pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta pada kejelasan pesan itu sendiri (Edelman,
2002).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komunikasi Terapeutik
2. Apa Tujuan dari Komunikasi Terapeutik
3. Apa saja Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
4. Apa Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Komunikasi Terapeutik
2. Mengetahui Tujuan dari Komunikasi Terapeutik
3. Mengetahui apa saja Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
4. Mengetahui Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik
1.4 Manfaat Penulisan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari komunikasi teraupetik
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan komunikasi teraupetik
3. Agar Mahasiswa dapat Mengetahui Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui hambatan komunikasi teraupetik
1
BAB II
PEMBAHASAN
E. Klarifikasi (clarification)
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien.
Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa
yang dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi
dengan klien. Contoh:
“Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kesenangan hidup?”
F. Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa
informasi yang baru. Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih
dan penting. Contoh:
Pasien : “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya. Tapi, saya pikir
untuk apa saya pikirkan sakit ini?”
Perawat : “Coba ceritakan bagaimana perasaan ibu sebagai wanita.”
G. Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat
menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil
pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus
bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: “Ibu tampak sedih. Apakah Ibu merasa tidak senang apabila Ibu ….”
I. Diam (silence)
4
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu.
Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,
mengorganisasi pikirannya, dan memproses informasi. Bagi perawat, diam berarti
memberikan kesempatan klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.
L. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain
atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Sering kali perawat hanya
menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, dan teknik komunikasi ini harus dilakukan
tanpa pamrih.
Contoh: “Saya ingin bapak/ibuk merasa tenang dan nyaman.”
5
Contoh: “… lanjutkan Ibu ….” “… dan kemudian …? “Ceritakan kepada saya tentang
itu ….”
O. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Contoh: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?” Dengan
teknik ini , dapat diindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga.
P. Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat harus hati-hati dalam
menggunakan teknik ini karena ketidaktepatan penggunaan waktu dapat menyinggung
perasaan klien yang berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada perawat
A. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab
cemas atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya menunjukkan
ambivalensi antara menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang menimbulkan
cemas padahal hal ini merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini
sering akibat dari ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah
telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja,
karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah (Stuart
danSundeen dalam Intan. 2005).
6
7. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan
menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau
menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan
8. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai penghayatan
penghayatan tetap menolak menolak memikul memikul tanggung tanggung jawab
untuk berubahdengan alas an bahwa no berubahdengan alas an bahwa normalitas
adalah hal rmalitas adalah hal yang tidak penting yang tidak penting
9. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan
perasaan dan sakit terhadap terhadap perawat perawat yang pada dasarnya dasarnya
terkait terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang dulu)
10. Perilaku amuk atau tidak rasional
B. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat perawat yang sebetulnya sebetulnya berawal berawal dari berhubungan
berhubungan dengan orang-orang orang-orang tertentu tertentu yang bermakna baginya
pada waktu dia masih k bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuar ecil
(Stuart dan Sundeen , 1995) t dan Sundeen , 1995)
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini
diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu
reksi bermusuhan dan tergantung.
C. Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan
bukan oleh klien. Hal ini dapat mempeng bukan oleh klien. Hal ini dapat
mempengaruhi hubun aruhi hubungan perawat-klien. gan perawat-klien.
7
Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalamIntan, 2005):
1. Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
2. Menekan Menekan perasaan selama perasaan selama atau sesudah sesi.
sesudah sesi.
3. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat,
atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
4. Mengantuk selama sesi.
5. Perasaan marah atau tidak sabar k Perasaan marah atau tidak sabar karena
ketidak ingi arena ketidak inginan klien untuk nan klien untuk berubah.
berubah.
6. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
7. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia
siap.
8. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan
tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
9. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
10. Melamunkan Melamunkan atau memikirkan memikirkan klien.
11. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
12. Perasaan cemas, g Perasaan cemas, gelisah atau elisah atau persaan bersalah
persaan bersalah terhadap kien terhadap kien
13. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau
cara memandang pada memandang pada informasi yang informasi yang di
berikan di berikan klien.
14. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien
8
Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference (StuartG.Wdalam
Suryani,2006):
1. Perawat harus mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atas
apa yang di harapkan kepada kliennya.
Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan,
terutama ketika klien menentang atau mengeritik.
2. Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
3. Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya.
4. Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
countertransference, pengawasan secara individu maupun kelompok dapat
lebih membantu.
D. Pelanggaran batas.
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat-klien
adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik,dalam hubungan ini
perawat berperan perawat berperan sebagai sebagai penolong dan penolong dan klien
berperan klien berperan sebagai sebagai yang di yang di tolong. Baik tolong. Baik
perawat perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006).
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan
membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal membina hubungan sosial, ekonomi,
atau personal dengan klien.
Beberapa batas hubungan perawat dan klien (stuart dansundeen, dalam Intan, 2005)
1. Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas
dari perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik
perawat dan klien.
2. Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan
terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik
yang tidak wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi
kembali untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas.
3. Batas tempat dan ruang
Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama?
Batas ini biasanya berhubungan dengan perawatan yang dilakukan .
Pemanfaatan terapeutik diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah
klien, harus dengan tindakan terapeutik yang rasional dan mempunyai tujuan
yang jelas. Perawat tidak di perbolehkan t dalam melakukan tindakan dikamar
klien kadang perlu menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka
atau ada pegawai yang lain.
4. Batas uang
9
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa
uang. Disini juga perluadanya perluadanya perhatian mengenai tawar-
menawar terhadap klien miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah
timbulnya pelanggaran batas. Batas pemberian hadiah dan pelayanan Masalah
ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini melanggar
batas.
5. Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian
secara tepat dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat
tidak diperbolehkan memakai pakaian yang tidak sopan.
6. Batas bahasa ;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika
komunikasi dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan
memberikan pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
7. Batas pengungkapan diri secara personal;
Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak
berhubungan dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran
batas.
8. Batas kontak fisik;
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah
melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap kien
yang tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat
dengan klien.
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan
dengan klien, perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat
kesepakatan bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian
selama berinteraksi perawat harus berhati hati dalam berbicara agar tidak
banyak terlibat dalam komunikasi sosial. Dengan selalu berfokus pada tujuan
interaksi, perawat bisa terhindar dari pelanggaran terhadap batas-batas dalam
berhubungan dengan klien.selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi
setiap kali bertemu dengan klien juga dapat menghindari pelanggaran batas
ini.(Suryani 2006).
Contoh pelagggaran batas yaitu (Intan 2005):
1. Klien mengajak makan siang perawat atau maka malam atau makan di luar.
2. Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
3. Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
4. Perawat menghadiri acara-acara sosial.
5. Klien member perawat hadiah.
6. Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
7. Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
8. Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
10
9. Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
10. Perawat menghadiri undangan klien.
E. Pemberian hadiah
Pemberian hadia merupakan masalah yang kontroversial dalam keperawatan. Disatu
pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu dalam mencapai
tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa
merusak hubungan terapeutik. Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata
seperti sekotak permen, rangkaian bunga, rajutan bunga, rajutan atau lukisan. lukisan.
Sedangkan yang Sedangkan yang tidak nyata bisa nyata bisa berupa ekspresi berupa
ekspresi ucapan terima kasih dari klien kepada perawat sebagai orang yang akan
meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang lega dan berterima kasih atas
bantuan perawat dalam meringankan beban emosional klien.
BAB III
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta salah
satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang
diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi
klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada petumbuhan klien.
Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak
mempunyai tujuan tertentu dan biasanya pelaksanaan komunikasi ini terjadi begitu saja.
Sedangkan komunikasi terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi sebagi terapi bagi klien.
11
Karena itu, pelaksanaan komunikasi terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan
baik.
4.2 Saran
1. Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat hendaknya
mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai terapeutik.
2. Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
3. Dalam melakukan komunikasa dengan klien perawat harus menghargai keunikan setiap
klien.
DAFTAR PUSTAKA
mul A.A. Alimul A.A. 2003. Riset Keperawat Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Tehnik
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Ilmiah. Jakarta: Pernerbit Pernerbit Salemba Medika.
Ellis R.B & Ellis R.B & Gates R.J. Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam
Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan(terjemah Keperawatan(terjemahan). Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
12
Wahyuni Arti. Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteris Hubungan Antara Karakteristik
Perawat tik Perawat Dengan Motivasi Dengan Motivasi Perawat Perawat Dalam Menerapkan
Komunikasi Terapeutik. Semarang. http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/hambatan-
dalam-komunikasi-terapeutik.html
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori &Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 31 Ibid,
hal. 31-32
Musliha & Siti Fatmawati, Komunikasi Keperawatan Plus Materi Komunikasi Terapeutik,
(Yogyakarta: Nuha Medika, 2010), hal.111 Cristina Lia Uripni, Komunikasi Kebidanan,
(Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGChal. 48
Farida, Kusumawati, dan Yudi Hartono, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, hal. 26 Musliha & Siti
Fatmawati, Komunikasi Keperawatan …, hal. 112 Ibid, hal. 113
13
perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Pengertian komunikasi tersebut pendapa
dari….?
a. Hovland & Kelley
b. Janis
c. Hovland, Janis & Kelley
d. Kelley
3. Menurut Indrawati, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik dalam kajian ilmiah biasa disebut dengan…..?
a. Komunikasi Terpeutik
b. Komunikasi Interpersonal
c. Communication
d. Komunikasi Profesional
4. Berikut ini pernyataan yang benar mengenai tujuan komunikasi terapeutik menurut buku
komunikasi keperawatan ialah…..?
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
b. Mengurangi beban pikiran Pasien dan menyembuhkan kondisi patologinya
c. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
d. Untuk membantu menentukan diagnosa keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien.
5. Seorang perawat harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi terapeutik agar dapat
menggunakannya secara efektif pada saat berinteraksi dengan pasien. Dibawa ini yang
bukan merupakan teknik-teknik komunikasi terapeutik ialah….?
a. Humor
b. Diam (Cilent)
c. Mengulang (Restating)
d. Menunduk
6.
14
15