You are on page 1of 18

MAKALAH

TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN HAMBATAN


DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Terapeutik Keperawatan

Dosen Pengampu : Lindriani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok VII

Musdalifah K : K.21. 01.025

Salsabila : K.21.01.039

Hasiwulansi Husri : K.21.01.017

Popi Astiari : K.21.01.032

Dela Marsyalindi : K.21.01.008

Nur Fitrah : K.22.01.049

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

GANJIL T.A 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah
komunikasi ini dengan judul “Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik dan Hambatan
Dalam Komunikasi Teraupektik” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada  berbagai pihak dan sumber-sumber yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan kami sebagai penyusun. Ibarat “tak ada
gading yang tak retak”, kami senantiasa memerlukan kritik dan saran  yang membangun guna
meningkatkan daya cipta dan daya guna dari laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua yang membacanya.

Palopo, 09 Oktober 2022

Kelompok VII

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2


2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik ....................................................................... 2
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik ............................................................................. 2
2.3 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik ................................................................ 3
2.4 Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik ............................................................. 6

BAB III PENUTUPAN ...................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 13


3.2 Saran ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat
menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar informasi
yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama informasi yang berkenaan dengan
kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Oleh karena itu, komunikasi
adalah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan antara
perawat dengan klien.  
Namun, seringkali seringkali informasi informasi yang seharusnya seharusnya sampai
kepada orang yang membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya
suatu komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien,
hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal – hal tersebut
tidak hanya berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh pola komunikasi yang
salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak efektif juga dapat disebabkan
kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri. Kegagalan itu dapat terjadi pada saat
pengiriman pesan, penerimaan  pesan, serta pada kejelasan pesan itu sendiri (Edelman,
2002).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komunikasi Terapeutik
2. Apa Tujuan dari Komunikasi Terapeutik
3. Apa saja Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
4. Apa Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Komunikasi Terapeutik
2. Mengetahui Tujuan dari Komunikasi Terapeutik
3. Mengetahui apa saja Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
4. Mengetahui Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik
1.4 Manfaat Penulisan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari komunikasi teraupetik
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan komunikasi teraupetik
3. Agar Mahasiswa dapat Mengetahui Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui hambatan komunikasi teraupetik

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi mengandung makna bersama –  sama (common). Istilah komunikasi
atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau
bersama –  sama. Menurut Hovland, Janis & Kelley sebagaimana dikutip oleh Fajar,
menyatakan komunikasi adalah suatu proses dimamna seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk  perilaku orang-orang lainnya (khalayak).

Menurut Barelson dan Steiner sebagaimana dikutip oleh Fajar, menyatakan


“komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain.
Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka dan lainnya”.
Therapy berarti pengobatan, terapeutik. Seorang yang ahli pengobatan penyakit atau
gangguan lainnya disebut dengan therapist. Terapeutik adalah yang berkaitan dengan
terapeutik atau terapi.

Menurut Indrawati, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan


secara sadar, bertujuan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik dalam kajian ilmiah biasa disebut dengan
komunikasi interpersonal.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


mempunyai tujuan, serta kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal (antar pribadi) yang
profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antara tenaga medis spesialis jiwa dan pasien. Berdasarkan
beberapa uraian dari tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah
proses penyampaian pesan yang direncanakan secara sadar untuk pengobatan yang dan
bertujuan untuk mendorong kesembuhan klien. Komunikasi terapeutik disebut juga
komunikasi interpersonal yang  professional.

2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik


Indrawati memberi penjelasan bahwa komunikasi terapeutik memiliki tujuan tertentu.
Seperti yang dikutip oleh Musliha & Siti Fatmawati menjelaskan bahwa:
Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi
beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk  pasien,
membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
2
Adapun tujuan komunikasi terapeutik yang tertera dalam buku komunikasi
keperawatan adalah sebagai berikut:
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. Mempengaruhi orang lain lingkungan fisik
orang lain.
2.3 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
Seorang perawat harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi agar terapeutik dan
menggunakannya secara efektif pada saat berinteraksi dengan pasien. Berikut ini teknik
komunikasi Stuart dan Sundeen (1998) yang dikombinasikan dengan pendapat ahli
lainnya:
A. Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan
verbal dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan. Keterampilan mendengarkan
dengan penuh perhatian dapat ditunjukkan dengan sikap berikut.
1. Pandang klien ketika sedang bicara.
2. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
3. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
4. Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan
balik.
5. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

B. Menunjukkan penerimaan (accepting)


Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain, tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja
sebagai perawat kita tidak harus menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya
menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju,
seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Sikap
perawat yang menunjukkan penerimaan dapat diidentifikasi seperti perilaku berikut.
1. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
2. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
3. Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan komunikasi verbal.
4. Menghindarkan untuk berdebat, menghindarkan mengekspresikan keraguan, atau
menghindari untuk mengubah pikiran klien.
5. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya” atau “saya mengerti apa
yang bapak-ibu inginkan”.
C. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan
dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.
3
D. Mengulang (Restating/repeating)
Maksud mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa
perawat. Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi
berlanjut. Contoh:

Pasien : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.”


Perawat: “Bapak mengalami gangguan untuk makan?”

E. Klarifikasi (clarification)
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien.
Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa
yang dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi
dengan klien. Contoh:
“Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kesenangan hidup?”

F. Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa
informasi yang baru. Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih
dan penting. Contoh:
Pasien : “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya. Tapi, saya pikir
untuk apa saya pikirkan sakit ini?”
Perawat : “Coba ceritakan bagaimana perasaan ibu sebagai wanita.”

G. Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat
menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil
pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus
bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: “Ibu tampak sedih. Apakah Ibu merasa tidak senang apabila Ibu ….”

H. Memberi informasi (informing)


Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan dalam rangka
menyampaikan informasi-informasi penting melalui pendidikan kesehatan. Apabila ada
informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Setelah
informasi disampaikan, perawat memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

I. Diam (silence)

4
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu.
Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,
mengorganisasi pikirannya, dan memproses informasi. Bagi perawat, diam berarti
memberikan kesempatan klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.

J. Identifikasi tema (theme identification)


Identifikasi tema adalah menyimpulkan ide pokok/utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang
telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Teknik ini penting
dilakukan sebelum melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh: “Saya paham terhadap masalah Ibu. Ibu merasa bahwa anak-anak dewasa dan
semua telah meninggalkan Ibu sendirian di rumah. Terkait masalah ini, apa
rencana yang akan Ibu lakukan untuk mengatasi masalah?”

K. Memberikan penghargaan (reward)


Menunjukkan perubahan yang terjadi pada klien adalah upaya untuk menghargai
klien. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban bagi klien yang berakibat
klien melakukan segala upaya untuk mendapatkan pujian.
Contoh: “Saya perhatikan Ibu sudah lebih segar dan sehat. Selamat, ya bu. Semoga Ibu
dapat segera sembuh”.

L. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain
atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Sering kali perawat hanya
menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, dan teknik komunikasi ini harus dilakukan
tanpa pamrih.
Contoh: “Saya ingin bapak/ibuk merasa tenang dan nyaman.”

M.Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan


Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Perawat dapat berperan dalam menstimulasi klien untuk mengambil
inisiatif dalam membuka pembicaraan.
Contoh: “Adakah sesuatu yang ingin Ibu bicarakan?” “Apakah yang sedang Ibu
pikirkan?” “Dari mana Ibu ingin mulai pembicaraan ini?”

N. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan


Hal ini merupakan teknik mendengarkan yang aktif, yaitu perawat menganjurkan
atau mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini mengindikasikan bahwa
perawat sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan klien dan tertarik dengan apa
yang akan dibicarakan selanjutnya.

5
Contoh: “… lanjutkan Ibu ….” “… dan kemudian …? “Ceritakan kepada saya tentang
itu ….”

O. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Contoh: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?” Dengan
teknik ini , dapat diindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga.

P. Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi. Perawat harus hati-hati dalam
menggunakan teknik ini karena ketidaktepatan penggunaan waktu dapat menyinggung
perasaan klien yang berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada perawat

2.4 Hambatan dalam Proses Komunikasi Terapeutik

A. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab
cemas atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya menunjukkan
ambivalensi antara menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang menimbulkan
cemas padahal hal ini merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini
sering akibat dari ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah
telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja,
karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah (Stuart
danSundeen dalam Intan. 2005).

Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)


1. Supresi dan represi informasi yang terkait  
2. Intensifikasi gejala
3. Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
4. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang
bersifat sementara
5. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak
mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia
tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi, lupa,
diam, atau mengantuk
6. Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal

6
7. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan
menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau
menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan
8. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai  penghayatan
penghayatan tetap menolak menolak memikul memikul tanggung tanggung jawab
untuk  berubahdengan alas an bahwa no  berubahdengan alas an bahwa normalitas
adalah hal rmalitas adalah hal yang tidak penting yang tidak penting
9. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami  perasaan
perasaan dan sakit terhadap terhadap perawat perawat yang pada dasarnya dasarnya
terkait terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang dulu)  
10. Perilaku amuk atau tidak rasional

B. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat  perawat yang sebetulnya sebetulnya berawal berawal dari berhubungan
berhubungan dengan orang-orang orang-orang tertentu tertentu yang  bermakna baginya
pada waktu dia masih k  bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuar ecil
(Stuart dan Sundeen , 1995) t dan Sundeen , 1995)

Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini
diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu
reksi bermusuhan dan tergantung.

 Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :


Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit ah sakit karena demam
berdarah. Tanpa karena demam berdarah. Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah
kepada perawat Gengki. Setelah dikaji, ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang
pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.

 Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :


Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu
mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan
keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang
melakukannya.

C. Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan
bukan oleh klien. Hal ini dapat mempeng  bukan oleh klien. Hal ini dapat
mempengaruhi hubun aruhi hubungan perawat-klien. gan perawat-klien.

7
Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalamIntan, 2005):
1. Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.  
2. Menekan Menekan perasaan selama perasaan selama atau sesudah sesi.
sesudah sesi.
3. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat,
atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
4. Mengantuk selama sesi.
5. Perasaan marah atau tidak sabar k Perasaan marah atau tidak sabar karena
ketidak ingi arena ketidak inginan klien untuk nan klien untuk berubah.
berubah.
6. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
7. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia
siap.
8. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan
tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
9. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.  
10. Melamunkan Melamunkan atau memikirkan memikirkan klien.
11. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
12. Perasaan cemas, g Perasaan cemas, gelisah atau elisah atau persaan bersalah
persaan bersalah terhadap kien terhadap kien
13. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau
cara memandang pada memandang pada informasi yang informasi yang di
berikan di berikan klien.
14. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien

Reaksi coutrtrasference biasanya Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk


( Stuart danSundeen Stuart danSundeen dalam Intan, dalam Intan, 2005):
1. Reaksi sangat mencintai atau “caring”.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang
berlebih-lebihan yaitu dengan cara masih berlama-lama mengobrol dengan
klien tersebut padahal masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat
Dono juga mencoba menolong klien dengan segala hal yang tidak
berhubungan dengan tujuan yang telah diidentifikasi.  
2. Reaksi sangat bermusuhan. Perawat Dora mempunyai klien yang sangat
Menjenkelkan. Derry (25 tahun) Derry ini selalu marah-marah dan
menjengkelkan perawat Dora sangat dendam pada klien ini dan selalu
mengacuhkan Derry meskipun dia klien ini dan selalu mengacuhkan Derry
meskipun dia membutuhkan pertolongan embutuhkan pertolongan
3. Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap
resistensi.

8
Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference (StuartG.Wdalam
Suryani,2006):
1. Perawat harus mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atas
apa yang di harapkan kepada kliennya.
Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan,
terutama ketika klien menentang atau mengeritik.
2. Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
3. Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya.
4. Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
countertransference,  pengawasan secara individu maupun kelompok  dapat
lebih membantu.
D. Pelanggaran batas.
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat-klien
adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik,dalam hubungan ini
perawat berperan  perawat berperan sebagai sebagai penolong dan penolong dan klien
berperan klien berperan sebagai sebagai yang di yang di tolong. Baik tolong. Baik
perawat perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006).
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan
membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal membina hubungan sosial, ekonomi,
atau personal dengan klien.
Beberapa batas hubungan perawat dan klien (stuart dansundeen, dalam Intan, 2005)
1. Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas
dari perawat serta  penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik
perawat dan klien.
2. Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan
terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik
yang tidak wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi
kembali untuk mencegah terjadinya  pelanggaran batas.
3. Batas tempat dan ruang
Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama?
Batas ini biasanya berhubungan dengan perawatan yang dilakukan .
Pemanfaatan terapeutik diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah
klien, harus dengan tindakan terapeutik yang rasional dan mempunyai tujuan
yang jelas. Perawat tidak di perbolehkan t dalam melakukan tindakan dikamar
klien kadang perlu menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka
atau ada pegawai yang lain.
4. Batas uang

9
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa
uang. Disini juga  perluadanya  perluadanya perhatian mengenai tawar-
menawar terhadap klien miskin tentang biaya  pengobatan untuk mencegah
timbulnya pelanggaran batas. Batas pemberian hadiah dan pelayanan Masalah
ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini melanggar
batas.
5. Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian
secara tepat dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat
tidak diperbolehkan memakai  pakaian yang tidak sopan.
6. Batas bahasa ;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika
komunikasi dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan
memberikan pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
7. Batas pengungkapan diri secara personal;
Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak
berhubungan dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran
batas.
8. Batas kontak fisik;
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah
melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap kien
yang tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat
dengan klien.
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan
dengan klien, perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat
kesepakatan bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian
selama berinteraksi perawat harus berhati hati dalam berbicara agar tidak
banyak terlibat dalam komunikasi sosial. Dengan selalu  berfokus pada tujuan
interaksi, perawat bisa terhindar dari pelanggaran terhadap batas-batas dalam
berhubungan dengan klien.selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi
setiap kali  bertemu dengan klien juga dapat menghindari pelanggaran batas
ini.(Suryani 2006).
Contoh pelagggaran batas yaitu (Intan 2005):
1. Klien mengajak makan siang perawat atau maka malam atau makan di luar.
2. Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
3. Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
4. Perawat menghadiri acara-acara sosial.
5. Klien member perawat hadiah.
6. Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
7. Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
8. Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
10
9. Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
10. Perawat menghadiri undangan klien.

E. Pemberian hadiah
Pemberian hadia merupakan masalah yang kontroversial dalam keperawatan. Disatu
pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu dalam mencapai
tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa
merusak hubungan terapeutik. Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata
seperti sekotak permen, rangkaian  bunga, rajutan  bunga, rajutan atau lukisan. lukisan.
Sedangkan yang Sedangkan yang tidak nyata bisa nyata bisa berupa ekspresi berupa
ekspresi ucapan terima kasih dari klien kepada perawat sebagai orang yang akan
meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang lega dan berterima kasih atas
bantuan perawat dalam meringankan  beban emosional klien.

F. Cara mengatasi hambatan komunikasi


Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan
emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat
harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang
menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan
mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada apa yang
sedang terjadi. Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan
transferensa) atau  perawat  perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran
pelanggaran batasan) bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak
negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah
pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu  perawat untuk membina kembali kerja
sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan  perawat-pasien.

BAB III
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta salah
satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang
diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi
klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan  pada petumbuhan klien.
Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak
mempunyai tujuan tertentu dan biasanya pelaksanaan komunikasi ini terjadi begitu saja.
Sedangkan komunikasi terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi sebagi terapi bagi klien.

11
Karena itu, pelaksanaan komunikasi terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan
baik.

4.2 Saran
1. Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien  perawat hendaknya
mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai terapeutik.
2. Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
3. Dalam melakukan komunikasa dengan klien perawat harus menghargai keunikan setiap
klien.

DAFTAR PUSTAKA

mul A.A. Alimul A.A. 2003. Riset Keperawat Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Tehnik
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Ilmiah. Jakarta: Pernerbit Pernerbit Salemba Medika.

Ellis R.B & Ellis R.B & Gates R.J. Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam
Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan(terjemah Keperawatan(terjemahan). Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

12
Wahyuni Arti. Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteris Hubungan Antara Karakteristik
Perawat tik Perawat Dengan Motivasi Dengan Motivasi Perawat Perawat Dalam Menerapkan
Komunikasi Terapeutik. Semarang. http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/hambatan-
dalam-komunikasi-terapeutik.html

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori &Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 31 Ibid,
hal. 31-32

Ibid, hal. 31-32


Difa Danis, Kamus Istilah Kedokteran, hal. 620

Musliha & Siti Fatmawati, Komunikasi Keperawatan Plus Materi Komunikasi Terapeutik,
(Yogyakarta: Nuha Medika, 2010), hal.111 Cristina Lia Uripni, Komunikasi Kebidanan,
(Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGChal. 48

Farida, Kusumawati, dan Yudi Hartono, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, hal. 26 Musliha & Siti
Fatmawati, Komunikasi Keperawatan …, hal. 112 Ibid, hal. 113

SOAL PILIHAN GANDA

1. Komunikasi mengandung makna bersama –  sama (common). Istilah komunikasi atau


communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti…..?
a. Pemberitahuan atau pertukaran
b. Pengembalian
c. Perpindahan atau pergantian
d. Persamaan atau penyempurnaan
2. Komunikasi adalah suatu proses dimamna seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk

13
perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Pengertian komunikasi tersebut pendapa
dari….?
a. Hovland & Kelley
b. Janis
c. Hovland, Janis & Kelley
d. Kelley
3. Menurut Indrawati, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik dalam kajian ilmiah biasa disebut dengan…..?
a. Komunikasi Terpeutik
b. Komunikasi Interpersonal
c. Communication
d. Komunikasi Profesional
4. Berikut ini pernyataan yang benar mengenai tujuan komunikasi terapeutik menurut buku
komunikasi keperawatan ialah…..?
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk  pasien, membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
b. Mengurangi beban pikiran Pasien dan menyembuhkan kondisi patologinya
c. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
d. Untuk membantu menentukan diagnosa keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien.
5. Seorang perawat harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi terapeutik agar dapat
menggunakannya secara efektif pada saat berinteraksi dengan pasien. Dibawa ini yang
bukan merupakan teknik-teknik komunikasi terapeutik ialah….?
a. Humor
b. Diam (Cilent)
c. Mengulang (Restating)
d. Menunduk
6.

14
15

You might also like